Anda di halaman 1dari 22

PERCOBAAN I

Judul : Metode Fitokimia


Tujuan : 1. Untuk dapat mengidentifikasi awal tumbuh-tumbuhan yang
mengandung senyawa kimia aktif.
2. Untuk mengetahui pereaksi spesifik serta pembuatannya.
Hari/Tanggal : Rabu / 12 Maret 2014
Tempat: Laboratorium Kimia FKIP UNLAM Banjarmasin

I. DASAR TEORI
Selama ini, masyarakat Indonesia umumnya menganggap sayuran hijau
adalah yang terbaik untuk kesehatan. Dalam konsep makanan pelangi, kita
dianjurkan untuk mengonsumsi sayuran dari berbagai warna, seperti hijau, biru,
ungu, merah, kuning, putih, coklat, dan lain-lain. Warna-warni itu berasal dari
pigmen, suatu senyawa fitokimia yang terdapat pada berbagai tumbuhan. Senyawa
alami tersebut tidak hanya melindungi tumbuhan, tetapi juga melindungi manusia
dari berbagai penyakit seperti kanker, penuaan, penyakit jantung, dan gangguan
penglihatan (Astawan, 2008).
Tumbuh-tumbuhan adalah penghasil berbagai jenis senyawa metabolit
sekunder. Kelompok metabolit ini tidak memiliki kaitan langsung dengan
kebutuhan tumbuh-tumbuhan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan, tetapi
memiliki fungsi ekologis, seperti menangkal serangan organisme lain atau sebagai
penarik serangga untuk penyerbukan. Kelompok senyawa metabolit sekunder itu
adalah alkaloid, triterpen, steroid, flavonoid, saponin, dan senyawa fenolik (Tim
Dosen, 2012).

Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa-senyawa organik yang terdapat dalam tumbuh-
tumbuhan, bersifat basa, dan struktur kimianya mempunyai sistem lingkar
heterosiklis dengan nitrogen sebagai hetero atomnya.
Unsur-unsur penyusun alkaloid adalah karbon, hidrogen, nitrogen, dan
oksigen. Alkaloid yang struktur kimianya tidak mengandung oksigen hanya ada
beberapa saja. Ada pula alkaloid yang mengandung unsure lain selain keempat
unsure yang telah disebutkan. Adanya nitrogen dalam lingkar pada struktur kimia
alkaloid menyebabkan alkaloid tersebut bersifat alkali. Oleh karena itu, golongan
senyawa-senyawa ini disebut alkaloid.
Tumbuhan dikotil adalah sumber alkaloid. Cara ekstraksi digunakan untuk
mendapatkan alkaloid dari tumbuh-tumbuhan. Kini beberapa alkaloid dengan
struktur kimia yang sederhana telah dapat dibuat secara sintesis di dalam
laboratorium.
Beberapa cara telah digunakan untuk mengidentifikasi alkaloid, misalnya
mikroskopik Kristal, kelarutan dalam berbagai jenis pelarut, spektrum absorpsi
dan perputaran optis atau sifat farmakologisnya. Reaksi warna juga sering
digunakan walaupun tidak spesifik.
Pelarut alkaloid adalah pelarut yang sering dipakai untuk mengendapkan
larutan alkaloid. Pelarut yang penting antara lain pereaksi Mayer (Merkuri
potassium iodida), pereaksi Marme (Kadmium potassium iodida), pereaksi
Wagner (larutan I2 dalam kalium iodida), pereaksi Dragendorff (bismuth
potassium iodida), pereaksi Sonnenschein (asam fosfomolibdat), dan pereaksi
Scheiber (asam fosfotungstat).
Pada temperatur kamar, kebanyakan alkaloid berupa padatan. Bentuk
alkohol ada yang kristal dan amorf. Beberapa di antaranya berupa cairan, namun
tidak banyak jumlahnya. Alkaloid yang padat pada umumnya berwarna putih atau
tidak berwarna, tetapi ada pula yang berwarna kuning, misalnya berberina.
Alkaloid padat sukar larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik
yang umum, seperti kloroform, alkohol, benzene, dan eter. Sebaliknya, garam-
garam alkaloid mudah larut dalam air, tetapi hanya sedikit larut dalam alkohol.
Kebanyakan alkaloid adalah amina tersier dan memiliki satu atau lebih
atom karbon asimetris sehingga di dalam larutan dapat menunjukkan kerja optis.
Alkaloid atau garam-garamnya banyak digunakan sebagai obat. Ada yang rasanya
pahit dan bersifat sangat toksik terhadap tubuh.
Alkaloid yang sampai saat ini telah dikenal digolongkan atau
diklasifikasikan atas beberapa cara. Cara-cara yang umum dipakai ialah membagi
alkaloid berdasarkan struktur kimia, sumber-sumber tumbuhan yang diperoleh,
atau aktivitas farmakologis (Sumardjo, 2008).
Beberapa alkaloid yang terdapat pada candu atau opium mempunyai
lingkar fenantren. Alkaloid-alkaloid ini yang penting antara lain morfin, kodein,
dan tebain.

Beberapa Alakloid yang mempunyai lingkar fenantren

Steroid
Steroid merupakan komponen pembentuk membran tanaman. Yang
termasuk golongan steroid di antaranya senyawa-senyawa sterol, sapogenin, dan
hormon. Struktur senyawa ini pada dasarnya mempunyai cincin
siklopentaperhidrofenantren.
Triterpen
Triterpen adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon yaitu skualena
yang strukturnya berupa siklik -kebanyakan berupa alkohol, aldehid atau asam
karboksilat.
Triterpenoid dapat dipilah menjadi sekurang kurang empat golongan
senyawa, antara lain triterpen sebenarnya, steroid, saponin dan glikosida jantung.
Senyawa triterpen ini berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan
serangan mikroba (Harbone, 1987). Triterpena tertentu terkenal karena rasanya
terutama karena kepahitannya. Contohnya limonin, suatu senyawa pahit yang larut
dalam lemak dan terdapat dalam buah jeruk. Citrus, senyawa termasuk dalam
deret triterpena penta siklik yang rasanya pahit serta dikenal sebagai limonoid dan
kuasinoid (Waterman dan Grundon, 1983). Kelompok triterpena pahit lainnya
adalah kukurbitasin, yang terdapat terbatas hanya dalam biji berbagai
Cucurbitaceae, meskipun dapat juga dideteksi pada suku lain termasuk
Cruciferae (Curtis dan Meade, 1971). Adapun struktur beberapa triterpenoid
antara lain :
Skualena
OH

Kolesterol

Saponin
Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol yang telah terdeteksi dalam
lebih dari 90 suku tumbuhan (Tsehesche dan Wulff, 1973). Saponin merupakan
senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi
berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis sel darah. Pola
glikosida saponin kadang-kadang rumit, banyak saponin yang mempunyai satuan
gula sampai lima dan komponen umum adalah asam glukuronat.
Saponin tersebar hanya dalam kelompok tanaman tertentu. Karena
keterbatasan penyebarannya, dapat dijadikan marker taksonomi tumbuhan.
Misalnya cimigenol (Cimicuga dehurica), diosgenin (Dioscorea hypoglauca),
glychimizin (Glychimiza uralensis) adalah senyawa boiaktif. Cimigenol telah
dibuktikan mampu menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah,
diogenin meningkatkan eksresi kolesterol dari cairan empedu dan glychimizin
memperlihatkan berbagai efek farmakologi seperti anti-inflamasi, antiviral dan
antikanker.

Flavonoid
Semua flavonoid menurut strukturnya merupakan turunan senyawa induk
flavon yang terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan Primula, dan semuanya
mempunyai sejumlah sifat yang sama. Dikenal sekitar 10 kelas flavonoid.
Flavonoid terutama berupa senyawa larut dalam air. Mereka dapat diekstrak
dengan etanol 70% dan tetap ada dalam lapisan air setelah ekstrak dikocok
dengan eter minyak bumi. Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu warnanya
berubah bila ditambah basa atau amonia. Falvonoid mengandung sistem aromatik
yang terkonjugasi, flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan berpembuluh tetapi
beberapa kelas labih tersebar dari pada yang lainnya. Dalam tumbuhan flavonoid
terdapat dalam bentuk campuran.

I. ALAT DAN BAHAN


A. Alat yang digunakan, yaitu:
1. Neraca analitik 1 buah
2. Lumpang dan alu 1 buah
3. Hot plate 1 buah
4. Gunting 1 buah
5. Gelas kimia 100 mL 2 buah
6. Tabung reaksi 4 buah
7. Penjepit 1 buah
8. Spatula 1 buah
9. Batang pengaduk 1 buah
10. Erlenmeyer 2 buah
11. Rak tabung reaksi 1 buah
12. Kaca arloji 1 buah
13. Gelas ukur 10 mL 1 buah
14. Corong biasa 1 buah
15. Pipet tetes 2 buah
16. Penangas air 1 buah
17. Cawan porselen 1 buah

B. Bahan yang digunakan, yaitu:


1. HgCl2
2. KI
3. Amoniak 25%
4. Kloroform
5. Na2SO4 anhidrus
6. Kertas saring
7. H2SO4 5%
8. Etanol
9. Eter
10. Aquades
11. HCl pekat
12. Bubuk Mg
13. Pereaksi Mayer
14. Sampel ( daun kelor dan batang bayam)

II. PROSEDUR KERJA


A. Identifikasi Alkaloid
Ekstraksi Alkaloid
1. Memotong-motong dua atau empat gram daun segar (atau buah, kulit
batang) menjadi potongan kecil dan menggerus bersama dengan kloroform
(10 mL).
2. Menambahkan kloroform-amonia (10 mL) kedalam hasil gerusan,
mengaduk dan kemudian menyaring ke dalam tabung reaksi.
3. Menambahkan sekitar 1 mL larutan 5% asam sulfat kedalam ekstrak
kloroform-amonia, mengocok dan membiarkan kedua lapisan memisah.
4. Mengambil lapisan air (ekstrak alkaloid total) dan menempatkan kedalam
dua tabung reaksi.
Uji Alkaloid
1. Meneteskan 2 tetes pereaksi Meyer kedalam salah satu ekstrak alkaloid
dalam air. Apabila ekstrak tersebut mengandung alkaloid akan terjadi
endapan putih atau kuning muda.

B. Identifikasi Triterpen, Steroid, dan Saponin


Ekstraksi Triterpen dan Steroid
1. Menggerus sekitar 3 gram daun segar dengan mortar, kemudian
mendidihkan hasil gerusan dalam labu Erlenmeyer dengan etanol (15 mL,
10 menit) diatas penangas air.
2. Menyaring larutan etanol panas dengan kertas saring biasa kedalam cawan
porselin dan melanjutkan dengan penguapan etanol diatas penangas air
hingga diperoleh ekstrak yang kering.
3. Menambahkan eter kedalam ekstrak kering tersebut, mengaduk dan
memisahkan ekstrak yang larut dalam eter ke dalam tabung reaksi dan
menempatkan ekstrak eter ke dalam lubang-lubang pelat tetes (3 lubang).
4. Melakukan uji Liebermann-Burchard untuk masing-masing ekstrak eter
setelah kering.
Uji Busa dengan Metode Siemes
1. Memasukkan 5 mL air ke dalam tabung dari bagian yang tidak larut dalam
eter dari pengerjaan bagian B, mengocok kuat-kuat dan membiarkan busa
yang terbentuk.
2. Sebagai standar menggunakan daun lidah buaya dengan korelasi tinggi busa
relatif terhadap kadar saponin yaitu tinggi busa 3 cm sebagai (+++), antara 2-
3 cm sebagai (++), tinggi busa sekitar 1-2 cm sebagai (+) dan dinyatakan (-)
bila tidak ada busa.

C. Uji Flavonoid
Dengan pereaksi Shinoda
1. Mengekstrak sebanyak 0,5 gram serbuk sample dengan 5 mL etanol panas
selama 5 menit didalam tabung reaksi.
2. Menyaring hasil ekstrak dan kepada filtratnya menambahkan 3 tetes HCl
pekat
3. Menambahkan 0,1 gram bubuk Mg. Bila timbul warna merah muda atau
orange menandakan sampel mengandung flavonoid.

III. HASIL PENGAMATAN


No Perlakuan Hasil Pengamatan
A. Identifikasi Alkaloid
1. Ekstraksi Alkaloid
3 g batang bayam + 10 mL -
kloroform
Menggerus
Gerusan batang bayam + 10 mL Gerusan batang bayam
kloroform-amonia Campuran
Menyaring
Ekstrak kloroform-amonia
3 g daun kelor + 10 mL
batang bayam
-
No Perlakuan Hasil Pengamatan
kloroform
Menggerus Gerusan daun kelor
Gerusan daun kelor + 10 mL Campuran
kloroform-amonia
Menyaring
Ekstrak kloroform-amonia
Ekstrak kloroform-amonia batang daun kelor
bayam + 1 mL 5% asam sulfat Terbentuk 2 lapisan
Membiarkan lapisan memisah
Mengambil ekstrak alkaloid
-
(lapisan air)
Ekstrak kloroform-amonia daun Ekstrak alkaloid batang bayam
Terbentuk 2 lapisan
kelor + 1 mL 5% asamsulfat
Membiarkan lapisan memisah
Mengambil ekstrak alkaloid -
(lapisan air) Ekstrak alkaloid daun kelor
B. Uji Alkaloid
Ekstrak alkaloid batang bayam + Ekstrak alkaloid batang bayam
2 tetes pereaksi Meyer mengandung endapan (+)
Ekstrak alkaloid daun kelor + 2 Ekstrak alkaloid daun kelor tidak
tetes pereaksi Meyer mengandung endapan (-)
C. Identifikasi Triterpen, Steroid, dan
Saponin
1. Ekstraksi Triterpen dan Steroid
Menggerus dengan mortar :
Daun kelor
Batang bayam Hasil gerusan daun kelor
Daun kelor + 15 mL etanol Hasil gerusan batang bayam
Mendidihkan selama 10 menit
Campuran
campuran
No Perlakuan Hasil Pengamatan
Menyaring Ekstrak
Menguapkan etanol Ekstrak daun kelor kering
Menambahkan eter, mengaduk
Campuran (terbentuk 2 lapisan)
Memisahkan ekstrak yang larut
Ekstrak daun kelor
dalam eter
Batang bayam + 15 mL etanol
Mendidihkan selama 10 menit Campuran
Menyaring
Campuran
Menguapkan etanol
Menambahkan eter, mengaduk Ekstrak
Memisahkan ekstrak yang larut Ekstrak batang bayam kering
dalam eter Campuran (terbentuk 2 lapisan)
Ekstrak batang bayam
D. Uji Busa dengan Metode Simes
1. Bagian yang tidak larut dalam eter
Batang bayam + 5 mL air Tidak ada busa
Mengocok kuat-kuat
2. Bagian yang tidak larut dalam eter Negatif (-)
Daun kelor + 5 mL air
Mengocok kuat-kuat
Tidak ada busa
Negatif (-)
E. Uji Flavonoid
1. 0,5 g serbuk contoh + 5 mL etanol Ekstrak batang bayam
panas selama 5 menit Ekstrak daun kelor
2. Menyaring hasil ekstrak + 3 tetes Ekstrak batang bayam :
HCl pekat pada filtrate + 0,1 g berwarna beras hijau,
bubuk Mg negatif(-)
Ekstrak daun kelor :
berwarna hijau lumut,
negatif(-)

IV. ANALISIS DATA


1. Identifikasi Alkaloid
a. Ekstraksi Alkaloid
Langkah pertama pada percobaan ini adalah dilakukan proses
ekstraksi pada masing masing sampel sebanyak 3 gram dengan
menggunakan pelarut kloroform yang bertujuan untuk menarik semua
komponen kimia yang terdapat dalam sampel yaitu daun kelor dan batang
bayam. Selanjutnya hasil gerusan tersebut ditambahkan dengan kloroform-
amonia sebanyak 10 mL dan 1 mL larutan H 2SO4 5%, serta membiarkan
kedua lapisan memisah. Kemudian mengambil lapisan air (ekstrak alkaloid
total) untuk melakukan proses selanjutnya.

b. Uji Alkaloid
Pada percobaan untuk pengujian alkaloid ini digunakan sampel
tumbuhan yaitu ; tanaman kelor (Molenga Oliefera) dan tanaman bayam
(Amaranthus caudatus rumph). Dimana masing-masing ekstrak dari
sampel yang digunakan direaksikan dengan pereaksi Meyer. Adanya
kandungan alkaloid dalam sampel ditandai dengan terbentuknya endapan
putih atau kuning muda untuk pereaksi Meyer.
Sesuai dengan data pengamatan yang diperoleh, ternyata daun kelor
tidak mengandung alkaloid sedangkan batang bayam mengandung alkaloid.
Hal ini sesuai dengan referensi yang menyatakan, Di dalam tanaman
bayam (Amaranthus caudatus rumph) terkandung zat-zat yang berkaitan
dengan kesehatan dan telah dibuktikan hanya terdapat di dalam tanaman
bayam. Tanaman bayam mengandung berbagai komposisi senyawa kimia
yang bermanfaat, antara lain: alkaloid, steroid, flavonoid, vitamin A, B1, B2,
C, niacin, zat besi, kalsium, mangan, dan posfor
(http://repository.unib.ac.id/3312/).
Seharusnya, pada daun tanaman kelor dapat teridentifikasi senyawa
alkaloid. Namun, mungkin hal ini adalah salah praktikan yaitu kurang teliti
dalam hal mengamati, karena adanya kandungan alkaloid dalam sampel
dapat diidentifikasi pada saat direaksikan dengan pereaksi akan
menghasilkan 2 lapisan larutan, dimana lapisan atas merupakan lapisan air
bahwa senyawa ini tidak dapat bercampur yang disebabkan perbedaan
kepolaran. Sedangkan pada batang kelor ada terdapat 2 lapisan ketika di
tambahkan larutan H2SO4 5%. Padahal di dalam referensi daun kelor
mengandung senyawa alkanoid.
(http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/1049).
Alkaloid sesungguhnya diturunkan secara biosintesis dari asam amino
dan biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam organik.
Kegunaan alkaloid bagi tumbuhan adalah sebagai pelindung dari serangan
hama, penguat tumbuhan dan pengatur kerja hormon.
Secara kimia, alkaloid begitu heterogen dan begitu banyak sehingga
mereka tidak dapat diidentifikasi dalam ekstrak tumbuhan dengan
menggunakan kromatografi tunggal. Pada umumnya sukar
mengidentifikasinya dari suatu tumbuhan baru tanpa mengetahui kira-kira
jenis alkaloid apa yang terkandung didalamnya. Akibat adanya sifat-sifat
alkaloid yang bervariasi, cara umum untuk memisahkan alkaloid dari
tumbuhan mungkin tidak berhasil mendeteksi senyawa alkaloid yang khas.
Senyawa alkaloid dalam rumusan strukturnya mengandung satu atom
nitrogen sebagai pembawa basa. Umumnya atom nitrogen ini melekat pada
senyawa alkaloid dalam bentuk cincin pirolidin, dimana dapat ditunjukkan
pada gambar berikut ini :
NMn
N
H
Nikotina Konina

Gambar. Contoh senyawa Alkaloid

2. Identifikasi Triterpen, Steroid, dan Saponin


a. Ekstraksi Triterpen dan Steroid
Sampel yang digunakan untuk uji triterpen dan steroid sama dengan
sampel yang digunakan pada uji alkaloid. Dari data pengamatan diketahui
bahwa baik tanaman kelor (Molenga Oliefera) dan tanaman bayam
(Amaranthus caudatus rumph) tidak mengandung triterpen dan steroid.
Sebenarnya menurut referensi menyatakan : Di dalam tanaman
bayam (Amaranthus caudatus rumph) terkandung zat-zat yang berkaitan
dengan kesehatan dan telah dibuktikan hanya terdapat di dalam tanaman
bayam. Tanaman bayam mengandung berbagai komposisi senyawa kimia
yang bermanfaat, antara lain: alkaloid, steroid, flavonoid, vitamin A, B1, B2,
C, niacin, zat besi, kalsium, mangan, dan posfor
(http://repository.unib.ac.id/3312/).
Begitu juga dengan referensi tentang daun kelor menyatakan bahwa
tanaman kelor mengandung stereoid dan triterpenoid. (http://bahan-
alam.fa.itb.ac.id/detail.php?id=58)
Adanya triterpen dalam sampel ditunjukkan dengan adanya perubahan
warna ungu terang, merah atau merah muda yang kuat, sedangkan untuk
steroid ditunjukkan dengan adanya warna biru atau biru kehijauan.
Dari berbagai macam perlakuan pada sampel tanaman ekstraksi ini
dilakukan untuk mengambil senyawa yang diinginkan dari sampel.
Penggunaan etanol dan dilakukan pendidihan dimaksudkan untuk
mempercepat prosedur ekstraksi dan penyaringan bertujuan memisahkan
ekstrak tanaman dari bagian padatnya (ampas). Proses penguapan dapat
membantu agar pelarut etanol cepat menguap sehingga yang tertinggal
ekstrak yang kering. Penggunaan eter yang ditambahkan pada ekstrak kering
karena sebagian besar senyawa terpenoid dan steroid merupakan senyawa
nonpolar oleh karena itu digunakan eter untuk memisahkan senyawa
tersebut dari komponen tumbuhan yang polar. Dengan menguapnya etanol
maka pada pengujian senyawa etanol tidak ikut teridentifikasi.
Adanya warna yang nampak pada triterpen dan steroid ketika
ditambahkan larutan atau pereaksi LB disebabkan adanya rantai jenuh
sehingga akan timbul warna tertentu ketika ditambahkan pereaksi
Liebermann Burchard. Pereaksi Liebermann Burchard terdiri atas
anhidrida asetat dan H2SO4 pekat.
Tripenoid ini tersusun atas isopren-isopren kepala dan ekor dimana
pada bagian ujungnya terdapat cabang metil (CH3).
CH3
CH2
H2C
Isopren

Gambar. Isopren yang menyusun terpenoid

b. Uji Busa dengan Metode Simes


Uji busa dengan metode Simes ini dilakukan untuk mengetahui
adanya kandungan saponin pada sampel (tanaman). Saponin merupakan
glikosida yang membentuk busa dalam air apabila dihidrolisis dengan asam.
Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun
serta dapat dideteksi dengan kemampuannya membentuk busa dan
mengemulsi sel darah merah.
CH3
O
CH3
CH3

O
Gula

Gambar. Rumus umum Saponin

Senyawa yang memiliki gugus polar dan nonpalar bersifat aktif


permukaan sehingga saat dikocok dengan air, saponin dapat membentuk
misel. Pada struktur misel gugus polar menghadap ke luar sedangkan gugus
nonpolarnya menghadap ke dalam. Keadaan inilah yang tampak seperti
busa, karena itu dalam analisis ini dilihat kemampuan sampel dalam
membentuk busa.
Dari data pengamatan diketahui bahwa baik tanaman kelor (Molenga
Oliefera) dan tanaman bayam (Amaranthus caudatus rumph) tidak
mengandung saponin. Sebenarnya pada referensi, tanaman yang
mengandung saponin adalah tanaman bayam. Begitu juga dengan tanaman
kelor juga mengandung saponin (Prapti Utami dan Desty Ervira
Puspaningtyas).
Ketidaksesuaian ini terjadi mungkin karena kesalahan praktikan dalam
memperhatikan prosedur kerja, kurang teliti dalam mengamati, dan juga
sampel yang sudah tidak murni yang masih digunakan.

3. Uji Flavonoid
a. Dengan Pereaksi Shinoda
Pada percobaan ini serbuk sampel dicampur dengan etanol dan
dipanaskan selama 5 menit agar cepat bereaksi dan zat dalam ekstrak sampel
terlarut dalam etanol.
Untuk uji flavonoid ini baiknya pelarut terlebih dahulu diuapkan agar
pelarut etanol tidak teridentifikasi. Hasil filtrat penyaringan ditambahkan
HCl pekat dan bubuk Mg. Uji positif ditandai dengan timbulnya warna
merah muda/ orange yang menandakan sampel/ tanaman ekstrak tersebut
mengandung flavonoid.
Dari percobaan yang telah dilakukan, kedua sampel tidak mengandung
flavonoid. Sebenarnya pada referensi, tanaman yang mengandung flavonoid
adalah tanaman bayam dan tanaman kelor. Ketidaksesuaian ini terjadi
mungkin karena kesalahan praktikan dalam memperhatikan prosedur kerja,
kurang teliti dalam mengamati, dan juga sampel yang sudah tidak murni
yang masih digunakan.

V. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data, dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu
1. Metode fitokimia dapat digunakan untuk mengetahui kandungan
senyawa aktif dalam tumbuhan.
2. Identifikasi awal dari senyawa alam seperti tumbuh-tumbuhan dapat
menggunakan metode fitokimia senyawa aktif yaitu mengidentifikasi alkaloid,
steroid, terpenoid, flavonoid, dan saponin.
3. Dari percobaan diperoleh :
Daun kelor tidak mengandung senyawa apapun, walaupun sebenarnya
menurut referensi daun kelor mengandung senyawa alkaloid, stereoid,
saponin, flavonoid dan triterpen.
Batang tanaman bayam mengandung alkaloid, walaupun sebenarnya menurut
referensi tanaman bayam juga mengandung senyawa steroid, saponin, dan
flavonoid.
4. Faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada proses
pengolahan sampel, kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan bentuk
(perajangan) dan pengeringan dari sampel. Pada proses ekstraksi, pelarut organik
yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang dihasilkan sangat sedikit,
kurang teliti dalam hal mengamati sampel, dan mungkin sampel yang digunakan
sudah terkontaminasi dengan zat lain.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Kelor: Pohon Kehidupan, Memerangi Malnutrisi. (Online),


(http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/1049/. diakses tanggal 15 Maret
2014).

Astawan, M., dan Andreas L.K. 2008. Khasiat Warna-Warni Makanan. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.

Jeinni Christi Aeryinden, Grachea dan Devi, Ratnawati dan Eni, Widiyat. 2009. Uji
Pendahuluan Penentuan Kandungan Senyawa Alkaloid atau Steroid Serta
Bioassay Pada Beberapa Tanaman Sayuran. (Online),
(http://repository.unib.ac.id/3312/. diakses tanggal 14 Maret 2014).
Lianto, Herawati. 2011. Pemberian Ekstrak Methanol Daun Kelor (Moringa
oleifera) terhadap Peningkatan Aktivitas Caspase 9 pada Tikus Wistar yang
Diinduksi DMBA. (Online),
(http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/kedokteran/ Herawati
%20Lianto.pdf. diakses tanggal 15 Maret 2014)

Mona Sintia dan Morhananto. 2004. Memanfaatkan Tanaman Sayur untuk


Mengatasi Aneka Penyakit. (Online), (http://books.google.co.id/books?
id=nxtINLblQ
4C&pg=PA27&lpg=PA27&dq=apakah+bayam+mengandung+alkaloid&sour
ce=bl&ots=bXBb74HT-q&sig=MXxRuHEYJQPklKttpzUkJVaRh7k&hl =
id&sa=X&ei=fVkkU_0thZGsB9TngTA&redir_esc=y#v=onepage&q=apakah
%20bayam%20mengandung%20alkaloid&f=false. diakses tanggal 14 Maret
2014).

Prapti Utami dan Desty Ervira Puspaningtyas. Tanpa tahun. The Miracle of Herbs.
(Online), (http://books.google.co.id/books?id=7T1XAQAAQBAJ&pg=PA10
4&lpg=PA104&dq=apakah+daun+kelor+mengandung+steroid&source=bl&o
ts=wZyHRrwwhX&sig=vBTHor42fN9dOD0EgRiPDsGk6Co&hl=id&sa=X
&ei=qVwkU4CkG4OrrAeok4H4Bw&redir_esc=y#v=onepage&q=apakah
%20daun%20kelor%20mengandung%20steroid&f=false (diakses tanggal 15
Maret 2014).

Sumardjo, D. 2008. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa


Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta.Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Syahmani dan Rilia Iriani. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Banjarmasin:
FKIP Unlam.

Yunita Rizka U. dkk. 2005. Telaah Fitokimia Daun Kelor (Moringa oleifera Lamk.)
(Online), (http://bahan-alam.fa.itb.ac.id/detail.php?id=58. diakses tanggal 15
Maret 2014).
LAMPIRAN

Pertanyaan dan Jawaban :


Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan skrining fitokimia?
2. Sebutkan ciri-ciri tumbuhan yang mengandung alkaloid, steroid, titerpenoid,
saponin, dan flavonoid?

Jawaban
1. Skiring fitokimia merupakan suatu analisa kualitatif kandungan kimia
tumbuhan atau bagian tumbuhan. Skrining fitokimia adalah suatu metode yang
digunakan untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa alkaloid, steroid,
triterpenoid, saponin dan flavanoid. Skring dapat dilakukan dengan metode
KLT (kromatografi Lapis Tipis) karena KLT mempunyai beberapa kelebihan
dibanding kromatografi kertas yaitu dapat mengahasilkan pemisahan lebih
sempurna, kepekaan yang lebih tinggi, dilaksanakan hanya beberapa menit
saja, dapat dipakia preaksi kolosif, dapat dipakai senyawa hidrofob.

2. Ciri-ciri tumbuhan yang mengandung :


a. Alkaloid
Tumbuhan tingkat tinggi
memiliki batang, buah, daun, akar sejati (contoh : kelapa)
tumbuhan tingkat rendah (contoh : rumput-rumputan)
Sebagian alkaloid memiliki rasa yang pahit.
Ekstrak tumbuhan yang mengandung alkaloid, jika ditetesi pereaksi
Meyer maka akan terjadi endapan putih atau kuning muda.
Ekstrak tumbuhan yang mengandung alkaloid, jika ditetesi pereaksi
Dragendorff maka akan terjadi endapan jingga.

b. Steroid
Tumbuhan yang memiliki klorofil.
Terbentuk warna jika diuji dengan Uji Liebermann-Burchard
c. Triterpenoid
Tumbuhan Kayu Keras.
Terbentuk warna jika diuji dengan Uji Liebermann-Burchard
d. Saponin
Tumbuhan yang memiliki lender.
Menimbulkan busa jika dikocok dengan air.
e. Flavanoid
Tumbuhan yang memiliki struktur berbagai kayu.
Ekstrak tumbuhan yang mengandung flavanoid jika diuji dengan
pereaksi shinoda maka akan tumbul warna merah muda atau jingga
Lampiran Foto

Anda mungkin juga menyukai