Anda di halaman 1dari 13

Satuan Acara Penyuluhan

TUBERCULOSIS (TB)

OLEH:

1. AGUS SUKANATHA (16J10694 )


2. SEPTIANI PRATIWI (16J10825 )
3. NOVI BUDIARTINI (12J10788 )
4. YOHAN JONIANTARA (16J10687 )
5. BELA UTARI (16J10711 )
6. DESY SUKMAWATI (16J10722 )
7. CHILLYA SUDANA PUTRI (16J10716 )
8. ARIANA WEDANA (16J10700 )
9. I MADE PRIANDI (16J10803 )
10. ARI PURNAYANI (16J10698 )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI
DENPASAR
2016

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Bidang studi : Keperawatan
Topik : Penyakit Tuberculosis
Sasaran : Keluarga Pasien
Tempat : Ruang IBS RSUD Klungkung
Hari / tanggal : Senin / 09 Januari 2017
Waktu : 35 menit
Penyaji : Kelompok VI Program Profesi Ners Stikes Bali

I. Tujuan instruksional umum


Setelah dilakukan penyuluhan, pasien dan keluarga diharapkan mampu
memahami penyakit tuberculosis secara umum.
II. Tujuan instruksional khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, pasien dan keluarga diharapkan mampu :
- Mengenali penyakit tuberculosis
- Mengenali penyebab tuberculosis
- Memahami cara penularan penyakit tuberculosis
- Mengenali tentang tanda dan gejala penyakit tuberculosis
- Mengenali tentang faktor-faktor yang mempengaruhi cara penularan
penyakit tuberculosis
- Memahami tentang pencegahan penyakit tuberculosis
- Memahami tentang pengobatan dari penyakit tuberculosis

III. Sasaran
Seluruh keluarga pasien di Ruang IBS RSUD Klungkung

IV. Materi
(terlampir)

V. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi / tanya jawab
VI. Media
- Leaflet: Penyakit Tuberculosis
- Materi Penyakit Tuberculosis

VII. Setting Tempat

1
2
4 4 4
4 4 4
4 4 4
4 4 4
3 3

Keterangan gambar: 5

1. Penyaji

2. Moderator

3. Fasilitator

4. Peserta

5. Observer

VIII. Kriteria evaluasi


1. Evaluasi struktur
Semua keluarga pasien hadir / ikut dalam kegiatan penyuluhan.
Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Ruang IBS RSUD Klungkung
oleh Mahasiswa. Pengorganisasian penyuluhan dilakukan 1 hari sebelumnya.
Dimana ada dokumentsi serta daftar hadir peserta.
2. Evaluasi proses
Keluarga pasien antusias terhadap materi penyuluhan. Keluarga pasien tidak
meninggalkan tempat sebelum kegiatan selesai. Keluarga terlibat aktif dalam
kegiatan penyuluhan.
3. Evaluasi hasil
Keluarga mengerti tentang penyakit tuberculosis dan keluarga pasien bisa
menjawab pertanyaan 80% dari pertanyaan yang diberikan.

IX. KEGIATAN PENYULUHAN

WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN PESERTA

1. 3 menit Pembukaan :
Membuka kegiatan Menjawab salam
dengan mengucapkan salam.
Memperkenalkan Mendengarkan
diri Memperhatikan
Menjelaskan
tujuan dari penyuluhan Memperhatikan
Menyebutkan
materi yang akan diberikan

2. 20 menit Pelaksanaan :
- Menjelaskan penyakit Memperhatikan
tuberculosis
- Menjelaskan penyebab Memperhatikan
tuberculosis
- Menjelaskan cara
Memperhatikan
penularan penyakit
tuberculosis
- Menjelaskan tentang
Memperhatikan
tanda dan gejala
penyakit tuberculosis
- Menjelaskan tentang Memperhatikan

faktor-faktor yang
mempengaruhi cara
penularan penyakit
tuberculosis
- Menjelaskan tentang Memperhatikan
pencegahan penyakit
tuberculosis
- Menjelaskan tentang Memperhatikan
pengobatan dari
penyakit tuberculosis
Bertanya dan
- Memberi kesempatan
menjawab pertanyaan yang
kepada peserta untuk
diajukan
bertanya
3. 10 menit Evaluasi :
Menanyakan Menjawab
kepada peserta tentang materi pertanyaan
yang telah diberikan, dan Menjawab
reinforcement kepada 80% pertanyaan dengan
keluarga yang dapat benar
menjawab pertanyaan.
4. 2 menit Terminasi :
Mengucapkan Mendengarkan
terimakasih atas peran serta
peserta. Menjawab salam
Mengucapkan
salam penutup

TUBERCULOSIS (TB)

A. DEFINISI
Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang
parenkin paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya,
terutama meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe 5 (Smeltzer, 2002).
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobactirum Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang
paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes RI, 2008)

B. ETIOLOGI
Penyebab tuberkulosis paru adalah kuman Mycobacterium tuberkulosis
yang sebagian besar menyerang paru-paru tetapi dapat pula menyerang organ
tubuh yang lainnya. Kuman TB ini berbentuk batang dan mempunyai sifat khusus
yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan yang sering disebut dengan Basil
Tahan Asam, kuman dapat mati dengan jika terpapar dengan sinar matahari
langsung tetapi dapat hidup beberapa jam di tempat gelap dan lembab. Dalam
jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, yaitu kuman dapat aktif kembali setelah
tertidur lama setelah beberapa tahun (Abata , 2014:199).

C. CARA PENULARAN
Sumber penularan TB BTA positif yaitu pada saat batuk, bersin dan
tertawa keras, penderita akan menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet
(percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada
suhu kamar selama beberapa jam. Seseorang dapat terinfeksi kalau droplet
tersebut terhirup ke dalam saluran pernapasan karena kuman TB akan membelah
diri atau berkembang biak (Naga, 2014:312). Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi transmisi, yaitu jumlah basil dan virulensinya, bahwa semakin
banyak basil di dalam dahak seorang penderita maka semakin besar bahaya
penularan. Bagi penderita tuberkulosis paru yang memiliki banyak sekali kuman,
dapat terlihat langsung dengan mikroskop pada pemeriksaan dahaknya. Hal ini
tentunya sangat menular dan berbahaya bagi lingkungan penderita dan disaat
batuk atau bersin, kuman tuberkulosis paru dan BTA positif yang berbentuk
droplet sangat kecil ini kemudian mengering dengan cepat dan menjadi droplet
yang mengandung kuman tuberkulosis paru bahkan kuman ini dapat bertahan di
udara selama beberapa jam lamanya, sehingga cepat atau lambat droplet yang
mengandung unsur kuman tuberkulosis paru akan terhirup oleh orang lain dan
apabila telah terhirup dan bersarang di dalam paru-paru seseorang, maka kuman
ini akan mulai membelah diri atau berkembang biak, dan dari sinilah akan terjadi
infeksi dari satu penderita kecalon penderita lain (Naga, 2014). Dengan demikian
penderita dengan dahak yang sudah positif pada pemeriksaan langsung dengan
mikroskop (untuk ini minimal harus ada 100.000 basil dalam 1 ml sputum) akan
jauh lebih berbahaya dari mereka yang baru positif pada perbenihan, yang jumlah
basilnya di dalam dahak jauh lebih sedikit (minimal 1000 basil dalam 1 ml
sputum) (WHO, 1974 dalam Danusantoso, 2012). Resiko terinfeksi berhubungan
dengan lama dan kualitas paparan dengan sumber infeksi dan tidak berhubungan
dengan faktor genetik dan faktor pejamu lainnya. Risiko tertinggi berkembangnya
penyakit yaitu pada anak berusia dibawah usia 3 tahun, risiko rendah pada masa
kanak-kanak, dan meningkat lagi pada masa remaja, dewasa muda, dan usia lanjut
(Widoyono, 2008).

D. TANDA DAN GEJALA


Tuberkulosis umumnya menimbulkan tanda-tanda dan gejala yang
bervariasi pada masing-masing penderita, mulai dari tanpa gejala sampai gejala
yang sangat akut. Tanda-tanda dan gejala penderita TBC dapat di klasifikasikan
menjadi 2 yaitu :
a. Sistemik :
- Malaise (rasa kurang enak badan),
- penurunan nafsu makan,
- berat badan menurun,
- berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan,
- demam tinggi,
- demam akut,
- sesak nafas,
- nyeri dada,
- turgor kulit memburuk,
- kulit kering,
- Kehilangan kekuatan otot,
- kehilangan lemak subkutan dan sianosis.
b. Respiratorik : Batuk-batuk lama lebih dari 2 minggu disertai dahak dan darah
(Notoatmodjo, 2007). Bakteri tuberkulosis paru ini memiliki masa inkubasi,
mulai dari terinfeksi sampai pada lesi primer muncul, kurang lebih 4-12
minggu, sedangkan untuk pulmonair progressif dan extrapulmonair,
tuberkulosis paru biasanya memakan waktu yang lebih lama biasanya sampai
beberapa tahun.
E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENULARAN
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi penularan
Faktor-faktor yang mempengaruhi penularan TB paru adalah: faktor
sosial ekonomi, status gizi, umur, dan jenis kelamin. Untuk lebih jelasnya
diuraikan sebagai berikut (Naga, 2014:314):
a. Faktor Sosial Ekonomi
Faktor ini erat kaitannya dengan keadaaan rumah, kepadatan
hunian, lingkungan perumahan, serta lingkungan dan sanitasi tempat
kerja yang buruk dapat memudahkan terjadinya penularan TBC.
Pendapatan keluarga sangat erat kaitannya dengan penularan TBC,
karena pendapatan yang kecil membuat seseorang tidak dapat hidup
dengan layak dan memenuhi syarat-syarat kesehatan.
b. Status Gizi
Keadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein, vitamin, zat
besi, dan lain-lain akan mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang,
sehingga rentan terserang berbagai penyakit termasuk TB paru.
Keadaan ini merupakan faktor penting yang berpengaruh di negara
miskin, baik pada orang dewasa ataupun anak-anak.

C. Umur
Penyakit TB paru paling sering ditemukan pada usia muda atau
usia produktif, yaitu 15-50 tahun. Dengan terjadinya transisi demografi,
menyebabkan usia harapan hidup lansia menjadi lebih tinggi,
sedangkan pada usia lanjut lebih dari 55 tahun sistem imunologis
seseorang menurun, sehingga sangat rentan terhadap berbagai penyakit,
termasuk TB paru.
d. Jenis Kelamin
Menurut WHO, sedikitnya dalam periode setahun ada sekitar 1 juta
perempuan yang meninggal akibat TB paru. Dapat disimpulkan bahwa
kaum perempuan lebih rentan terhadap kematian akibat serangan TB
paru dibandingkan akibat proses persalinan. Sedangkan pada laki-laki,
penyakit ini lebih tinggi karena rokok dan minuman alkohol dapat
menurunkan sistem pertahanan tubuh. Sehingga sering disebut sebagai
agen dari penyakit TB paru.
F. PENCEGAHAN PENYAKIT TB
Banyak hal yang bisa dilakukan dalam mencegah terjangkitnya
TB paru. Pencegahan-pencegahan berikut dapat dilakukan oleh penderita,
masyarakat, maupun petugas kesehatan, diantaranya (Naga, 2014: 315):
a. Bagi penderita, pencegahan penularan dapat dilakukan dengan
menutup mulut saat batuk dengan menggunakan masker, dan membuang
dahak tidak disembarang tempat.
b. Bagi masyarakat, pencegahan penularan dapat dilakukan dengan
meningkatkan ketahanan terhadap bayi, yaitu dengan memberikan
vaksinasi BCG.
c. Bagi petugas kesehatan, pencegahan dapat dilakukan dengan
memberikan penyuluhan tentang penyakit TB kepada masyarakat.
d. Petugas kesehatan juga harus segera melakukan pemeriksaan terhadap
orang yang sudah terinfeksi dan memberikan pengobatan khusus.
e. Pencegahan penularan juga dapat dicegah dengan melakukan
desinfeksi, seperti cuci tangan, menjaga kebersihan rumah, perhatian
khusus terhadap muntahan atau air ludah (piring, tempat tidur, pakaian)
dan menyediakan ventilasi rumah dan sinar matahari yang cukup.
f. Melakukan penyelidikan terhadap orang-orang yang kontak dengan
penderita TB paru, perlu dilakukan Tes Tuberculin bagi seluruh anggota
keluarga.
g. Setiap rumah memiliki ventilasi udara dan cahaya.

G. PENGOBATAN TB

Pengobatan TBC Kriteria I (Tidak pernah terinfeksi, ada riwayat


kontak, tidak menderita TBC) dan II (Terinfeksi TBC/test tuberkulin (+),
tetapi tidak menderita TBC (gejala TBC tidak ada, radiologi tidak
mendukung dan bakteriologi negatif) memerlukan pencegahan dengan
pemberian INH 510 mg/kgbb/hari.
1. Pencegahan (profilaksis) primer
Anak yang kontak erat dengan penderita TBC BTA (+). INH minimal 3
bulan walaupun uji tuberkulin (-). Terapi profilaksis dihentikan bila hasil
uji tuberkulin ulang menjadi (-) atau sumber penularan TB aktif sudah
tidak ada.
2. Pencegahan (profilaksis) sekunder
Anak dengan infeksi TBC yaitu uji tuberkulin (+) tetapi tidak ada gejala
sakit TBC. Profilaksis diberikan selama 6-9 bulan.
Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :
o Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin,
Pirazinamid. Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas
yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan
dengan obat-obat ini.
o Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin,
Kapreomisin dan Kanamisin.
H. Klasifikasi Tuberkulosis
Untuk menentukan klasifikasi penyakit Tuberkulosis, ada tiga hal yang
perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut (Depkes RI, 2011 Dikutip di Yulius,
Artha & Dita, 2014).

a. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:


1) Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru adalah TB yangn menyerang Jaringan parenkim
paru, tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
2) Tuberkulosis ekstra paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru misalnya
pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar limfe,
tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin
dan lain-lain.
b. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis pada TB
paru:
1) TB paru BTA positif
a) Sekurang-kurangnya dua dari tiga spesimen dahak SPS hasilnya
BTA positif.
b) Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks
dada menunjukkan gambaran TB.
c) Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman
TB positif.
d) Satu atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah tiga
spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya
BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian
antibiotika non OAT (Obat Anti Tuberkulosis).
2) Tuberkulosis paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada Tuberkulosis paru BTA
positif. Kriteria diagnostik Tuberkulosis paru BTA negatif harus
meliputi:
a) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya negatif
b) Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran TB
c) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT
d) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi
pengobatan
c. Berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya
1) Tuberkulosis paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan
tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk
berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran kerusakan
paru yang luas (misalnya proses far advanced, dan atau keadaan
umum pasien buruk.
2) Tuberkulosis ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan
penyakitnya, yaitu:
a) Tuberkulosis ekstra paru ringan, misalnya: Tuberkulosis kelenjar
limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang
belakang), sendi dan kelenjar adrenal.
b) Tuberkulosis ekstra paru berat, mislanya: Tuberkulosis
meningitis, milier, pericarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa
bilateral, tulang belakang, usus, saluran kemih dan alat kelamin.
d. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya
1) Kasus Baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menekan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
2) Kasus Kambuh (relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapatkan
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif
(apusan atau kultur).
3) Kasus setelah putus obat (default)
Adalah pasien yang telah berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA
positif.
4) Kasus setelah gagal (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau
kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama
pengobatan.

5) Kasus Pindahan (transfer in)


Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register
TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Tuberkolosis. 2005. Availeble at :


http://www.medicastore.com/tubercolosis/ Assecced Januari 03 2017

Anonim . mycobacterium. Wikipedia. 2006. Availeble at:


http://ilmukedokteran.net/Permasalahan-Kesehatan-
Individu/mycobacterium.html. assecced Januari 03, 2017

Raharjoe, dkk. 2005. Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak. Jakarta. Unit Keja
Koordinasi Pulmonologi PP Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Reeves, Charlene J., dkk. 2001. Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta: Salemba


Medika.

Smeltzer. 2002. Kepreawatan Medikal Bedah. Jakarta:EGC.

Sudoyo, dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, edisi IV. Jakarta . Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai