Anda di halaman 1dari 14

PERTUMBUHAN FISIK, USIA BIOLOGIS, DAN TRANSISI GIZI PADA REMAJA

YANG TINGGAL/HIDUP DI DATARAN SEDANG (KETINGGIAN MODERAT) DI


PERU
Abstrak:
Latar belakang: Saat ini, peru sedang mengalami tahap transisi gizi dimana hal ini merupakan ciri khas dari
negara yang sedang berkembang. Tujuan Penelitian: a. Membandingkan pola pertumbuhan fisik berdasarkan
standar internasional, b. menentukan usia biologis, dan c. menganalisa beban gizi ganda pada remaja yang hidup
pada dataran sedang (ketinggian moderat) di Peru. Desain: Mengukur berat badan, tinggi badan saat berdiri dan
saat duduk pada 551 remaja perempuan dan laki laki (antara usia 12.0 sampai 17,9 tahun) yang hidup di wilayah
perkotaan di provinsi Arequipa, Peru (2328 m). Membandingkan pertumbuhan fisik diukur menurut standar
internasional dari CDC-2000. Menentukan usia biologis dengan teknik non-invasif transversal berdasarkan
tahun dari usia (saat mencapai kecepatan tinggi badan maksimal) at peak high velocity (APHV). Status gizi
ditentukan dengan cara menghitung berat badan pada usia dan tinggi badan pada usia. Skor Z dihitung dengan
menggunakan standar internasional dari CDC-2000. Hasil : Berat badan pada kedua jenis kelamin sesuai dengan
standar internasional CDC-2000. Pada semua umur, tinggi badan remaja perempuan '( P <0,05) berada di bawah
standar. Namun, tinggi badan anak laki-laki ' ( p <0,05) berkurang, pada usia, 15, 16, dan 17. Usia biologis
terlihat pada remaja perempuan saat usia 12,7 tahun dan pada remaja laki-laki saat 15,2 tahun. Hambatan
(gangguan) pertumbuhan (8,7% anak laki-laki dan 18,0% perempuan) dan kelebihan berat badan (11,3% laki-
laki dan 8,8% perempuan) juga terjadi pada kedua kelompok. Ini membuktikan terdapat hubungan/relasi pada
kedua remaja antara berat badan pada usia dan hambatan (gangguan) pertumbuhan berdasarkan jenis kelamin.
Kesimpulan: remaja yang hidup/tinggal pada ketinggian moderat menunjukkan adanya hambatan (gangguan)
pertumbuhan dan kematangan biologis yang linear.
Kata Kunci: Pertumbuhan Fisik; Usia Biologis; Transisi Gizi; Remaja

1. Pendahuluan

Pertumbuhan postnatal/pasca-kelahiran adalah sebuah proses dinamis, kompleks, dan


panjang yang berkesinambungam selama masa balita, masa kanak-kanak, dan masa remaja.
Setiap tahapan memiliki ciri tersendiri. Misalnya, tingkat pertumbuhan tertinggi selama tahun
pertama kehidupan. Kemudian, secara bertahap menurun sampai terjadi percepatan
pertumbuhan masa remaja (sekitar 10 tahun untuk anak perempuan dan 12 tahun untuk laki-
laki) [1].
Secara umum, masa remaja ditandai dengan fisik yang besar, pertumbuhan psikososial,
kognitif, dan emosional. Selama tahap ini, terjadi perubahan anatomis dan fisiologis. Ciri ciri
ini merupakan permulaan dari masa pubertas. Tahap ini dimulai dengan pengaktifan aksis
hipotalamus-hipofisis-gonad dan berakhir dengan pencapaian kemampuan reproduksi dan
akusisi susunan dan habitus tubuh orang dewasa[2].
Biasanya, pertumbuhan pubertas terdiri dari fase akselerasi, diikuti dengan fase
perlambatan, dan diakhiri dengan berhentinya pertumbuhan dan proses penutupan epifisis
[3]. Dalam hal ini, pematangan adalah variabel antara sistem tubuh dan ketepatan waktu dan
tempo perkembangam [1].Dengan demikian, tingkat pematangan biologis dari anak yang
harus dinilai sesaat setelah kronologi dan intensitas pematangan terjadi karena hal ini
berlanjut bersamaan dengan masa pubertas. Apalagi, hal ini dikhususkan pada setiap remaja
yang mungkin terdapat perbedaan antar individu. mereka yang khusus untuk setiap remaja,
dan mereka dapat bervariasi antara individu [4]. Berbagai perbedaaan ini dapat dinilat
melalui pematangan kerangka, jenis kelamin, gigi, dan somatik. Tujuan utama dari penelitian
ini adalah untuk menguji tingkat pematangan. Pematangan dapat diartikan dengan istilah
dewasa sebelum waktunya, normal, atau terbelakang [5].
Pada intinya, terkait dengan pematangan somatik, literatur menyatakan bahwa dengan
percepatan pertumbuhan, tingkat pertumbuhan akan meningkat, mencapai puncaknya (tinggi
kecepatan maksimal, PHV) dikisaran usia 12 tahun pada anak perempuan dan 14 tahun pada
anak laki-laki. Kemudian, secara bertahap menurun dan akhirnya berhenti pada pencapaian
tinggi badan orang dewasa [4,6]. Namun, di dataran tinggi, pertumbuhan ukuran tubuh dan
pematangan tertunda dan diperpanjang sampai awal usia duapuluhan bila dibandingkan
dengan pertumbuhan pada populasi dataran rendah [7]. Selain itu, secara umum, sejumlah
penelitian telah menunjukkan bahwa remaja yang tinggal di wilayah geografis dataran tinggi
menunjukkan penundaan pertumbuhan fisik [11/08]. Dalam hal ini, penelitian biologi
memerlukan dokumentasi kuantitatif dan kualitatif pada ukuran morfologi, bentuk, susunan
tubuh, pola pertumbuhan, dan perkembangan selama masa balita, anak-anak, dan remaja,
serta tingkat perubahan selama masa dewasa.[12]
Faktanya, penelitian, secara umum, dibatasi hanya pada pertumbuhan dan status gizi
penduduk yang tinggal di dataran rendah dan tinggi. Namun, sedikit perhatian diberikan
kepada anak-anak dan remaja yang hidup di dataran sedang (ketinggian moderat) (Arequipa,
2328 m), khususnya di negara-negara seperti Peru. Ditambahkan bahwa Arequipa adalah
suatu wilayah yang sangat beragam, teritorial yang kasar, dengan variasi geografis dan
ketinggian yang besar.Selain itu, kota ini dianggap sebagai kota paling berkembang kedua
setelah Lima dimana indeks pertumbuhan penduduknya [13] pada tahun 2013 (0,745) lebih
besar dari Peru itu sendiri (0,741). akibatnya, percepatan pertumbuhan ini membawa
urbanisasi ke kota. apalagi fenomena ini dapat menyebabkan beban gizi ganda pada remaja.
Hal ini merupakan ciri khas dari negara-negara berkembang di mana pola pertumbuhan dan
umumnya kesehatan beruba-ubah, terutama dari berat badan rendah dan pertumubuhan yang
terbelakang ke kelebihan berat badan dan obesitas. Akibatnya, hal ini yang membuat Peru
menarik dan relevan untuk diteliti dan dipelajari pola pertumbuhan fisik, pematangan
biologis, dan status gizi siswa remaja khususnya yang hidup pada ketinggian sedang (2.328
m).
Dengan demikian, hipotesis penelitian ini utamanya didasarkan pada pengamatan
pertumbuhan normal dan pematangan biologis, sama halnya pada dataran rendah, dan tidak
adanya beban gizi ganda pada remaja yang bersekolah/belajar di dataran sedang (ketinggian
moderat). Berdasarkan pendapat ini, untuk menjawab pertanyaan dalam hipotesis tersebut,
tiga tujuan penelitian yang diajukan: (a) membandingkan pola pertumbuhan fisik dengan
standar internasional; (b) menentukan umur biologis dengan menggunakan teknik
antropometri non-invasif; dan (c) menganalisis kehadiran beban ganda gizi pada siswa remaja
yang tinggal di dataran sedang (ketinggian moderat) di Peru.

2. Metode
2.1 Sample

Penelitian ini merupakan bagian dari survei cross-sectional. Data dikumpulkan melalui
non-probabilistik sampling siswa remaja dari tiga sekolah menengah umum dari provinsi
Arequipa (Peru). Arequipa terletak pada ketinggian 2.328 m di atas permukaan laut dan
terletak 1.009 km dari ibukota Peru (Lima). Iklim kota Arequipa didominasi kemarau selama
bulan April sampai November. Cuaca selama bulan Desember-Maret ditandai dengan
kehadiran awan dan curah hujan rendah. Selama tahun tersebut, kelembaban relatif bervariasi
antara 46% dan maksimum 70%, dan suhu berkisar antara 10 C dan 25 C. Indeks
Pertumbuhan Masyarakat di Peru (IDH) untuk 2013 adalah 0,741, dan di Arequipa, itu 0,745.
Provinsi Arequipa dianggap sebagai ibu kota kedua dari Peru dan merupakan pusat penting
dari industri, pertanian, dan perdagangan Peru. Menurut proyeksi INEI (Nasional Institut
Statistika dan Informatika) [14], jumlah penduduknya akan mencapai 852,807 (di kota) pada
tahun 2013. Dasar piramida penduduk terdiri dari sebagian kecil anak-anak berusia kurang
dari 20 tahun. Ini adalah 35% dari total penduduk sedangkan individu yang berusia 20-40
tahun sebanyak 34%. Dari hal itu, penduduk yang berusia antara 40 dan 60 mencapai 20%
dari populasi, dan orang-orang yang lebih tua dari 60 tersisa 11%.
Penelitian ini disetujui oleh Komite Etik dari Instituto del Deporte Universitario
(Universitas Olahraga Institute) di Universidad Nacional de San Agustn de Arequipa, Peru,
dengan nomor CE.005. Semua orang tua dan wali murid yang setuju dalam keikutsertaan
anak-anak mereka diberikan form persetujuan pemberian izin penilaian siswa untuk
ditandatangani. Sedangkan siswa-siswa tanpa persetujuan, siswa penyandang disabilitas fisik,
dan mereka yang tidak hadir saat hari evaluasi antropometri (dengan alasan medis)
dikeluakan dari penelitian ini.
Sebanyak 551 siswa dari kedua jenis kelamin (312 laki-laki dan 239 perempuan) telah
diteliti. Kisaran usia mereka antara 12,0-17,9 tahun. Sampel memeperlihatkan rasio yang
seimbang dari peserta berdasarkan usianya, misalnya, pada laki-laki (12 tahun: 15%; 13
tahun: 19%; 14 tahun: 21%; 15 tahun: 17%; 16 tahun: 17%; 17 tahun: 11%) dan perempuan
(12 tahun: 20%; 13 tahun: 17%; 14 tahun: 18%; 15 tahun: 25%; 16 tahun: 11%; 17 tahun:
9%). Selanjutnya, status sosial-ekonomi dari remaja ditentukan berdasarkan jenis sekolah
yang siswa datangi. Menurut Cossio-Bolaos et al. [15], Pada umumnya, siswa Peru yang
belajar di sekolah umum sebagian besar berasal latar belakang sosial-ekonomi kelas
menengah. Sekolah perkotaan/pinggiran banyak diisi siswa dengan status sosial-ekonomi
kelas dibawahnya dan siswa dari sekolah-sekolah pedesaan di dataran yang lebih tinggi
cenderung memiliki status sosial-ekonomi yang sangat rendah. Etnisitas ditentukan
berdasarkan warna kulit dan adanya nama akhir Spanyol (40% dengan dua nama adat di akhir
, 35% dengan satu nama akhir asli Spanyol, dan 15% dengan dua nama terakhir Spanyol).
Semua data antropometri dikumpulkan selama bulan November dan Desember 2013. Seluruh
proses dilakukan oleh tiga evaluator berpengalaman. Teknis margin kesalahan (ETM) antar
evaluator berkisar antara 1% hingga 3%.

2.2 Pengukuran/penilaian

Untuk menghitung usia ke desimal, usia kelahiran yang terdaftar pada masing-masing
siswa digunakan. Usia dihitung dengan menggunakan tanggal lahir (hari, bulan, tahun) dan
tanggal (hari, bulan, tahun) pengukuran antropometri dilaksanakan. Kemudian, hasilnya
dibandingkan dengan daftar standar usia yang sudah dihitung dalam bentuk desimal.
informasi tersebut disediakan oleh bagian administrasi setiap sekolah.

"Kelompok kerja internasional kineanthropometry" protokol standar yang dideskripsiskan


oleh Ross dan Marfell-Jones [16] digunakan untuk mengukur variabel antropometri. Berat
badan diukur dengan menggunakan skala digital Tanita (Tanita Perusahaan Jepang) dengan
presisi 1,0 kg. Tinggi badan diukur menggunakan alat estadiometer portabel (Seca GmbH &
Co KG, Hamburg, Jerman) dengan presisi 0,1 mm disesuaikan dengan dataran horizontal
Frankfurt. Ketinggian kepala batang (tinggi badan dalam posisi duduk) diukur menggunakan
bangku kayu dengan sandaran setinggi 50 cm dengan skala pengukuran (0 ke 150 cm) dengan
presisi untuk 1 mm. variabel antropometri siswa diukur tanpa sepatu dan pakaian yang
memungkinan untuk dipakai (hanya kemeja ringan dan celana pendek).

2.3 Variable Terhitung

Kategori usia desimal berdasarkan jarak/interval satu tahun, misalnya 12,0 sampai 12,9
tahun, 13,0 sampai 13,9 tahun, 14,0 sampai 14,9 tahun, 15,0 sampai 15,9 tahun, 16,0 sampai
16,9 tahun, dan 17,0 sampai 17,9 tahun. Kurva referensi/acuannya dari CDC-2000 digunakan
untuk membandingkan pertumbuhan fisik (berat badan dan tinggi badan)[17]. Prevalensi
(rataan) berat badan dan tinggi badan pada usia dihitung dengan mengambil poin cutoff dari
2SD sebagaimana dijelaskan oleh Gorstein et al. [18]. Penundaan (hambatan) pertumbuhan
didefinisikan sebagai tinggi badan pada usia dikurangi 2SD di bawah referensi rata-rata
populasi. Kegemukan/kelebihan berat badan didefinisikan dengan berat badan pada usia
ditambah 2SD diatas referensi median pada populasi.

Teknik penilaian-kematangan di studi longitudinal adalah penentuan tahun dari


pencapaian kecepatan tinggi badan maksimal (PHV). PHV adalah indikator kematangan
somatik dan mencerminkan usia di tingkat pertumbuhan tinggi badan maksimum selama
masa remaja (usia saat PHV, APHV). Di cross-sectional studi saat ini, tahun dari setiap
individu saat APHV diprediksi dengan penggunaan persamaan regresi ganda spesifik gender,
termasuk tinggi badan, tinggi badan saat duduk, panjang kaki, usia kronologis, dan interaksi
mereka [19]. Panjang kaki diperoleh dengan cara mengurangi tinggi badan saat duduk dari
tinggi badan sebenarnya. Dengan demikian, ukuran lajutan dari usia biologis dihasilkan.
kelompok usia biologis terbentuk menggunakan interval 1-tahun, sehingga kelompok usia
PHV -1 dimasukkan dalam observasi antara -1,49 dan 0,50 tahun dari PHV. Persamaan yang
digunakan untuk remaja laki-laki dimasukkan dalam persamaan prediksi: -29,769 +
0,0003007-panjang kaki dan interaksi tinggi badan saat duduk -0,01 177. Interaksi usia dan
panjang 0,01639. interaksi usia dan tinggi badan + 0,445-kaki menggunakan rasio tinggi
badan, dimana R = 0,96, R2= 0,915, dan SEE = 0.490.

Pada remaja perempuan, persamaan prediksi adalah Maturity Offset -16,364 +


0,0002309- Panjang Kaki dan interaksi tinggi badan saat duduk + 0.006277-usia dan interaksi
tinggi badan saat duduk + 0.179-Leg dengan rasio tinggi badan sebesar +0,0009428. Interaksi
Usia dan Berat Badan, dimana R = 0,95, R2= 0,910, dan SEE = 0.499.

2.4 Analisis Statistik

Distribusi normal data diverifikasi dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov.


Statistik deskriptif digunakan untuk menghitung rata-rata, standar deviasi, frekuensi, dan
persentase. Tes untuk sampel independen dilakukan untuk membandingkan kedua jenis
kelamin. Z-scores pada usia dan jenis kelamin digunakan untuk membandingkan
pertumbuhan dan status gizi sesuai standar CDC-2000. Analisis chi-kuadrat digunakan untuk
menguji hubungan antara kedua kategori gizi (berat badan pada usia dan tinggi badan pada
usia). Perbandingan antara kategori gizi ditentukan dengan cara ANOVA pada satu variabel.
Uji post-facto dilakukan dengan cara faktor koreksi Bonferroni. Analisis memakai program
SPSS 16.0 for Windows dengan tingkat signifikansi 5%.

3. Hasil Penelitian

Ciri-ciri variabel siswa tampak pada Tabel 1 di bawah ini. Laki-laki memiliki berat badan
lebih banyak, dan tinggi badan mereka saat berdiri dan duduk juga lebih besar bila
dibandingkan dengan perempuan (p<0,05). Di samping itu, laki-laki menunjukkan hambatan
usia biologis lebih besar dibandingkan dengan perempuan.

Tabel 1. Variabel pertumbuhan fisik, berat badan dan sampel penelitian status gizi.
Laki-laki (n = 312) Wanita (n = 239)
Variabel Mean SD Mean SD
Usia (tahun) 14,8 0,09 14,48 0,10
Berat (Kg) 56,2 10,3* 50,9 7,7
Tinggi Badan
(Berdiri) (cm) 161,2 8,0* 153,1 5.5
Tinggi Badan
(Dududk) (cm) 84,4 4,6* 81,6 3,2
Usia Biologis
(APHV) 15,2 0,8* 12,7 0,3
Catatan:*:p<0,05, usia biologis ditentukan oleh tahun dari usia pada kecepatan tinggi badan maksimal/puncak
(APHV), standar deviasi (SD).

Gambar 1 menggambarkan Z-skor untuk berat badan dan tinggi bagi siswa yang tinggal di
Arequipa (2328 m). Jika dibandingkan menggunakan standar internasional CDC-2000,
remaja dari kedua jenis kelamin pada semua umur menunjukkan nilai yang relatif sama pada
berat badan. Terkait denga tinggi badan, perempuan dari Arequipa (2328 m) menunjukkan
nilai yang lebih rendah di semua usiasaat diukur dengan standar CDC-2000. Di sisi lain, laki-
laki digambarkan pola pertumbuhan serupa dan linear dari usia 12 sampai 14 tahun, kecuali
pada usia 15, 16, dan 17 dimana pemuda Arequipa (2328 m) menunjukkan tinggi badan lebih
rendah dibandingkan dengan standar internasional.
Gambar 1. Z-skor berat badan dan tinggi badan pada usia remaja dari kedua jenis kelamin
yang tinggal di Arequipa (Peru) bila dibandingkan dengan standar CDC-2000.

Tahun dari usia saat kecepatan tinggi badan maksimal (APHV) remaja dari kedua jenis
kelamin dari Arequipa (2328 m) ditunjukkan dalam Gambar 2. Perempeuan mencapai APHV
di usia 12,7 0,3 tahun dan laki-laki diusia 15,2 0,8 tahun. Perbedaan signifikan terdapat
pada kedua jenis kelamin saat dibandingkan berdasarkan usia kronologis. Kedua jenis
kelamin menunjukkan satu tahun keterbelakangan di pematangan somatik.

Gambar 2.Hubungan antara usia kronologis (AC) dan usia biologis (tahun-tahun dari usia saat
kecepatan tinggi badan maksimal (APHV) remaja dari kedua jenis kelamin dari Arequipa (2320 m).

Tabel 2 menunjukkan prevalensi status gizi pada remaja dari kedua jenis kelamin. Dalam
kategori gizi berat badan pada usia, tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan (p=
0,603). Selanjutnya, perbedaan signifikan (p = 0,0016) ditemukan dalam kategori tinggi
badan pada usia. Prevalensi lebih besar terkait gangguan pertumbuhan ditemukan pada
perempuan (18%) dibandingkan pada laki-laki (9%).

Tabel 2. Prevalensi status gizi sebagai fungsi dari berat badan untuk usia dan tinggi untuk
usia berdasarkan jenis kelamin pada remaja yang tinggal di dataran sedang.

Status nutrisi1 Laki-laki Perempuan


Berat-pada-Usia Frekuensi Frekuensi
Berat Badan Rendah 13 (4,2%) 11 (4,6%)
Berat Badan Normal 264 (84,5%) 207 (86,6%)
Berat Badan Berlebih 35 (11,3%) 21 (8,8%)
Tinggi-pada-Usia
Terhambat 27 (8,7%) 43 (18,0%)
Tidak Terhambat 285 (91,3%) 195 (82,0%)
Catatan: uji Chi-square untuk berat badan pada usia 0,909, 2DF (derajat kebebasan), p=
0,60347; uji chi-square untuk Tinggi pada usia 9,94, 1DF (derajat kebebasan) (p= 0,0016. 1 =
Z-skor (CDC-2000).

Terdapat hubungan antara pertumbuhan linear yang terbelakang dan kategori gizi pada berat
badan berdasarkan usia yang ditunjukkan pada Tabel 3. Pada laki-laki, perempuan, dan kedua
jenis kelamin, terjadi hubungan antara kedua variabel. Selain itu, perempuan dengan
hambatan (gangguan) pertumbuhan menunjukkan kecenderungan yang lebih besar untuk
memiliki kelebihan berat badan (2,9%) dibanding laki-laki (1,6%).

Tabel 3. Hubungan hambatan/ganggua pertumbuhan dengan kategori gizi berat pada usia
remaja dari kedua jenis kelamin.

Berat-pada-Usia
Terhambat BB rendah BB Normal BB Lebih Jumlah Nilai p-
Laki-laki (n = 312)
Terhambat 6 (1,9%) 16 (5,1%) 5 (1,6%) 27 (8,6%) 0.0001
Tak Terhambat7 (2,2) 248 (79,5%) 30 (9,6%) 285 (92,2%)
Perempuan (n = 239)
Terhambat 5 (2,1%) 31 (13,0%) 7 (2,9%) 43 (18,0%) 0,0043
Tak Terhambat6 (2,5%) 177 (74,0%) 13 (5,4%) 196 (82,0%)
Kedua Jenis Kelamin(n = 551)
Terhambat 11 (1,9%) 31 (8,5%) 7 (2,2%) 43 (12,6%) 0.0001
Non-Tersendat 13 (2,4%) 177 (77,1%) 13 (7,8%) 1 96 (90,3%)

Catatan: uji Chi-square pada laki-laki 26,80, 2DF; pada wanita 10.90, df, dan pada kedua jenis kelamin 31,08, 2DF.

Tabel 4 menunjukkan perbandingan antara kedua kelompok gizi berdasarkan


gangguan/hambatan pertumbuhan. Perbedaan signifikan ditemukan diantara tiga kategori gizi
dan hambatan dan non-hambatan pada kedua jenis kelamin. Secara umum, subjek dengan
kelebihan berat badan diidentifikasi sebagai subject yang terhambat, dan non-terhambat
menunjukkan bobot berat badan yang lebih tinggi terkait dengan kategori gizi lainnya.

Tabel 4. Perbandingan antara pertumbuhan terhambat dan kelompok gizi berat untuk usia.

Berat-pada-Usia
BB rendah BB normal BB Lebih
N X SD N X SD N X D Nilai p-

Laki-Laki
Terhambat 6 44,8 7,79 16 50,84 8,92 5 80,46 1,61 0,0001
Non-Tersendat 7 45,3 6,07 248 54,80 8,01 30 70,15 11,64 0,0001
wanita
Terhambat 5 42 3.03 31 50,89 6,32 7 77,1 2,25 0,0001
Non-Terhambat 6 40,57 2,76 177 50,96 6,30 13 65,67 5,07 0,0001
Kedua Jenis Kelamin
Terhambat 11 43,40 5,41 47 50,87 7,62 12 78,78 1,93 0,0001
Non-Terhambat 13 42,93 4,42 425 52,88 7,16 13 67,91 8,36 0,0001

4. Pembahasan
4.1 Pertumbuhan Fisik

Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja Arequipa dari kedua jenis kelamin memiliki
berat tubuh yang sama dalam kaitannya dengan standar internasional dari CDC-2000.
Selanjutnya, perempuan mengalami gangguuan pertumbuhan secara linear dari usia 12
sampai 17 tahun. Pada laki-laki, fenomena ini muncul pada usia 15 sampai usia 17. Intinya,
hasil menunjukkan gangguan pertumbuhan linear terjadi selama masa remaja pada siswa
yang tinggal di dataran sedang (ketinggian moderat).
Temuan ini tidak biasa karena mereka didukung oleh literatur yang menyatakan bahwa
setelah Guatemala, Bolivia, dan Haiti, Peru adalah negara dengan tingkat prevalensi
terbelakang pertumbuhan bayi yang dilaporkan tinggi [20]. Selain itu, Peru merupakan salah
satu negara dengan rasio tertinggi tingkat kekurangan-besinya, anemia, dan kekurangan
vitamin "A" antara negara-negara di Amerika Selatan lainnya[21].

Dalam hal ini, meskipun saat ini laporan pertumbuhan fisik yang terbelakang terjadi pada
anak-anak Peru, perlu digarisbawahi Urke et al. [22] baru baru ini menyatakan bahwa 20
tahun terakhir ini, terjadi penurunan statistik yang signifikan dalam hal gangguan/hambatan
pertumbuhan pada bayi. Bahkan, beberapa tahun yang lalu, terjadi peningkatan pembangunan
ekonomi dan pelayanan kesehatan yang lebih baik di Peru [23]. Selama dekade 1980an, 1990,
dan 2000, program sosial diperkenalkan ke sekolah-sekolah negeri untuk meningkatkan
status gizi anak-anak dan remaja. Namun, ini tidak cukup untuk meningkatkan potensi
genetik remaja dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian kami, selama fase penting di
kehidupan remaja ini, siswa dari Arequipa mengalama keterlambatan dalam pertumbuhan
linear mereka. Namun, perlu dicatat sebuah penelitian terbaru yang sudah diverifikasi [24]
menyebutkan bahwa remaja dari kedua jenis kelamin yang tinggal di dataran rendah Peru
mengahasilkan pola pertumbuhan linear yang sama saat dibandingkan dengan standar
internasional CDC-2000. Hasil ini menunjukkan pertumbuhan normal berat badan pada usia
dan tinggi badan pada usia.

Oleh karena itu, temuan di dataran rendah ini membuat kita berasumsi bahwa remaja
dalam penelitian ini (dataran sedang) mengalami penundaan pertumbuhan linear. Fenomena
ini juga dapat dilihat pada remaja laki-laki di usia lanjutan dan remaja perempuan di segala
usia. Oleh karena itu, hal ini terjadi di seluruh tahapan pertumbuhan remaja.

Pola yang diamati dalam penelitian ini mungkin berhubungan dengan faktor genetik
khususnya untuk sekelompok siswa tertentu dengan tinggi badan kurang dari standar
internasional. Namun, fenomena ini mungkin terkait dengan faktor lingkungan seperti tinggi-
rendah dataran meskipun literatur mendukung pandangan bahwa dataran diatas ketinggian
2500 adalah di mana sebagian besar orang mengalami penurunan saturasi oksigen [25] yang
dapat mempengaruhi pola pertumbuhan linear.

4.2 Usia Biologis

Terkait usia biologis, yang tampak di kedua jenis kelamin adalah bukti penundaan
pematangan somatik berdasarkan APHV dari remaja perempuan pada usia 12,7 0,3 tahun
dan 15,2 0,8 tahun untuk remaja laki-laki. Secara umum, waktu dan besarnya PVC antar
remaja sangat bervariasi. Sebagai contoh, diketahui bahwa PVC untuk jumlah keseluruhan
tinggi badan selama pubertas sebesar 95% dari anak perempuan cenderung dimulai antara
usia 10-14 dan antara usia 12 sampai 14 sebesar 95% dari anak laki-laki [4,26]. Namun,
selama proses ini, pertumbuhan somatik seperti kematangan dipengaruhi oleh berbagai faktor
tunggal atau kombinasi untuk memodifikasi potensi genetik individu [27].

Pada intinya, untuk memperjelas temuan yang kami memperoleh, remaja yang tinggal di
Arequipa di dataran sedang mencapai APHVdalam jangka waktu satu tahun setelah populasi
umum. Penundaan ini pada dasarnya terkait dengan rendahnya tinggi badan yang diamati
semenjak remaja dari kedua jenis kelamin tidak dapat mencapai potensi genetik maksimum.
Dengan demikian, keterlambatan dalam pertumbuhan fisik dan pematangan somatik dapat
ditentukan dari faktor lingkungan seperti ketinggian/dataran meskipun kemungkinan
intervensi faktor lingkungan lain tidak dapat diabaikan seperti yang disebutkan diatas. Selain
itu, perlu dicatat bahwa tidak ditemukannya penelitian lain tentang kematangan biologis
remaja Peru yang hidup di dataran rendah, sedang, dan tinggi. Dimana hal ini dapat
ditemukan relevansi dan membantu kami dalam memberi penjelasan yang lebih baik dari
hasil penelitian kami. Faktanya, pola pertumbuhan dan kematangan biologis pada remaja
yang diteliti kami harapakan hasil yang normal. Namun, hasil yang diperoleh menunjukkan
sebaliknya. Berdasarkan temuan penelitian ini, berarti bahwa penelitian lebih mendalam
sangat diperlukan pada variabel-variabel biologis ini.
Artinya diperlukan studi lebih lanjut untuk mengkonfirmasi temuan ini. Selain itu,
sebagai tambahan dalam mengevaluasi karakteristik antropometrik, perlu juga disertakan
variabel fisiologis dan biologis lainnya untuk menverifikasi dengan lebih tepat agar dapat
menjadi penjelasan keterlambatan pertumbuhan fisik dan pematangan biologis anak-anak dan
remaja Peru yang hidup di beragam dataran/ketinggian.

4.3 Transisi gizi

Keterlambatan tinggi badan yang diamati dalam penelitian ini diwakili oleh 8,7% remaja
laki-laki dan 18% remaja. Terbukti, 91,3% dari remaja laki-laki dan 82% dari remaja
perempuan menunjukkan pertumbuhan linear normal. Namun, salah satu faktor menonjol
yang teridedntifikasi adalah adanya peningkatan berat badan pada usia remaja dari kedua
jenis kelamin. Misalnya, hal ini diamati pada 11,3% dari remaja laki-laki dan 8,8% dari
remaja perempuan. Dari hal itu, hasil ini jelas mencerminkan beban gizi ganda pada remaja
yang belajar di tempat ini.

Makanya disebutkan bahwasanya beban ganda malnutrisi merupakan ciri khas dari negara-
negara dengan pendapatan rendah dan sedang [28,29]. Bagi negara Peru situasi ini tidaklah
asing karena kelebihan berat badan dan gangguan pertumbuhan merupakan model transisi
yang terpolarisasi dan berkepanjangan [30]. Akibatnya, populasi warga Peru berisiko tinggi
berkembangnya penyakit yang berhubungan dengan kedua kasus gizi ekstrim tersebut [20].

Dalam hal ini, penelitian kami menunjukkan adanya kecenderungan terjadinya beban gizi
ganda pada remaja disebabkan terdapat hubungan antara kategori tinggi badan dan berat
badan (Tabel 3) seperti yang diilustrasikan oleh subyek dengan tinggi badan rendah dan pada
saat sama peningkatan berat badan pada usia kedua jenis kelamin (16% pada laki-laki dan 3%
pada wanita). Selain itu, remaja dari kedua jenis kelamin dengan gangguan pertumbuhan
mencerminka penongkatan berat badan yerkait dengan kategori gizi lainnya. Hasil ini selaras
dengan penelitian lain yang menyoroti hubungan antara bentuk tubuh pendek dan berat badan
pada anak-anak [31,32].

Selanjutnya, laporan terbaru menyebutkan bahwa anak-anak dengan pertumbuhan


yang tertunda cenderung menunjukkan perubahan komposisi tubuh dan distribusi lemak
tubuh [33,34]. Perubahan ini mungkin terkait dalam penurunan tingkat oksidasi lemak yang
cenderung diidap anak-anak dengan retardasi pertumbuhan [35] cara ini memberikan
kontribusi bagi peningkatan kadar lemak tubuh selama masa hidupnya [36].
Dalam penelitian ini, tidak memungkinkan untuk mengevaluasi variabel antropometri lain
seperti lipatan kulit dan perimeter perut. Dalam penelitian ini, hal tersebut menjadi penting
sebagai penjelasan perihal kecenderungan terjadinya lemak tubuh berlebih pada remaja
dengan tubuh pendek. Selain itu, Body Mass Index (BMI) tidak digunakan karena beberapa
penelitian percaya bahwa BMI tidak berlaku untuk tipe populasi dengan kecenderungan
bertubuh pendek [15,37]. Oleh karena itu, penerapan mereka untuk jenis populasi ini
sangatdipertanyakan, dan bisa membawa konsekuensi terlalu tinggi terhadap berat badan
berlebih, tidak hanya pada anak-anak dan remaja, tetapi juga orang dewasa.

Oleh karena itu, penyebab beban gizi ganda yang diamati dalam penelitian ini dapat
dijelaskan oleh cepatnya pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Peru [22]. Dari semua hal itu,
sejak 20 tahun terakhir, Peru berubah dengan cepar menjadi sebuah negara dengan
pendapatan rata-rata yang tinggi [38] dibandingkan negara-negara sekitarnya.

Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini. contohnya, tidak adanya informasi yang
dimasukkan tentang aktivitas fisik remaja yang diteliti. Selanjutnya, penggunaan CDC-2000
sebagai acuan untuk mempelajari pertumbuhan serta status gizi dapat menunjukkan bias yang
sisteamtik dalam nilai-nilai cutoff yang digunakan. usia biologis ditentukan oleh teknik non-
invasif yang mengukur tahun PHV seacara melintang/transversal. Metode ini digunakan
karena kelayakannya dalam mengevaluasi kematangan seksual non-invasif . Masalah serius
bisa timbul seperti rasa sinis dan malu pada remaja, serta orang tua mereka, dikarenakan
budaya tertutup penduduk yang tinggal di daerah dataran tinggi Peru. Selain itu,
mengevaluasi tingkat kejenuhan oksigen juga penting, terutama ketika mempelajari
pertumbuhan fisik dan pematangan biologis di daerah dataran sedang sampai datarang tinggi.
Kami sarankan untuk menggunakan ini sebagai kontrol untuk studi penelitian di masa yang
akan datang.

Namun, meskipun adanya keterbatasan seperti yang disebutkan diatas, penelitian ini
memberikan data yang relevan terkait pola pertumbuhan, pematangan biologis, dan status
gizi remaja Peru. Selanjutnya, penelitian ini menjadi jembatan untuk penelitian lainnya di
masa depan sebagai lanjutan penelitian tentang kota di dataran sedang/ketinggian moderat
yang meimiliki karakteristik utama dlam hal peningkatan ekonomi, dan pembangunan sosial,
urban. Hal Ini akan memungkinkan adanya analisis yang lebih besar dan mendalam tidak
hanya disebabkan oleh dataran/ketinggian tetapi juga dari batasan-batasan transisi gizi.

Kesimpulan
Hasil ini menunjukkan adanya keterlambatan pertumbuhan linear pada remaja laki-laki
dengan usia yang lebih dewasa dan anak perempuan pada semua usia. Selain itu, pematangan
somatik mengalamai satu tahun keterlambatan pada kedua jenis kelamin. Beban gizi ganda
juga ditemukan (pertumbuhan terbelakang dan berat badan berlebih) pada remaja yang hidup
di ketinggian moderat dimana hal ini menunjukkan bahwa observasi konstan diperlukan baik
positif dan negatif terutama terkait keadaan/status gizi mereka.

Anda mungkin juga menyukai