Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN KASUS

Asma Bronkiale
Eksaserbasi Akut +
Bronkopneumonia
Diskusi kasus: dr. Savira Widha Alifprilia

Narasumber: dr. Febry, Sp.A

Pembimbing Internship: dr. Nofa Itawarni


Laporan Kasus
Nama : An. MP

Usia : 7 Tahun

BB : 19 kg

Jenis Kelamin : Perempuan

No. RM : 0311xxxx

Tanggal Masuk : 16 April 2022


ANAMNESIS
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas yang memberat sejak 3 jam SMRS. Sesak disertai suara mengi. Sesak dirasakan
sejak 3 hari yang lalu, hilang timbul. Sesak terjadi jika pasien kelelahan atau terpapar alergen. Pasien memiliki alergi
terhadap udara dingin, udang dan cumi. Pasien lebih nyaman dalam posisi duduk dibanding berbaring. Keluhan disertai
demam, batuk, pilek dan mual yang muncul sejak 3 hari yang lalu. Muntah disangkal. Nafsu makan dan minum menurun.
BAB (N) BAK (N).

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU:

- Riw. Asma (+) sejak pasien berusia 8 bulan.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA:

- Ayah pasien memiliki Riwayat sakit asma (+).


Pemeriksaan Fisik

KU : CM, Tampak sesak

BB : 19 kg

Tanda Vital

N : 126x/mnt

RR : 26x/mnt

S : 37.5

SpO2 : 97% ra
Kepala
• CA(-), SI(-)
• Sekret hidung (+), pernafasan cuping hidung (-)
• Mukosa basah (+), cyanosis (-)
• Stridor (-)
Thoraks
• Pulmo
Bentuk dan gerak simetris
SDV +/+, Ronkhi +/+, Wheezing+/+,
• Jantung:
Bunyi Jantung: S1 S2 murni reguler, murmur (-)

Abdomen
• Datar, BU (+) Normal, lembut, NTE (-) timpani

Ekstrimitas
• Sianosis (-), edema -/-, akral hangat +/+, CRT <2 detik
Lab (16 April 2022)
Pemeriksaan Hasil Satuan
Nilai
Rujukan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hemoglobin 13,2 g/dL 12,3 – 15,3

Leukosit 6.720 sel/ 5.000-


mikroL 10.000
Hematokrit 38 % 40 – 48

Trombosit 313.000 sel/ 150.000 –


mikroL 400.000
Hitung Jenis

Basofil 0 % 0-1

Eosinofil 0 % 1–3

Netrofil 0 % 2–6
Batang
Netrofil 71 % 50 – 70 Aorta dan mediastinum superior tidak melebar.
Segmen Jantung ukuran tidak membesar.
Hilus kanan suram, kiri baik.
Limposit 25 % 25 – 40
Corakan bronkhovaskular paru kasar.
Infiltrat paracardial kanan.
Monosit 4 % 2–6
Sinus kostofrenikus dan diafragma baik.
SARS Cov2 Negatif Negatif Tulang tulang intak.
Antigen
Kesan: Bronchopneumonia dextra
Diagnosis
Kerja
Asma Bronkiale Eksaserbasi
Akut
+
Bronkopneumonia
TERAPI IGD RENCANA TERAPI
IVFD RL 10 tpm IVFD RL 15 tpm
Inj. Ranitidin 20 mg extra Nebu Combivent 1 resp + NaCl
Nebu Combivent 1 resp + NaCl 0.9% 2,5ml/8 jam
0.9% 2,5ml Inj. Metilprednisolon 2x10mg
Inj. Ondansentron extra 3 mg
Salbutamol 3x2 mg PO
Catatan Kemajuan
TANGGAL PROGRES ASSESSMENT – PLANNING

17/04/22 S: OS mengeluh sesak nafas (+), batuk (+), dan demam (+). A: Asma Bronkiale + Bronkopneumonia
(Hari ke-2)
O: TSS, CM P:
N: 80 IVFD RL 15 tpm
RR: 22 Inj. Methylprednisolon 2x15mg
S: 39 Inj. Ceftriaxone 2x900mg
SpO2: 99% O2 NK 2lpm Inj. PCT 4x200mg (k/p)
Salbutamol 4x2 mg
Mata: CA -/-, SI -/-, cowong (-) Nebu combivent 1 resp + NaCl 0.9% 2,5ml/6 jam
Thoraks:
Pulmo: SDV (+/+), rho (+/+), whe (+/+)
COR: BJ I-II regular murni
Abd: supel, BU (+), NT (-)
Ekstremitas: akral hangat, CRT< 2”

18/04/22 S: OS mengatakan sesak nafas berkurang, batuk berkurang, demam (-) A: Asma Bronkiale + Bronkopneumonia
(Hari ke-3)
O: TSS, CM P:
N: 92 IVFD RL 15 tpm
RR: 22 Inj. Methylprednisolon 2x15mg
S: 36,6 Inj. Ceftriaxone 2x900mg
SpO2: 98% room air Inj. PCT 4x200mg (k/p)
Salbutamol 3x2 mg
Mata: CA -/-, SI -/-, cowong (-) Nebu combivent 1 resp + NaCl 0.9% 2,5ml/8 jam
Thoraks:
Pulmo: SDV (+/+), rho (+/+) minimal, whe (+/+) menurun
COR: BJ I-II regular murni
Abd: supel, BU (+), NT (-)
Ekstremitas: akral hangat, CRT< 2”
Catatan Kemajuan
TANGGAL PROGRES ASSESSMENT – PLANNING
19/04/22 S: OS mengatakan sesak nafas (-), batuk berkurang, dan demam (-) A: Asma Bronkiale + Bronkopneumonia
(Hari ke-4)
O: TSS, CM P:
N: 101 IVFD RL 15 tpm
RR: 22 Inj. Methylprednisolon 2x10mg
S: 37 Inj. Ceftriaxone 2x900mg
SpO2: 98% room air Inj. PCT 4x200mg (k/p)
Mata: CA -/-, SI -/-, cowong (-) Salbutamol 3x2 mg
Thoraks: Nebu Ventolin + NaCl 0.9% 2,5ml/8 jam
Pulmo: SDV (+/+), rho (+/+) minimal, whe (+/+) menurun
COR: BJ I-II regular murni
Abd: supel, BU (+), NT (-)
Ekstremitas: akral hangat, CRT< 2”

20/04/22 S: OS mengatakan sesak nafas (-), batuk berkurang, demam (-) A: Asma Bronkiale + Bronkopneumonia
(Hari ke-5)
O:O: TSS, CM P:
N: 98 BLPL
RR: 20 Obat pulang:
S: 36,7 Cefixime syr 2 x cth1
SpO2: 98% room air Puyer batuk (salbutamol 2 mg, cetirizine 2,5 mg,
NAC 100 mg, MP 3mg) 3x1
Mata: CA -/-, SI -/-, cowong (-)
Thoraks:
Pulmo: SDV (+/+), rho (-/-) , whe (-/-)
COR: BJ I-II regular murni
Abd: supel, BU (+), NT (-)
Ekstremitas: akral hangat, CRT< 2”
Asma Bronkiale
Penyakit saluran respiratori kronik.
Terjadi pada lebih dari 260 juta orang secara global pada tahun
2019.
Gejala - mengi, sesak napas, batuk yang bervariasi dalam waktu
maupun intensitas, disertai dengan limitasi aliran udara
ekspiratori.
Faktor Risiko
Asma Bronkiale
1. Genetik (igE) : gen atopi, • Penelitian ISAAC: polusi udara, asap
hiperresponsif rokok, makanan cepat saji, berat lahir,
2. Non Genetik rendahnya pendidikan ibu, ventilasi
rumah yang tidak memadai, dan merokok
di dalam rumah
• Penelitian di Padang: atopi ayah atau ibu,
diikuti faktor berat lahir, kebiasaan
merokok pada ibu serta pemberian obat
parasetamol.

(Pedoman Nasional Asma Anak, 2016)


Asma Bronkiale

- Asma terjadi karena inflamasi kronik,


hiperresponsif dan perubahan struktur saluran
respiratori.

- Penyempitan dan obstruksi pada saluran respiratori


terjadi akibat penebalan dinding bronkus,
kontraksi otot polos, edema mukosa, hipersekresi
mukus.
Patogenesis
Diagnosis
Anamnesis
• Batuk, wheezing, sesak napas, rasa dada Pemeriksaan Penunjang
tertekan, dan produksi sputum.
• Uji fungsi paru dengan spirometri atau
• Gejala timbul secara episodik atau
berulang. peak flow meter
• Gejala lebih berat pada malam hari • Uji reversibilitas
(nokturnal). • Uji provokasi bronkus dengan exercise,
• Membaik secara spontan atau dengan metakolin, atau larutan salin hipertonik.
pemberian obat pereda asma
• Terdapat factor pencetus.
• Riwayat alergi pada pasien atau keluarga.

Pemeriksaan Fisik
• Wheezing, baik yang terdengar langsung
(audible wheeze) atau yang terdengar
dengan stetoskop.
• Dermatitis atopi atau rinitis alergi
• Tanda alergi: allergic shiners atau
geographic tongue.

(Pedoman Nasional Asma Anak Edisi Ke-2, 2016)


(Pedoman Nasional Asma Anak Edisi Ke-2, 2016)
Klasifikasi Asma
- Berdasarkan kekerapan timbulnya gejala:

- Berdasarkan keadaan saat ini:


• Tanpa gejala
• Ada gejala
• Serangan ringan-sedang
• Serangan berat
• Ancaman gagal napas

(Pedoman Nasional Asma Anak Edisi Ke-2, 2016)


Klasifikasi Asma
- Berdasarkan derajat kendali :

(Pedoman Nasional Asma Anak Edisi Ke-2, 2016)


Tatalaksana Jangka Panjang

Jenis alat inhalasi sesuai usia:

Medikamentosa:
1. Controller (obat Pengendali):
mencegah serangan asma.
2. Reliever (obat pereda): meredakan
serangan atau gejala asma bila
sedang timbul.
Keterangan :
1. Acuan awal penetapan jenjang tata laksana jangka panjang menggunakan klasifikasi kekerapan.
2. Bila tata laksana sudah berlangsung selama 6-8 minggu dan asma belum terkendali, maka tata laksana naik jenjang ke
atasnya (step up).
3. Bila tata laksana sudah berlangsung selama 8-12 minggu dan asma terkendali penuh, maka tata laksana turun jenjang
kebawahnya (step down).
4. Perubahan jenjang tata laksana harus memperhatikan aspek-aspek penghindaran, penyakit penyerta.
5. Pada Jenjang 4, jika belum terkendali, tata laksana ditambahkan omalizumab.
Dosis ICS rendah, sedang dan tinggi

(GINA, 2021)
(GINA, 2021)
Anak usia 5 tahun kebawah

(GINA, 2021)
Tatalaksana Serangan Asma
Derajat Keparahan Asma:

Asma dalam serangan adalah


episode peningkatan yang
progresif (perburukan) dari
gejala-gejala asma.
Pilihan dan dosis steroid untuk serangan asma
Tatalaksana di Ruang Rawat Inap
• Pemberian oksigen diteruskan
• Jika dehidrasi/asidosis berikan cairan intravena dan koreksi asidosis
• Steroid intravena bolus, setiap 6-8 jam. Dosis 0,5-1 mg/kgBB/hari.
• Nebulisasi agonis β2 kerja pendek kombinasi ipratropium bromida
dengan oksigen dilanjutkan setiap 1-2 jam. Jika membaik, jarak pemberian
dapat diperlebar menjadi tiap 4-6 jam.
• Aminofilin intravena
⚬ Aminofilin dosis awal (inisial) sebesar 6-8 mg/kgBB, dilarutkan
dalam dekstrosa/ NaCL 0,9% 20 ml, diberikan selama 30 menit,
dengan infus pump atau mikroburet.
⚬ Bila belum optimal dosis rumatan sebanyak 0,5-1 mg/kgBB/jam.
⚬ Pantau gejala gejala intoksikasi aminofilin, efek samping yang sering
adalah mual, muntah, takikardi dan agitasi.
• Bila perbaikan, nebulisasi diteruskan setiap 6 jam hingga mencapai 24 jam,
dan steroid/aminofilin diganti peroral.
• Jika 24h pasien stabil, pulang dengan agonis β2 (hirupan atau oral) setiap 4-6
jam selama 3-5 hari. Steroid oral dilanjutkan hingga pasien kontrol (3-5 hari)
Pneumonia
Anak
Definisi
Pneumonia adalah inflamasi yang
mengenai parenkim paru;
yang ditandai dengan batuk, sesak
napas, demam, ronki basah,
dengan gambaran infiltrat pada
foto rontgen toraks
Etiologi
• Pola kuman penyebab pneumonia biasanya berbeda
sesuai dengan distribusi umur pasien.
• Penyebab tersering adalah bakteri, namun seringkali
diawali oleh infeksi virus yang kemudian mengalami
komplikasi infeksi bakteri.
• Secara umum bakteri yang paling berperan penting
dalam pneumonia adalah Streptococcus pneumoniae,
haemophilus influenzae, Staphylococcus aureus,
streptokokus grup B, serta kuman atipik klamidia
dan mikoplasma

Sari Pediatri, Vol. 8, No. 2, September 2006: 100 - 106


Patogen berdasarkan usia

(Popovsky EY, Florin TA. Community-Acquired Pneumonia in


Childhood. Reference Module in Biomedical Sciences. 2020)
Faktor Risiko
• Malnutrisi
• BBLR
• Tidak mendapat imunisasi
• Tidak mendapat ASI yang adekuat
• Kepadatan hunian
• Defisiensi vitamin A
• Tingginya pajanan terhadap polusi udara (polusi
industri atau asap rokok).

(Sari Pediatri, Vol. 8, No. 2, September 2006: 100 – 106)


Diagnosis
Anamnesis Pemeriksaan Fisik

• Keluhan terkait pneumonia tidak ● Tarikan dinding dada


bagian bawah ke
spesifik
dalam/retraksi (chest
• Demam, batuk, sesak nafas, nafas indrawing)
cuping hidung, takipnea, dehidrasi ● Suara napas yang
dan hipoksia.
melemah
● Ronkhi
• Beberapa pasien mungkin
mengalami gangguan
gastrointestinal seperti muntah,
kembung, diare, atau sakit perut
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang Foto Thorax
⚬ Infiltrat interstisial, ditandai dengan peningkatan
corakan bronkovaskular, peribronchial cuffing, dan
hiperaerasi.
Laboratorium ⚬ Infiltrat alveolar, merupakan konsolidasi paru
dengan air bronchogram. Konsolidasi dapat
Pneumonia virus mengenai satu lobus disebut dengan
leukosit normal/sedikit meningkat. pneumonia lobaris.
⚬ Bronkopneumonia, gambaran difus merata
Pneumonia bakteri pada kedua paru, berupa bercak infiltrat yang
leukositosis 15.000–40.000/mm3 predominan PMN dapat meluas hingga daerah perifer paru,
disertai dengan peningkatan corakan
peribronkial.
Klasifikasi Pneumonia
Berdasarkan Anatomi:
1. Bronkopneumonia: pneumonia yang ditandai
bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di paru.

2. Pneumonia Lobaris: pneumonia yang terjadi pada


satu lobus, baik kanan maupun kiri.

3. Pneumonia Interstisial: terjadi pada ruang antar


alveoli.
Tatalaksana Pneumonia Anak
Terima Kasih 
Tatalaksana untuk remaja usia 12 tahun keatas (GINA 2021)
Tatalaksana untuk anak usia 6-11 tahun (GINA 2021)
Tatalaksana untuk anak usia 5 tahun kebawah (GINA 2021)

Anda mungkin juga menyukai