PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini:
1. Memahami pengertian dari tunagrahita,
2. Mengetahui klasifikasi anak tunagrahita,
3. Memahami penyebab seorang anak mengalami ketunagrahitaan,
4. Mengetahui upaya pencegahan terhadap tunagrahita,
5. Mengetahui karakteristik tunagrahita,
6. Mengetahui kebutuhan pendidikan bagi anak tunagrahita,
7. Memahami cara memberikan layanan bagi anak tunagrahita
8. Mengetahui strategi dan media yang dapat digunakan untuk mendidik anak tunagrahita, dan
9. Mengetahui bagaimana cara mengevaluasi anak tunagrahita.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Media
Media pembelajaran yang digunakan pada pendidikan anak tunagrahita tidak berbeda
dengan media yang digunakan pada pendidikan anak biasa. Hanya saja pendidikan anak
tunagrahita membutuhkan media seperti alat bantu belajar yang lebih banyak mengingat
keterbatasan kecerdasan intelektualnya. Alat-alat khusus yang ada diantaranya adalah alat
latihan kematangan motorik berupa form board, puzzle; latihan kematangan indra, seperti
latihan perabaan, penciuman; alat latihan untuk mengurus diri sendiri, seperti latihan
memasang kancing, memasang retsluiting; alat latihan konsentrasi, seperti papan
keseimbangan, alat latihan membaca, berhitung, dan lain-lain.
Dalam menciptakan media pendidikan anak tunagrahita, guru perlu memperhatikan
beberapa ketentuan, antara lain (1) bahan tidak berbahaya bagi anak, mudah diperoleh, dapat
digunakan oleh anak; (2) warna tidak mencolok dan tidak abstrak; serta (3) ukurannya harus
dapat digunakan atau diatur penggunaannya oleh anak itu sendiri (ukuran meja dan kursi).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tunagrahita ialah sebutan untuk anak dengan hendaya atau penurunan kemampuan atau
berkurangnya kemampuan dalam segi kekuatan, nilai, kualitas, dan kuantitas. Klasifikasi
anak tunagrahita dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu tunagrahita ringan, tunagrahita sedang,
dan tunagrahita berat. Sedangakan faktor penyebab ketunagrahitaan antara lain yaitu,
disebabkan oleh faktor keturunan, gangguan metabolisme dan gizi, infeksi dan keracunan,
trauma dan zat raioaktif, masalah pada kelahiran, dan faktor lingkungan. Ketunagrahitaan
dapat kita cegah dengan cara, diagnostik prenatal, imunisasi, tes darah, pemeliharaan
kesehatan, program KB, sanitasi lingkungan, penyuluhan genetik, tindak operasi, dan
intervensi dini. Karakteristik atau ciri-ciri anak tunagrahita pada umumnya dapat dilihat dari
segi :
1. Fisik (Penampilan)
o Hampir sama dengan anak normal
o Kematangan motorik lambat
o Koordinasi gerak kurang
o Anak tunagrahita berat dapat kelihatan
2. Intelektual
o Sulit mempelajari hal-hal akademik.
o Anak tunagrahita ringan, kemampuan belajarnya paling tinggi setaraf anak normal usia 12
tahun dengan IQ antara 50 70.
o Anak tunagrahita sedang kemampuan belajarnya paling tinggi setaraf anak normal usia 7, 8
tahun IQ antara 30 50
o Anak tunagrahita berat kemampuan belajarnya setaraf anak normal usia 3 4 tahun, dengan
IQ 30 ke bawah.
3. Sosial dan Emosi
o Bergaul dengan anak yang lebih muda.
o Suka menyendiri
o Mudah dipengaruhi
o Kurang dinamis
o Kurang pertimbangan/kontrol diri
o Kurang konsentrasi
o Mudah dipengaruh
o Tidak dapat memimpin dirinya maupun orang lain.
Ada beberapa pendidikan dan layanan khusus yang disediakan untuk anak
tunagrahita, yaitu kelas transisi, sekolah khusus (Sekolah Luar Biasa bagian C dan C1/SLB-
C,C1), pendidikan terpadu, sekolah di rumah, pendidikan inklusif, dan panti (griya)
rehabilitasi. Layanan pendidikan yang diberikan kepada anak tunagrahita juga memiliki ciri
khusus dan prinsip khusus agar perkembangan mereka meningkat.
Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk anak tunagrahita
antara lain, strategi pembelajaran yang diindividualisasikan, kooperatif, dan modifikasi
tingkah laku. Begitu pula untuk media pembelajaran yang digunakan untuk anak tunagrahita
tidak jauh berbeda dengan anak normal, hanya saja pendidikan anak tunagrahita
membutuhkan media seperti alat bantu belajar yang lebih banyak mengingat keterbatasan
kecerdasan intelektualnya. Evaluasi belajar anak tunagrahita dapat diukur melalui waktu
mengadakan evaluasi, alat evaluasi yang digunakan, kriteria keberhasilan, pencatatan hasil
evaluasi.
3.2 Saran
Dalam sistem pendidikan saat ini, banyak terdapat sekolah inklusif di mana layanan
pendidikan khusus dan regular dalam satu sistem persekolahan digabungkan. Dengan begitu,
kita sebagai seorang guru sudah seharusnya mempelajari bagaimana cara menangani anak
berkebutuhan khusus, salah satunya anak tunagrahita agar dapat mengembangkan potensi
anak tersebut menjadi lebih baik. Jadi, tidak hanya anak normal saja yang dapat kita
kembangkan potensinya.
DAFTAR PUSTAKA