ABSTRAK
Minuman serbuk instan yang beredar di pasaran sering kedapatan sudah kedaluwarsa. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengolah minuman serbuk instanafkir menjadi bahan bakar bioethanol dengan proses
fermentasi menggunakan tape singkong (Manihot utilissima). Metode yang digunakan adalah eksperimen
laboratorium serta didukung dan dilengkapi dengan literatur. Prosedur penelitian yang dilakukan adalah :
minuman serbuk afkir (200 gram), tape singkong (9 % per 100 gram minuman serbuk), NPK (6 gram), urea
(6 gram), dan air (1200 ml) dicampur dan diaduk sampai rata, lalu dimasukkan ke dalam botol fermentasi.
Bahan tersebut difermentasi sampai 10 hari. Setelah itu, dilakukan proses destilasi dengan variasi suhu 70 0C,
500C dan 450C. kemudian di analisis kadar etanol menggunakan alcohol meter. Hasil penelitian dilakukan
melalui 4 tahap yaitu persiapan alat dan bahan, fermentasi, destilasi, dan analisis kadar etanol. berdasarkan
hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kadar etanol dengan 3 kali ulangan destilasi yaitu 20%,50%, dan 83%
pada suhu 50 0C.
Kata Kunci : bahan bakar alternative, bioetanol, minuman serbuk instan afkir, tape singkong
PENDAHULUAN ESDM, 2012). Melihat kondisi tersebut,
Ketersediaan energi beberapa tahun terakhir pemerintah telah mengeluarkan Peraturan
menjadi persoalan yang sangat penting untuk Persiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
diperhatikan. Dari tahun ke tahun konsumsi 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional
terhadap sumber energi fosil semakin untuk mengembangkan sumber energi
meningkat dan persediaannya semakin alternatif pengganti BBM (Prihandana, 2007).
menipis. Persediaan energi dunia yang Bioetanol merupakan etanol hasil proses
semakin menipis memberikan tekanan kepada fermentasi dengan bantuan mikroorganisme.
setiap negara untuk segera memproduksi dan Syarat untuk membuat bioetanol adalah bahan
menggunakan energi terbarukan. Salah satu hayati tersebut memiliki kandungan glukosa,
solusi dari permasalahan tersebut adalah berpati dan berserat (Hikmiyati, 2009). Secara
dengan memanfatkan bioetanol sebagai energi umum teknologi produksi biotanol
alternatif pengganti bahan bakar minyak. mencangkup 4 (empat) rangkaian proses yaitu
Bioetanol berpotensi untuk dikembangkan persiapan bahan baku, fermentasi, destilasi
sebagai energi alternatif pengganti BBM dan pemurnian (Wijaya, 2012).
karena bentuknya yang cair sehingga Industri minuman serbuk di Indonesia
memudahkan dalam pemanfaatan dan berkembang pesat, namun upaya pemanfaatan
penggunaannya. Kebutuhan bahan bakar minuman serbuk afkir belum banyak
minyak (BBM) Indonesia untuk berbagai dilakukan. Padahal pemanfaatan terhadap
sektor saat ini cukup besar. Rumah tangga minuman serbuk afkir dapat memberikan nilai
merupakan salah satu sektor pengguna tambah. Minuman serbuk merk marixxx
terbesar ketiga setelah sektor industri dan memiliki nilai gizi total karbohidrat 0,24
transportasi. Konsumsi energi untuk sektor gram, gula 7 gram dan natrium 5 mg per
rumah tangga mencapai 11,6% dari total kemasan 8 gram. Komposisi minuman serbuk
pemakai energi di Indonesia ( Kementerian sering tidak dicantumkan dalam label
SMA Negeri 1 Sampang 1
Jurnal Penelitian Siswa 2016
sehingga konsumen tidak bisa mengetahui besar. Berdasarkan latar belakang tersebut
unsur gizi yang ada di dalamnya dan berapa dapat dirumuskan pokok permasalahan yang
jumlahnya. Pemanfaatan minuman serbuk diteliti dalam penelitian ini, yaitu sebagai
afkir dewasa ini dapat dibuat menjadi bahan berikut:
bakar energi alternatif terbarukan yang ramah (1) Bagaimana cara pemanfaatan minuman
lingkungan yaitu bioetanol. Hal ini serbuk instan afkir menjadi bioetanol
dikarenakan dalam minuman serbuk instan sebagai bahan bakar alternatif ?
afkir masih mengandung glukosa dan (2) Bagaimana mendapatkan kadar etanol
karbohidrat yang dapat dimanfaatkan dalam minuman serbuk afkir terbaik hasil
proses fermentasi. fermentasi ?
Faktor yang mempengaruhi jumlah bioetanol Tujuan Penelitian
yang dihasilkan dari fermentasi adalah Adapun tujuan dari penelitian ilmiah ini
mikroorganisme dan media yang digunakan adalah sebagai berikut :
(Astuty, 1991). S. cerevisiae merupakan (1) Mengetahui cara pemanfaatan minuman
mikroba yang baik untuk fermentasi etanol serbuk instan afkir menjadi bioetanol.
karena relatif efisien dalam merubah gula (2) Mengetahui cara mendapatkan kadar
menjadi etanol dan lebih toleran terhadap etanol minuman serbuk afkir yang terbaik
etanol bila dibandingkan dengan mikroba hasil fermentasi.
lain. Faktor yang mempengaruhi produksi Manfaat Penelitian
bioetanol adalah konsentrasi ragi dan waktu Manfaat penelitian ini antara lain adalah
fermentasi. Konsentrasi ragi dan waktu sebagai berikut :
fermentasi yang digunakan harus tepat, 1) Menyelamatkan masyarakat dari
semakin lama proses fermentasi dan semakin peredaran minuman serbuk instan yang
banyak konsentrasi ragi yang diberikan maka kedaluwarsa.
kadar bioetanol semakin meningkat. Semakin 2) Menjadi solusi bagi masyarakat dalam
lama waktu fermentasi maka mikroba memenuhi kebutuhan akan bahan bakar
berkembang biak dan jumlahnya bertambah alternatif pengganti BBM.
sehingga kemampuan untuk memecah KAJIAN PUSTAKA
glukosa menjadi alkohol semakin besar. Minuman Serbuk Instan
Namun jika waktu fermentasi terlalu lama Minuman serbuk merupakan minuman yang
maka nutrisi dalam substrat akan habis dan berupa serbuk atau butiran halus dibuat dari
ragi tidak dapat memfermentasi bahan karena sari buah atau rempah-rempah. Minuman
terhambat oleh kadar etanol yang tinggi. serbuk banyak mengandung karbohidrat dan
Kadar bioetanol yang tinggi akan bersifat glukosa yang berfungsi sebagai pemanis.
toksin terhadap ragi itu sendiri. Oleh karena Bahan utama pembuatan minuman serbuk
itu perlu dicari kondisi yang optimum dari adalah gula pasir. Gula pasir adalah sukrosa
konsentrasi ragi yang diberikan dan waktu yang dimurnikan dan dihablurkan. Gula pasir
fermentasi yang digunakan untuk melakukan berfungsi sebagai pemanis, pengawet dan
fermentasi minuman serbuk instan afkir untuk pengkristal minuman serbuk.
mendapatkan etanol dengan kadar optimal. Minuman serbuk instan marixxx yang
Rumusan Masalah beredar di kalangan masyarakat dalam satu
Minuman serbuk instan meskipun sudah kemasan berisi 8 gram dengan komposisi
kedaluwarsa masing memiliki kandungan gula, pengatur keasaman (asam sitrat), perisa
glukosa dan pati karbohidrat yang cukup identik alami jeruk, ekstrak jeruk, pemanis
SMA Negeri 1 Sampang 2
Jurnal Penelitian Siswa 2016
buatan (natrium siklamat dan aspartam), dan karena emisi gas buangnya rendah kadar
pewarna buatan (kuning FCF CI 15985 dan karbon monoksida, nitrogenoksida dan gas-
ponceau 4R CI 16255). Minuman serbuk gas rumah kaca yang dapat menyebabkan
memiliki nilai gizi total karbohidrat 0,24 polutan. Etanol mudah terurai dan aman
gram, gula 7 gram dan natrium 5 mg. karena tidak mencemari lingkungan.
Komposisi minuman serbuk sering tidak Etanol dapat dibuat dari berbagai bahan hasil
dicantumkan dalam tabel secara spesifik pertanian, dengan demikian etanol sering
sehingga konsumen tidak bisa mengetahui disebut bioetanol. Secara umum bahan
unsur gizi yang ada di dalamnya dan berapa tersebut dibagi dalam tiga golongan yaitu
jumlahnya. Komposisi minuman serbuk yang bahan yang mengandung turunan gula sebagai
tercantum dalam kemasan dapat di lihat pada golongan pertama antara lain molase, gula
Tabel 1. tebu, gula bit dan sari buah. Golongan kedua
Tabel 1. Komposisi minuman serbuk adalah bahan-bahan yang mengandung pati
marixxx per kemasan 8 gram seperti biji-bijian, gandum, kentang, tapioka.
% AKG Golongan yang terakhir adalah bahan yang
Lemak total 0 g 0% mengandung selulosa seperti kayu dan
Lemak jenuh 0 g 0% beberapa limbah pertanian. Selain ketiga jenis
Lemak trans 0 g 0% bahan tersebut diatas khususnya etanol dapat
Kolestrol 0 mg 0% juga dibuat dari bahan bukan asli pertanian
Natrium/sodium 5 mg 3% tetapi dari bahan yang merupakan hasil proses
Karbohidrat total 8 g 3% lain, sebagai contohnya adalah etilen. Bahan-
Serat pangan 0 g 0% bahan yang mengandung monosakarida
Gula 7 g (C6H12O6) sebagai glukosa langsung dapat
Protein 0 g 0% difermentasi menjadi etanol. Namun untuk
Vitamin A 0 g 0% bahan yang mengandung pati atau karbohidrat
Vitamin C 0 g 0% terlebih dahulu melalui proses hidrolisis.
Kalsium 0 g 0% Bahan tersebut harus dihidrolisis menjadi
Zat besi 0 g 0% komponen gula sederhana monosakarida.
Sumber: PT. Marimas Putra Kencana. Oleh karena itu, agar tahap proses fermentasi
dapat berjalan secara optimal, bahan tersebut
Etanol harus mengalami perlakuan pendahuluan
Etanol digunakan dalam beragam industri sebelum masuk kedalam proses fermentasi.
seperti campuran untuk minuman keras, Disakarida seperti gula pasir (C12H22O11)
bahan baku farmasi, kosmetik, campuran harus di beri perlakuan pendahuluan sebelum
bahan bakar kendaraan, peningkat oktan, dan fermentasi yaitu liquifikasi dan sakarifikasi
bensin etanol (gasohol). Fungsi etanol sebagai agar terjadi pemecahan gula kompleks
campuran bahan bakar kendaraan memiliki menjadi gula sederhana. Polisakarida seperti
prospek bagus karena harga minyak mentah selulosa harus dihidrolisis terlebih dahulu
makin tinggi. Etanol ini berfungsi sebagai menjadi glukosa. Terbentuknya glukosa
penambah volume BBM, sebagai peningkat berarti proses pendahuluan telah berakhir dan
angka oktan dan sebagai sumber oksigen bahan-bahan selanjutnya siap untuk
untuk pembakaran yang lebih bersih difermentasi. Secara kimiawi proses
pengganti methyl tertiary butyl ether fermentasi dapat berjalan cukup panjang,
(MTBE). Etanol juga ramah lingkungan karena terjadi suatu deret reaksi yang masing-
SMA Negeri 1 Sampang 3
Jurnal Penelitian Siswa 2016
masing dipengaruhi oleh enzim-enzim khusus Tahap pemasakan bahan meliputi proses
(Sari, 2009). Etanol mempunyai sifat fisik dan liquifikasi dan sakarifikasi. Pada tahap
kimia seperti ditampilkan pada Tabel 2. liquifikasi, bahan dikonversi menjadi gula
Tabel 2. Sifat fisik dan sifat kimia etanol melalui proses pemecahan menjadi gula
Sifat fisik Sifat kimia kompleks. Pada tahap liquifikasi
Terjadi dari reaksi dilakukan penambahan air dan enzim -
Cairan tidak berwarna fermentasi amilase. Proses ini dilakukan pada suhu
monosakarida 80-90oC. Berakhirnya proses liquifikasi
Bereaksi dengan ditandai dengan parameter cairan seperti
asam asetat, asam sup. Kemudian dilanjutkan dengan tahap
Berbau khas
sulfat, asam nitrit, sakarifikasi. Sakarifikasi adalah proses
asam ionida pemecahan gula kompleks menjadi gula
Berat molekul sederhana. Tahap sakarifikasi dilakukan
Mudah menguap
46,07 g/g mol pada suhu 50-60oC. Enzim yang
o
Titik didih 78,4 C ditambahkan pada tahap ini adalah enzim
Titik beku -112,4oC glukoamilase. Pada tahap sakarifikasi
Densitas 0,7893 g/ml akan terjadi pemecahan gula kompleks
Viskositas pada 20oC menjadi gula sederhana (Hambali, 2007).
adalah 0,0122 Cp b. Fermentasi etanol
Flash point 21,11oC Proses fermentasi merupakan proses
(70oF) penguraian karbohidrat dan asam amino
Panas spesifik 0,581 secara anaerob sehingga menghasilkan
kal/g energi. Tahap fermentasi terjadi proses
Panas fusi 24,9 kal/g pemecahan gula-gula sederhana menjadi
Panas evaporasi 204 etanol dengan melibatkan enzim dan ragi
kal/g pada suhu optimum. Proses fermentasi ini
Sumber: Kirk dan Othmen (1969). menghasilkan etanol dan CO2 yang
Proses Pembuatan Bioetanol dilakukan pada suhu 27-32oC selama
Proses produksi bioetanol secara umum kurun waktu 3-7 hari (Zulfarina, 2007).
terdapat tiga tahap yaitu persiapan bahan Keseluruhan proses membutuhkan
baku, fermentasi dan destilasi. Berikut ini ketelitian agar bahan baku tidak
adalah penjelasan proses produksi bioetanol: terkontaminasi oleh mikroba lainnya.
a. Persiapan bahan baku Selama proses fermentasi akan
Bahan baku berupa padatan harus menghasilkan cairan etanol dan CO2.
dikonversi terlebih dahulu menjadi larutan Hasil dari fermentasi berupa cairan
gula sebelum akhirnya difermentasi untuk mengandung etanol berkadar rendah
menghasilkan etanol, sedangkan bahan- antara 7-12%. Pada kadar etanol
bahan yang sudah dalam bentuk larutan maksimal 12% ragi menjadi tidak aktif
gula dapat langsung difermentasi. Bahan lagi, karena kelebihan alkohol akan
padatan dikenai perlakuan pengecilan berakibat racun bagi ragi dan mematikan
ukuran dan tahap pemasakan. Proses aktifitasnya (Prihandana, 2007).
pengecilan ukuran dapat dilakukan c. Destilasi
dengan menggiling bahan sebelum Setelah proses fermentasi tahapan
memasuki tahap pemasakan. selanjutnya adalah destilasi. Proses
SMA Negeri 1 Sampang 4
Jurnal Penelitian Siswa 2016
Gambar Urea
B. Fermentasi Gambar analisis kadar etanol
1. Minuman serbuk afkir (200 gram) Pembahasan
dilarutkan dengan air hangat supaya tidak Reaksi dalam fermentasi singkong menjadi
menggumpal. tape adalah glukosa (C6H12O6) yang
2. NPK (6 gram) dihaluskan terlebih merupakan gula paling sederhana , melalui
dahulu. fermentasi akan menghasilkan etanol
3. Bahan baku yang telah ditimbang (2C2H5OH). Reaksi fermentasi ini dilakukan
(minuman serbuk afkir, tape singkong, oleh ragi, dan digunakan pada produksi
NPK, urea, dan air) kemudian dicampur makanan.
dan diaduk sampai rata. Persamaan Reaksi Kimia:
4. Ekstrak tersebut dimasukkan kedalam C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP
botol fermentasi. Bahan tersebut
difermentasi sampai 10 hari.
Elevri, P. dan R.P. Surya. 2006. Produksi Etanol Prihandana, R. 2007. Bioetanol Ubi Kayu Bahan
Menggunakan Sacchacomyces cerevisiae Bakar Masa Depan. Agromedia Pustaka.
yang Diamobilisasi dengan Agar Batang. Jakarta.
Jurnal Akta Kimia Indonesia. 1 (2): 109- Raysendi, A.R, S. Nurhantika dan A.
110. Muhibuddin. 2015. Efektivitas Penggunaan
Endah, R.D., Sperisa, A. Nur dan Paryanto. 2007. Bioetanol Sari Buah Semu Jambu Mete
Pengaruh Kondisi Fermentasi Terhadap (Anacardium occidentale L.) Terhadap
Yield Etanol pada Pembuatan Bioetanol dari Lama Pembakaran Kompor Bioetanol.
Pati Garut. Jurnal Gema Teknik. 10 (2). Jurnal Sains dan Seni ITS. 4 (1) :2337-
Farhan, N. 2012. Fermentasi Tape Singkong. 3520.
http.//www.fermentasi-tape-singkong.html. Roukas T. 1996. Continuous Bioetanol
diakses tanggal 26 Juli 2016. Production from Nonsterilized Carob Pod
Hambali, E. 2007. Teknologi Bioenergi. Extract by Immobilized Saccharomyces
Agromedia Pustaka. Jakarta. cerevisiae on Mineral Kissiris Using A
Hanum, F., N. Pohan., M. Rambe., R. Primadony Tworeactor System. Journal Applied
dan M. Ulyana. 2013. Pengaruh Massa Ragi Biochemistry and Biotechnology. 59 (3).
dan Waktu Fermentasi Terhadap Bioetanol Sahidin. 2008. Penuntun Praktikum Kimia
dari Biji Durian. Jurnal Teknik Kimia USU. Organik I. Unhalu. Kendari.
2 (4). Sari, K. 2009. Produksi Bioetanol dari Rumput
Harahap. 2003. Karya Ilmiah Produksi Gajah Secara Kimia. Jurnal Teknik Kimia. 4
Alkohol:6. (1).
Hidayat, N., M. C. Padaga dan S. Suhartini. 2006. Wasito. 1981. BPPT, Kajian Lengkap Prospek
Mikrobiologi Industri. Penerbit Andi. Pemanfaatan Biodiesel Dan Bioethanol
Yogyakarta. Pada Sektor Transportasi Di Indonesia.
Hikmiyati dan N.S. Yanie. 2009. Pembuatan Wijaya, I.M.A.S, I.G.K.A. Arthawan dan A.N.
Bioetanol dari Limbah Kulit Singkong Sari. 2012. Potensi Nira Kelapa Sebagai
Melalui Proses Hidrolisa Asam dan Bahan Baku Bioetanol. Jurnal Bumi
Enzimatis. Skripsi. Jurusan Teknik Kimia, Lestari. 12 (1): 85-92.
Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. Yanuar, B. & Amrullah, A. 2015. Uji
Semarang. Eksperimental Kadar Bioetanol Eceng
Indrawati, G. 2006. Mikrobiologi Dasar dan Gondok Hasil Destilasi Dengan Variasi
Terapan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Waktu Fermentasi. Proceeding Seminar
Judoamidjojo M., A.A. Darwis dan E.G. Said. Nasional TahunanTeknik Mesin XIV.
1992. Teknologi Fermentasi. Rajawali Pers.
Jakarta. Yunas, M dan Rosniati. 2014. Pengaruh
Kementerian ESDM. 2012. Blueprint Konsentrasi Starter dan Lama Fermentasi
Pengelolaan Energi Nasional Indonesia Pulp Kakao Terhadap Konsentrasi Etanol.
Tahun 2006-2025. Jakarta. Jurnal Industri Hasil Perkebunan. 5 (1) 13-
Kirk, R.E and D.F Othmer. 1969. Encylopedia of 22.
Chemical Technology. 1 and 2. The Zulfarina. 2007. Modul Bioteknologi. Cendikia
Interescience Encylopedia Inc. New York. Insani. Pekanbaru.
Marjoni, Mhd, R. 2014. Pemurnian Etanol Hasil
Fermentasi Kulit Umbi Singkong (Manihot
Utilissima Pohl) dari Limbah Industri
Kerupuk Sanjai Di Kota Bukittinggi
Berdasarkan Suhu dan Waktu Destilasi.
Jurnal Pharmaciana. 4 (2): 193-200.