Anda di halaman 1dari 16

Tanggap Darurat

PT. MENARA SUMBERDAYA INDONESIA

KEVIN RAY

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemajuan serta perkembangan industri sekarang ini telah membawa sistem kerja
kearah globalisasi yang menuntut persaingan antar perusahaan atau lingkungan kerja
sehingga dibutuhkan strategi khusus dari masing-masing perusahaan agar dapat terus
bertahan ditengah kompetisi yang semakin kuat. Strategi utama yang menjadi andalan
setiap perusahaan adalah mengguanakan teknologi pengolahan sistem kerja yang semakin
canggih dan mampu menjadi kekuatan tersendiri bagi kelangsungan produksi perusahaan.
Pengggunaan teknologi yang semakin canggih ini membawa pengaruh terhadap
penanganan serta perawatan yang harusnya lebih baik sehingga dituntut penanganan yang
lebih oleh pekerja terhadap teknologi yang digunakan. Dalam realisasinya, diperlukan
korelasi yang baik antara pekerja dengan penggunaan teknologi agar tercipa suatu arus
kerja yang mendukung terciptanya sistem kerja yang produktif dan potensial bagi
keamanan serta keselamatan para pekerja.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pekerja juga menjadi aset bagi setiap perusahaan
untuk mengolah teknologi yang ada. Teknologi secanggih apapun, tidak akan terealisasi
menjadi suatu sstem kerja yang baik apabila tidak didukung oleh sumber daya manusia
yang mengolahnya.
Namun dalam pelaksanaannya seringkali perlu adanya sistem keselamatan dan
kesehatan kerja bagi para pekerja agar kegiatan kerja berjalan optimal tanpa adanya resiko
yang timbul bagi pekerja itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh adanya bahaya yang dapat
datang dari mana saja. Mulai dari bahaya yang ditimbulkan oleh pekerja itu sendiri
maupun bahaya yang timbul dari faktor luar seperti lingkungan alam. Bahaya dan resiko
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sehingga perlua adanya penanganan
untuk mencegah serta menanggulangi terjadinya kecelakaan kerja akhibat hal tersebut.

Salah satu penanganan yang dapat dapat dijadikan acuan dalam situasi darurat yang
ditimbulkan oleh kecelakaan kerja adalah pelaksanaan sistem tanggap darurat (emergency
response and preparedness program). Pelaksanaan sistem ini merupakan langkah awal dalam penanganan
keadaaan darurat yang terjadi pada kegiatan kerja demi mencapai tujuan keselamatan dan kesehatan kerja
bagi para pekerja.

1.2.Tujuan

Tujuan dari penulisan ini adalah memahami sistem tanggap darurat agar dapat diimplementasikan
secara benar di PT. Menara Sumberdaya Indonesia.

BAB II
ISI

2.1. Definisi Tanggap Darurat


Globalisasi yang ditandai dengan perkembangan dunia industrialisasi berpengaruh pada
beralihnya sistem kerja kepada pemanfaatan teknologi tingkat tinggi. Proses pergeseran industrialisasi ini
tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan terjadinya keadaan darurat di lingkungan kerja berkenaan
dengan adanya sumber bahaya yang dapat ditemukan di lingkungan kerja itu sendiri. (coVan,1994)
Sumber bahaya merupakan faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja yang dapat ditentukan
serta dapat dikendalikan apabila telah ada langkah identifikasi dan pengendalian yang terpadu (Levy dan
Wegman,1988). Sumber bahaya dapat mengakibatkan timbulnya keadaan darurat, seperti terjadinya
kecelakaan, pencemaran lingkungan, kerusakan (property damage). Banyak faktor yang dapat menjadi
sumber bahaya dala proses kerja, antara lain bangunan, bahan kimia, proses produksi, cara kerja, dan
lingkungan kerja.

Persiapan keadaan darurat merupakan tanggung jawab seluruh pekerja. Perencanaan dan
persiapan keadaan darurat tidak dapat terlepas dari peran manajemen puncak dalam perencanaan dan
penetapan kebijakan serta komitmen tinggi dalam mencegah dan menanggulangi keadaan darurat
(Kelly,1998). Dengan perencanaan dan penerapan sistem tanggap darurat industri (emergency response
and preparedness), maka secara tidak langsung perusahaan telah terlibat aktif dan peduli pada terciptanya
keamanan dan keselamatan kerja.

Sistem tanggap darurat merupakan kesatuan sistem yang diterapkan dan dilaksanakan oleh suatu
industri, pemerintah beserta komponen masyarakat yang terintegrasi dalam suatu sistem dan prosedur kerja
yang konkret, dalam rangka menghadapi keadaan darurat di suatu instansi, industri, maupun sektor
informal yang berpotensi menimbulkan gangguan bagi stabilitas keamanan (Kelly,1988). Sedangkan
menurut Astra Green Company (2002), emergency adalah suatu keadaan tidak normal atau yang tidak
diinginkan yang terjadi pada suatu tempat, yang cenderung membahayakan bagi manusia, merusak
peralatan dan harta benda dan merusak lingkungan.

2.2.Maksud dan Tujuan serta Sasaran Pokok Tanggap Darurat


Secara garis besar, maksud dan tujuan sistem tanggap darurat (Astra Green Company,2002)
meliputi aspek kemanusiaan, aspek pencegahan kerugian, dan aspek komersial. Aspek kemanusiaan disini
mencakup pencegahan dan minimalisir jatuhnya korban manusia, penyelamatan jiwa atau perlindungan
karyawan atau orang yang berada disekitar terjadinya kejadian tersebut, pemindahan atau pengamanan
sumber daya manusia atau aset ke tempat yang lebih aman, serta pemberian pertolongan pengobatan
kepada korban-korban yang terluka.

Untuk aspek pencegahan kerugian, terdiri dari beberapa point penting, yaitu meminimalisisr
kerugian terhadap aset-aset perusahaan dan lingkungan sekitar, mencegah menjalarnya keadaan darurat,
dan meminimalisir bahaya yang timbul akibat keadaan darurat tersebut. Sedangkan aspek komersial
mencakup penjaminan kelangsungan operasional perusahaan agar kegiatan bisnis dan produksi tidak
terhenti, serta memberikan informasi kepada seluruh penghuni gedung tentang bahaya industri dan cara-
cara penanggulangannya.
Menurut British Standard Institution (1992) dalam Krakatau Steel (1993) menyatakan bahwa
sasaran pokok program emergency response and preparedness adalah:
1) Meningkatkan suatu konsep dasar untuk mengatasi keadaan darurat di sektor industri dengan
matang dan komprehensif
2) Mengidentifikasi untuk melaporkan tindakan-tindakan yang diperlukan dalam mengatasi suatu
keadaan darurat
3) Memastikan adanya suatu team keadaan tanggap darurat yang lengkap dengan semua sarananya
4) Sebagai sarana masukan dalam pengmbilan keputusan oleh Top Manajemen Perusahaan

2.3.Team Tanggap Darurat


Sebagai salah satu langkah pengendalian terpadu dalam rangka mengendalikan dan
menanggulangi keadaan darurat yang timbul di tempat kerja,maka dibentuklah team
tanggap darurat suatu perusahaan. Misalnya dalam suatu organisasi tingkat perusahaan
pasti memiliki suatu struktur organisasi yang beranggotakan perwakilan dari semua
departemen, baik departemen produksi maupun non produksi.
Secara umum struktur team tanggap darurat, meliputi semua personel yang terlibat
di setiap departemen yang ada di perusahaan. Pembentukan organisasi tanggap darurat,
harus mencerminkan kebijakan dari manajemen puncak dengan menjalin kerja sama
seluruh pihak, tanpa terkecuali peranan pemerintah setempat guna mendukung tercapainya
sistem tanggap darurat dan team penanggulangan keadaan darurat yang terstruktur dan
terprogram jelas (Permenaker No.Per-05/MEN/1996).
Team tanggap darurat, terdiri dari beberapa kelompok satuan team penanggulangan
dan pengendalian bahaya. Masing-masing personel mempunyai kapasitas peran khusus,
contohnya adalah team pemadaman kebakaran, team evakuasi, team medis, team
lingkungan serta team keamanan.
Tanggung jawab dan peran setiap personel, dalam mengambil bagian pada saat
terjadi keadaan darurat merupakan salah satu bentuk kepedulian dan kerjasama aktif di
semua lini jajaran perusahaan (Sahab, 1997). Pencapaian kinerja ini tercermin dari berhasil
tidaknya manajemen perusahaan didalam mengkomunikasikan dan mengkoordinasi setiap
elemen keanggotaan team.
Peran dan tanggung jawab dari sebuah team tanggap darurat dalam penanganan
situasi darurat adalah sebagai berikut :
1. Melakukan koordinasi dengan anggota team untuk menanggulangi dan
menangani keadaan darurat (kebakaran, peledakan furnace, tumpahan bahan
berbahaya dan beracun, dan lain sebagainya)
2. Memberikan pertolongan dan evakuasi korban
3. Melakukan komunikasi efektif dengan pihak berwajib, serta melakukan
pemulihan (rehabilitasi) lingkungan

2.4.Prosedur Tanggap Darurat


Barry S. Levy dan David Wegman (1988) mengemukakan bahwa konsep pokok
dalam program keselamatan dan kesehatan kerja adalah pemenuhan standar keselamatan
dan kesehatan kerja yang optimal. Syukri Sahab (1997) menambahkan bahwa kebutuhan
sektor industri yang semakin beragam, pemenuhan aspek utama ini menjadi suatu
keharusan bagi semua pelaku industri. Setiap pekerjaan yang dilakukan terutama dalam
lingkungan industri mempunyai banyak resiko yang setiap saat mengancam keselamatan
tenaga kerjanya dalam kondisi darurat. Setiap perusahaan akan mengalami permasalahan
yang sama berkaitan dengan kondisi darurat (emergency) tersebut. Berkembangnya
teknologi dalam sektor industri di dunia turut mendukung banyak perusahaan maju untuk
beralih dalam pemakaian dan pemanfaatan teknologi tinggi. Sehingga tidak menutup
kemungkinan, adanya peralihan penggunaan teknologi tinggi tersebut menimbulkan
adanya keadaan darurat di lingkungan kerja.
Setiap tenaga kerja yang berada dalam lingkungan industri mempunyai kewajiban
dan tanggung jawab dalam persiapan terhadap keadaan darurat. Suatu perencanaan dan
penerapan sistem tanggap darurat industri baik yang dilakukan perusahaan maupun tenaga
kerja, secara tidak langsung akan mampu menciptakan stabilitas keamanan dan
keselamatan kerja perusahaan khususnya para tenaga kerja di dalamnya. Selain itu
pemahaman penanggulanagan bahaya bencana dan kecelakaan industri dinilai penting
untuk meminimalkan kerugian bagi industri yang bersangkutan. Pelaksanaan tanggap
darurat biasanya dilakukan dengan membentuk suatu tim khusus pengendalian dan dan
penanganan kondisi darurat seperti saat terjadi kebakaran, peledakan, dan kecelakaan
kerja. Keadaan darurat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu:
1. Kondisi darurat tingkat I (Tier I)
Keadaan darurat tingkat I adalah keadaan darurat yang berpotensi mengancam bahaya
manusia dan harta benda (asset), yang secara normal dapat diatasi oleh personil jaga dan
suatu instalasi/pabrik dengan menggunakan prosedur yang telah dipersiapkan.

2. Keadaan darurat tingkat II (Tier II)


Keadaan darurat tingkat II (Tier II) ialah suatu kecelakaan besar dimana semua tenaga
kerja yang bertugas dibantu dengan peralatan dan material yang tersedia di instalasi/pabrik
tersebut, tidak mampu mengendalikan keadaan darurat tersebut, seperti kebakaran besar,
ledakan dahsyat, bocoran bahan B3 yang kuat, semburan liar sumur minyak/gas dan
lainlain, yang mengancam nyawa manusia atau lingkungannya dan atau asset dan
instalasi tersebut dengan dampak bahaya atas tenaga kerja / daerah / masyarakat sekitar.
Bantuan tambahan masih berasal dari industri sekitar, pemerintah setempat dan masyarakat
sekitar.

3. Keadaan darurat tingkat III(Tier III)


Keadaan darurat tingkat III (Tier III) ialah keadaan darurat berupa malapetaka/ bencana
dahsyat dengan akibat lebih besar dibandingkan dengan Tier II, dan memerlukan bantuan,
koordinasi pada tingkat nasional. (Qauliyah, 2010)

Dalam upaya penanganan terhadap berbagai kondisi darurat yang ada, tidak
dilakukan secara sembarangan. Pelaksanaan tanggap darurat tersebut memiliki prosedur
keadaan darurat yang harus dipedomani bagi perusahaan maupun tenaga kerja. Secara
umum jenis prosedur keadaan darurat dapat dibagi menjadi 2 kategori. Kategori pertama
yaitu prosedur keadaan darurat intern (local standing procedure), pedoman pelaksanaan
penanggulangan keadaan darurat untuk masing-masing fungsi/unit. Pedoman ini hanya
digunakan untuk unit/fungsi bersangkutan untuk menanggulangi keadaan darurat yang
terjadi diunitnya dalam batasan masih mampu ditanggulangi. Sedangkan kategori kedua
yaitu prosedur keadaan darurat umum (utama), Pedoman perusahaan secara menyeluruh
didalam menanggulangi keadaan darurat yang cukup besar atau dapat membahayakan unit
kerja lain.

2.5.Sarana,Prasarana,dan Fasilitas Pendukung Pelaksanaan Tanggap Darurat


Sarana, prasarana dan fasilitas penunjang dalam prosedur tanggap darurat
merupakan salah satu hal wajib dalam mendukung kegiatan pengendalian dan
penanggulangan keadan darurat . Menurut British Standards Institution (Krakatau Steel, 1993)
menyatakan bahwa perlengkapan dan sarana instrumen yang minimal wajib dimiliki oleh
sebuah perusahaan adalah :
a. Personel Protective Equipment (alat pelindung diri) yang meliputi safety helmet (pelindung kepala),
safety shoes (pelindung kaki), safety glove dan ear plug. Alat-alat ini sangat dibutuhkan guna melindungi
diri dari resiko yang ditimbulkan bahaya lingkungan kerja.
b. Fire fighting equipment yang meliputi hydrant, Fire Extinguisher, System Detector dan alarm System.
Peralatan ini sangat diperlukan pada saat terjadi kebakaran, sehingga diwajibkan ada pada setiap
bangunan, baik lingkungan kerja maupun tempat umum lainnya
c. First Aid Kit Box
First Aid Kit Box sangat diperlukan untuk melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan kerja.
Peralatan dan isi yang wajib ada pada First Aid Kit Box yaitu: Kapas putih, pembalut gulung lebar
2,5 cm, pembalut gulung lebar 5 cm, pembalut gulung lebar 10 cm, pembalut segitiga
(Mitella), pembalut cepat steril, kasa steril ukuran 5x5 cm, kasa steril ukuran 7,5x7,5
cm, plester lebar 1 cm, plester lebar 2,5 cm, plester cepat (Tensoplast, Hansaplast, dll),
bidai, gunting, sabun, tissue,pinset,senter,Obat antinyeri antidemam (Parasetamol,
Antalgin, dll), obat sakit perut / diare (Diatab, dll), norit, obat merah, obat gosok
(balsem, minyak angin), rivanol, betadine.
d. Emergency Lighting and Power
Emergency Lighting and Power ini akan menyala pada saat kondisi darurat terjadi. Seperti lampu
penunjuk arah untuk menuju tangga darurat atau menuju pintu keluar.
e. Communication Fasilities
Communication Fasilities ini dibutuhkan agar pada saat terjadi situasi darurat komunikasi bisa tetap
berjalan sehingga bantuan pertolongan bisa segera dihubungi.
Berikut adalah beberapa gambar dari perlengkapan yang digunakan dalam keadaan darurat :

First Aid Kit Box

Hydrant Fire Extinguisher

Safety Shoes
Safety Helmet Safety Glove

2.6.Tahapan Proses Tanggap Darurat

Pelaksanaan tanggap darurat yang dilakukan oleh perusahaan atau tenaga kerja
meliputi beberapa tahap penting. Setiap tahapan yang dilakukan harus dikomunikasikan
secara penuh antara elemen yang bersangkutan sehingga dapat diperoleh pencapaian
kondisi yang terkendali dan aman. Agar kondisi darurat yang terjadi dapat diminimalkan.
Adapun tahapan dalam proses tanggap darurat sebagai berikut:
1. Protect (perlindungan)
2. Comminicate (komunikasi)
3. Control (pengawasan)
4. Record (pelaporan)
5. Follow-Up (evaluasi dan koreksi)
Tahapan proses tanggap darurat di atas merupakan unsur-unsur pokok dalam
perencanaan dari tanggap darurat yang dapat dijabarkan menjadi beberapa tahapan,
dimulai dari tahap pra-kejadian, saat terjadi keadaaan darurat sampai pada saat pasca
kejadian (CoVan, 1994).
Tahap pertama yang dilakukan adalah tahap pra-kejadian. Secara umum
pengendalian awal dalam keadaan darurat di tempat kerja meliputi segala kegiatan
perencanaan, identifikasi dan penilaian resiko bahaya, menyusun kegiatan penanggulangan
keadaan darurat yang terpadu. Prosedur awal dalam melaksanakan penanggulangan dan
pengendalian bahaya di perusahaan adalah dengan melakukan identifikasi dan
pengendalian resiko bahaya yang berasal dari sumber bahaya. Prosedur ini digunakan
untuk menganalisa dan mengetahui potensi tempat-tempat strategis dalam perusahaan yang
sangat berpotensi dalam keadaan darurat seperti kebakaran, peledakan, kebocoran gas, dan
lain-lain. Dengan mengetahui lokasi yang berpotensi dalam keadaan darurat tersebut, maka
keadaan darurat yang akan terjadi dapat diminimalkan.
Tahap yang kedua adalah saat terjadi keadaan darurat. Proses penanganan pada
kondisi darurat, harus memuat cara kerja dan prosedur baku sebagai acuan dalam kegiatan
penanggulangan keadaan darurat, seperti adanya kontinuitas dan komunikasi menyeluruh
terhadap kegiatan penanggulangan bahaya. Ketika telah terjadi keadaan darurat maka dapat
dilakukan beberapa langkah awal dalam menangani kondisi tersebut, misalnya dengan
kegiatan pengamanan sumber daya, mengisolasi lingkungan, menyelamatkan barang-
barang serta dokumen penting dalam perusahaan, menbantu dalam evakuasi korban,
mematikan semua peralatan yang berpotensi dapat meningkatkan keadaan darurat, serta
dengan segera mematikan sumber kebocoran cairan atau gas, yang memungkinkan
terjadinya kontaminasi dan kerusakan pada lingkungan sekitar maupun yang dapat
mengganggu kesehatan para tenaga kerja.
Team tanggap darurat yang terdiri dari team evakuasi, team lingkungan, bagian
keamanan, dan system komunikasi harus berjalan dan dapat bekerja sama dengan baik,
dengan melaksanakan peran masing-masing dalam kesatuan team tanggap darurat.
Tahap ketiga adalah saat pasca keadaan. Proses pengendalian keadaan darurat pada
tahap pasca keadaan meliputi seluruh kegiatan yang dilaksanakan berdasarkan prosedur
operasional tanggap darurat perusahaan. Hal ini meliputi seluruh kegiatan pemulihan,
rehabilitasi, rekontruksi, investigasi kecelakaan, sistem pelaporan dan inventarisasi
dokumen. Secara umum dilakukan beberapa penanganan ketika pasca keadaan darurat,
diantaranya melakukan pendataan jumlah korban akibat adanya keadaan darurat tersebut.
Selain pendataan terhadap jumlah korban, juga dilakukan pendataan terhadap sarana
prasarana yang mengalami kerusakan. Karena ketika terjadi keadaan darurat, biasanya
cukup banyak dari sarana dan prasarana milik perusahaan yang mengalami kerusakan.
Setelah pendataan selesai dilakukan, langkah selanjutnya adalah melakukan rekontruksi
dan rehabilitasi terhadap fasilitas yang mengalami kerusakan. Adanya rehabilitasi dan
rekontruksi sangat membantu baik pihak perusahaan maupun pihak tenaga kerja. Karena
kegiatan ini ditujukan untuk melakukan perbaikan sekaligus pengkondisian aman terhadap
sarana dan prasarana , lingkungan kerja perusahaan yang berantakan untuk dilakukan
proses perbaikan. Sehingga para tenaga kerja dapat cepat kembali bekerja dalam kondisi
yang aman dan nyaman.
Pemulihan keadaan setelah post-emergency dilakukan agar keadaan menjadi normal
kembali, dan memastikan bahwa kondisi serupa tidak akan terulang lagi. Hal ini harus
dilakukan sesegera mungkin agar tidak terjadi pembengkakan biaya serta kerugian waktu
yang lebih banyak. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan pada tahap ini adalah
memastikan bahwa keadaan tempat kejadian sudah aman, serta terisolasi dari orang luar
yang tidak berkepentingan.
Pada tahap investigasi dan evaluasi, dilakukan pencarian sebab dan sumber dampak
terjadinya bahaya, mengambil langkah penyelidikan dan pemantauan lapangan untuk
menganalisa bahaya, serta menentukan langkah pencegahan agar keadaan membahayakan
tersebut tidak terulang kembali.
Pelaporan dan inventarisasi juga merupakan tahap yang penting pada penanganan
keadaan setelah kejadian. Pelaporan dibuat secara rinci dan sistematis, termasuk
inventarisasi barang dan kerugian akibat keadaan darurat yang terjadi.Berisi tentang
deskripsi kejadian, langkah pengendalian, jumlah kerugian (lost time injury dan accident ),
dampak terhadap lingkungan, kegiatan investigasi yang berperan, nama pembuat laporan
dan memuat tanggal, hari serta waktu yangada.

2.7.Penerapan Tanggap Darurat


Keberhasilan penerapan sistem tanggap darurat sangat dipengaruhi banyak faktor,
antara lain sumber daya manusia dengan segala keterbatasannya dan efisiensi media yang
memuat standar penerapan tanggap darurat sehingga mudah digunakan oleh para pekerja
kemanusiaan di lapangan.
Penerapan dari tanggap darurat terdiri dari berbagai macam contoh dan dari tempat
yang berbeda. Namun, pada umumnya di tempat-tempat umum memiliki tanggap darurat
yang sama jenisnya, kecuali industri-industri tertentu yang memiliki spesifikasi
keselamatan dan kesehatan kerja yang berbeda, sehingga memiliki peralatan tanggap
darurat yang sedikit berbeda.
Berikut ini contoh dan penjelasan dari penerapan tanggap darurat di industri PT.
Menara Sumberdaya Indonesia.
1. Untuk penanggulangan kebakaran, yang paling banyak tersedia adalah APAR
(Alat Pemadam Kebakaran), hydrant, sprinkler, alarm kebakaran, dan jalur
Disaster risk
evakuasi seperti tangga darurat. Hydrant adalah terminal air manajemen,
untuk keadaan
manajemen
darurat seperti terjadinya kebakaran. Sedangkan sprinkler adalah pancuran
resiko harus air
menjadi alat
otomatis seperti hujan yang mendeteksi panas (Hepiman dkk, 2009).
developmentt
development dalam seluruh
Bencana eme fase siklus
development penanganan

development

prepardn development respons re


si
ko
development Ancaman dan
resiko
kerentanan
berinteraksi
Rehabilitasi secara dinamis
mitigatio dan dalam waktu dan
ruang untuk
rekontruksi
menghancurkan
development
atau sebaliknya.
development
Development

Alur kegiatan manajemen bencana


2. penerapannya, perlu diperhatikan dua system proteksi kebakaran, yaitu sebagai
berikut :

Aktif Pasif
sistem deteksi dan alarm Konstruksi
sistem air pemadam lamanya evakuasi
alat pemadam api ringan jumlah dan sifat kegiatan
alat pemadam bergerak penghuni penggunaan bangunan
pintu keluar
tangga darurat
jarak tempuh
3. Pada bidang penerbangan, ada jenis tanggap darurat yang bernama contingency
plan penerbangan. Contingency plan merupakan manajemen lalu lintas udara
yang mengantisipasi terjadinya gangguan terhadap pemanduan pelayanan lalu
lintas penerbangan yang diberikan unit Air Traffic Service (ATS) (Widhi
K,Nograhany, 2007).
4. Pada penanggulangan banjir dilakukan secara bertahap. Dari pencegahan
sebelum banjir (prevention), penanganan saat banjir (response/intervention), dan
pemulihan setelah banjir (recovery). (Bappenas,2011).
Peta jalur evakuasi tercepat di PT. Menara Sumberdaya Indonesia

BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Sistem tanggap darurat merupakan kesatuan sistem yang diterapkan dan


dilaksanakan oleh suatu industri, pemerintah beserta komponen masyarakat yang
terintegrasi dalam suatu sistem dan prosedur kerja yang konkret, dalam rangka menghadapi
keadaan darurat di suatu instansi, industri, maupun sektor informal yang berpotensi
menimbulkan gangguan bagi stabilitas keamanan.
Maksud dan tujuan sistem tanggap darurat meliputi aspek kemanusiaan, aspek
pencegahan kerugian, dan aspek komersial. Aspek kemanusiaan disini mencakup
pencegahan dan minimalisir jatuhnya korban manusia, penyelamatan jiwa atau
perlindungan karyawan atau orang yang berada disekitar terjadinya kejadian tersebut,
pemindahan atau pengamanan sumber daya manusia atau aset ke tempat yang lebih aman,
serta pemberian pertolongan pengobatan kepada korban-korban yang terluka.
Perlengkapan dan sarana instrumen yang minimal wajib dimiliki oleh sebuah
perusahaan adalah personal protective equipment, fire fighting, fisrt aid kit box,
emergency lighting dan power, dan communivation fasilities.
Pelaksanaan tanggap darurat yang dilakukan oleh perusahaan atau tenaga kerja
meliputi beberapa tahap penting. Setiap tahapan yang dilakukan harus dikomunikasikan
secara penuh antara elemen yang bersangkutan sehingga dapat diperoleh pencapaian
kondisi yang terkendali dan aman. Agar kondisi darurat yang terjadi dapat diminimalkan.
Adapun tahapan dalam proses tanggap darurat adalah perlindungan, komunikasi,
pengawasan, pelaporan, evaluasi dan koreksi

3.2.Saran
1. Untuk terlaksananya suatu rancangan tanggap darurat yang baik, disarankan agar segera
dibentuk team atau regu khusus penanggulangan keadaan darurat pada setiap sektor
kerja
2. Disarankan agar pendidikan dan pelatihan terhadap upaya penanggulangan keadaan
darurat lebih sering dilakukan
3. Kelengkapan sarana dan prasarana dalam penanggulangan keadaan darurat perlu
dilengkapi. Misalnya dalam kebakaran,selain APAR yang perlu dilengkapi, alat-alat
seperti alarm kebakaran, hydrant, sprinkler juga perlu dilengkapi
4. Persiapan evakuasi harus segera dilengkapi, seperti peta jalur evakuasi dan titik kumpul
(Assembly Point).
DAFTAR PUSTAKA

Astra Green Company. 2002. Pedoman Pengelolaan Lingkungan, Keselamatan & Kesehatan Kerja.

Jakarta

Bappenas. 2011.Kebijakan Penanggulangan Banjir di Indonesia [Terhubung berkala].


www.bappenas.go.id/get-file-server/node/2498/ (7 Desember 2011)
Barry S. Levy dan David Wegman .1988. Occupational Health Recognizing and
Preventing Work-Related Disease. 2th ed. Massachusetts. Doubleday & Company, Inc.

Hepiman,Fison,dkk. 2009. RANCANGAN DAN TANGGAP DARURAT TERHADAP


BAHAYA KEBAKARAN DI RUMAH SAKIT Dr. ERNALDI BAHAR PALEMBANG.
Palembang.
James, CoVan. 1994.Safety Engineering. New York : John Wiley & Sons, Inc.

Kelly,Robert B. 1998. Industrial Emergency Preparednes. New York: Van Nostrand Nost
Reinhold

Permenaker No.PER 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja (SMK3).2007. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Depnkaertrans RI

PT.Krakatau Steel. 1993. Pelatihan dan Training K3 Industri. Cilegon: PT.Krakatau Steel

Qauliyah, Asta. 2010. Prosedur Tanggap darurat [Terhubung berkala].


http://astaqauliyah.com/2010/04/sistem-tanggap-darurat-dan-evakuasi-di-rumah-sakit/
(7 Desember 2011)

Syukri Sahab .1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Bina
Sumber Daya Manusia
The Sphere Prohect. 2004. Humanitarian Charter and Minimum Standards in
Humanitarian Response [Terhubung Berkala].
http://www.sphereproject.org/content/view/27/84 (7 Desember 2011)
Widhy K,Nograhany. 2007. RI Akan Jadi Contoh Penerapan Tanggap Darurat
Penerbangan[Terhubung Berkala].
http://www.detiknews.com/read/2007/04/25/110510/772336/10/ri-akan-jadi-contoh-
penerapan-tanggap-darurat-penerbangan (7 Desember 2011)

Anda mungkin juga menyukai