TUBERCULOSIS (TB)
OLEH:
III. Sasaran
Seluruh keluarga pasien di Ruang IBS RSUD Klungkung
IV. Materi
(terlampir)
V. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi / tanya jawab
VI. Media
- Leaflet: Penyakit Tuberculosis
- Materi Penyakit Tuberculosis
1
2
4 4 4
4 4 4
4 4 4
4 4 4
3 3
Keterangan gambar: 5
1. Penyaji
2. Moderator
3. Fasilitator
4. Peserta
5. Observer
1. 3 menit Pembukaan :
Membuka kegiatan Menjawab salam
dengan mengucapkan salam.
Memperkenalkan Mendengarkan
diri Memperhatikan
Menjelaskan
tujuan dari penyuluhan Memperhatikan
Menyebutkan
materi yang akan diberikan
2. 20 menit Pelaksanaan :
- Menjelaskan penyakit Memperhatikan
tuberculosis
- Menjelaskan penyebab Memperhatikan
tuberculosis
- Menjelaskan cara
Memperhatikan
penularan penyakit
tuberculosis
- Menjelaskan tentang
Memperhatikan
tanda dan gejala
penyakit tuberculosis
- Menjelaskan tentang Memperhatikan
faktor-faktor yang
mempengaruhi cara
penularan penyakit
tuberculosis
- Menjelaskan tentang Memperhatikan
pencegahan penyakit
tuberculosis
- Menjelaskan tentang Memperhatikan
pengobatan dari
penyakit tuberculosis
Bertanya dan
- Memberi kesempatan
menjawab pertanyaan yang
kepada peserta untuk
diajukan
bertanya
3. 10 menit Evaluasi :
Menanyakan Menjawab
kepada peserta tentang materi pertanyaan
yang telah diberikan, dan Menjawab
reinforcement kepada 80% pertanyaan dengan
keluarga yang dapat benar
menjawab pertanyaan.
4. 2 menit Terminasi :
Mengucapkan Mendengarkan
terimakasih atas peran serta
peserta. Menjawab salam
Mengucapkan
salam penutup
TUBERCULOSIS (TB)
A. DEFINISI
Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang
parenkin paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya,
terutama meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe 5 (Smeltzer, 2002).
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobactirum Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang
paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes RI, 2008)
B. ETIOLOGI
Penyebab tuberkulosis paru adalah kuman Mycobacterium tuberkulosis
yang sebagian besar menyerang paru-paru tetapi dapat pula menyerang organ
tubuh yang lainnya. Kuman TB ini berbentuk batang dan mempunyai sifat khusus
yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan yang sering disebut dengan Basil
Tahan Asam, kuman dapat mati dengan jika terpapar dengan sinar matahari
langsung tetapi dapat hidup beberapa jam di tempat gelap dan lembab. Dalam
jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, yaitu kuman dapat aktif kembali setelah
tertidur lama setelah beberapa tahun (Abata , 2014:199).
C. CARA PENULARAN
Sumber penularan TB BTA positif yaitu pada saat batuk, bersin dan
tertawa keras, penderita akan menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet
(percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada
suhu kamar selama beberapa jam. Seseorang dapat terinfeksi kalau droplet
tersebut terhirup ke dalam saluran pernapasan karena kuman TB akan membelah
diri atau berkembang biak (Naga, 2014:312). Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi transmisi, yaitu jumlah basil dan virulensinya, bahwa semakin
banyak basil di dalam dahak seorang penderita maka semakin besar bahaya
penularan. Bagi penderita tuberkulosis paru yang memiliki banyak sekali kuman,
dapat terlihat langsung dengan mikroskop pada pemeriksaan dahaknya. Hal ini
tentunya sangat menular dan berbahaya bagi lingkungan penderita dan disaat
batuk atau bersin, kuman tuberkulosis paru dan BTA positif yang berbentuk
droplet sangat kecil ini kemudian mengering dengan cepat dan menjadi droplet
yang mengandung kuman tuberkulosis paru bahkan kuman ini dapat bertahan di
udara selama beberapa jam lamanya, sehingga cepat atau lambat droplet yang
mengandung unsur kuman tuberkulosis paru akan terhirup oleh orang lain dan
apabila telah terhirup dan bersarang di dalam paru-paru seseorang, maka kuman
ini akan mulai membelah diri atau berkembang biak, dan dari sinilah akan terjadi
infeksi dari satu penderita kecalon penderita lain (Naga, 2014). Dengan demikian
penderita dengan dahak yang sudah positif pada pemeriksaan langsung dengan
mikroskop (untuk ini minimal harus ada 100.000 basil dalam 1 ml sputum) akan
jauh lebih berbahaya dari mereka yang baru positif pada perbenihan, yang jumlah
basilnya di dalam dahak jauh lebih sedikit (minimal 1000 basil dalam 1 ml
sputum) (WHO, 1974 dalam Danusantoso, 2012). Resiko terinfeksi berhubungan
dengan lama dan kualitas paparan dengan sumber infeksi dan tidak berhubungan
dengan faktor genetik dan faktor pejamu lainnya. Risiko tertinggi berkembangnya
penyakit yaitu pada anak berusia dibawah usia 3 tahun, risiko rendah pada masa
kanak-kanak, dan meningkat lagi pada masa remaja, dewasa muda, dan usia lanjut
(Widoyono, 2008).
C. Umur
Penyakit TB paru paling sering ditemukan pada usia muda atau
usia produktif, yaitu 15-50 tahun. Dengan terjadinya transisi demografi,
menyebabkan usia harapan hidup lansia menjadi lebih tinggi,
sedangkan pada usia lanjut lebih dari 55 tahun sistem imunologis
seseorang menurun, sehingga sangat rentan terhadap berbagai penyakit,
termasuk TB paru.
d. Jenis Kelamin
Menurut WHO, sedikitnya dalam periode setahun ada sekitar 1 juta
perempuan yang meninggal akibat TB paru. Dapat disimpulkan bahwa
kaum perempuan lebih rentan terhadap kematian akibat serangan TB
paru dibandingkan akibat proses persalinan. Sedangkan pada laki-laki,
penyakit ini lebih tinggi karena rokok dan minuman alkohol dapat
menurunkan sistem pertahanan tubuh. Sehingga sering disebut sebagai
agen dari penyakit TB paru.
F. PENCEGAHAN PENYAKIT TB
Banyak hal yang bisa dilakukan dalam mencegah terjangkitnya
TB paru. Pencegahan-pencegahan berikut dapat dilakukan oleh penderita,
masyarakat, maupun petugas kesehatan, diantaranya (Naga, 2014: 315):
a. Bagi penderita, pencegahan penularan dapat dilakukan dengan
menutup mulut saat batuk dengan menggunakan masker, dan membuang
dahak tidak disembarang tempat.
b. Bagi masyarakat, pencegahan penularan dapat dilakukan dengan
meningkatkan ketahanan terhadap bayi, yaitu dengan memberikan
vaksinasi BCG.
c. Bagi petugas kesehatan, pencegahan dapat dilakukan dengan
memberikan penyuluhan tentang penyakit TB kepada masyarakat.
d. Petugas kesehatan juga harus segera melakukan pemeriksaan terhadap
orang yang sudah terinfeksi dan memberikan pengobatan khusus.
e. Pencegahan penularan juga dapat dicegah dengan melakukan
desinfeksi, seperti cuci tangan, menjaga kebersihan rumah, perhatian
khusus terhadap muntahan atau air ludah (piring, tempat tidur, pakaian)
dan menyediakan ventilasi rumah dan sinar matahari yang cukup.
f. Melakukan penyelidikan terhadap orang-orang yang kontak dengan
penderita TB paru, perlu dilakukan Tes Tuberculin bagi seluruh anggota
keluarga.
g. Setiap rumah memiliki ventilasi udara dan cahaya.
G. PENGOBATAN TB
Raharjoe, dkk. 2005. Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak. Jakarta. Unit Keja
Koordinasi Pulmonologi PP Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Sudoyo, dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, edisi IV. Jakarta . Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.