Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Penelitian Siswa

2016

EFEKTIVITAS BUAH BINTARO SEBAGAI AVESIDA


[ Jurnal Penelitian SMA Negeri 3 Cilacap Tahun 2016 ]
Shafna Annisa Harimurti dan Dona Fitria Nur Azizah
ABSTRAK
Buah bintaro mengandung racun cerberrin yang efektif mengusir tikus. Tujuan dari penelitian adalah
meneliti efek penggunaan buah bintaro untuk melindungi sawah dari serangan hama burung (avesida).
Berdasarkan kajian literatur diperoleh data bahwa buah bintaro mengandung senyawa cerberrin yang efektif
digunakan untuk pestisida dan rodentisida.Metode yang kami gunakan adalah kuantitatif dengan melakukan
observasi dan studi laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam penelitian baik di dalam
sangkar, di dalam green house maupun di alam terbuka tidak ada seekor burung pun yang mau mendekati
makanan yang posisinya ada di dekat buah bintaro. Hasil analisis regresi linier menunjukkan nilai korelasi
sebesar 11,6 % dan R square sebesar 1,4 % sehingga tidak ada perbedaan perilaku burung pada lokasi yang
sempit (sangkar burung) dengan lokasi yang lebih luas (greenhouse). Hasil uji anova menunjukkan nilai
0,54 yang berarti luas atau sempitnya lokasi (tempat) tidak memberikan pengaruh apa pun terhadap perilaku
burung.
Kata Kunci : avesida, buah bintaro, burung, pestisida, rodentisida

PENDAHULUAN
Buah Bintaro sering dikenal sebagai buah
pengusir tikus karena keampuhannya dalam
mengusir hewan pengerat yang banyak
merugikan manusia ini. Pohon Buah Bintaro
disebut pula dengan pohon Mangga Laut,
Buta Badak, Babuto atau Kayu Gurita. Dalam
bahasa Inggris tanaman ini dikenal sebagai
Sea Mango. Sedang dalam bahasa latin
(ilmiah) Bintaro dinamai sebagai Cerbera
manghas. Nama Bintaro juga kerap
disematkan pada kerabat dekatnya yang
bernama ilmiah Cerbera odollam. Kedua
spesies tanaman ini memang memiliki
kemiripan dalam beragam hal. Bintaro
biasanya memiliki tinggi 4 - 6 meter, walau
pun kadang-kadang dapat mecapai 12 meter.
Ciri fisik dari pohon bintaro adalah
mempunyai daun berbentuk bulat lonjong,
kaku dan cenderung berwarna hijau tua.
Buahnya berbentuk bulat telur dengan warna
hijau saat masih muda, dan berwarna cokelat
kemerahan ketika sudah tua (matang). Ukuran
buahnya tidak terlalu besar, hanya sekitar 10 15 cm. Walau terlihat mulus dari luar, buah
bintaro tidak mempunyai daging buah.
SMA Negeri 3 Cilacap

Setelah kulit terluar kita akan menjumpai


lapisan berikutnya yang berupa serat mirip
seperti sabut kelapa dan kemudian biji.
Namun tanaman ini mengandung racun.
Bukan hanya di dalam buahnya, tapi juga
terdapat pada daun dan getahnya. Racun yang
terdapat pada buah bintaro cukup kuat karena
dapat mengakibatkan terganggunya detak
jantung
manusia
sehingga
dapat
menyebabkan kematian. Saking kuatnya
racun yang terdapat pada buah bintaro,
bahkan tikus pun takut untuk mendekati buah
ini.
Rumusan Masalah
Pada beberapa penelitian terdahulu telah
dibuktikan bahwa buah bintaro efektif
digunakan sebagai rodentisida dan pestisida,
namun
belum
ada
penelitian
yang
menyingkap potensi buah bintaro sebagai
avesida. Bertitik tolak dari latar belakang di
atas, dapat dirumuskan masalah yang menjadi
bahan kajian penelitian kami adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana pengaruh buah bintaro
terhadap
hama
burung
yang
menyerang sawah?
1

Jurnal Penelitian Siswa

2. Bagaimana efektivitas buah bintaro


sebagai avesida ?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ilmiah ini
adalah sebagai berikut :
1. Meneliti pengaruh buah bintaro
terhadap
hama
burung
yang
menyerang sawah.
2. Menguji efektivitas buah bintaro
sebagai avesida.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Meningkatkan fungsi dan guna dari buah
bintaro.
2. Memperkuat ketahanan pangan Nasional.
KAJIAN PUSTAKA
Tanaman Bintaro
Tumbuhan bintaro mempunyai ciri-ciri
memiliki banyak biji, ketinggian mencapai 4 6 meter dengan batang tegak berkayu, banyak
percabangan, bentuk bulat, dan berbintil-bintil
hitam, kulit batangnya tebal dan berkerak.
Daun bintaro merupakan daun tunggal dan
berbentuk lonjong memanjang, simetris dan
menumpul pada bagian ujung dengan ukuran
bervariasi, tersusun secara spiral, dan
terkadang berkumpul pada ujung roset, tepi
daun rata, pertulangan daun menyirip,
permukaan licin, dengan ukuran panjang 1520 cm, lebar 3-5 cm, dan berwarna hijau tua.
Daun bintaro biasanya berdesakan di ujung
cabang, dan bunganya berwarna putih, berbau
harum, dan terletak di ujung batang. Bunga
tanaman ini berbentuk terompet, terdapat
pada ujung pedikel samosa dengan lima petal
yang sama (pentamery) dengan korola
berbentuk tabung, merupakan bunga majemuk
berkelamin dua (hermaprodit), dengan
panjang tangkai putik 2-2,5 cm, kepala sari
bagian bunga berwarna coklat, sedangkan
kepala putiknya hijau keputih-putihan. Buah
bintaro merupakan buah drupa (berbiji)
SMA Negeri 3 Cilacap

2016

dengan serat lignoselulosa yang menyerupai


buah kelapa dan berbentuk oval mirip dengan
buah manga, berwarna hijau pucat saat masih
muda, berwarna merah bila sudah masak, dan
berwarna kehitaman setelah tua, namun
daging buahnya berserat dan tidak dapat
dimakan karena beracun. Biji bintaro
berbentuk pipih, panjang, berakar tunggang,
dan berwarna cokelat. Seluruh bagian
tanaman bintaro mengandung getah berwarna
putih seperti susu. Hampir seluruh bagian
tanaman
bintaro
mengandung
racun
cerberrin. (Purwaningtyas, 2014)
Berikut taksonomi tanaman bintaro :
Kingdom
: Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Sub Kelas
: Asteridae
Ordo
: Gentianales
Famili
: Apocynaceae
Genus
: Cerbera
Spesies
: Cerbera manghas L.
Pemanfaatan Racun Cerberrin
Penelitian Sri Utamii (2010) menunjukkan
bahwa ekstrak bintaro memberikan pengaruh
signifikan
terhadap
mortalitas
dan
penghambatan perkembangan serangga hama
Eurema sp. Ekstrak biji bintaro mempunyai
efek insektisida paling kuat dibandingkan
dengan ekstrak daging buah dan daun bintaro.
Ekstrak biji bintaro menyebabkan mortalitas
larva Eurema sp sebesar 90%, keberhasilan
pembentukan pupa dan imago masing-masing
sebesar 16,67% dengan waktu yang
dibutuhkan 1,7 hari lebih lama dibandingkan
dengan kontrol. Diduga kandungan kimia
yang terdapat di dalam ekstrak bintaro
mampu memberikan efek insektisidal
terhadap hama Eurema sp.
Penelitian Ambar Swastiningrum (2012)
menunjukkan daun dan buah Bintaro pada
2

Jurnal Penelitian Siswa

konsentrasi 100 - 300 gr/L dengan cara


ekstraksi menggunakan pelarut air, belum
efektif digunakan sebagai pestisida nabati
untuk mengendalikan hama ulat Spodoptera
litura pada tanaman kedelai. Ekstrak daun tua
Bintaro (100 g/L) menghasilkan nilai
mortalitas dan kecepatan kematian hama
tertinggi sebesar 40,00% dan 2,00.
Penggunaan ekstrak daun dan buah Bintaro
sebagai pestisida nabati tidak menghambat
pertumbuhan tanaman kedelai.
Penelitian Kartimi (2015) menunjukkan
bahwa pemberian ekstrak bintaro berpengaruh
secara signifikan terhadap mortalitas tikus.
Ekstrak bintaro untuk semua konsentrasi
memberikan pengaruh yang nyata terhadap
mortalitas tikus. Ekstrak buah bintaro
memiliki efek biopestisida paling kuat pada
pelarut n-heksana dibandingkan pelarut yang
lainnya. Tidak terdapat perbedaan pengaruh
ekstrak bintaro terhadap mortalitas tikus pada
pelarut n-heksana, etyl asetat, aseton, dan
aquades.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metodologi
kuantitatif dengan melakukan observasi dan
studi laboratorium.
Indikator Penelitian
Dari kajian pustaka di atas, dapat diturunkan
menjadi beberapa indikator. Indikator ini
merupakan landasan kami melakukan
pengumpulan data. Data yang akan kami
kumpulkan adalah :
1. Pengaruh buah bintaro terhadap hama
burung.
Indikator yang kami tetapkan adalah
sebagai berikut :
a. Jenis burung yang memakan padi di
sawah. Burung yang digunakan
adalah beberapa spesies burung yang
ada di sawah, seperti burung emprit.
b. Jenis makanan burung sawah. Dalam
penelitian ini menggunakan gabah
dan beras.
SMA Negeri 3 Cilacap

2016

c. Reaksi burung terhadap keberadaan


buah bintaro. Reaksi yang diteliti
berupa
menjauh
atau
tetap
berperilaku biasa.
2. Efektivitas buah bintaro sebagai avesida
Indikator yang kami tetapkan adalah
sebagai berikut :
a. Tempat atau lokasi penelitian.
Tempat penelitian yang dipilih adalah
sangkar burung, green house dan
alam terbuka berupa sawah yang
berpotensi diserang hama burung.
b. Waktu penelitian. Waktu penelitian
adalah waktu dimana burung-burung
sawah biasa beraksi, yaitu pada siang
hari.
c. Efektivitas. Penilaian efektivitas
adalah dilihat dari apakah burungburung tersebut mau menghampiri
atau memakan beras dan gabah yang
ada di dekat buah bintaro.
Metode Penarikan Sample
Sample yang digunakan berupa 15 ekor
burung sawah untuk penelitian di dalam
sangkar dan 15 ekor burung sawah untuk
penelitian di dalam green house.
Metode Analisis Data
Pengolahan data dan analisis data hasil
penelitian menggunakan analisis deskriptif
dengan tabulasi silang dan analisis regresi
linier menggunakan software SPSS 16.0.
Hipotesis
Aroma toksik buah bintaro mampu mengusir
tikus dan beberapa jenis hama lainnya.
Pemasangan buah bintaro secara horizontal di
atas lahan persawahan menggunakan tali
diduga efektif mengusir burung-burung yang
hendak memakan padi di lahan persawahan.
HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN
Pengamatan dilakukan di tiga tempat, yaitu di
dalam sangkar burung, di dalam green house
dan di alam terbuka lahan persawahan di kota
Cilacap. Hasil pengamatan menunjukkan
3

Jurnal Penelitian Siswa

bahwa tidak ada seekor burung pun yang


berani mendekati makanan yang ada di dekat
buah bintaro. Jarak terdekat yang berani
ditenggeri burung adalah 30 cm. Itu pun
hanya beberapa ekor burung saja yang berani
bertengger pada jarak 30 cm. Selebihnya
bertengger jauh dari buah bintaro.
Tabel 1. Hasil observasi
SAMPLE

SANGKAR

GREENHOUSE

SAWAH

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

30 cm
30 cm
30 cm
30 cm
30 cm
>30 cm
>30 cm
>30 cm
>30 cm
Jauh
Jauh
Jauh
Jauh
Jauh
Jauh

30 cm
30 cm
30 cm
30 cm
>30 cm
>30 cm
>30 cm
Jauh
Jauh
Jauh
Jauh
Jauh
Jauh
Jauh
Jauh

Jauh
Jauh
Jauh
Jauh
Jauh
Jauh
Jauh
Jauh
Jauh
Jauh
Jauh
Jauh
Jauh
Jauh
Jauh

Sumber : Data primer

Data-Data Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir
seluruh burung menjauhi buah bintaro dan
makanan yang ada di dekat buah bintaro.
Tabel 2. Hasil analisis deskritif
Tempat
30 cm
>30 cm
Jauh
Penelitian
Sangkar
33,3 %
26,7 %
40,0 %
burung
Green
26,7 %
20,0 %
53,3 %
house
Sumber : Analisis deskriptif crosstabs dengan SPSS

Tabel di atas menunjukkan bahwa tidak ada


seekor burung pun yang berani mendekati
makanan yang ada di dekat buah bintaro.
Jarak burung dengan buah bintaro yang masih
berani dihampiri burung adalah 30 cm.
SMA Negeri 3 Cilacap

2016

Tabel 3 Hasil analisis regresi linier


Model Summary
Model

R
a

Adjusted R
Square

R Square
.116

.014

Std. Error of the


Estimate

-.022

.884

a. Predictors: (Constant), Lokasi

ANOVA
Sum of
Squares

Model
1

Regression

Mean
Square

df

.300

.300

Residual

21.867

28

.781

Total

22.167

29

Sig.

.384

.540a

a. Predictors: (Constant), Lokasi


b. Dependent Variable: Jarak

Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Model
1

Std. Error

(Constant
)

1.867

.510

Lokasi

.200

.323

Standardize
d
Coefficients
Beta

.116

Sig.

3.659

.001

.620

.540

a. Dependent Variable:
Jarak

Hasil analisis regresi linier menunjukkan nilai


korelasi sebesar 11,6 % dan R square sebesar
1,4 % sehingga tidak ada perbedaan perilaku
burung pada lokasi yang sempit (sangkar
burung) dengan lokasi yang lebih luas
(greenhouse). Hasil uji anova menunjukkan
nilai 0,54 yang berarti luas atau sempitnya
lokasi (tempat) tidak memberikan pengaruh
apa pun terhadap perilaku burung.
Pembahasan
Buah bintaro efektif digunakan sebagai
pestisida dan rodentisida. Namun hewan
pengganggu tanaman padi tidak hanya
serangga, ulat dan tikus. Burung-burung
emprit dan sejenisnya sering pula menyerang
padi yang sudah menguning. Hal ini tentu
bisa merugikan para petani. Berbagai upaya
dilakukan oleh petani untuk menghalau
burung-burung tersebut, diantaranya membuat
orang-orangan di tengah sawah yang digerakgerakkan secara manual oleh para petani dari
4

Jurnal Penelitian Siswa

pinggir sawah. Cara ini memang tergolong


efektif, namun menguras waktu dan tenaga
sehingga dirasa tidak efisien. Oleh karena itu
kami mencoba membuat penelitian berupa
pemanfaata buah bintaro menjadi avesida
(pengusir burung sawah).
Penelitian menggunakan sample 15 ekor
burung untuk penelitian di dalam sangkar dan
15 ekor burung untuk penelitian di dalam
greenhouse, serta penelitian pemasangan
avesida bintaro di alam terbuka. Jumlah
sample demikian merujuk kepada teori Gay
dan Diehl (1996) bahwa penelitian dengan
perbandingan harus menyertakan 15 sample
tiap kelompoknya.
Pada penelitian di dalam sangkar, kami
letakkan 2 wadah makanan berisi padi dan 2
wadah makanan berisi beras, lalu pada kedua
pojok bagian bawah sangkar kami ikatkan
buah bintaro. Hasilnya tidak ada satu pun
burung yang mau turun ke bawah. Semua
burung diam di tempat tengger tidak berkutik
sama sekali. Namun ketika buah bintaro
diambil dan dikeluarkan dari sangkar, burungburung tersebut bertebaran ke berbagai sudut
sangkar bermain-main dan mau mematuk
makanan yang disediakan dalam wadah.
Penelitian dalam greenhouse dilakukan
dengan memasang buah bintaro di beberapa
sudut greenhouse, kemudian melepaskan 15
ekor burung ke dalam greenhouse dan
ditutup. Hasilnya tidak ada seeokor burung
pun yang menghampiri buah bintaro. Jarak
terdekat yang sempat dijadikan tempat
bertengger adalah 50 cm. Hanya ada 4 ekor
burung yang berani bertengger pada jarak 50
cm, selebihnya terbang menjauh dari posisi
buah bintaro.
Hasil analisis deskriptif dengan crosstabs
menunjukkan bahwa keberadaan buah bintaro
di dekat makanan (gabah dan beras) efektif
menghambat
aktivitas
burung
dari
menyambangi dan memakan gabah dan beras
tersebut.
SMA Negeri 3 Cilacap

2016

Sedangkan hasil analisis regresi linier


menunjukkan bahwa luasnya lokasi tidak
mempengaruhi perilaki burung sawah
tersebut. Baik di dalam sangkar maupun di
dalam greenhouse semu burung menunjukkan
perilaku yang sama, yaitu tidak mau
mendekati makanan yang ada di dekat buah
bintaro lebih dekat dari 30 cm.
Sedangkan penelitian di alam bebas dilakukan
di area sawah tadah hujan di jalan Lingkar
Selatan Kelurahan Tegal Kamulyan Cilacap.
Hasilnya adalah buah bintaro diikat dengan
tali kemudian diatur jarak antara satu buah
dengan buah berikutnya adalah 1 m dengan
asumsi bahwa jarak terdekat yang berani
disambangi burung sawah adalah 50 cm.
Jarak antara buah bintaro adalah 50 cm di atas
tanaman padi.
Kesimpulan
Keberadaan
buah
bintaro
sangat
mempengaruhi perilaku burung, yaitu burungburung tidak berani mendekati makanan yang
berada di dekat buah bintaro. Hasil analisis
regresi linier menunjukkan bahwa buah
bintaro benar-benar efektif sebagai avesida
(pengusir burung) baik di tempat yang sempit
atau pun di tempat yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA
Kartimi. 2015. Pemanfaatan Buah Bintaro Sebagai Biopestisida
Dalam Penanggulangan Hama Pada Tanaman Padi di
Kawasan Pesisir Desa Bandengan Kabupaten Cirebon."
Jurusan Tadris Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FKIT) IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
Plantamor. 2012. Bintaro.
http://www.plantamor.com/index.php?plant=309
Purwaningtyas, Arni. 2014. Potensi Minyak Biji Buah Bintaro
(Cerberra manghas L.) Sebagai Energi Alternatif Penghasil
Biodiesel. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri
Semarang.
Swastiningrum, Ambar. 2012. Uji Efektivitas Pestisida Nabati
Bintaro (Cerberra manghas) Terhadap Hama Ulat Grayak
(Spodoptera litura) Pada Tanaman Kedelai. Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Utami, Sri. 2010. Aktivitas Insektisida Bintaro Terhadap Hama
Eurema spp. Pada Skala Laboratorium. Balai Penelitian
Kehutanan Palembang.

Anda mungkin juga menyukai