Anda di halaman 1dari 15

Osteomyelitis Akut pada Anak 10 Tahun

Giovani Nando Erico Diantama


102015078

Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana


Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
Giovani.2015fk078@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak
Osteomyelitis merupakan infeksi yang terjadi pada tulang. Infeksi ini dapat terjadi akibat infeksi yang
menyebar melalui pembuluh darah atau penyebaran melalui jaringan sekitar. Infeksi ini juga dapat
terjadi akibat infeksi langsung terhadap tulang tersebut. Kejadian seperti trauma dapat mengubah
integrasi dari tulang dan menimbulkan onset infeksi pada tulang. Penyebab tersering pada infeksi
tulang adalah Staphylococcus aureus. Infeksi yang disertai dengan trauma terbuka (open trauma) atau
penggantian sendi (joint prostheses) diobati dengan menggunakan kombinasi antimicrobial dan
operasi. Kombinasi rifampicin dengan antibiotic lainnya mungkin diperlukan untuk pengobatan.
Kata kunci: Osteomyelitis, stahphylococcus aureus, rifampipicin
Abstract
Osteomyelitis is an infection that occurs in the bone. These infections can be caused by an infection
that spreads through the blood vessels or the spread through surrounding tissues. These infections
can also occur due to direct infection of the bone. Events such as trauma can alter the integration of
the bone and cause the onset of infection in the bone. The commonest causes the bone infection is
Staphylococcus aureus. Infections are accompanied by open trauma (open trauma) or replacement of
joints (joint prostheses) were treated with a combination of antimicrobial use and operation.
Rifampicin combination with other antibiotics may be needed for treatment.
Keywords: Osteomyelitis, stahphylococcus aureus, rifampipicin

Pendahuluan
Osteomyelitis merupakan suatu proses peradangan pada tulang yang disebabkan oleh
invasi mokroorganisme (bakteri dan jamur). Diagnosis perlu ditegakkan sedini mungkin,
sehingga pengobatan dapat segera dimulai dan perawatan pembedahan yang sesuai dapat
dilakukan untuk mencegah penyebaran infeksi dan kerusakan yang lebih lanjut pada tulang.
Diagnosis infeksi tulang dan sendi biasanya dapat dibuat dari tanda-tanda yang tampak pada
pemeriksaan fisik. Pada lokasi perifer seperti efusi sendi dan dan nyeri pada metafisis yang
terlokalisir, dengan atau tanpa pembengkakan, membuat diagnosis relatif mudah. Namun pada
1
panggul, pinggul, tulang belakang, tulang belikat dan bahu, penegakan diagnosis terjadinya infeksi
sulit untuk ditentukan. Sehingga, pemeriksaan penunjang, dalam hal ini, dapat memudahkan dan
menegakkan diagnosis dari osteomyelitis. Pemeriksaan radiaografi yang dapat dilakukan ialah foto
polos, Computed Tomography (CT) scan, Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan radionuklir.
Pemeriksaan tersebut dapat memudahkan dokter dalam menegakkan diagnosis osteomielitis.
Untuk memperkuat dugaan tersebut, maka dalam makalah ini akan dibahas tentang
osteomyelitis yaitu meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik maupun penunjang, gejala klinis,
working diagnosis dan differential diagnosis, etiologi serta patofisiologi, penatalaksanaan
hingga prognosis dari osteomyelitis tersebut.
Anamnesis
Anamnesis merupakan deskripsi pasien tentang penyakit atau keluhannya, termasuk
alasan berobat. Anamnesis yang baik disertai dengan empati dari dokter terhadap pasien.
Perpaduan keahlian mewawancarai dan pengetahuan yang mendalam tentang gejala
(simptom) dan tanda (sign) dari suatu penyakit akan memberikan hasil yang memuaskan
dalam menentukan diagnosis kemungkinan sehingga dapat membantu menentukan langkah
pemeriksaan selanjutnya, termasuk pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.1
Dalam melakukan anamnesis terdapat sejumlah pertanyaan rutin yang harus
diajukan kepada semua pasien, misalnya pertanyaan tentang identitas, keluhan utama,
keluhan penyerta, riwayat penyakit terdahulu, riwayat penyakit menahun, riwayat penyakit
sekarang yang spesifik terhadap diagnosa sementara, dan riwayat sosial. 1
Pada umumnya, keluhan utama pada kasus osteomyelitis adalah nyeri hebat. 2 Jika
demikian, maka kita perlu menanyakan tentang lokasi nyeri yang spesifik, onset, durasi, serta
faktor pemberat. Apakah nyeri tersebut disertai kaku dan bengkak. Kita juga perlu
menanyakan adanya demam pada pasien, sejak kapan demamnya, bila ada keluhan sakit pada
tenggorokan. Pemeriksa juga harus menanyakan hal tersebut apakah pasien sering merasa
lemas, dan apakah daerah yang nyeri dan sulit digerakkan, atau apakah nyeri yang dialami
pasien merambat atau meluas ke daerah sekitar luka. Apakah nyeri tersebut didahului dengan
riwayat trauma, Apabila ada riwayat trauma, tanyakan ke pasien apakah terdapat luka yang
berdarah atau hanya timbul bengkak yang apabila dipalpasi teraba hangat, yang menunjukan
adanya inflamasi.
Riwayat pengobatan juga harus ditanyakan. Pada riwayat penyakit dahulu, kita juga
perlu menanyakan, apakah pasien pernah menderita tuberculosis, diabetes dan perlu tanyakan
juga apakah dikeluarga pasien juga menderita penyakit yang sama. Bagaimana keseharian
pasien, pekerjaannya dan aktifitas di rumah.
2
Pemeriksaaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adanya kelainan pada
pasien. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan 4 tahapan; inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi. Data-data yang diperlukan dalam pemeriksaan fisik antara lain seperti; keadaan
umum, tingkat kesadaran pasien, tanda ruam pada kulit, kelainan bunyi fisiologis organ, nyeri
tekan, dan tanda- tanda vital (TTV) seperti: tekanan darah, frekuensi denyut nadi, frekuensi
pernapasan, dan suhu tubuh.3
Pemeriksaan fisik pada osteomyelitis cukup spesifik. Palpasi dari tulang yang
bersangkutan biasanya terdapat titik nyeri dari segmen yang terinfeksi. Peningkatan suhu dan
pembengkakan jaringan lunak dengan eritemia dapat teraba, tetapi penemuan ini bisa
bervariasi. Karena osteomyelitis memiliki kecenderungan untuk terjadi metafisis pada tulang
panjang, cukup sulit untuk membedakan infeksi dalam tulang dari infeksi pada sendi yang
berdekatan.2 Efusi simpatik pada sendi yang berdekatan mungkin terbentuk pada beberapa
pasien dengan osteomyelitis bahkan saat sendi tersebut tidak terinfeksi. Pada osteomyelitis
kronik lanjut, involucrum dan sequestrum dapat di raba, dan saluran sinus yang melewati
kulit dapat terlihat.2

Pemeriksaan Penunjang
Untuk pemeriksaan penunjang pada pasien osteomyelitis dapat dilakukan dengan
melakukan pemeriksaan laboratorium, serta pemeriksaan radiologi yaitu pemeriksaan X-ray,
CT-scan dan MRI pada cruris dextra. 5

Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan yang dilakukan seperti tes darah lengkap dan kultur bakteri. Pada fase
akut pemeriksaan darah didapati adanya peningkatan jumlah leukosit sampai 30000/ul dan
peningkatan laju endap darah (LED), serta didapati juga adanya peningkatan C-reactive
protein (CRP). Kultur dan sensitifitas darah ( 50% positif) untuk mengetahui jenis bakteri
agar dapat menentukan jenis antibiotika yang tepat dalam penatalaksanaan, sering pada
beberapa kasus biasanya akan ditemukan adanya titer antibody terhadap bakteri
staphylococcus aureus. Pemeriksaan feses untuk di kultur dapat dilakukan apabila terdapat
kecurigaan infeksi bakteri salmonella.4

Pemeriksaan radiologi

3
Foto polos / X-ray: dapat normal hingga 10 hari dengan tanda paling awal berupa
pembengkakan jaringan lunak. Tulang yang terinfeksi pada awalnya kehilangan detailnya dan
menjadi tidak berbatas jelas dengan reaksi periosteal dan bahkan destruksi tulang. Dapat
ditemukan adanya tanda-tanda porosis dan sklerosis tulang, penebalan periosteum, elevasi
periosteum. 5
CT Scan: meskipun kurang berarti dalam diagnosis pada infeksi akut, CT memperlihatkan
perubahan massa jaringan lunak pada osteomyelitis subakut atau kronik dengan baik, terlebih
yang berkaitan dengan tulang kortikal atau periosteum. Sequestra terlihat seperti area dengan
kepadatan atau spicules dengan redaman tinggi pada tulang yang berada pada area osteolisis.
Kloaka, periostitis dan kumpulan jaringan lunak lokal terlihat. Hal ini dapat menambah
dengan media kontras intravena. Biopsi CT yang terarah dapat digunakan untuk mendapatkan
bahan untuk kultur.5,6
MRI: memperlihatkan osteomyelitis sedini isotope scanning dan, jika tersedia, adalah pilihan
dalam diagnosis dari infeksi muskuloskeletal. Menggunakan pembobotan yang sesuai, atau
peningkatan paramagnetik, perubahan pada tulang dan oedema jaringan lunak dapat
diidentifikasi sedini mungkin, seperti juga iskemia dan kerusakan pada korteks atau sumsum.
Kemudian ekstensi nanah pada jaringan lunak melalui kloaka dan abses para-osseous
mungkin terlihat. Pusat nekrosis pada abses mungkin terlihat. Foto dapat didapat dalam
semua sudut.5,6

Working Diagnosis
Osteomyelitis
Osteomyelitis merupakan suatu infeksi akut pada tulang yang biasanya menyerang
metafisis tulang panjang daerah metafise dan banyak terdapat pada anak-anak, akibat dari
infeksi bakteri pyogenic, sehingga mengakibatkan adanya reaksi inflamasi. Streptoccoccus
dan stapilococcus aureus terutama menyerang anak dan dewasa6.

Osteomyelitis dapat diklasifikasikan dalam dua macam osteomelitis secara pathogenesis,


yaitu: 6,7
Osteomelitis primer : Penyebabnya dari aliran darah ( secara hematogen ) dimana
mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah
Osteomelitis sekunder: Setelah adanya kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi
(osteomelitis eksogen atau non- hematogen). Masuknya bakteri mencapai tulang dapat
secara langsung terjadi akibat penyebaran kuman akibat dari adanya bisul, luka
fraktur dan sebagainya.
4
Berdasarkan lama infeksi, osteomelitis terbagi menjasi 2 yaitu :6
Osteomelitis akut
Yaitu osteomelitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau sejak
penyakit pendahulu timbul. Osteomelitis akut ini biasanya terjadi pada anak-anak dari
pada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi didalam darah
(osteomelitis hematogen). Osteomielitis akut merupakan radang bagian lunak tulang,
yaitu isi sumsum tulang, saluran Havers dan periosteum. Bagian yang keras tidak
terkena; hanya karena kerusakan sekunder akibat gangguan peredaran darah, maka
sebagian akan mati.
Osteomelitis kronis
Yaitu osteomyelitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi pertama atau
sejak penyakit pendahuluan timbul. Osteomelitis kronis biasanya terjadi pada orang
dewasa dan biasanya terjasi karena ada luka atau trauma, misalnya osteomelitis yang
terjadi pda tulang yang fraktur, terutama apabila adanya factor pemberat seperti pada
pasien dengan diabetes.

Differential Diagnosis
Artrithis bakterialis genu dextra
Merupakan artritis septic akut akibat infeksi nonmicrobacterial. Pasien dengan atritis
septic akut ditandai dengan nyeri sendi hebat, bengkak sendi, kaku dan gangguan fungsi,
disamping itu ditemukan berbagai gejala sistemik yang lain seperti demam dan kelemahan
umum. Sendi lutut sering dikenai dan biasanya bersifat monoartikular, dan hampir selalu ada
penyakit yang mendasarinya, pada umumnya pasien akan mengalami demam, tetapi disertai
menggigil. Artrithis bakterialis ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Artrithis Bakterialis
Nongonokokal dan Artrithis Gonoroika.8
Artrithis Bakterialis Nongonokokal, paling sering disebabkan oleh staphylococcus
aureus pada 60-70% kasus. Bakteri pathogen dapat mencapai ruang sendi dapat secara
hematogen, infeksi dari kulit sekitar sendi, penyebaran dari infeksi tulang sekitar sendi
( secara perkontinatum merambat masuk dalam sendi ), maupun secara inokulasi langsung.
Bakteri mencapai ruang sendi menginfeksi pada sinovium, sehingga mengakibatkan adanya
respon inflamasi yang memicu degradasi kartilago, Neovaskularisasi, dan pembentukan
jaringan granulasi.8

5
Faktor resiko pada artritis bakterialis nongonokokal adalah pada pasien dengan
rheumatoid artrithis ( dikarenakan : inflamasi sendi kronik dan pemakaian glukortikoid dalam
waktu lama, sering peccahnya nodul rheumatoid dan penggunaan TNF-alfa inhibitor), pasien
dengan Diabetes, Pasien HIV, pasien dengan keganasan, pecandu alcohol, sendi prostetik,
injeksi intraartikular, dan infeksi kulit kronik sekitar sendi.8
Artritis Gonoroika atau disseminated gonococcal infection (DGI) terjadi pada pasien
dengan infeksi gonokokal disebabkan oleh N. gonorrohoeae yang tidak diobati dengan
tuntas. Prevalensinya lebih banyak menyerang ada wanita dan terutama pada kelompok usia
seks aktif. secara klinis dapat timbul dalam bentuk monoartritis, poliartritis atau
tenosynovitis. Poliartralgia, demam menggigil dan adanya efusi sendi. Selain itu juga disertai
kelainan kulit seperti ptekie, papula, pustule bula hemoragic atau lesi sclerotic.8

Necroting myositis
Nekrosis myositis adalah infeksi yang sangat jarang timbul yang disebabkan oleh
Streptococcus pyogenes. Karena penyakit ini dapat meniru beberapa kondisi lain, diagnosis
sering tertunda. Streptokokus grup A (GAS) merupakan patogen manusia yang umum dapat
menyebabkan spektrum yang luas dari penyakit klinis mulai dari faringitis dan infeksi kulit
(impetigo, erisipelas dan selulitis) untuk invasif infeksi jaringan lunak yang fatal.9
Myositis streptokokus terutama melibatkan otot rangka, sehingga terjadi myositis
dan myonecrosis. Infeksi ini memiliki angka kematian tertinggi dari semua infeksi jaringan
lunak streptokokus invasif, setidaknya 80%. Streptokokus grup A (GAS) mempunyai
berbagai faktor virulensi termasuk M-protein, beberapa superantigens, protease dan protein
adhesi. M-protein melindungi GAS dari sel fagosit dan bertindak sebagai superantigen.
Superantigens adalah protein yang memiliki kemampuan untuk memicu respon inflamasi
sistemik besar melalui stimulasi dari T-sel untuk berkembang biak dan menghasilkan
sejumlah besar sitokin. 9
Faktor virulensi ini berkontribusi terhadap kepatuhan, kolonisasi dan penyebaran
infeksi GAS invasif. Infeksi mungkin mulai secara spontan dalam faring atau kulit setelah
minor, nonpenetrating trauma atau otot regangan. Organisme ini akan menginfeksi dan
mungkin mencapai otot-otot melalui penyebaran hematogen. Myositis streptokokus adalah
infeksi jaringan lunak sangat jarang, sebagian besar terjadi pada usia antara 30 tahun dan 60
tahun. Sekelompok otot tunggal terlibat dalam banyak kasus, bagaimanapun, karena
penyebaran hematogen, dengan beberapa cara myonecrosis dapat terjadi. Faktor predisposisi

6
untuk myositis streptokokus termasuk gizi buruk, diabetes mellitus, dan obat atau
penyalahgunaan alkohol. Rasio pria-wanita adalah sama.9
Nekrosis myositis sering dimulai dengan awal non-spesifik 'flu' gejala seperti malaise
dan demam. Gejala patognomonik adalah rasa sakit akut pada kompartemen otot yang terlibat
yang tidak proporsional terhadap perubahan kulit yang terlihat. Patogenesis sakit luar biasa
ini tidak jelas, tetapi trombosis mikrovaskular dimediasi oleh racun bakteri, yang
menyebabkan penurunan perfusi jaringan, hipoksemia, dan nekrosis jaringan regional yang
selanjutnya telah diusulkan sebagai mekanisme yang mungkin penyebab. Gejala progresif
cepat, dengan eskalasi rasa sakit dan kulit perubahan dari eritema dan pembengkakan diikuti
oleh pembentukan lepuh berkembang dalam beberapa jam. Nekrosis myositis streptokokus
dapat dikaitkan dengan gejala sistemik ditandai termasuk syok septik, sindrom gangguan
pernapasan akut, dan gagal ginjal akut. Hal ini telah ditetapkan sebagai sindrom syok toksik
streptococcus .Streptokokus toxic shock syndrome adalah prediktor negatif bagi
kelangsungan hidup. 9
Nilai laboratorium yang mendukung diagnosis adalah: kadar CK serum terjadi
peningkatan menjadi indikasi kerusakan otot, biasanya disertai dengan leukositosis dan
peningkatan protein serum C-reaktif, asidosis laktat, dan tanda-tanda kegagalan multi-organ
progresif. Studi pencitraan radiologis seperti CT atau MRI dapat mengkonfirmasikan
diagnosis. Pembengkakan, edema jaringan lunak, terdampar lemak atau myonecrosis
biasanya dicatat. Bedah pengobatan dini dan agresif debridement dan reseksi penting dalam
pengelolaan necrotising myositis, karena pendekatan konservatif telah terbukti selalu fatal. 9

Tenosinovitis
Tenosynovitis adala suatu peradangan yang melibatkan tendon dan selubungnya yang
mengakibatkan pembengkakan dan nyeri. Beberapa penyebab dari pembengkakan ini adalah
trauma, penggunaan yang berlebihan dari repetitive minor trauma, ataupun adanya infeksi
artrithis. Beberapa contoh dari tenosynovitis adalah: Dequervains, Volar fleksor
tenosynovitis (trigger finger ) dan akut fleksor tenosynovitis. Lokasinya biasanya pada ibu
jari dan pergelangan tangan. terapi dapat diberikan injeksi corticosteroid. Sampai operasi
dengan pemakaian tourniquet, yang disesuaikan dengan tingkat tenosynovitis yang diderita.10

Epidemilogi
Anak laki-laki menderita tiga kali lebih banyak dari pada anak perempuan mungkin
dikarenakan aktifitas fisik diluar ruangan lebih banyak dilakukan oleh anak laki laki.
Tulang panjang yang sering terkena infeksi adalah femur, tibia, humerus, radius ulna,
7
fibula,dan daerah yang terkena adalah daerah metafise. Pada anak- anak yang sering terkena
adalah osteomyelitis akut. 6
Osteomyolitis paling sering terkena pada orang dewasa. Yang beresiko tinggi
mengalami osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan atau
penderita diabetes, pasien yang menderita artritis reumatoid, dan pasien pembedahan ortopedi
lama.6

Etiologi
Bakteri penyebab osteomyelitis terbanyak adalah Staphylococcus aureus. Organisme
gram negatif seperti Pseudomonas aeruginosa dan Escherichia coli, staphylococci koagualse
negatif, enterococci, dan propionibakteria juga terlibat. Mycobacterium tuberculosis adalah
penyebab osteomyelitis paling umum di negara dengan sumber daya medis yang terbatas,
mycobacterium lainnya yang dapat menyebabkan osteomyelitis adalah M. marinum, M.
chelonei, dan M. fortuitum. Etiologi jamur termasuk spesies Candida, Coccidioides,
Histoplasma, dan Aspergillus. Mekanisme patogen noninfeksi yang mungkin menyebabkan
penyakit yang menyerupai osteomyelitis seperti nekrosis avaskular, penyakit rematik,
neuropati dengan trauma kronik, gout, dan keganasan. 6,7,11
Trauma juga dapat menjadi penyebab infeksi, terlebih jika terlibat dengan luka dan
ada kontaminasi pada tulang atau jaringan sekitar bersamaan dengan kerusakan pada jaringan
yang signifikan. Bahkan walaupun tanpa luka terbuka atau fraktur, jaringan yang rusak dan
darah yang keluar daoat memperlambat sirkulasi, membuat media yang cocok untuk
perkembangan bakteri yang dapat mencapai area melalui bakterimia tingkat rendah dari
sirkulasi vena sekeliling atau dari saluran limpatik distal.6

Patofisiologi
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus
infeksi di tempat lain (mis. Tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran
nafas atas). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat di mana
terdapat trauma dimana terdapat resistensi rendah kemungkinan akibat trauma subklinis (tak
jelas).7 Osteomielitis hematogen akut terjadi sebagai akibat lokalisasi bakteri yang dibawa
darah dalam tulang. Bakteri seperti Staphylococcus aureus memiliki kemampuan melekat
pada elemen jaringan ikat ditulang (kolagen, dentin, sialoprotein,dan glikoprotein) melalui
perluasan polisakarida ekstraseluler. Trombosis yang terjadi sebagai akibat trauma lokal

8
dapat memberi kecenderungan terhadap lokalisasi infeksi akibat bakteremia. Sumber
bakteremia mungkin infeksi bernanah setempat atau secara klinis tidak tampak, kolonisasi
atau infeksi tidak diketahui.6,7,12

Infeksi biasanya dimulai didaerah metafisis tulang panjang. Mungkin karena daerah
ini berisi anyaman ujung arteriol dan kapiler yang secara potensial menggenang serta
kekurangan sel fagosit yang efektif. Infeksi bakteri secara khas menyebabkan pembentukan
eksudat radang, yang berkumpul dibawah tekanan pada sumsum tulang dan korteks. Hasil
akhir trombosis septik pembuluh darah dan pasokan vaskuler terganggu menyebabkan infark
iskemik tulang dengan nyeri lokal. Nanah yang cukup dapat berkumpul pada sela
subperiosteum. Mengangkat periosteum yang utuh. Menyebabkan kekacauan pasokan darah
komponen periosteum dan infark korteks tulang. Hasil akhirnya adalah pembentukan daerah
tulang nekrotik disebut sequestrum, yang terlepas dari tulang hidup yang mendasari selama
stadium akhir untuk membentuk benda asing bebas atau mengalami penyerapan perahan-
lahan. Selama fase perbaikan osteomielitis akut, sel pendahulu osteogenik periosteum yang
terangkat membentuk tulang baru (disebut involukrum) pada daerah subperiosteum,
membungkus tempat infeksi. 6,7,12
Respon radang pada jaringan lunak yang menutupi menimbulkan tanda-tanda akut
dekat tempat osteomielitis. Robekan periosteum dapat menyertai pengaliran bahan purulen
kedalam jaringan lunak dan kulit melalui satu atau banyak saluran sinus. Proses radang
juga meluas ke kedua arah dalam ruang sumsum tulang dan kedalam epifisis. Infeksi epifisis
dapat menimbulkan infeksi dalam ruang sendi, sehingga menyebabkan piartrosis atau artritis
septik. 6,7,12
Osteomielitis kronis didukung oleh iskemia dan tidak adanya pertahanan hospes yang
efektif. Terutama bila ada benda asing atau tulang yang nekrotik. Mikroorganisme secara
relatif tetap tidak dapat dimasuki daya antibiotik sistemik dan pertahanan seluler hospes.6
Abses subakut atau kronik yang terlokalisasi dibatasi oleh tepi jaringan sklerotik yang
disebut abses brodie dan ditemukan paling sering pada tibia distal. Seringkali manifestasi
klinis abses ini merupakan satu-satunya nyeri tumpul dan nyeri lokal. Radiografi sederhana
dapat menampakkan daerah jernih. Dapat terjadi sterilisasi spontan atau dapat menetap
sebagai sarang infesi kronis, yang memerlukan pembedahan dan terapi medik jangka lama.
6,7,12

Infeksi tulang pipih kaki pada anak yang sebagian menulang atau tidak menulang,
sering disebabkan oleh jejas tembus. Menyebabkan penanahan kartilago (termasuk
9
permukaan artikuler dan lempeng pertumbuhan) dan tulang yang berdekatan, disebut
osteomielitis-osteokondritis. Penyebaran infeksi pada ruang sendi yang berdekatan
menyebabkan pyartrosis. Yang terakhir ini dapat juga akibat dari penembusan langsung pada
luka tusuk.6
Penyebaran osteomielitis dapat terjadi : 6
1. Penyebaran ke arah korteks, membentuk abses subperiosteal dan selulitis
pada jaringan sekitarnya.
2. Penyebarannya menembus periosteum membentuk abses jaringan lunak.
Abses dapat men embus kulit melalui suatu sinus dan menimbulkan fistel. Abses dapat
menyumbat atau menekan aliran darah ke tulang dan mengakibatkan kematian jaringan
tulang (sekuester).
3. Penyebaran ke arah medula
4. Penyebaran ke persendian, terutama bila lempeng pertumbuhannya
intraartikuler misalnya sendi panggul pada anak-anak. Penetrasi ke epifisis jarang terjadi.

Gejala Klinis
Gambaran klinis osteomielitis akut sedikit berbeda dengan osteomielitis kronis. Pada
osteomielitis akut, gejala-gejala yang dapat dijumpai seperti demam tinggi (pada neonatus
hanya 50%),iritabilitas, kelemahan, malaise, pseudoparalisis (pada neonatus), nyeri pada
daerah yang terkena, edema lokal dan eritema pada daerah yang terkena, gangguan
pergerakan. 5,7,8 Pada osteomielitis kronis, gejala-gejala yang dapat dijumpai yaitu ulkus yang
tak sembuh-sembuh, disertai pus, abses dengan bau yang busuk, kelemahan kronis, malaise,
nyeri dan sulit menggerakkan daerah yang terkena, dan demam pada beberapa kasus.6
Manifestasi klinis yang klasik pada anak-anak adalah pincang atau ketidakmampuan
untuk berjalan, demam dan nyeri fokal, dan kemerahan terkadang terlihat dan pembengkakan
di sekitar tulang panjang, lebih sering di kaki daripada di lengan. Seringkali kondisi pasien
memburuk pada hari-hari sebelumnya klinis. Kalkanealis osteomyelitis dapat melanjutkan
diam-diam dan menyebabkan keterlambatan dalam mencari pengobatan. Osteomyelitis tulang
belakang khas dimanifestasikan sebagai nyeri punggung, sedangkan nyeri pada pemeriksaan
colok dubur menunjukkan osteomielitis sakral. Osteomyelitis akut harus dipertimbangkan
dalam setiap pasien yang datang dengan demam yang tidak diketahui. Kasus akut terjadi pada
semua kelompok umur, dengan puncak kecil dalam insiden antara anak laki-laki sebelum
pubertas, mungkin karena aktivitas fisik yang berat dan microtrauma. Anak-anak dengan

10
methicillin-resistant S. aureus (MRSA) osteomyelitis memiliki suhu tinggi, takikardia, dan
pincang yang menyakitkan. 13

Penatalaksanaan
Medical Mentosa
Antibiotik spektrum luas yang efektif terhadap gram positif maupun gram negatif.
Antibiotik dapat diberikan pada individu yang mengalami fraktur tulang atau luka tembus
jaringan lunak yang mengelilingi suatu tulang sebelum tanda-tanda infeksi timbul. Apabila
infeksi tulang memang terjadi, diperlukan terapi antibiotik agresif.14 Contoh antibiotik:
golongan penisilin, golongan sefalosporin gen III, golongan kuinolon, aminoglikosida,
Kombinasi rifampicin dengan antibiotic lainnya mungkin diperlukan untuk pengobatan. . Pada kasus
kronis perlu dilakukan perawatan di rumah sakit, pengobatan suportif dengan pemberian
infus.6
Tindakan pembedahan
Indikasi untuk melakukan tindakan pembedahan ialah :14
a. adanya abses
b. rasa sakit yang hebat
c. adanya sekuester
d. bila mencurigakan adanya perubahan ke arah keganasan (karsinoma
epedermoid).
Osteomelitis kronik lebih sukar diterapi, terapi umum meliputi pemberian antibiotik
dan debridemen. Tergantung tipe osteomelitis kronik, pasien mungkin diterapi dengan
antibiotik parenteral selama 2 sampai 6 miunggu. Meskipun, tanpa debridemen yang adekuat,
osteomelitis kronik tidak berespon terhadap kebanyakan regimen antibiotik, berapa lama pun
terapi dilakukan.7
Pada osteomelitis kronik dilakukan sekuestrasi dan debridemen serta pemberian
antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur dan tes resistensi. Debridemen berupa pengeluaran
jaringan nekrotik didinding ruang sekuester dan penyaliran. 5 Debridemen pada pasien dengan
osteomelitis kronik membutuhkan teknik. Kualitas debridemen merupakan faktor penting
dalam kesuksesan penanganan. Sesudah debridemen dengan eksisi tulang, perlu menutup
dead-space yang dibentuk oleh jaringan yang diangkat. Managemen dead-space meliputi
mioplasti lokal, transfer jaringan bebas dan penggunaan antibiotik yang dapat meresap.6

11
Saat yang terbaik untuk melakukan tindakan pembedahan adalah bila involukrum telah cukup
kuat untuk mencegah terjadinya fraktur pasca pembedahan.13 Pada fase pascaakut, subakut,
atau kronik dini biasanya involukrum belum cukup kuat untuk menggantikan tulang asli yang
menjadi sekuester. Karena itu ekstremitas yang terkena harus dilindungi dengan gips untuk
mencegah patah tulang patologik, dan debridemen serta sekuestrektomi ditunda sampai
involukrum menjadi kuat. Selama menunggu pembedahan dilakukan penyaliran nanah dan
pembilasan.14

Non Medical Mentosa


Daerah yang terkena harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan
mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit
beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran daerah.7

Komplikasi
Komplikasi osteomielitis dapat terjadi akibat perkembangan infeksi yang tidak
terkendali dan pemberian antibiotik yang tidak dapat mengeradikasi bakteri penyebab, yang
perlu diperhaikan adalah diperlukan penanganan lebih cepat pada osteomielitis akut pada
anak tersebut, agar dapa mencegah kemungkina terjadinya osteomyelitis yang kronis.
Komplikasi osteomielitis dapat mencakup infeksi yang semakin memberat pada daerah tulang
yang terkena infeksi atau meluasnya infeksi dari fokus infeksi ke jaringan sekitar bahkan ke
aliran darah sistemik. Komplikasi yang dapat terjadi pada osteomielitis hematogen akut
adalah: 6,7,14-6
Septikemia: Dengan makin tersedianya obat-obatan antibiotik yang memadai,
kematian akibat septikemia pada saat ini jarang ditemukan.

Infeksi yang bersifat metastatik : Infeksi dapat bermetastatik ke tulang/ sendi lainnya,
otak, dan paru-paru, dapat bersifat multifokal dan biasanya terjadi pada penderita
dengan status gizi yang jelek

Artritis Supuratif : Artritis Supuratif dapat terjadai pada bayi muda karena lempeng
epifisis bayi (yang bertindak sebagai barier) belum berfungsi dengan baik.Komplikasi
terutama terjadi pada osteomielitis hematogen akut di daerah metafisis yang bersifat
intra-kapsuler (misalnya pada sendi panggul) atau melalui infeksi metastatic

Gangguan Pertumbuhan: Osteomyelitis hematogen akut pada bayi dapat


menyebabkan kerusakan lempeng epifsisis yang menyebabkan gangguan
pertumbuhan, sehingga tulang yang terkena akan menjadi lebih pendek. Pada anak
yang lebih besar akan terjadi hiperemi pada daerah metafisis yang merupakan
12
stimulasi bagi tulang untuk bertumbuh. Pada keadaan ini tulang bertumbuh lebih
cepat dan menyebabkan terjadinya pemanjangan tulang

Osteomielitis Kronik : Apabila diagnosis dan terapi yang tepat tidak dilakukan, maka
osteomielitis akut akan berlanjut menjadi osteomielitis kronik

Fraktur Patologis

Prognosis
Setelah mendapatkan terapi, umumnya osteomielitis akut menunjukkan hasil yang
memuaskan. Prognosis osteomielitis kronik umumnya buruk walaupun dengan pembedahan,
abses dapat terjadi sampai beberapa minggu, bulan atau tahun setelahnya. Amputasi mungkin
dibutuhkan, khususnya pada pasien dengan diabetes atau berkurangnya sirkulasi darah. Pada
penderita yang mendapatkan infeksi dengan penggunaan alat bantu prostetik perlu dilakukan
monitoring lebih lanjut. Mereka perlu mendapatkan terapi antibiotik profilaksis sebelum
dilakukan operasi karena memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mendapatkan osteomielitis. 6

Pencegahan
Sasaran utamanya adalah pencegahan osteomielitis. Penanganan infeksi lokal dapat
menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan lunak pada
mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatian terhadap lingkungan
operasi dan teknik pembedahan dapat menurunkan insiden osteomielitis pascaoperasi.6,7,13
Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai saat
pembedahan dan selama 24 jam sampai 48 jam setelah operasi akan sangat membantu.
Teknik perawatan luka pascaoperasi aseptik akan menurunkan insiden infeksi superfisial dan
potensial terjadinya osteomielitis.6,7,13

Kesimpulan
Ostemomielitis adalah suatu proses inflamasi akut maupun kronik pada tulang dan
struktur disekitarnya yang disebabkan oleh organisme pyogenik. Penyebab paling sering
adalah Staphylococcus aureus. Osteomyelitis pada anak bersifat akut biasanya dapat terjadi
dengan adanya riwayat trauma, dimana menyebabkan bakteri pathogen menyebar secara
hematogen di dalam darah dan dapat menyebabkan adanya tanda tanda inflamasi.
Penanganan yang tepat dan cepat dapat mencegah terjadinya osmyomielitis yang kronis.
Berdasarkan pembahasan diatas , maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis terbukti .

13
Daftar Pustaka
1. Supartondo, Setiyohadi B: Anamnesis. Dalam. AW, Setiohadi B, Alwi I, Simadibrata
M, Setiati S (Editors). Buku ajar ilmu penyakil dalam. Jilid 1 .Edisi 5. Jakarta: Interna
Publishing; 2009.h.25-8.
2. Marx J.A, Lockberger R.S, Walls R.M, Adams J. Rosens emergency medicine:
concepts and clinical practice. Philadelphia: Elsevier Health Science; 2010.h.1821.
3. (Hardjodisastro D. Menuju seni ilmu kedokteran: bagaimana dokter berpikir, bekerja,
dan menampilkan diri. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2006. hal 218-9, 229-30
4. Meadow SR, Newell SJ. Lecture notes on pediatrics.7 th edition. Jakarta :
Erlangga;2005.h.189-91
5. Patel PR. Lecture notes: radiologi. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007
.h.219.
6. Achadiono DNW, Richardo M: Osteomielitis .Dalam. Sudoyo AW, Setiohadi B, Alwi
I, Simadibrata M , Setiati S , ( Editors) Buku ajar ilmu penyakit dalam. jilid 3. Edisi 5.
Jakarta :Interna Publishing ; 2014.h. 3243-5
7. Setiyohadi B, Tambunan AS: Infeksi tulang dan sendi .Dalam. Sudoyo AW, Setiohadi
B, Alwi I, Simadibrata M , Setiati S , ( Editors) Buku ajar ilmu penyakit dalam. jilid 3.
Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing; 2009.h. 2641.
8. Najirman: Artritis septic .Dalam. Sudoyo AW, Setiohadi B, Alwi I, Simadibrata M,
Setiati S, ( Editors). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid 3. Edisi 5. Jakarta :Interna
Publishing ; 2014.h. 3233-5
9. Nassikovker P, Holla M, Hoeven JG, Heunks LMA .Necrotising myositis:
significance of early diagnosis radical surgery and aggressive antibiotic therapy. Neth
J Crit Care. 2012 January; 16(4): 141-2. Retrieved from :
http://njcc.nl/sites/default/files/pdf/2012%20NVIC_NJCC
%2004%20casereport_Nassikovker.pdf , 27 Maret 2015
10. Chaidir RM.Tenosynovitis .Bandung: Bagian orthopaedic dan traumatology FK UP;
2000. Diunduh dari:
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/06/tenosynovitis.pdf , pada 27
Maret 2015.
11. Jong W., Sjamsuhidayat R. : Infeksi muskuloskeletal. Dalam . Buku ajar ilmu bedah.
Edisi kedua. Jakarta : EGC; h. 903 10
12. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran
EGC;2000.hal.301-302.
13. Peltola, H., & Pkknen, M. (2014). Acute osteomyelitis in children. The New
England Journal of Medicine, 370(4)352-60. Retrieved from :
http://search.proquest.com/docview/1491339256?accountid=50673, 27 Maret 2015
14
14. Brown D.E, Leumann R.D. Orthopaedic secrets. Philadelphia: Elsevier Health
Science; 2004.h. 15-7.
15. Mansjoer S, Triyanti K, Savitri R. Kapita selekta kedokteran.Jillid 1. Jakarta: Media
Aesculapius;2000.h.535
16. Behrman, Kliegman, Arvin. Nelson ilmu kesehatan anak vol 2. Jakarta:
EGC;2000.h.893-8.

15

Anda mungkin juga menyukai