KEVIN RAY
BAB I
PENDAHULUAN
Kemajuan serta perkembangan industri sekarang ini telah membawa sistem kerja
kearah globalisasi yang menuntut persaingan antar perusahaan atau lingkungan kerja
sehingga dibutuhkan strategi khusus dari masing-masing perusahaan agar dapat terus
bertahan ditengah kompetisi yang semakin kuat. Strategi utama yang menjadi andalan
setiap perusahaan adalah mengguanakan teknologi pengolahan sistem kerja yang semakin
canggih dan mampu menjadi kekuatan tersendiri bagi kelangsungan produksi perusahaan.
Pengggunaan teknologi yang semakin canggih ini membawa pengaruh terhadap
penanganan serta perawatan yang harusnya lebih baik sehingga dituntut penanganan yang
lebih oleh pekerja terhadap teknologi yang digunakan. Dalam realisasinya, diperlukan
korelasi yang baik antara pekerja dengan penggunaan teknologi agar tercipa suatu arus
kerja yang mendukung terciptanya sistem kerja yang produktif dan potensial bagi
keamanan serta keselamatan para pekerja.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pekerja juga menjadi aset bagi setiap perusahaan
untuk mengolah teknologi yang ada. Teknologi secanggih apapun, tidak akan terealisasi
menjadi suatu sstem kerja yang baik apabila tidak didukung oleh sumber daya manusia
yang mengolahnya.
Namun dalam pelaksanaannya seringkali perlu adanya sistem keselamatan dan
kesehatan kerja bagi para pekerja agar kegiatan kerja berjalan optimal tanpa adanya resiko
yang timbul bagi pekerja itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh adanya bahaya yang dapat
datang dari mana saja. Mulai dari bahaya yang ditimbulkan oleh pekerja itu sendiri
maupun bahaya yang timbul dari faktor luar seperti lingkungan alam. Bahaya dan resiko
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sehingga perlua adanya penanganan
untuk mencegah serta menanggulangi terjadinya kecelakaan kerja akhibat hal tersebut.
Salah satu penanganan yang dapat dapat dijadikan acuan dalam situasi darurat yang
ditimbulkan oleh kecelakaan kerja adalah pelaksanaan sistem tanggap darurat (emergency
response and preparedness program). Pelaksanaan sistem ini merupakan langkah awal dalam penanganan
keadaaan darurat yang terjadi pada kegiatan kerja demi mencapai tujuan keselamatan dan kesehatan kerja
bagi para pekerja.
1.2.Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah memahami sistem tanggap darurat agar dapat diimplementasikan
secara benar di PT. Menara Sumberdaya Indonesia.
BAB II
ISI
Persiapan keadaan darurat merupakan tanggung jawab seluruh pekerja. Perencanaan dan
persiapan keadaan darurat tidak dapat terlepas dari peran manajemen puncak dalam perencanaan dan
penetapan kebijakan serta komitmen tinggi dalam mencegah dan menanggulangi keadaan darurat
(Kelly,1998). Dengan perencanaan dan penerapan sistem tanggap darurat industri (emergency response
and preparedness), maka secara tidak langsung perusahaan telah terlibat aktif dan peduli pada terciptanya
keamanan dan keselamatan kerja.
Sistem tanggap darurat merupakan kesatuan sistem yang diterapkan dan dilaksanakan oleh suatu
industri, pemerintah beserta komponen masyarakat yang terintegrasi dalam suatu sistem dan prosedur kerja
yang konkret, dalam rangka menghadapi keadaan darurat di suatu instansi, industri, maupun sektor
informal yang berpotensi menimbulkan gangguan bagi stabilitas keamanan (Kelly,1988). Sedangkan
menurut Astra Green Company (2002), emergency adalah suatu keadaan tidak normal atau yang tidak
diinginkan yang terjadi pada suatu tempat, yang cenderung membahayakan bagi manusia, merusak
peralatan dan harta benda dan merusak lingkungan.
Untuk aspek pencegahan kerugian, terdiri dari beberapa point penting, yaitu meminimalisisr
kerugian terhadap aset-aset perusahaan dan lingkungan sekitar, mencegah menjalarnya keadaan darurat,
dan meminimalisir bahaya yang timbul akibat keadaan darurat tersebut. Sedangkan aspek komersial
mencakup penjaminan kelangsungan operasional perusahaan agar kegiatan bisnis dan produksi tidak
terhenti, serta memberikan informasi kepada seluruh penghuni gedung tentang bahaya industri dan cara-
cara penanggulangannya.
Menurut British Standard Institution (1992) dalam Krakatau Steel (1993) menyatakan bahwa
sasaran pokok program emergency response and preparedness adalah:
1) Meningkatkan suatu konsep dasar untuk mengatasi keadaan darurat di sektor industri dengan
matang dan komprehensif
2) Mengidentifikasi untuk melaporkan tindakan-tindakan yang diperlukan dalam mengatasi suatu
keadaan darurat
3) Memastikan adanya suatu team keadaan tanggap darurat yang lengkap dengan semua sarananya
4) Sebagai sarana masukan dalam pengmbilan keputusan oleh Top Manajemen Perusahaan
Dalam upaya penanganan terhadap berbagai kondisi darurat yang ada, tidak
dilakukan secara sembarangan. Pelaksanaan tanggap darurat tersebut memiliki prosedur
keadaan darurat yang harus dipedomani bagi perusahaan maupun tenaga kerja. Secara
umum jenis prosedur keadaan darurat dapat dibagi menjadi 2 kategori. Kategori pertama
yaitu prosedur keadaan darurat intern (local standing procedure), pedoman pelaksanaan
penanggulangan keadaan darurat untuk masing-masing fungsi/unit. Pedoman ini hanya
digunakan untuk unit/fungsi bersangkutan untuk menanggulangi keadaan darurat yang
terjadi diunitnya dalam batasan masih mampu ditanggulangi. Sedangkan kategori kedua
yaitu prosedur keadaan darurat umum (utama), Pedoman perusahaan secara menyeluruh
didalam menanggulangi keadaan darurat yang cukup besar atau dapat membahayakan unit
kerja lain.
Safety Shoes
Safety Helmet Safety Glove
Pelaksanaan tanggap darurat yang dilakukan oleh perusahaan atau tenaga kerja
meliputi beberapa tahap penting. Setiap tahapan yang dilakukan harus dikomunikasikan
secara penuh antara elemen yang bersangkutan sehingga dapat diperoleh pencapaian
kondisi yang terkendali dan aman. Agar kondisi darurat yang terjadi dapat diminimalkan.
Adapun tahapan dalam proses tanggap darurat sebagai berikut:
1. Protect (perlindungan)
2. Comminicate (komunikasi)
3. Control (pengawasan)
4. Record (pelaporan)
5. Follow-Up (evaluasi dan koreksi)
Tahapan proses tanggap darurat di atas merupakan unsur-unsur pokok dalam
perencanaan dari tanggap darurat yang dapat dijabarkan menjadi beberapa tahapan,
dimulai dari tahap pra-kejadian, saat terjadi keadaaan darurat sampai pada saat pasca
kejadian (CoVan, 1994).
Tahap pertama yang dilakukan adalah tahap pra-kejadian. Secara umum
pengendalian awal dalam keadaan darurat di tempat kerja meliputi segala kegiatan
perencanaan, identifikasi dan penilaian resiko bahaya, menyusun kegiatan penanggulangan
keadaan darurat yang terpadu. Prosedur awal dalam melaksanakan penanggulangan dan
pengendalian bahaya di perusahaan adalah dengan melakukan identifikasi dan
pengendalian resiko bahaya yang berasal dari sumber bahaya. Prosedur ini digunakan
untuk menganalisa dan mengetahui potensi tempat-tempat strategis dalam perusahaan yang
sangat berpotensi dalam keadaan darurat seperti kebakaran, peledakan, kebocoran gas, dan
lain-lain. Dengan mengetahui lokasi yang berpotensi dalam keadaan darurat tersebut, maka
keadaan darurat yang akan terjadi dapat diminimalkan.
Tahap yang kedua adalah saat terjadi keadaan darurat. Proses penanganan pada
kondisi darurat, harus memuat cara kerja dan prosedur baku sebagai acuan dalam kegiatan
penanggulangan keadaan darurat, seperti adanya kontinuitas dan komunikasi menyeluruh
terhadap kegiatan penanggulangan bahaya. Ketika telah terjadi keadaan darurat maka dapat
dilakukan beberapa langkah awal dalam menangani kondisi tersebut, misalnya dengan
kegiatan pengamanan sumber daya, mengisolasi lingkungan, menyelamatkan barang-
barang serta dokumen penting dalam perusahaan, menbantu dalam evakuasi korban,
mematikan semua peralatan yang berpotensi dapat meningkatkan keadaan darurat, serta
dengan segera mematikan sumber kebocoran cairan atau gas, yang memungkinkan
terjadinya kontaminasi dan kerusakan pada lingkungan sekitar maupun yang dapat
mengganggu kesehatan para tenaga kerja.
Team tanggap darurat yang terdiri dari team evakuasi, team lingkungan, bagian
keamanan, dan system komunikasi harus berjalan dan dapat bekerja sama dengan baik,
dengan melaksanakan peran masing-masing dalam kesatuan team tanggap darurat.
Tahap ketiga adalah saat pasca keadaan. Proses pengendalian keadaan darurat pada
tahap pasca keadaan meliputi seluruh kegiatan yang dilaksanakan berdasarkan prosedur
operasional tanggap darurat perusahaan. Hal ini meliputi seluruh kegiatan pemulihan,
rehabilitasi, rekontruksi, investigasi kecelakaan, sistem pelaporan dan inventarisasi
dokumen. Secara umum dilakukan beberapa penanganan ketika pasca keadaan darurat,
diantaranya melakukan pendataan jumlah korban akibat adanya keadaan darurat tersebut.
Selain pendataan terhadap jumlah korban, juga dilakukan pendataan terhadap sarana
prasarana yang mengalami kerusakan. Karena ketika terjadi keadaan darurat, biasanya
cukup banyak dari sarana dan prasarana milik perusahaan yang mengalami kerusakan.
Setelah pendataan selesai dilakukan, langkah selanjutnya adalah melakukan rekontruksi
dan rehabilitasi terhadap fasilitas yang mengalami kerusakan. Adanya rehabilitasi dan
rekontruksi sangat membantu baik pihak perusahaan maupun pihak tenaga kerja. Karena
kegiatan ini ditujukan untuk melakukan perbaikan sekaligus pengkondisian aman terhadap
sarana dan prasarana , lingkungan kerja perusahaan yang berantakan untuk dilakukan
proses perbaikan. Sehingga para tenaga kerja dapat cepat kembali bekerja dalam kondisi
yang aman dan nyaman.
Pemulihan keadaan setelah post-emergency dilakukan agar keadaan menjadi normal
kembali, dan memastikan bahwa kondisi serupa tidak akan terulang lagi. Hal ini harus
dilakukan sesegera mungkin agar tidak terjadi pembengkakan biaya serta kerugian waktu
yang lebih banyak. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan pada tahap ini adalah
memastikan bahwa keadaan tempat kejadian sudah aman, serta terisolasi dari orang luar
yang tidak berkepentingan.
Pada tahap investigasi dan evaluasi, dilakukan pencarian sebab dan sumber dampak
terjadinya bahaya, mengambil langkah penyelidikan dan pemantauan lapangan untuk
menganalisa bahaya, serta menentukan langkah pencegahan agar keadaan membahayakan
tersebut tidak terulang kembali.
Pelaporan dan inventarisasi juga merupakan tahap yang penting pada penanganan
keadaan setelah kejadian. Pelaporan dibuat secara rinci dan sistematis, termasuk
inventarisasi barang dan kerugian akibat keadaan darurat yang terjadi.Berisi tentang
deskripsi kejadian, langkah pengendalian, jumlah kerugian (lost time injury dan accident ),
dampak terhadap lingkungan, kegiatan investigasi yang berperan, nama pembuat laporan
dan memuat tanggal, hari serta waktu yangada.
development
Aktif Pasif
sistem deteksi dan alarm Konstruksi
sistem air pemadam lamanya evakuasi
alat pemadam api ringan jumlah dan sifat kegiatan
alat pemadam bergerak penghuni penggunaan bangunan
pintu keluar
tangga darurat
jarak tempuh
3. Pada bidang penerbangan, ada jenis tanggap darurat yang bernama contingency
plan penerbangan. Contingency plan merupakan manajemen lalu lintas udara
yang mengantisipasi terjadinya gangguan terhadap pemanduan pelayanan lalu
lintas penerbangan yang diberikan unit Air Traffic Service (ATS) (Widhi
K,Nograhany, 2007).
4. Pada penanggulangan banjir dilakukan secara bertahap. Dari pencegahan
sebelum banjir (prevention), penanganan saat banjir (response/intervention), dan
pemulihan setelah banjir (recovery). (Bappenas,2011).
Peta jalur evakuasi tercepat di PT. Menara Sumberdaya Indonesia
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
3.2.Saran
1. Untuk terlaksananya suatu rancangan tanggap darurat yang baik, disarankan agar segera
dibentuk team atau regu khusus penanggulangan keadaan darurat pada setiap sektor
kerja
2. Disarankan agar pendidikan dan pelatihan terhadap upaya penanggulangan keadaan
darurat lebih sering dilakukan
3. Kelengkapan sarana dan prasarana dalam penanggulangan keadaan darurat perlu
dilengkapi. Misalnya dalam kebakaran,selain APAR yang perlu dilengkapi, alat-alat
seperti alarm kebakaran, hydrant, sprinkler juga perlu dilengkapi
4. Persiapan evakuasi harus segera dilengkapi, seperti peta jalur evakuasi dan titik kumpul
(Assembly Point).
DAFTAR PUSTAKA
Astra Green Company. 2002. Pedoman Pengelolaan Lingkungan, Keselamatan & Kesehatan Kerja.
Jakarta
Kelly,Robert B. 1998. Industrial Emergency Preparednes. New York: Van Nostrand Nost
Reinhold
PT.Krakatau Steel. 1993. Pelatihan dan Training K3 Industri. Cilegon: PT.Krakatau Steel
Syukri Sahab .1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Bina
Sumber Daya Manusia
The Sphere Prohect. 2004. Humanitarian Charter and Minimum Standards in
Humanitarian Response [Terhubung Berkala].
http://www.sphereproject.org/content/view/27/84 (7 Desember 2011)
Widhy K,Nograhany. 2007. RI Akan Jadi Contoh Penerapan Tanggap Darurat
Penerbangan[Terhubung Berkala].
http://www.detiknews.com/read/2007/04/25/110510/772336/10/ri-akan-jadi-contoh-
penerapan-tanggap-darurat-penerbangan (7 Desember 2011)