Tanaman lada (Piper nigrum L) adalah tanaman perkebunan yang bernilai ekonomis
tinggi. Tanaman ini berasal dari India dan dapat mulai berbuah pada umur tanaman berkisar
antara 2-3 tahun. Sebutan merica digunakan di daerah Sumatra Barat dan Sulawesi, di Jawa
Tengah dan Timur disebut merico, di Jawa Barat disebut pedes, sedangkan di Bangka-
Belitung dan Kalimantan dikenal dengan sebutan sahang. Buah merica Indonesia sudah
dikenal dunia sejak sebelum Perang Dunia Kedua. Saat itu daerah penghasil utama merica
adalah Lampung yang memproduksi merica hitam yang dikenal dunia dengan sebutan
'Lampung black pepper', dan Bangka-Belitung yang memproduksi merica putih yang dikenal
dengan sebutan 'Muntok white pepper'. Saat ini tanaman merica telah tersebar di Jawa,
Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi.
Lada dapat tumbuh pada semua jenis tanah, terutama tanah berpasir dan gembur
dengan unsur hara cukup, drainase (air tanah) baik, (pH) 5,0-6,5. Suhu tanah berkisar antara
14-29ºC. Tanaman lada tumbuh dengan baik pada daerah dengan ketinggian mulai dari 0-700
m di atas permukaan laut (dpl). Penyebaran tanaman lada sangat luas berada di wilayah
tropika antara 20o LU dan 20o LS, dengan curah hujan dari 1.000-3.000 mm per tahun,
merata sepanjang tahun dan mempunyai hari hujan 110-170 hari per tahun, musim kemarau
hanya 2-3 bulan per tahun. Kelembaban udara 63- 98% selama musim hujan, dengan suhu
maksimum 35oC dan suhu minimum 20oC.
Menurut Nuryani (1996), klasifikasi lada selengkapnya adalah :
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Sub Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Species : Piper ningrum L.
Persiapan Bibit
Tanaman lada dapat diperbanyak secara generatif dengan biji, dan vegetatif
dengan setek. Perbanyakan menggunakan setek lebih praktis, efisien dan bibit yang
dihasilkan sama dengan sifat induknya. Setek tanaman lada dapat diambil dari sulur
panjat, sulur gantung, dan sulur tanah. Bahan tanaman untuk bibit sebaiknya berasal dari
tanaman yang tumbuh kuat, daunnya berwarna hijau tua, tidak menunjukkan gejala
kekurangan hara dan tidak memperlihatkan gejala serangan hama dan penyakit.
Perkembangbiakan vegetatif adalah perbanyakan bibit melalui bagian tanaman itu
sendiri, kecuali buah. Pada tanaman lada, perkembangbiakan vegetatif dapat dilakukan
dengan stek batang, sambungan, maupun okulasi. Namun, cara yang biasa dilakukan
oleh petani adalah stek batang.
Adapun persyaratan pohon induk yang dapat digunakan untuk stek sebagai
berikut :
a. Berumur antara 8 – 12 bulan
b. Sehat (tidak terserang hama dan penyakit)
c. Memiliki ukuran diameter batang antara 7 – 10 mm
d. Sifat – sifat vegetatif dan reproduktifnya telah diketahui, yakni umur mulai
berbuah pedek, produksinya tinggi, dan berumur panjang.
Untuk bibit yang diperbayak menggunakan stek ketika daun sudah berjumlah tiga
atau empat ruas, selanjutnya dilakukan penancapan tajar sementara dan mengikatnya
menggunakan tali, tujuannya agar tanaman lada menempel pada tajar tersebut. Bibit asal
stek batang sebaiknya ditanam dengan 2/3 bagian bibit dibenamkan ke dalam tanah
dengan sebagian dahan dan daun dipotong sebagai tempat pertumbuhan tunas baru.
Peletakan bibitnya miring (30-45o) mengarah ke tajar, 3-4 buku/setek bagian pangkal
tanpa daun dibenamkan mengarah ke tajar, sedangkan 2-3 ruas sisanya (berdaun)
disandarkan dan diikat pada tajar.
Persiapan Lahan
Langkah awal pengolahan lahan adalah mempersiapkan lokasi lahan yang sudah
memenuhi persyaratan tumbuh tanaman lada, setelah itu menyiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan untuk pengolahan lahan tanam berupa cangkul, sabit, tanah humus,
pupuk kandang kering . Selanjutnya membersihkan lahan dari hama pengganggu baik
rumput atau tanaman yang tidak berguna lainnya. Setelah lahan bersih, dilakukan
penggemburan tanah sampai kedalaman 40 cm dalam proses ini anda bisa menambahkan
tanah humus dan pupuk kandang agar tanah lebih kaya akan unsur hara (biarkan selama
7 hari).
Penanaman Pohon Pelindung atau Tiang Panjat
Tajar adalah tiang panjat tanaman lada, sebenarnya tiang panjat ada dua macam
yaitu tajar hidup dan tajar mati. Tajar hidup adalah tiang panjat yang menggunakan
pohon yang mampu hidup kembali setelah di tebang, seperti pohon kapuk randu, gamal,
pohon kopi, dll. Sedangkan tajar mati dapat menggunakan kayu ulin namun sekarang
kayu ulin populasinya sudah sangan sulit ditemukan jadi tajar mati yang biasa digunakan
adalah beton, kayu keras, pipa PVC dll.