Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Penelitian Siswa 2016

PEMBUATAN BIOETANOL DARI MINUMAN SERBUK INSTAN AFKIR


MENGGUNAKAN TAPE SINGKONG DENGAN VARIASI SUHU UJI DESTILASI
Munif Munajat
SMA Negeri 1 Sampang Kabupaten Cilacap

ABSTRAK
Minuman serbuk instan yang beredar di pasaran sering kedapatan sudah kedaluwarsa. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengolah minuman serbuk instanafkir menjadi bahan bakar bioethanol dengan proses
fermentasi menggunakan tape singkong (Manihot utilissima). Metode yang digunakan adalah eksperimen
laboratorium serta didukung dan dilengkapi dengan literatur. Prosedur penelitian yang dilakukan adalah :
minuman serbuk afkir (200 gram), tape singkong (9 % per 100 gram minuman serbuk), NPK (6 gram), urea
(6 gram), dan air (1200 ml) dicampur dan diaduk sampai rata, lalu dimasukkan ke dalam botol fermentasi.
Bahan tersebut difermentasi sampai 10 hari. Setelah itu, dilakukan proses destilasi dengan variasi suhu 70 0C,
500C dan 450C. kemudian di analisis kadar etanol menggunakan alcohol meter. Hasil penelitian dilakukan
melalui 4 tahap yaitu persiapan alat dan bahan, fermentasi, destilasi, dan analisis kadar etanol. berdasarkan
hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kadar etanol dengan 3 kali ulangan destilasi yaitu 20%,50%, dan 83%
pada suhu 50 0C.
Kata Kunci : bahan bakar alternative, bioetanol, minuman serbuk instan afkir, tape singkong
PENDAHULUAN ESDM, 2012). Melihat kondisi tersebut,
Ketersediaan energi beberapa tahun terakhir pemerintah telah mengeluarkan Peraturan
menjadi persoalan yang sangat penting untuk Persiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
diperhatikan. Dari tahun ke tahun konsumsi 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional
terhadap sumber energi fosil semakin untuk mengembangkan sumber energi
meningkat dan persediaannya semakin alternatif pengganti BBM (Prihandana, 2007).
menipis. Persediaan energi dunia yang Bioetanol merupakan etanol hasil proses
semakin menipis memberikan tekanan kepada fermentasi dengan bantuan mikroorganisme.
setiap negara untuk segera memproduksi dan Syarat untuk membuat bioetanol adalah bahan
menggunakan energi terbarukan. Salah satu hayati tersebut memiliki kandungan glukosa,
solusi dari permasalahan tersebut adalah berpati dan berserat (Hikmiyati, 2009). Secara
dengan memanfatkan bioetanol sebagai energi umum teknologi produksi biotanol
alternatif pengganti bahan bakar minyak. mencangkup 4 (empat) rangkaian proses yaitu
Bioetanol berpotensi untuk dikembangkan persiapan bahan baku, fermentasi, destilasi
sebagai energi alternatif pengganti BBM dan pemurnian (Wijaya, 2012).
karena bentuknya yang cair sehingga Industri minuman serbuk di Indonesia
memudahkan dalam pemanfaatan dan berkembang pesat, namun upaya pemanfaatan
penggunaannya. Kebutuhan bahan bakar minuman serbuk afkir belum banyak
minyak (BBM) Indonesia untuk berbagai dilakukan. Padahal pemanfaatan terhadap
sektor saat ini cukup besar. Rumah tangga minuman serbuk afkir dapat memberikan nilai
merupakan salah satu sektor pengguna tambah. Minuman serbuk merk marixxx
terbesar ketiga setelah sektor industri dan memiliki nilai gizi total karbohidrat 0,24
transportasi. Konsumsi energi untuk sektor gram, gula 7 gram dan natrium 5 mg per
rumah tangga mencapai 11,6% dari total kemasan 8 gram. Komposisi minuman serbuk
pemakai energi di Indonesia ( Kementerian sering tidak dicantumkan dalam label
SMA Negeri 1 Sampang 1
Jurnal Penelitian Siswa 2016

sehingga konsumen tidak bisa mengetahui besar. Berdasarkan latar belakang tersebut
unsur gizi yang ada di dalamnya dan berapa dapat dirumuskan pokok permasalahan yang
jumlahnya. Pemanfaatan minuman serbuk diteliti dalam penelitian ini, yaitu sebagai
afkir dewasa ini dapat dibuat menjadi bahan berikut:
bakar energi alternatif terbarukan yang ramah (1) Bagaimana cara pemanfaatan minuman
lingkungan yaitu bioetanol. Hal ini serbuk instan afkir menjadi bioetanol
dikarenakan dalam minuman serbuk instan sebagai bahan bakar alternatif ?
afkir masih mengandung glukosa dan (2) Bagaimana mendapatkan kadar etanol
karbohidrat yang dapat dimanfaatkan dalam minuman serbuk afkir terbaik hasil
proses fermentasi. fermentasi ?
Faktor yang mempengaruhi jumlah bioetanol Tujuan Penelitian
yang dihasilkan dari fermentasi adalah Adapun tujuan dari penelitian ilmiah ini
mikroorganisme dan media yang digunakan adalah sebagai berikut :
(Astuty, 1991). S. cerevisiae merupakan (1) Mengetahui cara pemanfaatan minuman
mikroba yang baik untuk fermentasi etanol serbuk instan afkir menjadi bioetanol.
karena relatif efisien dalam merubah gula (2) Mengetahui cara mendapatkan kadar
menjadi etanol dan lebih toleran terhadap etanol minuman serbuk afkir yang terbaik
etanol bila dibandingkan dengan mikroba hasil fermentasi.
lain. Faktor yang mempengaruhi produksi Manfaat Penelitian
bioetanol adalah konsentrasi ragi dan waktu Manfaat penelitian ini antara lain adalah
fermentasi. Konsentrasi ragi dan waktu sebagai berikut :
fermentasi yang digunakan harus tepat, 1) Menyelamatkan masyarakat dari
semakin lama proses fermentasi dan semakin peredaran minuman serbuk instan yang
banyak konsentrasi ragi yang diberikan maka kedaluwarsa.
kadar bioetanol semakin meningkat. Semakin 2) Menjadi solusi bagi masyarakat dalam
lama waktu fermentasi maka mikroba memenuhi kebutuhan akan bahan bakar
berkembang biak dan jumlahnya bertambah alternatif pengganti BBM.
sehingga kemampuan untuk memecah KAJIAN PUSTAKA
glukosa menjadi alkohol semakin besar. Minuman Serbuk Instan
Namun jika waktu fermentasi terlalu lama Minuman serbuk merupakan minuman yang
maka nutrisi dalam substrat akan habis dan berupa serbuk atau butiran halus dibuat dari
ragi tidak dapat memfermentasi bahan karena sari buah atau rempah-rempah. Minuman
terhambat oleh kadar etanol yang tinggi. serbuk banyak mengandung karbohidrat dan
Kadar bioetanol yang tinggi akan bersifat glukosa yang berfungsi sebagai pemanis.
toksin terhadap ragi itu sendiri. Oleh karena Bahan utama pembuatan minuman serbuk
itu perlu dicari kondisi yang optimum dari adalah gula pasir. Gula pasir adalah sukrosa
konsentrasi ragi yang diberikan dan waktu yang dimurnikan dan dihablurkan. Gula pasir
fermentasi yang digunakan untuk melakukan berfungsi sebagai pemanis, pengawet dan
fermentasi minuman serbuk instan afkir untuk pengkristal minuman serbuk.
mendapatkan etanol dengan kadar optimal. Minuman serbuk instan marixxx yang
Rumusan Masalah beredar di kalangan masyarakat dalam satu
Minuman serbuk instan meskipun sudah kemasan berisi 8 gram dengan komposisi
kedaluwarsa masing memiliki kandungan gula, pengatur keasaman (asam sitrat), perisa
glukosa dan pati karbohidrat yang cukup identik alami jeruk, ekstrak jeruk, pemanis
SMA Negeri 1 Sampang 2
Jurnal Penelitian Siswa 2016

buatan (natrium siklamat dan aspartam), dan karena emisi gas buangnya rendah kadar
pewarna buatan (kuning FCF CI 15985 dan karbon monoksida, nitrogenoksida dan gas-
ponceau 4R CI 16255). Minuman serbuk gas rumah kaca yang dapat menyebabkan
memiliki nilai gizi total karbohidrat 0,24 polutan. Etanol mudah terurai dan aman
gram, gula 7 gram dan natrium 5 mg. karena tidak mencemari lingkungan.
Komposisi minuman serbuk sering tidak Etanol dapat dibuat dari berbagai bahan hasil
dicantumkan dalam tabel secara spesifik pertanian, dengan demikian etanol sering
sehingga konsumen tidak bisa mengetahui disebut bioetanol. Secara umum bahan
unsur gizi yang ada di dalamnya dan berapa tersebut dibagi dalam tiga golongan yaitu
jumlahnya. Komposisi minuman serbuk yang bahan yang mengandung turunan gula sebagai
tercantum dalam kemasan dapat di lihat pada golongan pertama antara lain molase, gula
Tabel 1. tebu, gula bit dan sari buah. Golongan kedua
Tabel 1. Komposisi minuman serbuk adalah bahan-bahan yang mengandung pati
marixxx per kemasan 8 gram seperti biji-bijian, gandum, kentang, tapioka.
% AKG Golongan yang terakhir adalah bahan yang
Lemak total 0 g 0% mengandung selulosa seperti kayu dan
Lemak jenuh 0 g 0% beberapa limbah pertanian. Selain ketiga jenis
Lemak trans 0 g 0% bahan tersebut diatas khususnya etanol dapat
Kolestrol 0 mg 0% juga dibuat dari bahan bukan asli pertanian
Natrium/sodium 5 mg 3% tetapi dari bahan yang merupakan hasil proses
Karbohidrat total 8 g 3% lain, sebagai contohnya adalah etilen. Bahan-
Serat pangan 0 g 0% bahan yang mengandung monosakarida
Gula 7 g (C6H12O6) sebagai glukosa langsung dapat
Protein 0 g 0% difermentasi menjadi etanol. Namun untuk
Vitamin A 0 g 0% bahan yang mengandung pati atau karbohidrat
Vitamin C 0 g 0% terlebih dahulu melalui proses hidrolisis.
Kalsium 0 g 0% Bahan tersebut harus dihidrolisis menjadi
Zat besi 0 g 0% komponen gula sederhana monosakarida.
Sumber: PT. Marimas Putra Kencana. Oleh karena itu, agar tahap proses fermentasi
dapat berjalan secara optimal, bahan tersebut
Etanol harus mengalami perlakuan pendahuluan
Etanol digunakan dalam beragam industri sebelum masuk kedalam proses fermentasi.
seperti campuran untuk minuman keras, Disakarida seperti gula pasir (C12H22O11)
bahan baku farmasi, kosmetik, campuran harus di beri perlakuan pendahuluan sebelum
bahan bakar kendaraan, peningkat oktan, dan fermentasi yaitu liquifikasi dan sakarifikasi
bensin etanol (gasohol). Fungsi etanol sebagai agar terjadi pemecahan gula kompleks
campuran bahan bakar kendaraan memiliki menjadi gula sederhana. Polisakarida seperti
prospek bagus karena harga minyak mentah selulosa harus dihidrolisis terlebih dahulu
makin tinggi. Etanol ini berfungsi sebagai menjadi glukosa. Terbentuknya glukosa
penambah volume BBM, sebagai peningkat berarti proses pendahuluan telah berakhir dan
angka oktan dan sebagai sumber oksigen bahan-bahan selanjutnya siap untuk
untuk pembakaran yang lebih bersih difermentasi. Secara kimiawi proses
pengganti methyl tertiary butyl ether fermentasi dapat berjalan cukup panjang,
(MTBE). Etanol juga ramah lingkungan karena terjadi suatu deret reaksi yang masing-
SMA Negeri 1 Sampang 3
Jurnal Penelitian Siswa 2016

masing dipengaruhi oleh enzim-enzim khusus Tahap pemasakan bahan meliputi proses
(Sari, 2009). Etanol mempunyai sifat fisik dan liquifikasi dan sakarifikasi. Pada tahap
kimia seperti ditampilkan pada Tabel 2. liquifikasi, bahan dikonversi menjadi gula
Tabel 2. Sifat fisik dan sifat kimia etanol melalui proses pemecahan menjadi gula
Sifat fisik Sifat kimia kompleks. Pada tahap liquifikasi
Terjadi dari reaksi dilakukan penambahan air dan enzim -
Cairan tidak berwarna fermentasi amilase. Proses ini dilakukan pada suhu
monosakarida 80-90oC. Berakhirnya proses liquifikasi
Bereaksi dengan ditandai dengan parameter cairan seperti
asam asetat, asam sup. Kemudian dilanjutkan dengan tahap
Berbau khas
sulfat, asam nitrit, sakarifikasi. Sakarifikasi adalah proses
asam ionida pemecahan gula kompleks menjadi gula
Berat molekul sederhana. Tahap sakarifikasi dilakukan
Mudah menguap
46,07 g/g mol pada suhu 50-60oC. Enzim yang
o
Titik didih 78,4 C ditambahkan pada tahap ini adalah enzim
Titik beku -112,4oC glukoamilase. Pada tahap sakarifikasi
Densitas 0,7893 g/ml akan terjadi pemecahan gula kompleks
Viskositas pada 20oC menjadi gula sederhana (Hambali, 2007).
adalah 0,0122 Cp b. Fermentasi etanol
Flash point 21,11oC Proses fermentasi merupakan proses
(70oF) penguraian karbohidrat dan asam amino
Panas spesifik 0,581 secara anaerob sehingga menghasilkan
kal/g energi. Tahap fermentasi terjadi proses
Panas fusi 24,9 kal/g pemecahan gula-gula sederhana menjadi
Panas evaporasi 204 etanol dengan melibatkan enzim dan ragi
kal/g pada suhu optimum. Proses fermentasi ini
Sumber: Kirk dan Othmen (1969). menghasilkan etanol dan CO2 yang
Proses Pembuatan Bioetanol dilakukan pada suhu 27-32oC selama
Proses produksi bioetanol secara umum kurun waktu 3-7 hari (Zulfarina, 2007).
terdapat tiga tahap yaitu persiapan bahan Keseluruhan proses membutuhkan
baku, fermentasi dan destilasi. Berikut ini ketelitian agar bahan baku tidak
adalah penjelasan proses produksi bioetanol: terkontaminasi oleh mikroba lainnya.
a. Persiapan bahan baku Selama proses fermentasi akan
Bahan baku berupa padatan harus menghasilkan cairan etanol dan CO2.
dikonversi terlebih dahulu menjadi larutan Hasil dari fermentasi berupa cairan
gula sebelum akhirnya difermentasi untuk mengandung etanol berkadar rendah
menghasilkan etanol, sedangkan bahan- antara 7-12%. Pada kadar etanol
bahan yang sudah dalam bentuk larutan maksimal 12% ragi menjadi tidak aktif
gula dapat langsung difermentasi. Bahan lagi, karena kelebihan alkohol akan
padatan dikenai perlakuan pengecilan berakibat racun bagi ragi dan mematikan
ukuran dan tahap pemasakan. Proses aktifitasnya (Prihandana, 2007).
pengecilan ukuran dapat dilakukan c. Destilasi
dengan menggiling bahan sebelum Setelah proses fermentasi tahapan
memasuki tahap pemasakan. selanjutnya adalah destilasi. Proses
SMA Negeri 1 Sampang 4
Jurnal Penelitian Siswa 2016

fermetasi menghasilkan kadar bioetanol buangan. Fermentasi menghasilkan 2 molekul


yang cukup rendah sehingga kadar ATP per molekul glukosa. Namun fermentasi
bioetanol dapat ditingkatkan dengan tidak mampu bertahan dalam jangka waktu
proses destilasi. yang lama pada organisme aerob yang
Destilasi dilakukan pada suhu di atas titik kompleks (Dlyna, 2013).
didih etanol murni, yaitu pada kisaran 78- Menurut Hidayat et al . (2006), ragi tape
100oC, sampai volume hasil destilasi mempunyai 4 macam isolat mikroba, yaitu
sebanyak 75% dari volume awal. Proses dua isolat kapang dari genus Rhizopus dan
destilasi dilakukan berulang-ulang sampai dua isolat khamir dari genus Saccharomyces
diperoleh bioetanol dengan kadar 90%- dan Schizosaccharomyces.
94% (Wijaya, 2012). Menurut Marjoni S. cerevisiae menghasilkan enzim zimase dan
(2014), suhu dan waktu destilasi memiliki invertase. Enzim zimase berfungsi sebagai
pengaruh yang nyata terhadap kadar pemecah sukrosa menjadi monosakarida
bioetanol. Berikut ini adalah reaksi proses (glukosa dan fruktosa). Selanjutnya enzim
produksi bioetanol: invertase mengubah glukosa menjadi bietanol
C6H12O6 --------------- 2C2H5OH + 2CO2 (Judoamidjojo et al., 1992). Kriteria
Glukosa S. cerevisiae Etanol pemilihan khamir untuk produksi bioetanol
Tape Singkong adalah mempunyai laju fermentasi dan laju
Tape merupakan makanan fermentasi pertumbuhan cepat, perolehan bioetanol
tradisional yang sudah tidak asing lagi. Tape banyak, tahan terhadap konsentrasi bioetanol
dibuat dari beras, beras ketan, atau dari dan glukosa tinggi, tahan terhadap konsentrasi
singkong (ketela pohon). Berbeda dengan garam tinggi.
makanan fermentasi lain yang hanya Menurut Elevri (2006), sifat-sifat mikroba S.
melibatkan satu mikroorganisme yang cerevisiae yaitu:
berperan utama, pembuatan tape melibatkan 1. Aerob fakultatif.
banyak mikroorganisme. Mikroorganisme S. cerevisiae merupakan mikroorganisme
yang terlibat adalah kapang dan khamir. Yang fakultatif aerob yang dapat menggunakan
termasuk bakteri kapang yaitu Amylomyces baik sistem aerob maupun anaerob untuk
rouxii, Mucor sp, dan Rhizopus sp. Yang memperoleh energi dari perombakan
termasuk bakteri khamir yaitu glukosa dan umumnya tidak dapat tumbuh
Saccharomycopsis fibuligera, dengan baik pada kondisi benar-benar
Saccaromycopsis malanga, Pichia burtonii, anaerobik. Hal ini karena oksigen
Saccharomyces cerevisiae, dan Candida utilis diperlukan sebagai faktor pertumbuhan
serta bakteri Pediococcus sp. dan Bacillus sp. untuk membran biosintesis, khusus untuk
Kedua mikroorganisme tersebut bekerja sama biosintesis asam lemak dan sterol.
dalam menghasilkan tape (Dlyna, 2013). 2. Perkembangbiakan dengan membelah diri
Cairan tape diketahui mengandung bakteri atau membentuk kuncup atau budding
asam laktat sebanyak kurang lebih satu juta cell.
per ml atau gramnya. Produksi fermentasi 3. Mempunyai sifat stabil dan cepat
mengandung energi kimia yang tidak beradaptasi.
teroksidasi penuh tetapi tidak dapat 4. Tumbuh baik pada temperatur optimum
mengalami metabolisme lebih jauh tanpa 28-36oC.
oksigen atau akseptor elektron lainnya 5. pH optimum untuk pertumbuhan sel
sehingga cenderung dianggap produk khamir 4,5-5,5.
SMA Negeri 1 Sampang 5
Jurnal Penelitian Siswa 2016

Pertumbuhan S. cerevisiae dipengaruhi Menurut Aminah et al., (2009), waktu


oleh adanya penambahan nutrisi yaitu fermentasi dan dosis ragi sangat berpengaruh
unsur C sebagai sumber karbon, unsur N dalam proses fermentasi. Semakin lama
yang diperoleh dari penambahan urea, waktu fermentasi dan semakin tinggi dosis
amonium dan pepton, mineral dan ragi yang diberikan maka kadar bioetanol
vitamin. semakin tinggi. Penelitian yang dilakukan
Fermentasi oleh Raysendi et al., (2015) pembuatan
Fermentasi merupakan proses produksi energi bioetanol dari bahan baku sari buah semu
dalam sel pada kondisi anaerob. Proses jambu mete dengan penambahan massa ragi 4
fermentasi terjadi proses biokimia dimana gram selama 5 hari diperoleh bioetanol
terjadi reaksi-reaksi kimia dengan bantuan dengan kadar 90% untuk destilasi pertama
mikroba penyebeb fermentasi tersebut dan 70% destilasi kedua.
bersentuhan dengan zat makanan yang sesuai Etanol yang dihasilkan dari fermentasi
dengan pertumbuhannya. Adanya proses glukosa dilakukan dengan menggunakan
fermentasi sebagian atau seluruh bahan akan bantuan ragi terutama jenis S. cerevisiae.
berubah menjadi alkohol setelah beberapa Pemisahan bioetanol selanjutnya dilakukan
waktu lamanya (Endah, 2007). Proses dengan destilasi.
fermentasi berlangsung beberapa jam setelah Faktor-faktor yang mempengaruhi fermentasi
semua bahan dimasukan ke dalam fermentor. etanol adalah sebagai berikut:
Proses ini berjalan ditandai dengan keluarnya a. Temperatur
gelembung-gelembung udara. Gelembung Fermentasi etanol sebagai reksi enzimatik
udara yang dihasilkan adalah berupa gas CO2 akan berlangsung dengan baik antara
yang dihasilkan selama proses fermentasi. temperatur 2736oC, pada temperatur
Reaksi dalam fermentasi berbeda-beda tersebut enzim yang dihasilkan oleh
tergantung pada jenis gula yang digunakan mikroba S. cerevisiae dapat
dan produk yang dihasilkan. Glukosa yang melangsungkan aktifitasnya dengan baik
difermentasi akan menghasilkan etanol. (Elevri, 2006). Di atas temperatur tersebut
Selama proses fermentasi akan menghasilkan aktifitas enzim yang dihasilkan akan
cairan etanol dan CO2. Pada kadar etanol menurun karena mengalami denaturasi.
sangat tinggi ragi menjadi tidak aktif lagi, Sedangkan dibawah temperatur tersebut
karena kelebihan alkohol akan beakibat racun reaksi fermentasi etanol akan berlangsung
bagi ragi itu sendiri dan mematikan lambat.
aktifitasnya. Menurut Hanum (2013), semakin b. pH
lama waktu fermentasi akan meningkatkan Aktifitas enzim sangat dipengaruhi oleh
kadar bioetanol, sampai batas waktu tertentu pH dari medium fermentasi. Aktifitas
dan kemudian menurun. Menurut Roukas enzim terletak pada trayek pH tertentu dan
(1996), penurunan bioetanol terjadi pada mempunyai pH optimal. Di luar pH
konsentrasi glukosa berlebih sebagai efek optimal, enzim akan bekerja lebih lambat.
inhibisi substrat dan produk. Semakin lama pH yang optimal untuk proses fermentasi
waktu fermentasi maka jumlah mikroba adalah pH 4,5-5,5.
semakin menurun dan akan menuju ke fase c. Oksigen
kematian karena alkohol yang dihasilkan Oksigen pada proses fermentasi harus
semakin banyak dan nutrient yang ada diatur sebaik mungkin untuk
sebagai makanan mikroba semakin menurun. memperbanyak atau menghambat
SMA Negeri 1 Sampang 6
Jurnal Penelitian Siswa 2016

pertumbuhan mikroba tertentu. Misalnya fermentasi etanol sering digunakan ragi S.


S. cerevisiae yang menghasilkan etanol cerevisiae.
dari gula akan lebih baik dalam keadaan Jumlah mikroba yang digunakan pada saat
anaerob. Setiap mikroba membutuhkan fermentasi mempengaruhi rendemen
oksigen yang berbeda jumlahnya untuk bioetanol yang dihasilkan. Semakin
pertumbuhan membentuk sel-sel baru. banyak jumlah mikroba yang
d. Konsentrasi glukosa dan enzim ditambahkan pada proses fermentasi
Konsentrasi enzim diperlukan untuk semakin banyak jumlah rendemen
menghasilkan etanol yang optimal untuk bioetanol yang dihasilkan, sehingga pada
mengubah semua substrat menjadi saat kondisi optimum telah dicapai akan
produk. Konsentrasi glukosa yang terjadi penurunan rendemen bioetanol.
diperlukan untuk fermentasi adalah 10%- f. Konsentrasi etanol
18%. Apabila konsentrasi glukosa terlalu Mikroba S. cerevisiae tidak tahan
tinggi maka proses fermentasi akan terhadap konsentrasi etanol yang lebih
berjalan lambat. Menurut Raysendi et al. besar dari 14% dan pada konsentrasi
(2015), pengukuran total gula pada awal etanol 16% kegiatan S. cerevisiae sudah
fermentasi dan akhir fermentasi dapat hampir tidak ada sehingga kecepatan
digunakan untuk menentukan nilai fermentasi juga terhenti.
efisiensi penggunaan substrat. Efisiensi Menurut Hidayat et al. (2006), fase yang
penggunaan substrat menunjukkan dilalui mikroorganisme dalam fermentasi
seberapa banyak gula yang dapat yaitu:
dimanfaatkan oleh mikroba untuk diubah 1. Fase permulaan (fase lag)
menjadi etanol, asam organik dan Fase permulaan terjadi penyesuaian ragi
digunakan untuk pertumbuhan mikroba. dengan lingkungan baru, bermacam-
Efisiensi penggunaan substrat dihitung macam enzim dan zat perantara dibentuk
berdasarkan persentase perbandingan sehingga keadaannya memungkinkan
antara total substrat glukosa yang terjadinya pertumbuhan lebih lanjut.
dikonsumsi dengan jumlah substrat awal Ditandai dengan sel-sel mulai membesar
yang tersedia. tetapi belum membelah diri.
e. Jenis mikroba 2. Fase pertumbuhan logaritma atau fase
Menurut Indrawati (2006), fermentasi eksponensial
etanol dapat dilakukan oleh ragi dan Ditandai dengan kecepatan pembelahan
beberapa jenis mikroba. Ragi yang sering paling tinggi, waktu generasinya pendek
berperan adalah dari golongan dan konstan. Selama fase ini metabolisme
Saccharomyces yakni S. cerevisiae, S. paling pesat.
ellipsoideus, S. carlsbergensis, S. 3. Fase stasioner
bfragilis, S. uvarum dan Fase stasioner ditandai dengan penurunan
Schizosaccaromychespombe. Sementara kadar nutrisi dan meningkatnya
itu dari golongan bakteri yang dapat penimbunan zat-zat racun yang
digunakan untuk menghasilkan etanol menghambat kecepatan pembelahan
adalah dari jenis Zymomonas, menjadi semakin meningkat. Pada fase ini
Clostridium, Escerichia coli dan jumlah ragi yang dihasilkan sama dengan
Spirocheata. Namun, pada umumnya jumlah ragi yang mati sehingga jumlah sel
yang hidup menjadi konstan.
SMA Negeri 1 Sampang 7
Jurnal Penelitian Siswa 2016

4. Fase kematian a. Jenis minuman serbuk instan yang


Kedua fase ini biasanya dinyatakan digunakan dengan membandingkan
sebagai salah satu fase yang disebut fase penggunaan minuman serbuk instan
menurun. Fase ini terjadi peningkatan yang masih layak konsumsi dan yang
kematian sedangkan kecepatan sudah kedaluwarsa.
pembelahannya menjadi nol. Setelah b. Bahan nutrisi yang digunakan. Dalam
sampai ke fase kematian logaritma penelitian ini digunakan pupuk Urea.
kecepatan mencapai maksimal dan jumlah c. Bahan fermentasi yang digunakan.
sel menurun dengan cepat. Dalam penelitian ini digunakan tape
Gambar fase fermentasi ditunjukkan pada singkong sebagai bahan fermentasi.
Gambar 2. d. Waktu fermentasi yang dihitung dalam
satuan hari.
e. Waktu destilasi yang dihitung dalam
satuan jam.
2. Cara mendapatkan bioetanol dengan
kadar alcohol yang terbaik.
a. Kadar alcohol dalam bioetanol yang
Gambar 2. Fase fermentasi. diukur dengan alat alcohol meter.
b. Tahap destilasi yaitu satu tahap, dua
METODE PENELITIAN tahap dan tiga tahap.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 23 c. Pemanfaatan bioetanol dengan
Juni 2016 - 9 Agustus 2016. Tempat di beberapa tahap destilasi.
Laboratorium Teknik Sistem Termal dan Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Energi Terbarukan, Teknologi Pertanian, Pengumpulan data dilakukan dengan metode
Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal kualitatif eksprimental melalui studi
Soedirman, Purwokerto dengan metode laboratorium. Ada pun analisis data
kualitatif eksperimental. menggunakan analisis kadar alkohol dalam
Alat dan Bahan bioetanol dengan alat alcohol meter.
Alat dan bahan yang digunakan pada Hipotesis
pembuatan bioetanol ini adalah : Minuman serbuk instan yang sudah
1. Alat yang digunakan pada penelitian ini kedaluwarsa masih mengandung glukosa dan
yaitu destilator, botol fermentasi, gelas pati karbohidrat sehingga dapat difermentasi
ukur, timbangan digital, termometer, menjadi bioetanol kemudian didestilasi
pengaduk, kompor, pH meter, dan pisau. menjadi bahan bakar alternative pengganti
2. Bahan-bahan yang digunakan pada BBM.
penelitian ini adalah minuman serbuk HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN
marixxx afkir, air, ragi tape (S. Penelitian dilakukan pada tanggal 23
cerevisiae), urea, dan NPK. Juli-9 Agustus 2016 yaitu tentang cara
Indikator Penelitian pemanfaatan minuman serbuk instan afkir
Berdasarkan tujuan penelitian dan kajian menjadi bioethanol sebagai bahan bakar
pustaka dirumuskan beberapa indikator alternatif melalui 4 tahap yaitu persiapan alat
penelitian yang akan dilakukan, yaitu : dan bahan, fermentasi, destilasi, dan analisis
1. Cara mengolah minuman serbuk instan kadar etanol.
afkir menjadi bioetanol. A. Persiapan Alat dan Bahan
SMA Negeri 1 Sampang 8
Jurnal Penelitian Siswa 2016

1. Menyiapkan alat-alat yang digunakan C. Destilasi


yaitu destilator, botol fermentasi, gelas
ukur, timbangan digital, termometer, Setelah difermentasi 10 hari, kemudian
pengaduk, kompor, pH meter, dan didestilasi menggunakan destilator dengan
pisau. suhu 500 C dengan 3 ulangan tahap destilasi.
2. Menyiapkan bahan-bahan yaitu
minuman serbuk marixxx afkir, air,
ragi tape (S. cerevisiae), urea, dan NPK.
3. Kemudian menimbang masing-masing
bahan baku minuman serbuk afkir (200
gram), tape singkong (9 % per 100
gram minuman serbuk), NPK (6 gram),
urea (6 gram), dan air (1200 ml).

Gambar poses destilasi


D. Analisis Kadar Etanol

Sampel bioethanol minuman serbuk afkir


dianalisis kadar etanolnya menggunakan
alkohol meter.
Gambar minuman serbuk afkir Gambar NPK

Gambar Urea
B. Fermentasi Gambar analisis kadar etanol
1. Minuman serbuk afkir (200 gram) Pembahasan
dilarutkan dengan air hangat supaya tidak Reaksi dalam fermentasi singkong menjadi
menggumpal. tape adalah glukosa (C6H12O6) yang
2. NPK (6 gram) dihaluskan terlebih merupakan gula paling sederhana , melalui
dahulu. fermentasi akan menghasilkan etanol
3. Bahan baku yang telah ditimbang (2C2H5OH). Reaksi fermentasi ini dilakukan
(minuman serbuk afkir, tape singkong, oleh ragi, dan digunakan pada produksi
NPK, urea, dan air) kemudian dicampur makanan.
dan diaduk sampai rata. Persamaan Reaksi Kimia:
4. Ekstrak tersebut dimasukkan kedalam C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP
botol fermentasi. Bahan tersebut
difermentasi sampai 10 hari.

SMA Negeri 1 Sampang 9


Jurnal Penelitian Siswa 2016

disebabkan karena senyawa kimia tersebut


Tape singkong mengandung jamur ragi yang mampu dipisahkan berdasarkan titik didihnya
akan memakan glukosa di dalam singkong atau kevolatilan dari senyawa tersebut.
sebagai makanan untuk pertumbuhannya, Alkohol dengan berat molekul rendah dan
sehingga singkong akan menjadi lunak, jamur larut dalam air. Kelarutan dalam air
tersebut akan merubah glukosa menjadi disebabkan oleh ikatan hidrogen antara
alkohol. Ragi (Saccharomyces cereviceae) alkohol dan air. Proses destilasi dilakukan
mengeluarkan enzim yang dapat memecah pada suhu 80oC. Titik didih bioetanol berada
karbohidrat pada singkong menjadi gula yang pada suhu 78oC.
lebih sederhana. Oleh karena itu, tape terasa pH adalah derajat keasaman atau kebasaan
manis apabila sudah matang walaupun tanpa yang dimiliki oleh suatu larutan. Pengukuran
diberi gula sebelumnya (Farhan, 2012). pH fermentasi dilakukan untuk mengetahui
Karakteristik khamir S. cerevisiae untuk perubahan derajat keasaman dari media
produksi bioetanol adalah mempunyai laju sebelum dan sesudah proses fermentasi. pH
fermentasi dan laju pertumbuhan cepat, awal medium fermentasi mempengaruhi
perolehan bioetanol banyak, tahan terhadap kadar etanol yang dihasilkan. Hasil penelitian
konsentrasi bioetanol dan glukosa tinggi, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai
tahan terhadap konsentrasi garam tinggi. rata-rata pH sesudah fermentasi, rata-rata nilai
Namun S. cerevisiae juga mempunyai pH setelah fermentasi berkisar antara 5,5
kekurangan yaitu tidak tahan dengan suhu 6,0.
tinggi (Satyanarana, 2009). Menurut Hidayat Menurut Yunas (2014), proses fermentasi
et al., (2006), ragi tape mempunyai 4 macam menggunakan S. cerevisiae mengalami fase
isolat mikroba, yaitu dua isolat kapang dari pertumbuhan yang cepat sehingga proses
genus Rhizopus dan dua isolat khamir dari perombakan gula menjadi etanol semakin
genus Saccharomyces dan cepat sehingga nilai pH semakin meningkat.
Schizosaccharomyces. Walaupun terjadi peningkatan nilai pH, nilai
Pertumbuhan S. cerevisiae dipengaruhi oleh yang dicapai pada akhir proses fermentasi
adanya penambahan nutrisi. Nutrisi yang masih berkisar pada pH optimum yang dapat
digunakan saat fermentasi adalah NPK dan diadaptasi oleh S. cerevisiae yang terlibat
urea. Unsur N diperoleh dengan penambahan dalam proses fermentasi.
pupuk urea, unsur P diperoleh dari NPK. Dalam penelitian ini sampel bioethanol
Banyaknya NPK dan urea yang ditambahkan minuman serbuk setelah difermentasi 10 hari,
pada penelitian masing-masing adalah 6 gram kemudian didestilasi menggunakan destilator
per 100 gram sampel minuman serbuk xx dengan suhu 500 C. menurut Yanuar dan
afkir. Waktu fermentasi larutan adalah 10 Amrullah (2015), bahwa prinsip destilasi
hari. Konsentrasi ragi yang diberikan 9% per adalah penguapan cairan dan pengembunan
100 gram berat sampel. Proses fermentasi kembali uap tersebut pada suhu titik didih.
mengandung tiga campuran yaitu bahan Titik didih suatu cairan adalah suhu dimana
organik, air dan etanol. tekanan uapnya sama dengan tekanan
Untuk mendapatkan hasil produk etanol yang atmosfer. Cairan yang diembunkan kembali
lebih murni maka harus dilakukan pemisahan disebut destilat. Tujuan destilasi adalah
etanol dari produk yang tidak diinginkan pemurnian zat cair pada titik didihnya, dan
tersebut dengan proses destilasi. Penggunaan memisahkan cairan tersebut dari zat padat
metode destilasi untuk memperoleh bioetanol yang terlarut atau dari zat cair lainnya yang
SMA Negeri 1 Sampang 10
Jurnal Penelitian Siswa 2016

mempunyai perbedaan titik didih cairan pada temperatur 15 0C yang terkandung


murni. Pada destilasi biasa, tekanan uap di dalam 100 satuan volume larutan ethanol
atas cairan adalah tekanan atmosfer (titik pada temperatur tertentu (pengukuran).
didih normal). Untuk senyawa murni, suhu Berdasarkan BKS Alkohol Spiritus, standar
yang tercatat pada termometer yang temperatur pengukuran adalah 27,5 0C dan
ditempatkan pada tempat terjadinya proses kadarnya 95,5% pada temperatur 27,5 0C atau
destilasi adalah sama dengan titik didih 96,2% pada temperatur 15 0C (Wasito, 1981).
destilat (Sahidin, 2008). Dengan demikian bioetanol dari minuman
Pada tekanan atmosfir, air mendidih pada serbuk instan afkir dengan kadar 83 % baru
100oC dan etanol mendidih pada sekitar bisa digunakan sebagai campuran bensin agar
77oC. perbedaan dalam titik didih inilah yang setara dengan pertamax dex.
memungkinkan pemisahan campuran etanol Kesimpulan
air. Prinsip: jika larutan campuran etanol air Proses pebuatan bioethanol dari minuman
dipanaskan, maka akan lebih banyak molekul serbuk afkir dilakukan melalui 4 tahap yaitu
etanol menguap dari pada air. Jika uap-uap persiapan alat dan bahan, fermentasi dengan
ini didinginkan (dikondensasi), maka menggunakan tape singkong, destilasi dan
konsentrasi etanol dalam cairan yang analisis kadar etanol dengan alcohol meter.
dikondensasikan itu akan lebih tinggi dari Kadar etanol yang diperoleh dari proses
pada dalam larutan aslinya. Jika kondensat destilasi adalah etanol 20 %, sedangkan untuk
ini dipanaskan lagi dan kemudian mendapatkan kadar alcohol 50% perlu
dikondensasikan, maka konsentrasi etanol dilakukan 2x detilasi, dan untuk mendapatkan
akan lebih tinggi lagi. Proses ini bisa diulangi kadar alcohol 83% perlu dilakukan 3x
terus, sampai sebagian besar dari etanol destilasi.
dikonsentrasikan dalam suatu fasa. Namun Saran
hal ini ada batasnya. Pada larutan 96% Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
etanol, didapatkan suatu campuran dengan mengenai bioethanol minuman serbuk afkir
titik didih yang sama (azeotrop). Pada dengan konsentrasi ragi berbeda yang
keadaan ini, jika larutan 96% alkohol ini disesuaikan dengan variasi suhu destilasi.
dipanaskan, maka rasio molekul air dan DAFTAR PUSTAKA
etanol dalam kondensat akan teap konstan Aminah, A dan Suparti. 2009. Lama Fermentasi
sama. Jika dengan cara distilasi ini, alcohol dan Dosis Ragi yang Berbeda pada
tidak bias lebih pekat dari 96% (Harahap, Fermentasi Gaplek Ketela Pohon (Manihot
2003). utilisima, Pohl) Varietas Mukibat Terhadap
Kadar Glukosa dan Bioetanol. Jurnal
Analisis kadar etanol menggunakan alcohol
Penelitian Sains dan Teknologi. 10 (1).
meter. Dalam penelitian ini diperoleh kadar
Astuty, E.D. 1991. Fermentasi Etanol Kulit Buah
etanol pada suhu 500 C dengan 3 kali ulangan Pisang. UGM. Yogyakarta.
destilasi yaitu 20%, 50 %, dan 83%. Kadar Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2012.
etanol terbaik menurut SNI 7390: 2012 Rancangan Standar Nasional Indonesia.
menyatakan bahwa kadar etanol minimum Jakarta.
yang digunakan sebagai bahan bakar jenis Dlyna. 2013. Mikroorganisme yang Berperan
bioetanol sebesar 94,0-99,5% (Badan Dalam Pembuatan Tape. http.//www.
standarisasi nasional, 2012). mikroorganisme-yang-berperan-dalam.html.
Kadar alkohol atau ethanol/bio-ethanol dalam diakses tanggal 26 Juli 2016.
% (persen) volume adalah volume ethanol
SMA Negeri 1 Sampang 11
Jurnal Penelitian Siswa 2016

Elevri, P. dan R.P. Surya. 2006. Produksi Etanol Prihandana, R. 2007. Bioetanol Ubi Kayu Bahan
Menggunakan Sacchacomyces cerevisiae Bakar Masa Depan. Agromedia Pustaka.
yang Diamobilisasi dengan Agar Batang. Jakarta.
Jurnal Akta Kimia Indonesia. 1 (2): 109- Raysendi, A.R, S. Nurhantika dan A.
110. Muhibuddin. 2015. Efektivitas Penggunaan
Endah, R.D., Sperisa, A. Nur dan Paryanto. 2007. Bioetanol Sari Buah Semu Jambu Mete
Pengaruh Kondisi Fermentasi Terhadap (Anacardium occidentale L.) Terhadap
Yield Etanol pada Pembuatan Bioetanol dari Lama Pembakaran Kompor Bioetanol.
Pati Garut. Jurnal Gema Teknik. 10 (2). Jurnal Sains dan Seni ITS. 4 (1) :2337-
Farhan, N. 2012. Fermentasi Tape Singkong. 3520.
http.//www.fermentasi-tape-singkong.html. Roukas T. 1996. Continuous Bioetanol
diakses tanggal 26 Juli 2016. Production from Nonsterilized Carob Pod
Hambali, E. 2007. Teknologi Bioenergi. Extract by Immobilized Saccharomyces
Agromedia Pustaka. Jakarta. cerevisiae on Mineral Kissiris Using A
Hanum, F., N. Pohan., M. Rambe., R. Primadony Tworeactor System. Journal Applied
dan M. Ulyana. 2013. Pengaruh Massa Ragi Biochemistry and Biotechnology. 59 (3).
dan Waktu Fermentasi Terhadap Bioetanol Sahidin. 2008. Penuntun Praktikum Kimia
dari Biji Durian. Jurnal Teknik Kimia USU. Organik I. Unhalu. Kendari.
2 (4). Sari, K. 2009. Produksi Bioetanol dari Rumput
Harahap. 2003. Karya Ilmiah Produksi Gajah Secara Kimia. Jurnal Teknik Kimia. 4
Alkohol:6. (1).
Hidayat, N., M. C. Padaga dan S. Suhartini. 2006. Wasito. 1981. BPPT, Kajian Lengkap Prospek
Mikrobiologi Industri. Penerbit Andi. Pemanfaatan Biodiesel Dan Bioethanol
Yogyakarta. Pada Sektor Transportasi Di Indonesia.
Hikmiyati dan N.S. Yanie. 2009. Pembuatan Wijaya, I.M.A.S, I.G.K.A. Arthawan dan A.N.
Bioetanol dari Limbah Kulit Singkong Sari. 2012. Potensi Nira Kelapa Sebagai
Melalui Proses Hidrolisa Asam dan Bahan Baku Bioetanol. Jurnal Bumi
Enzimatis. Skripsi. Jurusan Teknik Kimia, Lestari. 12 (1): 85-92.
Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. Yanuar, B. & Amrullah, A. 2015. Uji
Semarang. Eksperimental Kadar Bioetanol Eceng
Indrawati, G. 2006. Mikrobiologi Dasar dan Gondok Hasil Destilasi Dengan Variasi
Terapan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Waktu Fermentasi. Proceeding Seminar
Judoamidjojo M., A.A. Darwis dan E.G. Said. Nasional TahunanTeknik Mesin XIV.
1992. Teknologi Fermentasi. Rajawali Pers.
Jakarta. Yunas, M dan Rosniati. 2014. Pengaruh
Kementerian ESDM. 2012. Blueprint Konsentrasi Starter dan Lama Fermentasi
Pengelolaan Energi Nasional Indonesia Pulp Kakao Terhadap Konsentrasi Etanol.
Tahun 2006-2025. Jakarta. Jurnal Industri Hasil Perkebunan. 5 (1) 13-
Kirk, R.E and D.F Othmer. 1969. Encylopedia of 22.
Chemical Technology. 1 and 2. The Zulfarina. 2007. Modul Bioteknologi. Cendikia
Interescience Encylopedia Inc. New York. Insani. Pekanbaru.
Marjoni, Mhd, R. 2014. Pemurnian Etanol Hasil
Fermentasi Kulit Umbi Singkong (Manihot
Utilissima Pohl) dari Limbah Industri
Kerupuk Sanjai Di Kota Bukittinggi
Berdasarkan Suhu dan Waktu Destilasi.
Jurnal Pharmaciana. 4 (2): 193-200.

SMA Negeri 1 Sampang 12

Anda mungkin juga menyukai