Anda di halaman 1dari 9

PENGAMBILAN RISIKO DALAM BERWIRAUSAHA

Laporan Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewirausahaan

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Ir. Amin Retnoningsih, M.Si

Disusun oleh:
Nama : Putri Indrawati
NIM : 4411415034

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


SEMARANG
2016
1. PENDAHULUAN
Krisis ekonomi terjadi hampir di seluruh dunia. Hal tersebut menimbulkan
keterpurukan ekonomi di berbagai negara, termasuk Indonesia. Oleh karena itu,
salah satu solusinya adalah dengan menggerakkan roda ekonomi melalui kegiatan
wirausaha. Salah satu kunci membuka peluang usaha adalah berani memulai
untuk berwirausaha karena pada dasarnya setiap orang memiliki jiwa wirausaha.
Hal tersebut tergantung pada orang tersebut, berkenan atau tidak untuk
mengembangkannya.
Kewirausahaan merupakan semangat perilaku dan kemampuan untuk
memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang untuk memperoleh
keuntungan untuk diri sendiri atau pelayanan yang lebih bermanfaat dan
menerapkan cara kerja yang lebih baik, efisien melalui keberanian mengambil
risiko, kreativitas, inovasi, serta kemampuan manajemen (Sutrisno, 2003 :3 dalam
BAB II URAIAN TEORITIS, USU).
Wirausaha sering dikenal sebagai orang yang mampu membuka usaha sendiri
dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain. Menurut KBBI,
wirausahawan merupakan orang yang pAndai atau berbakat mengenali produk
baru, menyusun cara baru dalam berproduksi, menyusun operasi untuk
mengadakan produk baru, mengatur pemodalan operasinya serta memasarkannya.
Seorang wirausaha harus mampu menciptakan sesuatau yang berbeda dan mampu
menangkap peluang yang ada (Astari, 2015).
Salah satu karakteristik seorang wirausaha yaitu berani mengambil risiko.
Risiko dapat diartikan sebagai suatu ketidakpastian dimasa yang akan datang, dan
dapat diartikan juga sebagai suatu konsekuensi yang memunculkan dampak yang
merugikan. Risiko sering kali dihindari tapi kemudian timbul risiko lainya.
Perhitungan dengan sebaik-baiknya sebelum memutuskan sesuatu merupakan hal
yang sangat penting, terutama dalam bisnis yang mempunyai risiko tinggi.
Pertimbangan utama dalam berusaha, terutama dalam pengambilan keputusa
bukan hanya pada seberapa besar manfaat atau keuntungan yang diperoleh, tapi
pada seberapa besar mampu menanggung kerugian atas konsekuensi dari sebuah
keputusan.
Para wirausaha menganggap risiko bukan merupakan hambatan untuk meraih
kesuksesan tetapi sebagai suatu tantangan. Wirausaha lebih menyukai hal-hal
yang menantang untuk mencapai kesuksesan yang lebih dalam hidupnya.
Pengambilan risiko menurut perspektif wirausahawan yaitu dengan mengambil
risiko yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Seorang wirausahawan
menjauhi risiko yang tinggi karena selalu ingin berhasil. Wirausahawan juga
menghindari risiko yang lebih rendah karena tidak ada tantangan.
Keputusan yang akan diambil oleh wirausaha selalu diperhitungkan dengan
matang-matang. Pengambilan risiko berkaitan erat dengan kepercayaan diri.
Semakin besar keyakinan pada kemampuan diri sendiri maka semakin besar pula
keyakinan dalam mempengaruhi hasil dan keputusan, dan semakin siap untuk
mencoba hal-hal yang menurut orang lain penuh dengan risiko. Kesiapan dalam
pengambilan risiko menjadikan wirausaha berbeda dengan orang lain.
Kebanyakan orang lebih menyukai ketika berada dalam titik yang aman dan
nyaman dengan tidak mengambil hal yang berisiko atau lebih memilih risiko yang
lebih rendah. Namun, wirausahan menjadikan risiko sebagai tantangan untuk
mencapai kesuksesan, bukan suatu hambatan yang menjadikannya gagal.

2. KONSEP RISIKO
2.1 DEFINISI RISIKO
Risiko dapat diartikan sebagai suatu ketidakpastian dimasa yang akan datang,
dan dapat diartikan juga sebagai suatu konsekuensi yang memunculkan dampak
yang merugikan.
2.2 MOTIVASI MENGAMBIL RISIKO
Salah satu karakteristik seorang wirausaha yaitu berani mengambil risiko.
Risiko dapat diartikan sebagai suatu ketidakpastian dimasa yang akan datang, dan
dapat diartikan juga sebagai suatu konsekuensi yang memunculkan dampak yang
merugikan. Pengambilan risiko sangat berkaitan dengan kreativitas yang
mengubah ide menjadi realistis dan disertai dengan upaya pencapaiannya. Setiap
aktivitas manusia selalu mengandung risiko dengan identitas yang berbeda, sesuai
dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Hal tersebut merupakan suatu tantangan
bagi pengambil risiko. Bahwa suatu risiko terjadi jika seseorang memiliki pilihan
antara dua alternatif atau kebih yang hasilnya tidak diketahui dan harus dinilai
secara objektif.
Seorang wirausaha merupakan penentu risiko dan bukan sebagai
penanggung risiko. Drucker, mengatakan bahwa wirausahawan sudah memahami
secara sadar risiko yang akan dihadapinya ketika menetapkan sebuah keputusan.
Selanjutnya wirausaha tersebut akan memperkecil risiko-risiko tersebut. Para
wirausaha pada umumnya menyukai mengambil risiko karena mereka ingin
berhasil di dalam mengelola usaha atau bisnisnya.
2.3 JENIS-JENIS RISIKO DALAM BISNIS
Blackman (2014) mengatakan jenis-jenis utama risiko yang mungkin terjadi
pada bisnis sebagai berikut:
2.3.1 Risiko Strategik
Setiap orang mengetahui bahwa sebuah bisnis yang sukses diperlukan
sebuah rencana bisnis yang komprehensif dan dipikirkan secara matang. Namun,
hal tersebut juga sebuah kenyataan hidup bahwa banyak hal berubah, dan rencana
terbaik terkadang terlihat tertinggal dengan zaman dalam waktu yang cepat.
Risiko strategik adalah sebuah risiko dimana strategi usaha menjadi kurang efektif
dan berusaha keras untuk mencapai goal sebagai sebuah hasil. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh perubahan teknologi, pesaing kuat baru yang memasuki pasar,
perubahan dalam permintaan pelanggan, peningkatan harga bahan baku, atau
perubahan skala besar lainnya.
Sejarah diisi dengan contoh-contoh perusahaan yang menghadapi risiko
strategik. Beberapa dapat beradaptasi dengan baik, sementara yang lainnya gagal.
Salah satu contoh klasik adalah Kodak, yang pernah menempati posisi dominan
dalam pasar fotografi film dan saat salah satu teknisinya menemukan kamera
digital tahun 1975. Perusahaan tersebut melihat inovasi tersebut sebagai ancaman
terhadap model bisnis utamanya, dan gagal untuk mengembangkannya. Jika
Kodak menganalisa risiko strategik dengan lebih hati-hati maka dapat
menyimpulkan bahwa orang lain mungkin akan mulai membuat kamera digital
suatu saat, sehingga akan lebih baik jika Kodak melakukan bisnisnya sendiri
daripada dilakukan oleh perusahaan lain. Kegagalan untuk mengadaptasi sebuah
risiko strategik membawa Kodak kepada kebangkrutan. Perusahaan tersebut
berusaha bangkit sebanyak usaha perusahaan kecil yang fokus pada solusi
pencitraan corporate, namun jika perusahaan tersebut melakukan perubahan lebih
cepat, mungkin saja dominasinya tetap dapat dipertahankan.
Menghadapi sebuah risiko strategik tidak harus menjadi sebuah bencana,
misalnya Xerox, yang menjadi sejajar dengan sebuah produk tunggal yang sukses
besar, mesin fotokopi Xerox. Pengembangan cetak laser sebelumnya merupakan
risiko strategik bagi posisi Xerox. Namun tidak seperti Kodak, perusahaan
tersebut dapat beradaptasi terhadap teknologi baru dan mengubah model
bisnisnya. Cetak laser menjadi lini bisnis multi milyar bagi Xerox, dan perusahaan
tersebut bertahan dari risiko strategik.
2.3.2 Risiko Kepatuhan
Setiap orang mematuhi seluruh hukum dan regulasi yang berhubungan
dengan bisnis yang sedang dijalani. Namun, hukum berganti sepanjang waktu,
dan selalu ada risiko bahwa akan ada regulasi tambahan di masa mendatang. Saat
bisnis sedang berkembang maka para wirausaha harus mematuhi aturan baru yang
tidak pernah diterapkan sebelumnya.
Sebagai contoh, bisnis sebuah perkebunan organik di California, dan
menjual produk tersebut di toko seluruh U.S. Semua berjalan baik sehingga bisnis
tersebut diperluas ke Eropa dan mulai menjual di sana. Hal tersebut bagus, namun
akan ada risiko kepatuhan yang signifikan. Negara-negara di Eropa memiliki
aturan keamanan pangan, aturan penAndaanya sendiri, dan masih banyak lagi.
Jika membentuk lini Eropa untuk menanganinya maka diperlukan kepatuhan
aturan keuangan dan pajak lokal. Hal tersebut akan berdampak pada biaya
signifikan pada bisnis. Jika bisnis tersebut tidak meluas secara geografis, bisnis
tersebut masih dapat mengalami risiko kepatuhan hanya dengan memperluas lini
produk. Jika perkebunan California tersebut mulai memproduksi minuman anggur
sebagai tambahan terhadap makanan kemudian menjual alkohol maka akan
membuka bisnis tersebut kepada sebuah regulasi yang baru dan berpotensi penuh
biaya. Akhirnya, jika bisnis tersebut tetap tidak berubah, bisnis dapat terbentur
aturan baru kapanpun.
Mungkin sebuah aturan perlindungan data baru diperlukan untuk
meningkatkan keamanan website pada bisnis. Selain itu, regulasi keamanan
pekerja perlu berinvestasi dalam peralatan baru yang lebih aman pada bisnis. Atau
jika tidak sengaja melanggar aturan, dan harus membayar denda. Seluruh hal
tersebut membutuhkan biaya, dan memunculkan sebuah risiko kepatuhan terhadap
bisnis yang sedang dijalani.
Dalam kasus ekstrim, sebuah risiko kepatuhan dapat juga berdampak pada
masa depan bisnis, akan menjadi risiko strategik juga. Misalnya, perusahaan
tembakau yang menghadapi larangan periklanan terbaru, atau layanan berbagi
musik online pada akhir tahun 1990 yang dituntut dalam pelanggaran hak cipta
dan tidak dapat bertahan dalam bisnisnya. Risiko - risiko ini dibagi dalam kategori
yang berbeda, namun risiko-risiko tersebut seringkali bersinggungan.
2.3.3 Risiko Operasional
Sejauh ini, risiko muncul dari kejadian eksternal. Namun, perusahaan bisnis
yang sedang dijalani juga merupakan sumber risiko. Risiko operasional mengacu
pada sebuah kegagalan yang tidak diharapkan dalam operasi harian perusahaan.
Hal tersebut dapat berupa kegagalan teknis, seperti server yang sudah usang,
orang atau proses yang sedang berjalan.
Dalam beberapa kasus, risiko operasional memiliki lebih dari satu
penyebab. Sebagai contoh, bayangkan salah satu karyawan Anda menulis jumlah
yang salah dalam sebuah cek, yang membayar $100,000 bukan $10,000. Itu
merupakan kegagalan "orang", namun juga sebuah kegagalan "proses". Hal
tersebut dapat dicegah dengan memiliki proses pembayaran yang lebih aman.
Contohnya memiliki anggota atau staf kedua yang mengesahkan setiap
pembayaran besar, atau menggunakan sebuah sistem elektronik yang akan
menampilkan jumlah yang tidak biasa untuk dikaji.
Dalam beberapa kasus, risiko operasional dapat juga muncul dari kejadian
di luar kendali, seperti bencana alam, atau pemutusan daya, atau masalah website
host. Apapun yang mengganggu operasi utama perusahaan dikategorikan dalam
risiko operasional. Kejadian tersebut terlihat lebih sederhana dibandingkan risiko
strategik. Risiko operasional tetap memiliki dampak yang besar pada perusahaan
bisnis, yaitu akibat biaya perbaikan masalah, isu operasional yang dapat
mencegah pesanan pelanggan terkirim atau menjadikan pelanggan tidak dapat
menghubungi bisnis yang menyebabkan kerugian pemasukan dan merusak
reputasi bisnis.
2.3.4 Risiko Finansial
Kebanyakan kategori risiko memiliki dampak finansial, dalam istilah biaya
ekstra atau kerugian pemasukan. Namun, kategori risiko finansial mengacu secara
khusus pada arus masuk dan keluar uang dalam bisnis, dan kemungkinan akan
kerugian finansial. Sebagai contoh, sebuah porsi besar pemasukan bisnis berasal
dari sebuah klien besar tunggal, dan bisnis tersebut diperpanjang 60 hari kredit
kepada klien tersebut.
Dalam kasus tersebut, terdapat sebuah risiko finansial yang signifikan. Jika
pelanggan tersebut tidak dapat membayar, atau menunda pembayaran untuk
alasan apapun maka bisnis tersebut dalam masalah besar. Hutang yang banyak
akan meningkatkan risiko finansial, khususnya jika hutang jangka panjang yang
jatuh tempo dalam waktu dekat. Jika suku bunga tiba-tiba naik, bukannya
membayar 8% pinjaman tetappi sekarang membayar 15%. Itu adalah biaya ekstra
yang besar bagi bisnis, sehingga dihitung sebagai risiko finansial.
Risiko finansial meningkat jika bisnis dilakukan secara internasional.
Misalnya, perkebunan California yang menjual produknya di Eropa. Ketika itu
membuat penjualan di Prancis atau Jerman, pemasukannya dalam bentuk euro,
dan penjualan di UK dalam bentuk pounds. Nilai tukar selalu fluktuatif, yang
berarti jumlah yang diterima perusahaan dalam dollar akan berubah. Perusahaan
dapat membuat lebih banyak penjualan di bulan berikutnya namun menerima
lebih sedikit dalam dollar. Hal tersebut merupakan risiko finansial besar yang
harus diperhatikan.
2.3.5 Risiko Reputasional
Banyak jenis bisnis yang berbeda, namun semuanya memiliki satu hal yang
sama, yaitu tidak peduli industri yang mana yang sedang digeluti, reputasi bisnis
adalah segalanya. Jika reputasi bisnis rusak maka akan terlihat kerugian dalam
waktu cepat, seperti pelanggan yang mulai ragu berbisnis dengan bisnis tersebut.
Namun ada efek lain. Moral pekerja akan menurun bahkan memutuskan untuk
pergi. Mungkin akan kesulitan untuk mencari pengganti yang bagus, dimana calon
kandidat sudah mendengar reputasi jelek bisnis tersebut dan tidak berkehendak
untuk bergabung dengan usaha yang sedang dijalani tersebut. Pemasok mungkin
mulai menawarkan pada bisnis kondisi yang kurang menyenangkan. Pengiklan,
sponsor atau partner lainnya mungkin memutuskan untuk tidak lagi ingin
berasosiasi dengan bisnis tersebut.
Risiko reputasional dapat menimbulkan pelanggaran hukum mayor,
penarikan produk yang memalukan, publikasi negatif tentang bisnis atau staf, atau
kritik keras tentang produk atau layanan bisnis. Di masa sekarang, tidak
diperlukan kejadian besar untuk menyebabkan kerusakan reputasi. Hal tersebut
dapat menjadi kematian perlahan saat ribuan tweet review produk online yang
negatif.
3. JENIS KERUGIAN DARI RISIKO
3.1 KERUGIAN LANGSUNG
Kerugian langsung dari risiko adalah kerugian yang ditimbulkan secara
langsung pada bisnis dan dalam waktu yang cukup singkat setelah pengambilan
keputusan serta dampaknya dapat dirasakan.
3.2 KERUGIAN TAK LANGSUNG
Kerugian secara tidak langsung adalah kerugian yang ditimbulkan secara tidak
langsung dari faktor luar bisnis (perantara) dan dampaknya dapat dirasakan secara
tidak sadar, diluar perhitungan.

4. PENGELOLAAN RISIKO
Menurut Blackman (2015), langkah berikut adalah menentukan hal yang harus
dilakukan pada setiap risiko, sehingga dapat menanganinya dengan baik. Dalam
dunia manajemen risiko, ada empat strategi utama:
4.1 Menghindari
Terkadang, sebuah risiko akan begitu serius sehingga ingin
menghilangkannya. Contohnya dengan menghindari seluruh aktivitas, atau
menggunakan pendekatan yang benar-benar berbeda. Jika sebuah jenis trading
tertentu sangat berisiko, mungkin diputuskan bahwa itu tidak sebanding dengan
apa yang akan didapat, dan meninggalkannya.
Keuntungan strategi ini adalah bahwa ini merupakan cara yang paling efektif
dalam berurusan dengan risiko. Aktivitas yang menyebabkan masalah - masalah
potensial dihentikansehingga dapat menghilangkan peluang kerugian. Namun,
kelemahannya adalah kehilangan beberapa keuntungan. Aktivitas yang berisiko
dapat menjadi sangat menguntungkan, atau mungkin memiliki keuntungan
lainnya bagi perusahaan Anda. Jadi strategi ini sangat baik digunakan sebagai
langkah terakhir, ketika Anda mencoba strategi lainnya dan menemukan bahwa
tingkat risiko masih terlalu tinggi.
4.2 Mengurangi
Jika tidak menghilangkan seluruh aktivitas, pendekatan umum adalah
mengurangi risiko yang berkaitan dengan itu. Ambil langkah untuk membuat hasil
negatif lebih sedikit terjadi, atau meminimalkan dampaknya ketika itu terjadi.
Misalnya, "Klien utama XYZ Corp terlambat membayar tagihan" kita dapat
mengurangi kecendrungan untuk terjadi dengan menawarkan insentif kepada klien
yang membayar tagihannya tepat waktu. Mungkin diskon 10% untuk pembayaran
yang lebih cepat, dan penalti untuk pembayaran yang terlambat. Berurusan
dengan pelanggan yang terlambat membayar dapat sangat mengecok.
Pada contoh yang sama, kita dapat mengurangi dampak dengan mengatur
akses ke fasilitas kredit jangka pendek. Dengan cara tersebut, bahkan jika klien
terlambat membayar, kita tidak kehilangan uang. Hal tersebut mungkin
merupakan strategi yang paling umum, dan cocok digunakan untuk rentang risiko
yang luas. Strategi dapat dilanjutkan, namun dalam pengukuran yang membuat
bahayanya berkurang. Jika dilakukan dengan benar akan mendapatkan yang
terbaik. Namun bahayanya adalah kendali bisnis menjadi tidak efektif, dan
berakhir dengan tetap menderita kerugian yang Anda takutkan.
4.3 Memindahkan
Konsep asuransi dari kehidupan sehari - hari, dan hal yang sama berlaku
dalam bisnis. Sebuah kontrak asuransi pada dasarnya merupakan transfer risiko
dari satu pihak ke pihak lainnya, dengan imbalan bayaran. Contohnya ketika Anda
memiliki sebuah rumah, ada risiko besar akan kebakaran, pencurian atau
kerusakan lainnya. Jadi Anda membayar sebuah polis asuransi rumah, dan
memindahkan risiko tersebut ke perusahaan asuransi. Jika sesuatu terjadi,
perusahaan asuransi yang akan menanggung kerugiannya, dan sebagai imbalan
untuk jaminan tersebut, Anda membayar premi.
Ketika Anda memiliki sebuah bisnis, Anda memiliki pilihan untuk
memindahkan banyak risiko Anda ke perusahaan asuransi. Anda dapat
mengasuransikan properti dan kendaraan Anda, juga mengambil berbagai jenis
asuransi liabilitas untuk melindungi Anda dari tuntutan hukum. Kita akan
membahas lebih detil tentang asuransi pada tutorial selanjutnya dalam seri ini,
namun ini adalah pilihan yang bagus dalam menangani risiko yang memiliki
dampak yang besar, sepanjang Anda dapat menemukan polis yang terjangkau
4.4 Menerima
Menghindari risiko berarti membatasi aktivitas bisnis dan melewatkan
peluang keuntungan. Mengurangi risiko dapat melibatkan sistem baru yang mahal
atau proses dan kontrol yang melelahkan. Memindahkan risiko juga ada harganya,
contohnya seperti pada premi asuransi. Jadi dalam kasus risiko tingkat minor,
langkah terbaik adalah menerimanya. Tidak masuk akal bila menginvestasikan
dalam serangkaian software yang mahal hanya untuk mengecilkan sebuah risiko
yang tidak akan memiliki dampak yang besar. Untuk risiko yang mendapatkan
nilai dampak dan kecendrungan yang rendah, carilah solusi sederhana dan murah,
dan jika anda tidak dapat menemukannya, maka mungkin akan lebih berharga
untuk menerimanya dan melanjutkan bisnis seperti biasa.
Keuntungan dalam menerima risiko adalah cukup jelas: tidak ada biaya, dan
membebaskan sumber daya untuk fokus pada risiko yang lebih serius.
Kelemahannya adalah juga cukup jelas: anda tidak memiliki kendali. Jika dampak
dan kecenrungannya minor, itu mungkin tidak masalah. Namun pastikan bahwa
anda telah menilai semua hal tersebut dengan benar, sehingga anda tidak akan
mendapat kejutan yang tidak menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Makalah: BAB II URAIAN TEORITIS. Universitas Sumatera Utara.

Astari, Desi. 2015. Artikel: Pengambilan Resiko dalam Perpektif Wirausaha.


http://www.kompasiana.com/desybintang29.blogspot.com/pengambilan-resiko-
dalam-perspektif-wirausaha_55107778813311d738bc65d5. Diakses pada 3
November 2016.

Blackman, Andrew. 2014. Artikel: Macam-macam Risiko Bisnis.


https://business.tutsplus.com/id/tutorials/the-main-types-of-business-risk--cms-
22693. Diakses pada 3 November 2016.

.....2015. Artikel: Strategi Manajemen Risiko Yang Efektif.


https://business.tutsplus.com/id/tutorials/effective-risk-management-strategies--
cms-22887. Diakses pada 3 November 2016.

Anda mungkin juga menyukai