Anda di halaman 1dari 12

BAB.

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Otonomi berasal dari kata Yunani yaitu outos dan nomos, outos berarti sendiri dan
nomos berarti perintah. Sehingga otonomi bermakna memerintah sendiri, yang
dalam wacana administrasi publik otonomi sering disebut sebagai local self
government. Otonomi merupakan manifestasi dari proses pemberdayaan rakyat
dalam kerangka demokrasi dimana daerah kabupaten/kota yang merupakan unit
pemerintahan terdekat dengan rakyat diberikan keleluasaan untuk berekspresi.
Pemberian otonomi yang luas kepada daerah juga untuk memperlancar,
mengembangkan dan memacu pembangunan di daerah, memperluas peran serta
masyarakat serta lebih meningkatkan pemerataan pembangunan dengan
mengembangkan dan memanfaatkan potensi daerah. Sehingga kesenjangan antar
daerah dapat dikurangi karena masing-masing daerah akan membuka wawasan
untuk membangun dan bekerja sama dengan pihak lain, baik swasta maupun luar
negeri.

Selanjutnya, Pembentukan daerah merupakan pemberian status pada wilayah


tertentu sebagai daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota. Sedangkan pemekaran
daerah merupakan pemecahan daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota menjadi lebih
dari satu daerah. Sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, pembentukan suatu daerah otonom baru dimungkinkan
dengan memekarkan daerah setelah memenuhi syarat-syarat kemampuan
ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas
daerah, dan pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi
daerah. Dengan demikian, luas daerah adalah salah satu syarat pembentukan dan
pemekaran daerah.

Dalam pelaksanaannya, Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan


kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Sedangkan Otonomi Khusus adalah kewenangan khusus
yang diakui dan diberikan kepada daerah khusus, untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
dan hak-hak dasar masyarakat. Adapun daerah-daerah yang diberikan otonomi
khusus ini adalah :

1. Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

2. Daerah Istimewa Yogyakarta


2. Provinsi Aceh.

3. Provinsi Papua

2. Rumusan Masalah

Dari uraian yang dijelaskan dalam latang belakang tersebut, adapun


rumusan masalah yang akan menjadi pembahasan dalam makalah ini yaitu :

1. Apa yang dimaksud dengan Otonomi Daerah dan Otonomi Khusus?

2. Dasar hukum Otonomi Daerah.

3. Bagaimana pelaksanaan Otonomi Daerah.

4. Tujuan Otonomi Daerah.

5. Kriteria pemberian otonomi khusus.

6. Apa perbedaan Otonomi Daerah dengan Otonomi Khusus?

3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dalam penulisan dalam makalah ini yaitu :

1. Untuk mengetahui apa pengertian Otonomi, Otonomi Daerah, dan Otonomi


Khusus.

2. Untuk mengetahui dasar hukum tentang otonomi dalam karangka Negara


Kesatuan Republik Indonesia.

3. Untuk mengetahui seperti apa pelaksanaan Otonomi di Negara Indonesia.

4. Untuk mengetahui tujuan otonomi daerah

5. Untuk mengetahui kriteria pemberian otonomi khusus pada suatu daerah.

6. Untuk mengetahui apa perbedaan antara otonomi daerah dan otonomi


khusus.

BAB. II

PEMBAHASAN
Otonomi berasal dari kata Yunani yaitu outos dan nomos, outos berarti sendiri dan
nomos berarti perintah. Sehingga dapat diartikan otonomi yaitu memerintah
sendiri (local self government). Otonomi merupakan manifestasi dari proses
pemberdayaan rakyat dalam kerangka demokrasi dimana daerah kabupaten/kota
yang merupakan unit pemerintahan terdekat dengan rakyat diberikan keleluasaan
untuk berekspresi. Pemberian otonomi yang luas kepada daerah juga untuk
memperlancar, mengembangkan dan memacu pembangunan di daerah,
memperluas peran serta masyarakat serta lebih meningkatkan pemerataan
pembangunan dengan mengembangkan dan memanfaatkan potensi daerah.
Sehingga kesenjangan antar daerah dapat dikurangi karena masing-masing daerah
akan membuka wawasan untuk membangun dan bekerja sama dengan pihak lain,
baik swasta maupun luar negeri.

I. OTONOMI DAERAH

1. Pengertian Otonomi Daerah

Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Secara bahasa, otonom adalah berdiri sendiri atau dengan pemerintahan sendiri.
Sedangkan daerah adalah suatu wilayah atau lingkungan pemerintah. Dengan
demikian pengertian secara istilah otonomi daerah adalah wewenang/kekuasaan
pada suatu wilayah/daerah yang mengatur dan mengelola untuk kepentingan
wilayah/daerah masyarakat itu sendiri. Pengertian yang lebih luas lagi adalah
wewenang/kekuasaan pada suatu wilayah/daerah yang mengatur dan mengelola
untuk kepentingan wilayah/daerah masyarakat itu sendiri mulai dari ekonomi,
politik, dan pengaturan perimbangan keuangan termasuk pengaturan sosial,
budaya, dan ideologi yang sesuai dengan tradisi adat istiadat daerah
lingkungannya.

Pengertian lain tentang otonomi daerah yaitu adalah hak, wewenang, dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Pelaksanaan otonomi daerah dipengaruhi oleh faktor-faktor yang meliputi


kemampuan si pelaksana, kemampuan dalam keuangan, ketersediaan alat dan
bahan, dan kemampuan dalam berorganisasi. selain berlandaskan pada acuan
hukum, pelaksanaan otonomi daerah juga sebagai implementasi tuntutan
globalisasi yang harus diberdayakan dengan cara memberikan daerah kewenangan
yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung jawab, terutama dalam mengatur,
memanfaatkan dan menggali sumber-sumber potensi yang ada di daerah masing-
masing.

Otonomi daerah tidak mencakup bidang-bidang tertentu, seperti politik luar negeri,
pertahanan keamanan, peradilan, moneter, fiskal, dan agama. Bidang-bidang
tersebut tetap menjadi urusan pemerintah pusat. Pelaksanaan otonomi daerah
berdasar pada prinsip demokrasi, keadilan, pemerataan, dan keanekaragaman.

2. Dasar Hukum Otonomi Daerah

Otonomi Daerah berpijak pada dasar Perundang-undangan yang kuat, yaitu sebagai
berikut :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi


Daerah, Pengaturan, pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yg
Berkeadilan, serta perimbangan keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka NKRI.

3. Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan


dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah.

4. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

5. UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah


Pusat dan Pemerintah Daerah.

3. Pelaksanaan Otonomi Daerah Dalam Negara Indonesia

Pelaksanaan otonomi daerah merupakan titik fokus yang penting dalam rangka
memperbaiki kesejahteraan rakyat. Pengembangan suatu daerah dapat disesuaikan
oleh pemerintah daerah dengan potensi dan kekhasan daerah masing-masing.

Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun


1999 tentang Pemerintahan Daerah. Pada tahun 2004, Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dianggap tidak sesuai lagi dengan
perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan otonomi
daerah sehingga digantikan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.
Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
hingga saat ini telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir kali dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah daerah untuk
membuktikan kemampuannya dalam melaksanakan kewenangan yang menjadi hak
daerah. Maju atau tidaknya suatu daerah sangat ditentukan oleh kemampuan dan
kemauan untuk melaksanakan yaitu pemerintah daerah. Pemerintah daerah bebas
berkreasi dan berekspresi dalam rangka membangun daerahnya, tentu saja dengan
tidak melanggar ketentuan perundang-undangan.

4. Tujuan Otonomi Daerah

Adapun tujuan pemberian otonomi daerah adalah sebagai berikut:

a. Peningkatan pelayanan masyarakat yang semakin baik.

b. Pengembangan kehidupan demokrasi.

c. Keadilan nasional.

d. Pemerataan wilayah daerah.

e. Pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar
daerah dalam rangka keutuhan NKRI.

f. Mendorong pemberdayaaan masyarakat.

g. Menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta


masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Secara konseptual, Indonesia dilandasi oleh tiga tujuan utama yang meliputi: tujuan
politik, tujuan administratif dan tujuan ekonomi. Hal yang ingin diwujudkan melalui
tujuan politik dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah upaya untuk mewujudkan
demokratisasi politik melalui partai politik dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Perwujudan tujuan administratif yang ingin dicapai melalui pelaksanaan otonomi
daerah adalah adanya pembagian urusan pemerintahan antara pusat dan daerah,
termasuk sumber keuangan, serta pembaharuan manajemen birokrasi
pemerintahan di daerah. Sedangkan tujuan ekonomi yang ingin dicapai dalam
pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia adalah terwujudnya peningkatan indeks
pembangunan manusia sebagai indikator peningkatan kesejahteraan masyarakat
Indonesia.

II. OTONOMI KHUSUS

1. Pengertian Otonomi Khusus

Otonomi Khusus adalah kewenangan khusus yang diakui dan diberikan kepada
daerah khusus, untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi dan hak-hak dasar masyarakat.
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi. Negara
mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat
khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang. Yang dimaksud
satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus adalah daerah yang
diberikan otonomi khusus.

Daerah-daerah yang diberikan otonomi khusus ini adalah :

a. Provinsi Daerah Khusus Ibu kota Jakarta.

b. Daerah Istimewa Yogyakarta

c. Provinsi Aceh.

d. Provinsi Papua dan Papua Barat.

a. Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta

Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut Undang-Undang


Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengakui dan menghormati satuan-satuan
pemerintahan yang bersifat khusus atau istimewa yang diatur dengan undang-
undang. Selain itu, negara mengakui dan menghormati hak-hak khusus dan
istimewa sesuai dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (Provinsi DKI Jakarta) sebagai satuan
pemerintahan yang bersifat khusus dalam kedudukannya sebagai Ibu kota Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan sebagai daerah otonom memiliki fungsi dan peran
yang penting dalam mendukung penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Oleh karena itu, perlu diberikan kekhususan tugas, hak, kewajiban, dan
tanggung jawab dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Untuk itulah
Pemerintah Pusat mengeluarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang
Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibu kota Jakarta sebagai Ibu kota Negara
Kesatuan Republik Indonesia (LN 2007 No. 93; TLN 4744). UU ini mengatur
kekhususan Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibu kota Negara. Aturan sebagai daerah
otonom tingkat provinsi dan lain sebagainya tetap terikat pada peraturan
perundang-undangan tentang pemerintahan daerah.

Beberapa hal yang menjadi pengkhususan bagi Provinsi DKI Jakarta antara lain:

1. Provinsi DKI Jakarta berkedudukan sebagai Ibu kota Negara Kesatuan


Republik Indonesia.
2. Provinsi DKI Jakarta adalah daerah khusus yang berfungsi sebagai Ibu kota
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan sekaligus sebagai daerah otonom pada
tingkat provinsi.

3. Provinsi DKI Jakarta berperan sebagai Ibu kota Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang memiliki kekhususan tugas, hak, kewajiban, dan tanggung jawab
tertentu dalam penyelenggaraan pemerintahan dan sebagai tempat kedudukan
perwakilan negara asing, serta pusat/perwakilan lembaga internasional.

4. Wilayah Provinsi DKI Jakarta dibagi dalam kota administrasi dan kabupaten
administrasi.

5. Anggota DPRD Provinsi DKI Jakarta berjumlah paling banyak 125% (seratus
dua puluh lima persen) dari jumlah maksimal untuk kategori jumlah penduduk DKI
Jakarta sebagaimana ditentukan dalam undang-undang.

6. Gubernur dapat menghadiri sidang kabinet yang menyangkut kepentingan


Ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia. Gubernur mempunyai hak protokoler,
termasuk mendampingi Presiden dalam acara kenegaraan.

7. Dana dalam rangka pelaksanaan kekhususan Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibu
kota Negara ditetapkan bersama antara Pemerintah dan DPR dalam APBN
berdasarkan usulan Pemprov DKI Jakarta.

b. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Pemberian otonomi khusus kepada Daerah Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa


Yogyakarta di karenakan dedikasi masyrakat dan raja yogyakarta yang turut
memperjuangkan kemerdekaan negara indonesia dari penjajah pada masa klonial
belanda dan sebagainya. Pemberian gelar istimewa kepada daerah Yogjakarta di
berikan oleh presiden pertama indonesia yaitu Ir. Suekarno kepada raja yogyakarta
karena telah membantu kemerdekaan indonesia dan karena yogyakarta masuk
dalam negara kesatuan republik indonesia. Jadi alasan inilah Yogyakarta di berikan
otonomi Khusus
c. Provinsi Aceh

Aceh adalah daerah provinsi yang merupakan kesatuan masyarakat hukum yang
bersifat istimewa dan diberi kewenangan khusus untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, yang dipimpin oleh seorang Gubernur.

Pengakuan Negara atas keistimewaan dan kekhususan daerah Aceh terakhir


diberikan melalui Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan
Aceh (LN 2006 No 62, TLN 4633). Undang-Undang Pemerintahan Aceh ini tidak
terlepas dari Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding) antara
Pemerintah dan Gerakan Aceh Merdeka yang ditandatangani pada tanggal 15
Agustus 2005 dan merupakan suatu bentuk rekonsiliasi secara bermartabat menuju
pembangunan sosial, ekonomi, serta politik di Aceh secara berkelanjutan. Hal-hal
mendasar yang menjadi isi Undang-Undang Pemerintahan Aceh ini antara lain:

1. Pemerintahan Aceh adalah pemerintahan daerah provinsi dalam sistem NKRI


berdasarkan UUD Tahun 1945 yang menyelenggarakan urusan pemerintahan yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Aceh dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Aceh sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing.

2. Tatanan otonomi seluas-luasnya yang diterapkan di Aceh berdasarkan


Undang-Undang Pemerintahan Aceh ini merupakan subsistem dalam sistem
pemerintahan secara nasional.

3. Pengaturan dalam Qanun Aceh maupun Kabupaten/Kota yang banyak


diamanatkan dalam Undang-undang Pemerintahan Aceh merupakan wujud konkret
bagi terselenggaranya kewajiban konstitusional dalam pelaksanaan pemerintahan
tersebut.

4. Pengaturan perimbangan keuangan pusat dan daerah tercermin melalui


pemberian kewenangan untuk pemanfaatan sumber pendanaan yang ada.

5. Implementasi formal penegakan syariat Islam dengan asas personalitas ke-


Islaman terhadap setiap orang yang berada di Aceh tanpa membedakan
kewarganegaraan, kedudukan, dan status dalam wilayah sesuai dengan batas-batas
daerah Provinsi Aceh.

d. Provinsi Papua dan Papua Barat

Provinsi Papua adalah Provinsi Irian Jaya yang diberi Otonomi Khusus dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Otonomi Khusus sendiri adalah
kewenangan khusus yang diakui dan diberikan kepada Provinsi Papua, termasuk
provinsi-provinsi hasil pemekaran dari Provinsi Papua, untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi dan hak-hak dasar masyarakat Papua. Otonomi ini diberikan oleh Negara
Republik Indonesia melalui Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 (LN 2001 No. 135
TLN No 4151). Hal-hal mendasar yang menjadi isi Undang-undang ini adalah:

1. Pengaturan kewenangan antara Pemerintah dengan Pemerintah Provinsi


Papua serta penerapan kewenangan tersebut di Provinsi Papua yang dilakukan
dengan kekhususan.

2. Pengakuan dan penghormatan hak-hak dasar orang asli Papua serta


pemberdayaannya secara strategis dan mendasar.

3. Mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik yang berciri:

Partisipasi rakyat sebesar-besarnya dalam perencanaan, pelaksanaan dan


pengawasan dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pelaksanaan
pembangunan melalui keikutsertaan para wakil adat, agama, dan kaum perempuan.

Pelaksanaan pembangunan yang diarahkan sebesar-besarnya untuk memenuhi


kebutuhan dasar penduduk asli Papua pada khususnya dan penduduk Provinsi
Papua pada umumnya dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip pelestarian
lingkungan, pembangunan berkelanjutan, berkeadilan dan bermanfaat langsung
bagi masyarakat; dan

Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang transparan


dan bertanggungjawab kepada masyarakat.

4. Pembagian wewenang, tugas, dan tanggung jawab yang tegas dan jelas
antara badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif, serta Majelis Rakyat Papua sebagai
representasi kultural penduduk asli Papua yang diberikan kewenangan tertentu.

Pemberian Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua dimaksudkan untuk mewujudkan


keadilan, penegakan supremasi hukum, penghormatan terhadap HAM, percepatan
pembangunan ekonomi, peningkatan kesejahteraan dan kemajuan masyarakat
Papua, dalam rangka kesetaraan dan keseimbangan dengan kemajuan provinsi lain.
Otonomi khusus melalui UU 21/2001 menempatkan orang asli Papua dan penduduk
Papua pada umumnya sebagai subjek utama.

2. Kriteria Pemberian Otonomi Khusus di Indonesia

Pemberian otonomi yang berbeda atas satu daerah atau wilayah dari beberapa
daerah merupakan praktek penyelenggaraan pemerintahan yang cukup umum
ditemui dalam pengalaman pengaturan politik di banyak negara. Pengalaman ini
berlangsung baik di dalam bentuk negara kesatuan yang didesentralisasikan,
maupun dalam format pengaturan federatif. Pemberian otonomi khusus
dikelompokan dalam beberapa bagian diantaranya:

1. Dalam hal historis, yakni mendapatkan pengakuan khusus dari negara


karena asal usul kesejarahan suatu daerah.

2. Dalam hal politik diantaranya:

a. Mendapatkan pengakuan khusus dari negara karena untuk mengurangi konflik


berkepanjangan yang terjadi didalam daerah, baik Suku, Ras, Agama dan lainnya.

b. Mendapatkan pengakuan khusus dari negara agar daerah tidak memisahkan


diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia atau dengan kata lain menjaga
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Dalam hal sosial-cultural diantaranya:

a. Mendapatkan pengakuan khusus dari negara karena untuk menghargai budaya


kental dari suatu daerah, seperti Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang sangat
kental kebudayaan islam dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Mendapatkan pengakuan khusus dari negara karena adanya kekhususan


dibidang tertentu pada daerah tersebut seperti pariwisata dan letak geografis suatu
daerah.

4. Dalam hal ekonomi yakni :

a. Mendapatkan pengakuan khusus dari negara untuk membantu ketertinggalan


suatu daerah dengan daerah lainnya, seperti Papua adalah daerah yang kaya,
namun tertinggal dalam banyak bidang seperti ekonomi, kesejahteraan masyarakat,
pendidikan, kesehatan dan lainnya.

5. Dalam hal fungsional yakni:

Daerah DKI Jakarta mendapatkan pengakuan khusus dikarenakan DKI Jakarta ini
dalam kedudukannya sebagai Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
sebagai daerah otonom yang memiliki fungsi dan peran yang penting dalam
mendukung penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun1945.

Adapun menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan


Daerah, kriteria dalam menetapkan kawasan khusus suatu daerah diantaranya:

1. Kawasan Cagar Budaya

2. Kawasan Taman Nasional


3. Kawasan Pengembangan Industri Strategis

4. Kawasan Pengembangan Teknologi Tinggi (seperti pengembangan nuklir)

5. Kawasan Peluncuran Peluru Kendali

6. Kawasan Pengembangan Prasarana Komunikasi

7. Kawasan Telekomunikasi

8. Kawasan Transportasi

9. Kawasan Pelabuhan dan Daerah Perdagangan Bebas

10. Kawasan Pangkalan Militer

11. Kawasan Wilayah Eksploitasi

12. Kawasan Konservasi Bahan Galian Strategis

13. Kawasan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Nasional

14. Kawasan Laboratorium Sosial

15. Kawasan Lembaga Pemasyarakatan Spesifik.

III. Perbedaan Otonomi Daerah dan Otonomi Ksusus

Perbedaan antara Otonomi Daerah dan Otonomi Khusus dapat dilihat dari dua segi,
yaitu :

1. Dari segi berlakunya otonomi,

Secara umum otonomi daerah dalam penerapannya berlaku pada semua


daerah disuatu negara, sedangkan otonomi khusus kewenangannya tidak semua
daerah yang memperolehnya melainkan karena adanya faktor-faktor tertentu yang
menyebabkan daerah tersebut memperoleh otonomi khusus.

2. Dari segi dasar hukum,

Otonomi daerah dalam Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah, diatur apa saja kewenangan, hak dan kewajiban daerah.
Sedangkan otonomi khusus dilaksanakan berdasarkan Undang-undang otonomi
khusus yang sesuai dengan daerah tersebut.
BAB. III

PENUTUP

Kesimpulan

Otonomi merupakan manifestasi dari proses pemberdayaan rakyat dalam kerangka


demokrasi dimana daerah kabupaten/kota yang merupakan unit pemerintahan
terdekat dengan rakyat diberikan keleluasaan untuk berekspresi. Pemberian
otonomi yang luas kepada daerah juga untuk memperlancar, mengembangkan dan
memacu pembangunan di daerah, memperluas peran serta masyarakat serta lebih
meningkatkan pemerataan pembangunan dengan mengembangkan dan
memanfaatkan potensi daerah.

Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan


mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan
Otonomi Khusus adalah kewenangan khusus yang diakui dan diberikan kepada
daerah khusus, untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi dan hak-hak dasar masyarakat.

Dalam pemberian otonomi khusus dikelompokkan menjadi beberapa bagian


diantaranya dalam hal historis atau kesejarahan suatu daerah, politik, sosial
cultural, ekonomi dan dalam hal fungsional yang semua itu menjadi dasar
pemberian otonomi khusus bagi suatu daerah. Daerah-daerah yang diberikan
otonomi khusus yaitu DKI. Jakarta, D.I. Yogyakarta, Aceh dan Papua.

Anda mungkin juga menyukai