Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PARASITOLOGI

ZOOPARASIT

Oleh
KELOMPOK 1

1. M. Nasrul Mustain (13222059)


2. Nur Afifah (13222072)
3. Nyimas Amalia (13222074)
4. Peni Eti (13222077)
5. Puspita Andriani (13222079)

Dosen Pengampu:
R. A. Hoertary Tirta, S. Km., M. Kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN RADEN FATAH PALEMBANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata parasitologi berasal dari kata parasitos yang berarti jasad yang mengambil
makanan, dan logos yang berarti ilmu. Berdasarkan istilah, parasitologi adalah ilmu
yang mempelajari organisme yang hidup untuk sementara ataupun tetap di dalam atau
pada permukaan organisme lain untuk mengambil makanan sebagian atau seluruhnya
dari organisme tersebut
Parasitologi adalah ilmu yang berisi kajian tantang organisme (jasad hidup),
yang hidup di permukaan atau di dalam tubuh organisme lain dapat bersifat sementara
waktu atau selama hidupnya, dengan cara mengambil sebagian atau seluruh fasilitas
hidupnya dari organisme lain tersebut, hingga organisme lain tersebut dirugikan.
Organisme atau makhluk hidup yang menumpang disebut dengan parasit. Organisme
atau makhluk hidup yang ditumpangi biasanya lebih besar daripada parasit disebut
Host atau Hospes, yang memberi makanan dan perlindungan fisik kepada parasit.
Menyadari akibat yang dapat ditimbulkan oleh gangguan parasit terhadap
kesejahteraan manusia, maka perlu dilakukan usaha pencegahan dan pengendalian
penyakitnya. Sehubungan dengan hal tersebut maka sangat diperlukan suatu
pengetahuan tentang kehidupan organisme parasit yang bersangkutan selengkapnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan parasitologi serta klasifikasinya?
2. Apakah yang dimaksud dengan protozoologi?
3. Apakah yang dimaksud dengan helmintologi?
4. Apakah yang dimaksud dengan entomologi?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari parasitologi serta klasifikasinya.
2. Untuk mengetahui pengertian dari protozoologi.
3. Untuk mengetahui pengertian dari helmintologi.
4. Untuk mengetahui pengertian dari entomologi.

D. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa (i) mengetahui pengertian dari parasitologi serta klasifikasinya.
2. Mahasiswa (i) mengetahui pengertian dari protozoologi.
3. Mahasiswa (i) mengetahui pengertian dari helmintologi.
4. Mahasiswa (i) mengertahui pengertian dari entomologi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Parasitologi
Menurut Surti (2012), kata parasitologi berasal dari kata parasitos yang berarti
jasad yang mengambil makanan, dan logos yang berarti ilmu. Berdasarkan istilah,
parasitologi adalah ilmu yang mempelajari organisme yang hidup untuk sementara
ataupun tetap di dalam atau pada permukaan organisme lain untuk mengambil makanan
sebagian atau seluruhnya dari organisme tersebut.Beberapa istilah penting yang perlu
diketahui, antara lain :
1. Simbiose, merupakan bentuk hidup bersama dua jenis organisme yang bersifat
permanen dan tidak bisa dipisahkan. Ada beberapa jenis simbiose, yaitu :
a. Simbiose mutualisme, yaitu simbiose yang saling menguntungkan bagi kedua
jenis organisme tersebut.
b. Simbiose komensalisme, yaitu simbiose dimana satu pihak mendapat
keuntungan sedangkan yang lain tidak dirugikan.
c. Simbiose parasitisme, yaitu simbiose dimana satu jenis mendapatkan makanan
dan keuntungan, sedangkan yang lain dirugikan bahkan dibunuh.
d. Simbiose obligat, yaitu bentuk simbiose dimana parasitnya tidak dapat hidup
tanpa hospes.
e. Simbiose fakultatif, yaitu simbiose dimana parasitnya dapat hidup walaupun
tanpa hospes.
f. Simbiose monoksen, yaitu simbiose dimana parasitnya hanya dapat hidup pada
satu spesies hospes.
g. Simbiose poliksen, yaitu simbiose yang menghinggapi lebih dari satu spesies.
h. Simbiose parasit permanen, yaitu bnetuk simbiose dimana parasitnya selama
hidupnya tetap pada hospesnya.
i. Simbiose parasit temporer, yaitu bentuk simbiose dimana parasit pada
hospesnya hanya sewaktu-waktu.
2. Hospes, yaitu organisme yang merupakan tempat atau organisme yang dihinggapi
parasit. Dikenal ada beberapa jenis hospes,yaitu :
a. Hospes defenitif, yaitu hospes dimana terdapat parasit dalam stadium dewasa di
dalam tubuh hospes terjadi perkembangbiakan secara seksual.
b. Hospes paratenik, yaitu hospes dimana parasit hanya terdapat dalam stadium
larva dan tidak dapat berkembang menjadi stadium dewasa dan tidak terjadi
perkembangbiakan parasit secara seksual dan parasit ini dapat ditularkan
kepada hospes defenitif karena parasit dalam stadium ini merupakan stadium
infektif.
c. Hospes intermediate (perantara), yaitu hospes dimana parasit di dalamnya
menjadi bentuk infektif yang siap ditularkan kepada hospes/manusia yang lain.
d. Hospes reservoir, yaitu hewan yang mengandung parasit yang sama dengan
parasit manusia dan dapat menjadi sumber infeksi bagi manusia.
e. Hospes obligat, yaitu hospes tunggal yang merupakan satu-satuny spesies yang
dapatmenjadi tuan rumah dari parasite dewasa.
f. Hospes alternatif, yaitu hospes utama yang mengandung parasit namun ada
spesies lain yang dapat sebagai hospes yang mengandung parasite dewasa.
g. Hospes insidental, yaitu bila suatu spesies secara kebetulan dapat mengandung
parasit dewasa, padahal hospes yang sesungguhnya adalah spesies lain.
3. Vektor, yaitu hewan yang di dalam tubuhnya terjadi perkembangbiakan dari parasit,
dan parasit itu dapat ditularkan kepada manusia atau hewan lainnya. Biasanya yang
berperan sebagai vektor adalah serangga.
4. Zoonosis, yaitu parasit hewan yang dapat ditularkan kepada manusia.
Secara umum, pembagian parasit berdasarkan atas jenis parasit tersebut yaitu
kelompok tumbuhan atau kelompok binatang. Atas dasar ini parasit dibagi menjadi:
a. Zooparasit, yaitu parasit yang berupa makanan. Zooparasit dibagi menjadi 3
yaitu : protozoa, metazoa (bersel banyak) seperti cacing dan arthropoda (antara
lain : serangga).
b. Fitoparasit, yaitu parasit yang berupa tumbuh-tumbuhan yang terdiri dari bakteri
(dianggap tumbuhan) dan fungi/jamur.
c. Spirochaeta dan Virus. Sebagian besar ilmuwan sependapat bahwa kelompok ini
tidak dimasukkan ke dalam kelompok binatang atau tumbuhan.
Selain pembagian tersebut di atas, parasit dapat dibagi berdasarkan letak atau
tempat dimana parasit tersebut hidup. Sehingga dikenal istilah :
1) Endoparasit, yaitu jenis parasit yang hidup di dalam tubuh hospes.
2) Ektoparasit, yaitu jenis parasit yang hidup di luar/dipermukaan tubuh hospes.
Parasitologi yang mempelajari hubungan antara manusia dan penyebab kesakitan
atau kematian bagi manusia disebut Parasitologi kedokteran (Medical parasitologi).
Penyebab kesakitan dan kematian pada manusia tesebut dapat dari protozoa, helminthes
(kelompok cacing), arthropoda, fungi (jamur) dan virus (Vianti, 2013).
Menurut Dian (2012), selain pembagian parasit sebagaimana di atas, klasifikasi
parasit dapat berdasarkan jenis organisme parasit, sehingga pembagian parasit sebagai
berikut :
1. Protozoa, parasit yang berasal dari protozoa dibagi dalam 4 kelas, yaitu : Sporozoa,
Rhizopoda, Flagellata/Mastighopora, dan Ciliata.
2. Helminthes (Helmin atau kelompok cacing), helmintes dibagi menjadi 2 kelas, yaitu
: Nemathelmintes,(antara lain Nematoda dan Plathelmintes (termasuk Trematoda
dan Cestoda).
3. Fungi/Jamur
4. Arthropoda. Dimana arthropoda yang penting dalam bidang kesehatan, adalah kelas
Hexapoda (insekta) yang terdiri dari 7 ordo.

B. Protozoologi
1. Defenisi
Protozoologi adalah ilmu yang berisi kajian tentang hewan bersel satu yang
hidup sebagai parasit pada manusia. Sedangkan protozoa adalah hewan bersel satu
yang dapat hidup secara mandiri atau berkelompok. Tiap protozoa merupakan satu
sel yang merupakan kesatuan yang lengkap, baik dalam susunan maupun fungsinya
(Rosdiana, 2009).
2. Morfologi
Menurut Rosdiana (2009), struktur dari sel protozoa terdiri dari dua bagian,antara
lain:
a. Sitoplasma, terdiri dari :
1) Ektoplasma yaitu bagian luar yang terdiri dari hialin yang jernih dan
homogen dengan struktur yang elastis. Fungsinya sebagai :
a) Alat pergerakan,
b) Mengambil makanan,
c) Ekskresi,
d) Respirasi, dan
e) Mempertahankan diri.
2) Endoplasma adalah bagian dalam dari sel, tidak jernih yang berbutir-butir
dan di dalamnya terdapat inti. Di dalam endoplasma ini terdapat vakuola
makanan, makanan cadangan, vakuola kontraktil, benda asing, dan benda
kromatoid.
b. Nukleus atau inti, adalah bagian terpenting yang diperlukan untuk
mempertahankan hidup dan untuk reproduksi serta untuk mengatur
metabolisme.
3. Reproduksi
Protozoa mempunyai dua cara reproduksi (berkembang biak), yaitu :
a. Cara aseksual (berkembang biak tanpa perkawinan)
b. Cara seksual (berkembang biak melalui perkawinan antara mikrogamet dan
makrogamet)
4. Klasifikasi Protozoa
Protozoa yang berperan sebagai parasit pada manusia dalam dunia kedokteran
dibagi dalam 4 kelas, yaitu :
a. Kelas Rhizopoda
Dari kelas Rhizopoda ini dapat dibagi menjadi 4 genus berdasarkan morfologi
dari intinya, yaitu :
1) Genus entamoeba dengan inti Entamoeba
Inti entamoeba, yaitu kariosom kecil terletak dibagian tengah inti (eksentris
atau sentris), disekeliling membran inti terdapat banyak granula kromatin. Yang
termasuk dalam genus ini ada beberapa spesies, yaitu :
a) Entamoeba histolytica
b) Entamoeba coli
c) Entamoeba hartmani
d) Entamoeba gynggivalis
2) Genus Endolimax dengan inti Endolimax
Inti endolimax, kariosomnya besar dibagian tengah inti, bentuk tidak
beraturan dan dihubungkan dengan membran inti oleh serabut akromatik, tidak
mempunyai kariosom perifer. Yang termasuk genus ini adalah spesies
Endolimax nana (Rosdiana, 2009).
3) Genus Iodamoeba dengan inti Iodamoeba
Inti iodamoeba, kariosomnya besar terletak di bagian tengah inti dikelilingi
butir-butir akromatik, kromatin perifer tidak ada. Yang termasuk genus ini
adalah spesies Iodamoeba butschili.
4) Genus Dientamoeba
Parasit kecil, hanya terdapat stadium trofozoit yang mempunyai 2 inti
dientamoeba, kariosomnya di bagian tengah inti terdiri dari beberapa granula
kromatin dan membentuk lingkaran yang dihubungkan dengan membran inti
oleh serabut akromatik. Yang termasuk genus ini adalah spesies Dientamoeba
fragilis (Rosdiana, 2009).
Manusia merupakan hospes dari 7 spesies Rhizopoda yang 6 diantaranya
berhabitat di rongga usus besar, yaitu : E. histolytica, E. coli, E. hartmani
,E.nana, I. butschili, dan D. fragilis, sedangkan satu spesies yaitu E. gynggivalis
hidup di rongga mulut manusia. Dari 7 spesies ini hanya Entamoeba histolytica
yang patogen sedang 6 spesies lainnya tidak patogen dan hidup komensal pada
manusia. Terdapat juga Amoeba yang hidup bebas dan patogen, yaitu spesies
Naegleria fauleri dari genus Naegleria dan Achanthanoeba culbertsoni dati
genus Achanthanoeba (Adam, 1992).
b. Kelas Ciliata
Kelas ciliata adalah golongan protozoa yang mempunyai badan yang diliputi
oleh silia, terdiri dari benang yang berasal dari ektoplasma yang pendek dan
halus dan sama panjang. Silia ini merupakan bulu getar yang dapat bergerak.
Dari kelas ini hanya satu genus dan satu spesies yang penting dalam ilmu
kedokteran, yaitu Balantidium coli (Hasyimi, 2010).
c. Kelas Mastigophora (Flagellata)
Menurut Hasyimi (2010), parasit dari kelas ini merupakan protozoa yang
mempunyai satu atau lebih flagel yang mempunyai kekuatan untuk bergerak.
Parasite ini dibagi menjadi dua golongan berdasarkan habitatnya, yaitu :
1) Flagellata intestinalis, oral, dan genital yang menginfeksi saluran
pencernaan, rongga mulut, dan tractus urogenital. Dari golongan ini yang
patogen hanya ada dua spesies, yaitu :
a) Giardia lamblia
b) Trichomonas vaginalis
2) Flagellata darah dan jaringan, yang menginfeksi sistem vaskular dan
bermacam jaringan tubuh. Dari golongan ini yang patogen terdapat dua
genus, yaitu :
a) Genus Leishmania yang terdiri dari spesies L. donovani, L. tropica, dan
L. brasiliensis.
b) Genus Trypanosoma, yang terdiri dari spesies T. rhodesiense, T.
gambiense, dan T. cruzi.
Hampir semua golongan flagellata mempunyai stadium trofozoit dan
stadium kista, kecuali genus Trichomonas, yang hanya mempunyai stadium
trofozoi. Stadium trofozoit mempunyai beberapa flagel yang keluar dari
bleparoplas. Juga terdapat membran bergelombang yang mempunyai dasar
costa. Kadang-kadang ada struktur yang tampak sebagai garis dari anterior
ke posterior yang disebut axostyl. Ada beberapa flagellata yang mempunyai
sitosoma. Cara berkembangbiak dari protozoa ini secara aseksual dengan
belah pasang longitudinal (Adam, 1992).
d. Kelas Sporozoa
Menurut Hasyimi (2010) parasit yang termasuk kelas sporozoa ini
berkembangbiak bergantian secara seksual dan aseksual. Perkembangbiakan ini
dapat terjadi dalam satu hospes yang ditemukan pada Coccidia, sedang pada
Haemosporidia diperlukan dua macam hospes yang berlainan jenis.
Perkembangbiakan secara aseksual disebut Schizogoni dan perkembangbiakan
secara seksual disebut Sporogoni. Parasite ini dapat hidup di dalam atau di luar
berbagai macam vertebrata dan invertebrata. Spesies dari sporozoa yang dapat
menginfeksi manusia terdiri dari :
1) Coccidia, yang terdiri dari :
a) Genus Eimeria
b) Genus Isospora
c) Genus Toxoplasma
2) Haemosporidia, yang terdiri dari :
a) Plasmodium
5. Protozoa yang menginfeksi manusia
a. Entamoeba histolytica
1. Defenisi
Parasit ini pertama kali ditemukan oleh Lambl tahun 1859, sedang 1875
Losch membuktikan sifat patogen dari parasit ini, dan Schaudinn (1903)
dapat membedakan jenis Amoeba yang patogen dan yang apatogen.
Domain : Eukaryota
Filum : Amoebozoa
Kelas : Archamoebae
Ordo : Amoebida
Genus : Entamoeba
Spesies : Entamoeba histolytica
Parasit ini tersebar luas di seluruh dunia, tapi lebih banyak di daerah
tropis dan subtropis daripada di daerah beriklim sedang. Hospes dari parasit
ini adalah manusia dan kera. Di Cina, anjing dan tikus liar merupakan
sumber infeksi bagi manusia. Walaupun bukan merupakan faktor penting
dalam penyebaran penyakit pada manusia, maka hewan-hewan ini dianggap
sebagai hospes reservoir dari E. histolytica (Adam, 1992).
Bila kista matang tertelan, kista tersebut sampai di lambung dengan
keadaan utuh karena dinding kista tahan terhadap asam lambung. Namun
pada ph netral atau alkali, organisme dalam kista akan aktif untuk kemudian
berkembang menjadi 4 tropozoit metakistik. Stadium ini kemudian
berkembang lebih lanjut menjadi tropozoit di dalam usus besar. Dirongga
usus halus dinding kista dihancurkan , terjadi ekskistasi dan keluarlah
bentuk-bentuk minuta yang yang masuk kerongga usus besar. Bentuk minuta
dapat berubah menjadi bentuk histilytica yang patogen dan hidup di mukosa
usus besar dan dapat menimbulkan gejala. Dengan aliran darah, bentuk
histolytica dapat tersebar ke hati, paru-paru, dan otak (Adam, 1992).
2. Patologi dan Gejala Klinik
Masa inkubasi dari infeksi E. histolytica ini berkisar antara 4 sampai 5
hari. Saat stadium histolytica dari parasit ini memasuki mukosa usus besar,
maka pada stadium ini akan mengeluarkan enzim histolisin yang akan
menghancurkan jaringan, lalu stadium histolytica ini akan memasuki lapisan
submukosa setelah menembus lapisan muskularis mukosa. Di lapisan
submukosa, Amoeba ini akan memperbanyak diri dengan cara pembelahan
menjadi jumlah yang banyak dan membentuk koloni dan menghancurkan
jaringan di sekitarnya dan menjadi bahan yang sudah dihancurkannya
menjadi makanan. Kemudian Amoeba akan bergerak ke segala arah dan
menghancurkan daerah submukosa dan akan membentuk abses yang
akhirnya pecah dan menimbulkan ulkus. Lesi yang terjadi merupakan ulkus-
ulkus kecil yang menyebar di mukosa usus. Ulkus ini pada irisan vertical
mempunyai gambaran seperti botol, yaitu dengan lubang yang sempit di
lapisan mukosa, tapi melebar pada dasarnya di lapisan submukosa. Tepi
ulkus ini tidak teratur agak meninggi bergerigi dan dasarnya bergaung
(Hasyimi, 2010).
Stadium histolytica akan ditemukan pada dasar dinding ulkus. Bila
terjadi peristaltik usus maka stadium ini akan dikeluarkan bersama isi ulkus
ke rongga usus dan dapat menyerang mukosa usus di sekitarnya dan dapat
pula keluar dari tubuh manusia bersama tinja. Tinja yang dikeluarkan dari
tubuh penderita akan bercampur dengan lender dan darah. Tempat yang
sering dihinggapi oleh parasite ini adalah sekum, rektum, dan kolon sigmoid.
Bila infeksi berat maka dapat mengenai seluruh kolon dan rectum
(Rosdianan, 2009).
Disentri amoeba merupakan bentuk dari amoebiasis. Gejala yang
ditimbulkan seperti buang air besar disertai darah atau lendir, sakit perut,
hilangnya selera makan, berat badan turun, demam dan rasa dingin (Hasyimi,
2010).
3. Diagnosis
Menurut (Rosdiana, 2009), diagnosis dapat ditegakkan dengan :
a) Diagnosis klinik,
b) Diagnosis laboratorium,
c) Radio foto, dan
d) Tes immunologi.
Diagnosis untuk Amoebiasis histolytica dapat dibagi :
1) Amoebiasis intestinal akut
Amoebiasis intestinal akut terjadi jika seseorang mengalami gejala
yang berat dan berlangsung dalam waktu kurang dari 1 bulan. Hal ini
teradi karena peradangan akut di kolon dengan adanya ulkus yang
menimbulkan gejala yang dikenal syndrome disentri. Gejala tersebut
merupakan gejala yang terdiri dari diare encer dengan tinja yang
bercampur darah dan lender (Rosdiana, 2009).
Menurut Rosdiana (2010), amoebiasis intestinal akut, dapat
ditegakkan dengan :
a) Gejala klinik, yaitu diare yang terjadi sekitar 10 kali sehari disertai
demam dan sindroma disentri.
b) Laboratorium, ditemukan E. histolytica stadium histolytica pada tinja
encer yang bercampur darah. Pada pemeriksaan darah terjadi
leukositosis.
2) Amoebiasis intestinal kronis
Menurut Rosdiana (2009), biasanya berupa gejala ringan tanpa
demam, ada rasa tidak nyaman di perut dan rasa mual disertai diare yang
bergantian dengan obstipasi. Tinja yang dikeluarkan biasanya padat,
kadang-kadang diliputi darah dan lendir yang tidak merata. Amoebiasis
intestinal kronis dapat ditegakkan dengan:
a) Gejala klinik, diare bergantian dengan obstipasi. Bila terjadi eksa
serbasi akut, biasanya terjadi sindroma disentri.
b) Laboratorium, menemukan E. hisolytica stadium kista pada tinja yang
agak padat. Pada pemeriksaan ini lebih sulit untuk menemukan
parasite ini, maka perlu dilakukan pemeriksaan tinja berulang sampai
3 kali. Dapat pula dilakukan sigmoidoskopi dan reaksi serologi.
3) Amoebiasis hepatis
a) Pemeriksaan klinik, penderita datang dengan kesakitan, membungkuk
seperti menggendong perut sebelah kanan, disertai demam, berat
badan menurun, dan nafsu makan berkurang atau sama sekali tidak
ada nafsu makan. Pada palpasi teraba hati yang membesar dengan
nyeri tekan (Dian, 2012).
b) Laboratorium, dalam darah ditemukan leukositosis. Pada biopsy dasar
abses ditemukan E. histolytica stadium histolytica. Bila E. histolytica
tidak ditemukan maka dapat dilakukan tes serologi seperti (Dian,
2012):
Tes haemaglutinasi
Tes immunologi
Pada rontgen foto biasanya ditemukan peninggian diafragma.
4) Amoebiasis paru (Pulmonary amoebiasis)
a) Pemeriksaan klinik, sukar dibedakan dengan infeksi paru lainnya, hal
ini karena tidak ada laporan mengenai gejala klinik yang khas dari
Pulmonary amoebiasis (Dian, 2012).
b) Laboratorium, sputum penderita yang berasal dari penyebaran
amoebiasis secara hematogen akan ditemukan E. histolytica stadium
histolytica (Dian, 2012).
4. Pengobatan
Menurut Rosdiana (2009), drug of choise dari E. histolytica stadium
histolytica pada dinding usus besar, hati, dan lesi pada alat yang terkena
penyebaran adalah :
a) Emetin hydro chlorida dan Dehydroemetin secara parenteral
Emetin hydro chloride efektif terhadap bentuk histolytika. Dan tidak
dianjurkan pada wanita hamil dan penderita gangguan ginjal dan
jantung. DHE kurang toksik dibandingkan Emetin Hydro chlorida.
Pemberian oral toksisitasnya tinggi dan absorpsinya rendah.
Dosis :
Dewasa : 65 mg/hari
Anak > 8 tahun : < 20 mg/hari selama 4-6 hari atau 5-7 hari
Anak < 8 tahun : < 10 mg / hari
b) Metronidazol
Metronidazol efektif terhadap bentuk histolytika dan kista. Absorbsi
pada pemberian oral baik, serta waktu paruh obat ini 8 10 jam.
Metronodazol di ekskresikan malalui urin, air liur, ASI, cairan vagina,
dan cairan seminal.
Dosis :
Dewasa : 3 x 750 mg / hari selama 5-10 hari
Anak : 35 50 mg / KgBB / hari dalam 3 dosis
c) Iodochlor hydroxiquin atau Clioquinol
Efektif untuk bentuk kista. Hanya efektif untuk Amoebiasis Intestinal.
Pada pemberian oral, sebagian obat akan diserap dari yang diberikan
dan ditemukan di dalam urine.
Dosis : Sediaan tablet 250 mg
Dosis Dewasa : 3 x 650 mg selama 20 hari
Dosis anak : 30 - 40 mg / KgBB / hari, terbagi dalam tiga dosis
d) Paromomycin
Paromomycin termasuk dalam golongan aminoglycoside dan bersifat
amoebicida secara invitro maupun invivo. Bekerja langsung terhadap
Amoeba serta bersifat anti bakteri baik terhadap organisme normal
maupun patogen dalam usus. Pemberian oral hanya sedikit yang di
absorbs dan sangat toksik terhadap ginjal.
Dosis :
25 35 mg / KgBB / hari, dan terbagi dalm 3 dosis. Diberikan
bersama makanan selama 5 10 hari.
5. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan secara perorangan seperti mencuci tangan
dengan sabun sesudah mencuci anus, dan kebersihan lingkungan seperti
membiasakan memasak makanan dan minuman dengan sempurna,
menghindari makanan dan minuman yang terkontaminasi dengan kotoran
manusia. Tidak memakai tinja manusia sebagai pupuk. Membuang tinja dan
kotoran pada tempat yang tidak akan terkontaminasi dengan makanan (Surti,
2012).

C. Helmintologi
1. Devinisi
Helmintologi kedokteran adalah ilmu yang berisi kajian tentang parasit yang
hidup pada manusia yang berupa cacing (Rosdiana, 2009).
Menurut Rosdiana (2009), berdasrkan taksonomi, parasit cacing yang hidup
pada manusia dibagi menjadi :
a. Nemathelminthes = cacing benang, yaitu yang berbadan bulat panjang
(silindris), mempunyai rongga badan,dan berjenis kelamin terpisah (jantan dan
betina),terdiri dari :
1) Nematoda intestinal
2) Nematode jaringan
b. Plathyhelminthes = cacing pipih, tidak mempunyai rongga badan, dan biasanya
mempunyai alat kelamin ganda atau hermafrodit, terdiri dari :
1) Trematoda (cacing daun)
a) Berbentuk daun
b) Tidak bersegmen
c) Mempunyai alat pencernaan
2) Cestoda (cacing pita)
a) Berbentuk pita
b) Badan beruas-ruas (bersegmen)
c) Tidak mempunyai alat pencernaan
2. Morfologi
Menurut Rosdiana (2009), nematoda merupakan jumlah spesies yang terbesar
di antara cacing yang hidup sebagai parasit pada manusia. Cacing yang hidup
sebagai parasit pada manusia mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Tidak bersegmen, berbentuk bulat seperti benang, tubuh dilipiti kutikula.
b. Ukuran besar dan panjang berbeda-beda dari 2 mm sampai lebih dari 1 meter.
c. Mempunyai kepala, ekor, dinding dan rongga badan, saluran pencernaan,
sistem saraf, sisten ekskresi, dan sistem reproduksi yang terpisah
d. Pada umumnya bertelur, adapula yang vivipara atau berkembangbiak secara
partogenesis.
e. Bentuk yang sudah dewasa tidak bertambah banyak dalam tubuh manusia.
f. Pada umumnya mempunyai fase di luar tubuh hospes dengan atau tanpa hospes
perantara.
g. Telur atau larva yang dikeluarkan daritubuh hospes dengan berbagai cara,
sedangkan jumlah telur yang dikeluarkan dari tubuh hospes bervariasi antara 20
200.000 butir sehari.
h. Larva dalam kehidupannya menglami pertumbuhan dengan pergantian kulit
i. Stadium infektif masuk ke dalam tubuh manusia dapat secara aktif tertelan atau
dimasukkan oleh vector dengan tusukan, gigitan, dan sebagainya.
3. Klasifikasi Parasit Cacing
a. Nemathelminthes (cacing benang)
1) Nematoda intestinal
Nematoda intestinal adalah nematoda yang berhabitat di saluran
pencernaan manusi dan hewan. Diantara nematoda intestinal ini terdapat
bebrapa spesies yang tergolong Soil Transmitted Helminth, yaitu
nematode yang dalam siklus hidupnya untuk mencapai stadium
infektif,memerlukan tanah dengan kondisi tertentu, diantaranya Ascaris
lumbricoides, Necator americanus, Ancylostoma duodenale, Trichuris
trichuria, Strongiloides stercoralis, dan beberapa spesies Trichostrogylus.
Sedangkan yang tidak memerlukan tergolong Soil Transmitted Helminth
adalah Oxyuris vermicularis dan Trichinella spiralis (Rosdiana, 2009).
2) Nematoda jaringan
Menurut Rosdiana (2009), dalam mempelajari nematode jaringan,
perlu diketahui istilah yang penting yaitu Periodisitas. Periodisitas adalah
istilah yang dipakai untuk menegakkan diagnosis dari infeksi nematoda
jaringan pada manusia. Periodisitas adalah periode saat mikrofilaria (larva
dari nematoda jaringan) berada dalam darah tepi. Periodisitas ini ada
beberapa macam, yaitu :
a) Periodisitas nocturna yaitu saat mikrofilaria berada dalam darah tepi
pada malam hari
b) Periodisitas diurnal yaitu saat mikrofilaria berada dalam darah tepi
pada siang hari.
c) Sub-periodisitas nocturna, yaitu saat mikrofilaria berada dalam darah
tepi malam hari lebih banyak dari pada siang hari.
pbanyak daripada malam hari.
e) Non-periodik, yaitu saat mikrofilaria berada dalam darah tepi sama
siang dan malam, jadi setiap saat mikrofilaria dapat ditemukan dalam
darah tepi.
Menurut Hasyimi (2010), diantara nematoda jaringan yang penting
dalam dunia kedokteran, ada beberapa spesies, yaitu :
a) Wuchereria bancrofti
b) Bruhia malayi
c) Brugia timori
d) Loa-loa
e) Oncocerca volvulus
f) Dipetalonema perstans
b. Plathyhelminthes (cacing pipih)

2) Trematoda (cacing daun)


Pembagian trematoda berdasarkan habitatnya, antara lain :
a) Trematoda hati (liver flukes)
o Clonorchis sinensis
o Opisthorchis felinus
o Opisthorchis viverini
o Fasciola hepatica
b) Trematoda usus (intestinal flukes)
o Fasciolapsis buski
o Heterophyes heterophyes
o Watsonius watsoni
o Metogonimus yocogaway
o Gastrodiscoides hominis
o Echino stomatidae
c) Trematoda paru-paru (lung flukes)
o Paragonius westermani
d) Trematoda darah
o Schistosoma japonicum
o Schistosoma mansoni
o Schistosoma haematobium
3) Cestoda (cacing pita)
Cestoda terbagi dalam 2 ordo, yaitu :
o Ordo Pseudophyllidea
o Ordo Cyclophillidea
Bentuk badan seperti pita dan terdiri dari skolek, leher antara skolek dan
badan, serta strobila. Cyclophillidea umumnya mempunyai satu hospes
perantara, sedang Pseudophyllidea mempunyai dua hospes perantara
(Hasyimi, 2010).
4) Cacing yang menginfeksi manusia
a. Oxyuris vermicularis (Enterobius vermicularis, Linnaeus 1758)
1) Defenisi
Taksonomi Enterobius vermicularis menurut Jeffry dan Leach adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Metazoa
Philum : Nemathelmintes
Kelas : Nematoda
Sub kelas : Plasmidia
Ordo : Rhabditia
Famili : Oxyuroidea
Genus : Enterobius
Spesies : Enterobius vermicularis
Cacing ini hidup di bagian akhir dari usus halus, didekat usus besar.
Cacing ini berukuran 8-13 mm pada betina dan 2-5 mm pada jantan, mulut
mempunyai pelebaran seperti sayap disebut alae, bulbus esofagusnya
jelas, ekor runcing, dan badan kaku, uterus gravid penuh berisi telur.
Cacing betina dalam sehari dapat menghasilkan telur sebanyak 10.000-
11.000 butir. Telur lonjong asimetris dengan dinding dua lapis. Dalam
waktu 6 jam telur dilipatan anus akan menjadi infektif. Manusia akan
terinfeksi dengan termakannya telur secara autoinfeksi dan retro infeksi
(Hasyimi, 2010).
Infeksi biasanya terjadi melalui 2 tahap. Tahap pertama, telur cacing
berpindah dari daerah sekitar anus penderita ke pakaian, sprei, dan
mainan. Kemudian melalui jari-jari tangan, telur cacing pindah ke mulut
anak dan akhirnya tertelan. Telur cacing juga dapat terhirup dari udara
kemudian tertelan (Hasyimi, 2010).
Setelah telur cacing tertelan, lalu larvanya menetas di dalam usus
halus dan tumbuh menjadi cacing dewasa di dalam usus besar (proses
pematangan ini memakan waktu 2-6 minggu). Cacing dewasa betina
bergerak ke daerah di sekitar anus (biasanya pada malam hari) untuk
menyimpan telurnya di dalam lipatan kulit anus penderita. Telur tersimpan
dalam suatu bahan yang lengket. Bahan ini dan gerakan dari cacing betina
inilah yang menyebabkan gatal-gatal. Telur dapat bertahan hidup di luar
tubuh manusia selama 3 minggu pada suhu ruangan yang normal. Tetapi
telur bisa menetas lebih cepat dan cacing muda dapat masuk kembali ke
dalam rektum dan usus besar bagian bawah (Hasyimi, 2010).
2) Patologi dan Gejala Klinik
Gejala terpenting adalah pruritus ani yang disebabkan karena cacing
betina yang bermigrasi ke daerah anus sehingga penderita merasa gatal dan
menggaruk sehingga menimbulkan luka disekitar anus. Keadaan ini sering
terjadi pada waktu malam hari hingga penderita terganggu tidurnya dan
menjadi lemah. Selain pruritus ani, gejala lainnya yaitu berkurangnya
nafsu makan, berat badan menurun, aktivitas meninggi, enuresis, cepat
marah, gigi menggertak dan insomnia (Rosdiana, 2009).
3) Diagnosa
Diagnosa dapat ditegakkan dengan cara anal swab, yaitu
pemeriksaan dengan mengadakan hapus anus penderita dengan
menggunakan kertas selofan, kemudian kertas dihapuskan ke kaca benda
object glass untuk dibuat preparat, disini baru akan dapat terlihat telur
cacing tersebut. Guna menghindari hasil negatif palsu hendaknya specimen
apusan perianal ini diambil sebelum daerah perianal terpapar air dalam
pencucian (Rosdiana, 2009).
4) Pengobatan
Pada pengobatan dianjurkan seluruh keluarga dari penderita diberi
pengobatan pyrantel pamoat, mebendazole, albendazole, memiliki
efektifitas yang tinggi untuk mengobati infeksi cacing ini. Albendazole
diberikan dengan dosis 400 mg per oral dosis tunggal pada anak > 2 tahun.
Anak < 2 tahun diberikan 100 mg. mebendazole diberikan dengan dosis
100 mg per oral dosis tunggal. Pyrantel pamoat diberikan dengan dosis 10
mg / KgBB. Keseluruhan obat jika diperlukan dapat diulangi 2 4 minggu
kemudian (Dian, 1992).
5) Pencegahan
Menjaga kebersihan kuku dan pakaian, membiasakan makan
makanan yang terlindungi dari pencemaran, membiasakan anak selalu
mengganti pakaian setelah mandi, serta membersihkan lantai rumah setiap
hari dan tidak memakai alas kaki ke dalam rumah (Hasyimi, 2010).

D. Entomologi
1. Defenisi
Menurut Dian (2012), secara terbatas, Entomologi adalah ilmu yang
mempelajari serangga. Akan tetapi, arti ini seringkali diperluas untuk mencakup
ilmu yang mempelajari artropoda (hewan beruas-ruas) lainnya, khususnya laba-laba
dan kerabatnya (Arachnida atau Arachnoidea), serta luwing dan kerabatnya
(Millepoda dan Centipoda). Istilah ini berasal dari dua perkataan Latin - entomon
bermakna serangga dan logos bermakna ilmu pengetahuan.
Menurut Vianti (2013), entomologi kedokteran adalah ilmu yang berisi kajian
tentang serangga dan hewan yang termasuk filum Arthropoda yang mempunyai
hubungan dengan ilmu kedokteran serta bagaimana cara pemberantasannya.
2. Morfologi umum
Menurut Rosdiana (2009), serangga pada umumnya mempunyai 4 tanda
morfologi yang khas, yaitu :
a. Badan beruas-ruas
b. Umbai-umbai (appendages) beruas-ruas
c. Mempunyai eksoskelet
d. Bentuk badan simetris bilateral
Bentuk badan yang beruas-ruas itu disebelah luar dilapisi oleh lapisan
khitin yang pada bagian tertentu mengeras dan membentuk eksoskelet yang
berfungsi sebagai penguat tubuh dan pelindung alat dalam serta tempat
melekatnya otot, pengaturan penguapan air, dan penerus rangsangan yang
berasal dari luar dan pengatur suhu tubuh (Rosdiana, 2009)
Umbai-umbai yang beruas-ruas akan tumbuh menurut fungsinya, kepala
akan tumbuh menjadi antenna dan mandibular. Pada thorax tumbuh menjadi
kaki dan pada abdomen tumbuh menjadi kaki pengayuh yang disebut
swimmerets (Rosdiana, 2009).
Arthropoda ini juga mempunyai saluran pencernaan, saluran pernapasan
yang disebut trakea, dan saraf yang terdiri dari otak dan ganglion, perdaran
darah terbuka, dan sistem reproduksi dengan jenis kelamin terpisah jantan dan
betina (Rosdiana, 2009).
3. Siklus hidup
Menurut Dian (2012), dalam proses pertumbuhanya Arthropoda menjadi lebih
besar, sehingga eksoskelet yang membungkus tubuhnya akan terdesak dan pecah
lalu terjadi pengelupasan kulit dan tumbuh eksoskelet yang baru. Untuk
pertumbuhan serangga ini dipengaruhi oleh hormon juvenile dan untuk
pengelupasan kulit dipengaruhi oleh ecdyson. Selama masa pertumbuhannya,
serangga mengalami perubahan berntuk yang disebut metamorfosis, yang dibagi
menjadi dua yaitu :
a. Metamorfosis sempurna yang terdiri dari stadium: telur larva pupa dewasa.
b. Metamorfosis tidak sempurna yang terdiri dari stadium: telur larva nimfa
dewasa.
4. Peranan dalam dunia kedokteran
a. Serangga sebagai penular penyakit
Dalam menularkan penyakit serangga ini dapat melalui dua cara, yaitu :
1) Penularan secara mekanik
2) Penularan secara biologic
b. Serangga sebagai parasit
Menurut (Hasyimi, 2010), serangga yang hidup sebagai parasit dan
menimbulkan penyakit kepada manusia berdasarkan habitatnya dapat dibagi
menjadi :
1) Endoparasit yang hidup atau mengembara didalam jaringan tubuh manusia
sebagai hospes.
2) Ektoparasi yang hidup pada permukaan tubuh hospes.
3) Parasit permanen, yaitu seluruh atau sebagian besar hidupnya menghinggapi
satu hospes dan tidak pindah-pindah.
4) Parasit periodik (tidak permanen), yaitu parasit yang berpindah-pindah dari
satu hospes ke hospes laindalam lingkaran hidupnya.
c. Serangga sebagai pengandung toksin
Serangga sebagai pengandung toksin dapat memasukkan toksinnya
kepada manusia dengan cara :
1) Kontak langsung
2) Gigitan
3) Sengatan
4) Tusukan
d. Serangga sebagai penyebab alergi pada orang yang rentan
Serangga sebagai penyebab alergi dapat ditemukan pada tungau debu,
dan tusukan nyamuk dapat menimbulakan gatal-gatal,
5. Pembagian Arthropoda
Menurut Dian (2012), Berdasarkan penting perananya dalam dunia kedokteran,
maka filum arthropoda dibagi sebagai berikut :
a. Kelas Insecta
b. Kelas Arachnida
c. Kelas Crustacea
d. Kelas Chilopoda
e. Kelas Diplopoda

6. Penyakit yang disebabkan oleh serangga


a. Pedikulosis
1) Definisi
Infestasi Kutu (Pedikulosis) adalah serbuan kutu yang
menyebabkan rasa gatal hebat dan bisa menyerang hampir setiap kulit
tubuh. Pedikulosis adalah penyakit yang disebabkan infestasi dari tuma
Pediculus humanus var. Capitis (Rosdiana, 2009).
2) Morfologi dan gejala klinis
Pediculus humanus capitis dari genus Pediculus, family
Pediculidae, ordo Anoplura, kelas Insekta.
Bentuk tuma ini lonjong, pipih dorso-ventral, berukuran 1,0-1,5
mm, warna kelabu, kepala berbentuk segitiga yang mempunyai mata,
sepasang antenna yang terdiri dari 3 segmen yang menyatu dan abdomen
yang terdiri dari 9 ruas yang menyatu, mempunyai 3 pasang kaki, yang
setiap kaki dilengkapi dengan kuku yang dipergunakan untuk berjalan
dari satu helai rambut ke helai yang lain dengan menjepit rambut dengan
kukunya. Tuma ini dapat berpindah dari satu hospes ke hospes yang
lain.metamorfosis tidak sempurna, telur (nits) berwarna putih direkatkan
pada rambut dengan perekat kitin. Tuma ini menghisap darah sedikit
demi sedikit dalam waktu lama. Waktu yang diperlukan untuk
pertumbuhan daritelur-nimfa-dewasa kira-kira 18 hari dan tuma dewasa
dapat hidup selama 27 hari (Hasyimi, 2010).
Siklus hidup Pediculus humanus capitis terdiri dari stadium telur,
nimfa dan dewasa. Setelah perkawinan, kutu betina dewasa akan
menghasilkan 1 sampai 6 telur per hari selama 30 hari. Telur kutu
berbentuk oval dan umumnya berwarna putih. Telur diletakkan oleh
betina dewasa pada pangkal rambut (sekitar 1 cm dari permukaan kulit
kepala) dan bergerak ke arah distal sesuai dengan pertumbuhan rambut.
Telur kutu ini akan menetas setelah 7-10 hari, dengan meninggalkan kulit
atau selubungnya pada rambut (Dian, 2012).
Telur yang menetas akan menjadi nimfa. Bentuknya menyerupai
kutu dewasa, namun dalam ukuran kecil. Nimfa akan menjadi dewasa
dalam waktu 9-12 hari setelah menetas. Untuk hidup, nimfa
membutuhkan makanan berupa darah (Hasyimi, 2010).
Kutu dewasa mempunyai 2 mata dan 3 pasang kaki, berwarna
abu-abu dan menjadi kemerahan jika telah menghisap darah. Kutu kepala
tidak bersayap, memipih di bagian dorso-ventral dan memanjang. Kutu
dewasa dapat merayap untuk berpindah dengan kecepatan sekitar 23 cm
per menitnya. Rentang hidupnya sekitar 30 hari dan dapat bertahan hidup
di lingkungan bebas sekitar 3 hari (Hasyimi, 2010).
3) Patogenesis dan gejala klinis
Lesi pada kulit kepala disebabkan oleh tusukan tuma dan
mulutnya pada waktu menghisap darah. Lesi sering ditemukan di
belakang kepala atau leher. Air liur yang merangsang timbulnya papel
merah dan rasa gatal yang hebat. Pada infeksi berat bisa terjadi infeksi
sekunder hingga helaian rambut akan melekat satu dengan lain dan
mengeras. Dapat ditemukan banyak tuma dewasa, telur, dan eksudat
nanah yang berasal dari luka gigitan yang meradang. Keadaan yang berat
ini disebut Plica palonica yang mungkin pula akan ditumbuhi jamur.
Infestasi mudah terjadi dengankontak langsung (Rosdiana, 2009).
4) Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan
fisik (ditemukan kutu). Kutu betina melepaskan teluar berwarna abu-abu
keputihan yang berkilau dan tampak sebagai butiran kecil yang
menempel di rambut (Rosdiana, 2009).
5) Pengobatan
a) Permethrin 1 % merupakan pengobatan kutu yang paling aman,
paling efektif dan paling nyaman. Digunakan secara topical dalam
waktu 10 menit (Rosdiana, 2009).
b) Lindane (tersedia dalam bentuk krim, losyen atau shampoo) juga
bisa mengatasi kutu tetapi tidak dapat diberikan kepada anak-anak
karena bisa menimbulkan komplikasi neurologis. Kadang
digunakan piretrin (Rosdiana, 2009)
c) Ketiga obat tersebut bisa menimbulkan iritasi. 10 hari setelah
pemakaian, ketiga obat tersebut harus dioleskan kembali untuk
membunuh kutu yang baru menetas (Rosdiana, 2009).
d) Malathion tersedia dalam bentuk lotion 0,5% dan 1% digunakan
untuk kutu di kepala selain itu pula dapat digunakan anti parasit
lainnya seperti Ivermectin, Lindane, Isopropyl myristate , Spinosad
(Rosdiana, 2009).
e) Jika sumber infestasi (sisir, topi, pakaian dan seprei) tidak dibersihkan
melalui pencucian, penguapan atau dry cleaning, maka kutu bisa
bertahan hidup dan kembali menginfeksi manusia (Rosdiana,
2009).
6) Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan menjaga kebersihan dan
menghindari kontak dengan pengandung tuma ini. Pemberantasan
dilakukan dengan tangan, sisir, atau dengan menggunakan insektisida
golongan klorida (BHC). Pengobatan sebaiknya dilakukan setelah
mencukur rambut dikepala yang terinfeksi tersebut (Rosdiana, 2009).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kata parasitologi berasal dari kata parasitos yang berarti jasad yang mengambil
makanan, dan logos yang berarti ilmu. Berdasarkan istilah, parasitologi adalah ilmu
yang mempelajari organisme yang hidup untuk sementara ataupun tetap di dalam atau
pada permukaan organisme lain untuk mengambil makanan sebagian atau seluruhnya
dari organisme tersebut. Protozoologi adalah ilmu yang berisi kajian tentang hewan
bersel satu yang hidup sebagai parasit pada manusia. Sedangkan protozoa adalah
hewan bersel satu yang dapat hidup secara mandiri atau berkelompok. Helmintologi
kedokteran adalah ilmu yang berisi kajian tentang parasit yang hidup pada manusia
yang berupa cacing. Berdasrkan taksonomi, parasit cacing yang hidup pada manusia
dibagi menjadi dua yaitu nemathelmintes dan Platyhelminthes. Entomologi berasal
dari dua kata Latin yaitu entomon bermakna serangga dan logos bermakna ilmu
pengetahuan. Jadi, entomologi kedokteran adalah ilmu yang berisi kajian tentang
serangga dan hewan yang termasuk filum Arthropoda yang mempunyai hubungan
dengan ilmu kedokteran serta bagaimana cara pemberantasannya.

B. Saran
Terhadap akibat dari gangguan parasit terhadap kesejahteraan manusia, maka
perlu dilakukan usaha pencegahan dan pengendalian penyakitnya. Maka dari itu,
sangat diperlukan suatu pengetahuan tentang kehidupan organisme parasit yang
bersangkutan selengkapnya.
DAFTAR PUSTAKA

Adam, Syamsunir. 1992. Dasar-dasar mikrobiologi parasitologi untuk perawat. Jakarta:


EGC
Dian, F. 2012. Parasitologi. Website: firanurdian./p/2012/00/01/parasitologi-a.pdf
M. Hasyimi. 2010. Mikrobiologi parasitologi untuk mahasiswa keperawatan. Jakarta: TIM
Rosdiana, Safar 2009. Parasitologi kedokteran. Yogyakarta: Yrama widya
Surti, H. 2012. Parasitologi. Website: hartysurti-_2012_09_parasitologi.pdf. diakses pada
22 Mei 2016 pukul 20.30 WIB.
Vianti, V. 2013. Entomologi. Website: vitaserna_vianti/2013/10/27/-entomologi.pdf

Anda mungkin juga menyukai