Anda di halaman 1dari 35

http://ulfa497.blogspot.co.id/2016/05/desain-produk-rahasia-dagang-dan.

html

Jumat, 27 Mei 2016

Desain Produk, Rahasia Dagang, dan Perlindungan


Konsumen

Desain Produk

Desain produk adalah proses menciptakan produk baru yang akan dijual oleh
perusahaan untuk pelanggannya. Sebuah konsep yang sangat luas, pada dasarnya
generasi dan pengembangan ide-ide yang efektif dan efisien melalui proses yang
mengarah ke produk-produk baru.

Dalam pendekatan sistematis, desainer produk konsep dan mengevaluasi ide-ide,


dan mengubahnya menjadi penemuan yang nyata dan produk. Peran produk
desainer adalah untuk menggabungkan seni, ilmu pengetahuan, dan teknologi
untuk menciptakan produk-produk baru yang dapat digunakan orang lain. Peran
mereka berkembang telah difasilitasi oleh alat digital yang sekarang memungkinkan
desainer untuk berkomunikasi, memvisualisasikan, menganalisis dan benar-benar
menghasilkan ide-ide nyata dalam cara yang akan mengambil tenaga kerja yang
lebih besar di masa lalu.

Desain produk kadang-kadang bingung dengan (dan tentu tumpang tindih dengan)
desain industri, dan baru-baru ini menjadi istilah yang luas termasuk layanan,
software, dan desain produk fisik. Desain industri yang bersangkutan dengan
membawa bentuk artistik dan kegunaan, biasanya berhubungan dengan desain
kerajinan dan ergonomi, bersama-sama untuk memproduksi massal barang. Aspek
lain dari desain produk meliputi desain engineering, terutama ketika hal fungsi atau
utilitas (misalnya pemecahan masalah) menjadi pokok permasalahan, meskipun
batas-batas tersebut tidak selalu jelas .

Rahasia Dagang

Rahasia dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang
teknologi dan/ atau bisnis dimana mempunyai nilai ekonomis karena berguna dalam
kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang.
Lingkup perlindungan rahasia dagang meliputi metode produksi, metode
pengolahan, metode penjualan, atau informasi lain di bidang teknologi dan/atau
bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui oleh masyarakat umum.

Rahasia dagang mendapat perlindungan apabila informasi itu:

- Bersifat rahasia hanya diketahui oleh pihak tertentu bukan secara umum oleh
masyarakat,

- Memiliki nilai ekonomi apabila dapat digunakan untuk menjalankan kegiatan


atau usaha yg bersifat komersial atau dapat meningkatkan keuntungan ekonomi,

- Dijaga kerahasiaannya apabila pemilik atau para pihak yang menguasainya telah
melakukan langkah-langkah yang layak dan patut.

Pemilik rahasia dagang dapat memberikan lisensi bagi pihak lain. Yang dimaksud
dengan lisensi adalah izin yang diberikan kepada pihak lain melalui suatu perjanjian
berdasarkan pada pemberian hak (bukan pengalihan hak) untuk menikmati manfaat
ekonomi dari suatu rahasia dagang yang diberikan perlindungan pada jangka waktu
tertentu dan syarat tertentu.

Tidak dianggap sebagai pelanggaran rahasia dagang apabila:

- Mengungkap untuk kepentingan hankam, kesehatan, atau keselamatan


masyarakat,

- Rekayasa ulang atas produk yang dihasilkan oleh penggunaan rahasia dagan
milik orang lain yang dilakukan semata-mata untuk kepentingan pengembangan
lebih lanjut produk yang bersangkutan.

Rahasia Dagang di Indonesia diatur dalam UU No 30 tahun 2000 tentang Rahasia


Dagang. Perlindungan rahasia dagang berlangsung otomatis dan masa
perlindungan tanpa batas.

Perlindungan Konsumen

Berdasarkan UU no.8 Pasal 1 Butir 1 Tahun 1999, tentang perlindungan


konsumen disebutkan bahwa Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang
menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada
konsumen. Kepastian hukum untuk melindungi hak-hak konsumen, yang diperkuat
melalui undang-undang khusus, memberikan harapan agar pelaku usaha tidak lagi
sewenang-wenang yang selalu merugikan hak konsumen. Dengan adanya UU
Perlindungan Konsumen beserta perangkat hukum lainnya, konsumen memiliki hak
dan posisi yang berimbang, dan mereka pun bisa menggugat atau menuntut jika
ternyata hak-haknya telah dirugikan atau dilanggar oleh pelaku usaha.
Perlindungan konsumen yang dijamin oleh undang-undang ini adalah adanya
kepastian hukum terhadap segala perolehan kebutuhan konsumen, yang bermula
dari benih hidup dalam rahim ibu sampai dengan tempat pemakaman dan segala
kebutuhan diantara keduanya. Kepastian hukum itu meliputi segala upaya
berdasarkab atas hukum untuk memberdayakan konsumen memperoleh atau
menentukan pilihannya atas barang dan/atau jasa kebutuhannya serta
mempertahankan atau membela hak-haknya apabila dirugikan oleh perilaku pelaku
usaha penyedia kebutuhan konsumen.

Di bidang perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai


variasi barang dan/atau jasa yang dapat dikonsumsi.Di samping itu, globalisasi dan
perdagangan bebas yang didukung oleh kemajuan teknologi telekomunikasi dan
informatika telah memperluas ruang gerak arus transaksi barang dan/atau jasa
melintasi batas-batas wilayah suatu negara, sehingga barang dan/atau jasa yang
ditawarkan bervariasi baik produksi luar negeri maupun produksi dalam negeri.
Kondisi yang demikian pada satu pihak mempunyai manfaat bagi konsumen karena
kebutuhan konsumen akan barang dan/atau jasayang diinginkan dapat terpenuhi
serta semakin terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis dan kualitas
barang dan/atau jasa sesuai dengan keinginan dan kemampuan konsum Di sisi lain,
kondisi dan fenomena tersebut di atas dapat mengakibatkan kedudukan pelaku
usaha dan konsumen menjadi tidak seimbang dan konsumen berada pada posisi
yang lemah. Konsumen menjadi objek aktivitas bisnis untuk meraup keuntungan
yang sebesar-besarnya oleh pelaku usaha melalui kiat promosi, cara penjualan,
serta penerapan perjanjian standar yang merugikan konsumen.

Faktor utama yang menjadi kelemahan konsumen adalah tingkat kesadaran


konsumen akan haknya masih rendah. Hal ini terutama disebabkan oleh rendahnya
pendidikan konsumen. Oleh karena itu, Undang-undang Perlindungan Konsumen
dimaksudkan menjadi landasan hukum yang kuat bagi pemerintah dan lembaga
perlindungan konsumen swadaya masyarakat untuk melakukan upaya
pemberdayaan konsumen melalui pembinaan dan pendidikan konsumen.

Upaya pemberdayaan ini penting karena tidak mudah mengharapkan kesadaran


pelaku usaha yang pada dasarnya prinsip ekonomi pelaku usaha adalah mendapat
kentungan yang semaksimal mungkin dengan modal seminimal mungkin. Prinsip ini
sangat potensial merugikan kepentingan konsumen, baik secara langsung maupun
tidak langsung.

Atas dasar kondisi sebagaimana dipaparkan diatas, perlu upaya pemberdayaan


konsumen melalui pembentukan undang-undang yang dapat melindungi
kepentingan konsumen secara integrative dan komprehensif serta dapat diterapkan
secara efektif di masyarakat.

Piranti hukum yang melindungi konsumen tidak dimaksudkan untuk mematikan


usaha para pelaku usaha, tetapi justru sebaliknya perlindungan konsumen dapat
mendorong iklim berusaha yang sehat yang mendorong lahirnya perusahaan yang
tangguh dalam menghadapi persaingan melalui penyediaan barang dan/atau jasa
yang berkualitas.

Di samping itu, Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen ini dalam


pelaksanaannya tetap memberikan perhatian khusus kepada pelaku usaha kecil dan
menengah. Hal ini dilakukan melalui upaya pembinaan dan penerapan sanksi atas
pelanggarannya.

Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen ini dirumuskan dengan mengacu


pada filosofi pembangunan nasional bahwa pembangunan nasional termasuk
pembangunan hukum yang memberikan perlindungan terhadap konsumen adalah
dalam rangka membangun manusia Indonesia seutuhnya yang berlandaskan pada
falsafah kenegaraan Republik Indonesia yaitu dasar negara Pancasila dan konstitusi
negara Undang-Undang Dasar 1945.

Disamping itu, Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen pada dasarnya


bukan merupakan awal dan akhir dari hukum yang mengatur tentang perlindungan
konsumen, sebab sampai pada terbentuknya Undang-undang tentang Perlindungan
Konsume ini telah ada beberapa undang-undang yang materinya melindungi
kepentingan konsumen, seperti:

- Undang-undang Nomor 10 Tahun 1961 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah


Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1961 tentang Barang, menjadi Undang-
undang;

- Undang-undang Nomor 2 Tahun 1966 tentang Hygiene;

- Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di


Daerah;

- Undang-undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal;

- Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan;

- Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian;

- Undang-undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan;

- Undang-undang Nomor 1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan Industri

- Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan;

- Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Agreement Establishing The World

Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia);


- Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas;

- Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil;

- Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan;

- Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 tentang Perubahan Atas Undang-undang


Hak Cipta sebagai mana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987;

- Undang-undang Nomor 13 Tahun 1997 tentang Perubahan Atas Undang-undang


Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten;

- Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Perubahan Atas Undang-undang


Nomor 19 Tahun 1989 tentang Merek;

- Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;

- Undang-undang Nomor 24 Tahun 1997 tentang Penyiaran;

- Undang-undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan;

- Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang


Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

Perlindungan konsumen dalam hal pelaku usaha melanggar hak atas kekayaan
intelektual (HAKI) tidak diatur dalam Undang-undang tentang Perlindungan
Konsumen ini karena sudah diatur dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997
tentang Hak Cipta, Undang-undang Nomor 13 Tahun 1997 tentang Paten, dan
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Merek, yang melarang
menghasilkan atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang melanggar
ketentuan tentang HAKI.

Demikian juga perlindungan konsumen di bidang lingkungan hidup tidak diatur


dalam Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen ini karena telah diatur
dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup mengenai kewajiban setiap orang untuk memelihara kelestarian fungsi
lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan
lingkungan hidup.

Di kemudian hari masih terbuka kemungkinan terbentuknya undang- undang baru


yang pada dasarnya memuat ketentuan-ketentuan yang melindungi konsumen.
Dengan demikian, Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen ini merupakan
paying yang mengintegrasikan dan memperkuat penegakan hukum di bidang
perlindungan konsumen.
Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen

Upaya perlindungan konsumen di tanah air didasarkan pada sejumlah asas dan
tujuan yang telah diyakini bias memberikan arahan dalam implementasinya
ditingkatan praktis. Dengan adanya asas dan tujuan yang jelas, hukum
perlindungan konsumen memiliki dasar pijakan yang benar-benar kuat.

Asas perlindungan konsumen .

Berdasarkan UU Perlindungan Konsumen pasal 2, ada lima asas perlindungan


konsumen.

- Asas manfaat

Maksud asas ini adalah untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam
penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-
besarnya bagi kepentingankonsumen dan pelau usaha secara keseluruhan.

- Asas keadilan

Asas ini dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat bias diwujudkan secara
maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk
memperoleh haknyadan melaksanakan kewajibannya secara adil.

- Asas keseimbangan

Asas ini dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan


konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti material maupun spiritual. d.
Asas keamanan dan keselamatan konsumen.

- Asas keamanan dan keselamatan konsumen

Asas ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan
kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang/jasa
yang dikonsumsi atau digunakan.

- Asas kepastian hukum

Asas ini dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen menaati hukum
dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta
Negara menjamin kepastian hukum.

Tujuan perlindungan konsumen

Dalam UU Perlindungan Konsumen Pasal 3, disebutkan bahwa tujuan perlindungan


konsumen adalah sebagai berikut.
- Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri.

- Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya


dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa.

- Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, dan menuntut hak-


haknya sebagai konsumen.

- Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian


hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.

- Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan


konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam
berusaha.

- Meningkatkan kualitas barang/jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi


barang dan jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.

Referensi :

http://123desaingrafis.blogspot.co.id/2013/12/pengertian-desain-produk.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Rahasia_dagang

https://mardyantongara.wordpress.com/2013/04/16/perlindungan-konsumen/
Pertanyaan :

Apakah Pemuatan Label Komposisi Melanggar Rahasia Dagang?


Selamat malam, apakah pencantuman label komposisi pada bungkus makanan dan obat bisa
dikatakan sedikit/banyak membocorkan formulasi produk (rahasia dagang)? Karena dengan
membaca label tersebut kita tidak hanya tahu terbuat dari apa saja produk tersebut, tetapi juga
mungkin kita bisa membuat produk yang mendekati atau bahkan mungkin sama persis dengan
produk tersebut.

Jawaban :
Selamat malam,

Seiring dengan perkembangan persaingan usaha dan teknologi, Indonesia telah memiliki undang-undang
yang mengatur mengenai Rahasia Dagang di mana dengan adanya undang-undang ini, penemu atau
kalangan pelaku usaha yang tidak bersedia mengungkapkan temuan atau invensinya tetap dapat
menjaga kerahasiaan karya intelektual mereka.
Yang dimaksud dengan Rahasia Dagang sesuai dengan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 30
Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang (UURD) adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di
bidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan
dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang.

UURD sendiri sebenarnya secara jelas telah menyebutkan syarat-syarat apakah suatu informasi dapat
dikategori sebagai rahasia dagang sebagaimana diatur dalam Pasal 3 UURD sebagai berikut:

(1) Rahasia Dagang mendapat perlindungan apabila informasi tersebut bersifat rahasia,
mempunyai nilai ekonomi, dan dijaga kerahasiaannya melalui upaya sebagaimana
mestinya;

(2) Informasi dianggap bersifat rahasia apabila informasi tersebut hanya diketahui oleh pihak
tertentu atau tidak diketahui secara umum oleh masyarakat;

(3) Informasi dianggap memiliki nilai ekonomi apabila sifat kerahasiaan informasi tersebut
dapat digunakan untuk menjalankan kegiatan atau usaha yang bersifat komersial atau
dapat meningkatkan keuntungan secara ekonomi;

(4) Informasi dianggap dijaga kerahasiaannya apabila pemilik atau para pihak yang
menguasainya telah melakukan langkah-langkah yang layak dan patut.

Terkait dengan pertanyaan apakah pencantuman label komposisi pada bungkus makanan dan obat bisa
dikatakan sedikit/banyak membocorkan formulasi produk (rahasia dagang), maka hal ini harus dilihat juga
dari sisi perlindungan konsumen. Pelaku usaha tak bisa lepas dari konsumen dan produk-produk yang
mereka jual. Sebagaimana diatur dalam Pasal 4 huruf c Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen (UUPK) konsumen memiliki hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur
mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa.

Selain itu UUPK juga mengatur bahwa pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan
barang dan/atau jasa yang tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat
nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan,
akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan lain untuk penggunaan yang
menurut ketentuan harus dipasang/dibuat. (Pasal 8 ayat (1) huruf i UUPK).

Sebuah rahasia dagang pada obat atau makanan tentunya dapat terdiri dari rencana bernilai komersial,
rumus, proses, atau perangkat yang digunakan untuk pembuatan, penyusunan, peracikan, atau
pengolahan komoditas perdagangan dan yang dapat dikatakan sebagai produk akhir baik inovasi
ataupun usaha besar tidak semata-mata hanya sekedar komposisi bahan yang dipakai. Pasal 2
UURDmenyatakan bahwa ruang lingkup rahasia dagang meliputi metode produksi, metode pengolahan,
metode penjualan, atau informasi lain di bidang teknologi dan/atau bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan
tidak diketahui oleh masyarakat umum.

Dengan demikian pengungkapan komposisi pada bungkus makanan ataupun obat yang dilakukan
semata-mata demi kepentingan keamanan dan kenyamanan konsumen dan tidak mengganggu nilai
ekonomi dan sifat rahasia suatu produk sesuai dengan yang diatur oleh UURD adalah merupakan hal
yang wajar.

Demikian jawaban saya, semoga bermanfaat.

Friday, 1 January 2016

Makalah Rahasia Dagang


Makalah Rahasia Dagang
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Pada prinsipnya keikutsertaan Indonesia dalam pembentukan organisasi perdagangan dunia atau
Agreement Estabilishing The World Trade Organization yang didalamnya mencakup persetujuan tentang
aspek-aspek dagang Hak Kekayaan Intelektual, termasuk perdagangan barang palsu (Agreement on
Trade Related Aspect of Intelectual Property Rights, Including Trade in Counterfit Goods of Trips) berarti
menyetujui rencana persaingan dunia dan perdagangan bebas meskipun dikemas dengan persetujuan-
persetujuan lain di bidang tarif dan perdagangan.
Pembentukan organisasi itu dilakukan dalam sidang di Marakesh, Maroko pada tanggal 15 April 1994.
Kemudian pembentukan itu disahkan melalui Undang-undang No.7 Tahun 1994 pada tanggal 2
November 1994 tentang Pengesahan Agreement Estabilishing The World Trade Organization
(persetujuan pembentukan organisasi perdagangan dunia). Konsekuensi keikutsertaan itu adalah
bagaimana mempersiapkan para pengusaha Indonesia agar mampu melakukan persaingan jujur dan
sehat dalam pasar global. Persaingan tersebut tidak hanya akan dilakukan oleh dan diantara negara-
negara berkembang yang satu dengan yang lainnya.
Indonesia merupakan salah satu negara yang ikut serta meratifikasi TRIPs melalui UU No. 7 Tahun 1994
tentang Pengesahan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Sebagai konsekuensinya
Indonesia mempunyai keterikatan untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam TRIPs yang mengatur
tentang Intellectual Property Rights tersebut. Implementasi langsung dari kebijakan ini, Indonesia telah
memiliki perundang-undangan di bidang Hak cipta, Paten, Merek, Rahasia Dagang, Desain Industri dan
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
Persaingan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan yang dihadapi para pengusaha
dalam mencapai tujuan yaitu memperoleh laba yang sebesar-besarnya dan mengungguli perusahaan lain
serta menjaga perolehan laba tersebut. Dalam mencapai tujuan tersebut, sering kali terjadi praktek
persaingan curang yang dapat menimbulkan konflik antara pengusaha yang satu dengan pengusaha
yang lain. Konflik itu juga dapat merugikan rakyat sebagai konsumen untuk mencegah dan mengatasi
persaingan curang itu, diperlukan hukum yang akan menentukan rambu-rambu yang harus ditaati secara
preventif dan represif bagi mereka yang melakukan persaingan. Tujuannya tidak lain agar hukum dapat
mencegah terjadinya persaingan curang. Lingkup tujuan di atas termasuk pula tindakan hukum terhadap
pengusaha yang melakukan pelanggaran terhadap pemilik hak rahasia dagang.
Jika memperhatikan peraturan-peraturan yang tercakup dalam hukum umum, tampaknya pasal 1365
Kitab Undang-undang Hukum Perdata dan pasal 322 serta pasal 323 Kitab Undang-undang Hukum
Pidana telah tidak memadai untuk melindungi pemegang Hak Rahasia Dagang dari tindakan pengusaha
lain yang melakukan persaingan curang. Karena pasal-pasal itu dianggap kurang memadai, maka perlu
dibentuk hukum khusus yang diatur dalam Undang-undang Rahasia Dagang Nomor 30 Tahun 2000.
Meskipun perlindungan terhadap pemilik Hak Rahasia Dagang tidak harus selalu diatur dalam suatu
undang-undang khusus, karena bisa saja perlindungan itu diatur dalam satu undang-undang yang
bersifat umum, yang didalamnya juga memberikan perlindungan terhadap pemilik Hak Rahasia Dagang
sebagaimana diterapkan di beberapa negara industri maju, misalnya : Amerika Serikat, Jepang, Jerman
atau Australia. Namun Indonesia menganggap perlu membuat secara khusus Undang-undang Rahasia
Dagang yang memberikan perlindungan terhadap pemilik hak tersebut. Undang-undang Rahasia Dagang
ini merupakan salah satu dari sistem hukum yang baru saja disahkan bersama-sama Undang-undang
Desain Industri dan Undang-undang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu yang disahkan pada akhir 2000
yang memiliki kekhasan undang-undang Hak Kekayaan Intelektual lainnya.
Pembahasan mengenai rancangan undang-undang tentang Rahasia Dagang, Desain Industri, dan
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu hingga menjadi undang-undang dapat dianggap cukup lama dan
berlangsung hampir selama setahun sejak diajukan pemerintah kepada DPR pada tanggal 17 Desember
1999 hingga disetujui untuk menjadi undang-undang pada rapat pleno DPR tanggal 4 Desember 2000.
Walau bukan suatu jaminan atau korelasi apabila pembahasan yang cukup lama itu menghasilkan suatu
undang-undang yang berkualitas tinggi dan mampu bertahan lama serta mampu memenuhi harapan
masyarakat. Namun kita patut mengharapkan hal itu agar tidak sia-sia segala jerih payah tenaga, pikiran,
waktu, dan biaya yang telah dikeluarkan oleh para perancang undang-undang, baik yang berada di DPR
dan pemerintah termasuk lembagaswadaya masyarakat yang telah turun dan berpartisipasi dalam
penyusunan rancangan undang-undang itu. Bagaimanapun, kita patut berkecil hati dan kecewa apabila
beberapa waktu kemudian salah satu dan atau 3 (tiga) undang-undang itu ternyata harus mengalami
revisi, karena tidak ada (1) satu pun undang-undang di dunia ini yang tidak mengalami revisi walau kerap
kali memiliki banyak intepretasi.
Kehidupan masyarakat selalu dinamis, mengalami pertumbuhan dan juga perubahan yang terjadi karena
pengaruh politik, ekonomi, sosial dan budaya, baik dalam tingkat nasional dan internasional terutama
karena adanya tekanan-tekanan yang mengarah pada era perdagangan bebas dunia. Dengan demikan,
revisi terhadap undang-undang ini bisa saja terjadi karena pengaruh faktor-faktor tersebut diatas. Tentu
saja, jika terjadi perubahan, kita dapat berharap agar perubahan itu mengarah pada kesempurnaan
sehingga implementasi undang-undang itu dapat terlaksana secara efektif dan dihormati oleh para pelaku
bisnis dan oleh para penegak hukum. Selain itu administrator atau aparat Dirjen HAKI pun mampu
melaksanakan pasal-pasal yang terdapat dalam undang-undang ini secara konsisten dan tidak menzalimi
para usahawan yang tidak paham terhadap undang-undang ini, atau menzalimi masyarakat karena
aparat tersebut memegang kekuasaan.
Kita tentu berharap pula, agar masalah penegakan hukum yang akan dilaksanakan oleh polisi, jaksa
serta hakim mampu dilakukan secara profesional dan adil berdasarkan pada moralitas agama yang
dianutnya. Yang perlu dipikirkan saat ini adalah implementasi dan sistem hukum Rahasia Dagang dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan ekonomi nasional, khususnya bagi para pengusaha nasional
agar kesetaraan dan kemampuan mereka dalam persaingan dunia melalui pemahaman terhadap Hak
Kekayaan Intelektual terutama Rahasia Dagang dapat ditingkatkan.
Adanya undang-undang khusus yang mengatur rahasia dagang, diharapkan dapat memberi perlindungan
terhadap pemiik hak rahasia dagang sehingga akan memacu dan meningkatkan kreatifitas atau inovasi
pada umumnya, dalam rangka mengembangkan usahanya. Selain itu, ada harapan agar mampu
mengatasi persaingan curang secara preventif dan represif dari para pelaku pesaing curang yang
mengabaikan pengembangan kreatifitas,& inofasinya.

1. 2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan rahasia dagang?
2. Bagaimanakah perlindungan Rahasia Dagang di Indonesia ?
3. Bagaimana Penyelesaian Pelanggaran Rahasia Dagang ?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pentingnya Undang-undang Rahasia Dagang.
2. Untuk mengetahui bagaimana upaya penyelesaian sengketa pelanggaran
3. Untuk mengetahui bagaimanakah perlindungan hukum atas Rahasia Dagang

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Rahasia Dagang

Dalam UU No.30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, pasal 1 bahwa :


Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang tekhnologi dan/atau bisnis,
mempuyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik
rahasia dagang.
Hak Rahasia Dagang adalah hak atas rahasia dagang yang timbul berdasarkan Undang-undang ini.
Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang Hak Rahasia Dagang kepada pihak lain melalui suatu
perjanjian berdasarkan pada pemberian hak (bukan pengalihan hak) untuk menikmati manfaat ekonomi
dari suatu Rahasia Dagang yang diberi perlindungan dalam jangka waktu tertentu dan syarat tertentu.
Dilihat dari definisi tersebut terdapat unsur-unsur, sebagai berikut:
1. informasi yang tidak diketahui umum di bidang tekhnologi atau bisnis
2. mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan
3. dijaga kerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang
Dalam pasal 2 UU No. 30 Tahun 2000, bahwa Ruang Lingkup dari rahasia dagang adalah Lingkup
perlindungan rahasia dagang meliputi metode produksi, metode pengolahan, metode penjualan atau
informasi lain di bidang teknologi dan atau bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui oleh
masyarakat umum. Informasi tersebut harus memiliki nilai ekonomis, bersifat aktual dan potensial, tidak
diketahui umum serta tidak dapat dipergunakan oleh orang lain yang tidak secara detail mengetahui
informasi tersebut. Informasi inipun harus secara konsisten dijaga kerahasiaannya (dengan langkah-
langkah tertentu menurut ukuran wajar), sehingga tidak dapat dipergunakan oleh orang lain, karena
dengan informasi tersebut seseorang dapat memperoleh keunggulan kompetitif untuk bersaing dengan
kompetitornya yang tidak mengetahui informasi tersebut. Kelalaian pemilik informasi atas hal ini dapat
menggugurkan eksistensi rahasia dagang itu sebagai Hak Milik Intelektual.
Informasi dalam rahasia dagang dikelompokkan dalam informasi dibidang teknologi dan informasi
dibidang bisnis. Adapun yang dimasukkan dalam informasi teknologi, adalah :
a. informasi tentang penelitian dan pengembangan suatu teknologi
b. informasi tentang produksi/proses
c. informasi mengenai kontrol mutu
Sedangkan yang dimaksud dalam informasi bisnis, adalah :
a. informasi yang berkaitan dengan penjualan dan pemasaran suatu produk
b. informasi yang berkaitan dengan para langganan
c. informasi tentang keuangan
d. informasi tentang administrasi
Informasi yang terdapat dalam iklan, brosur, buku panduan pengoperasian, yang diberikan kepada
masyarakat adalah informasi yang tidak lagi dikategorikan dalam informasi yang diatur dalam rahasia
dagang. Dengan adanya unsur kerahasiaan dalam rahasia dagang ini menyebabkan rahasia dagang
tidak memiliki batas jangka waktu perlindungan, yang terpenting adalah selama pemilik rahasia dagang
tetap melakukan upaya untuk menjaga kerahasiaan dari informasi, maka informasi ini masih tetap dalam
perlindungan rahasia dagang.
Berbeda dengan hak cipta atau paten, perlindungan terhadap rahasia dagang tidak memiliki jangka waktu
yang terbatas. Oleh karenanya banyak inventor yang merasa perlindungan yang diberikan oleh rahasia
dagang lebih menguntungkan dibandingkan dengan perlindungan hak milik intelektual lainnya. Seperti
paten dimana untuk mendapatkan perlindungannya seorang inventor harus benar-benar menemukan
sesuatu yang sifatnya baru (novelty), adanya langkah inventif, serta harus memenuhi syarat-syarat yang
sangat kompleks yang ditetapkan Kantor Paten. Selain itu memiliki jangka waktu selama 20 tahun
terhitung sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu tersebut tidak dapat diperpanjang. Setelah
tercapainya jangka waktu tersebut hak paten tersebut akan diumumkan ke publik.
Sedangkan rahasia dagang dapat dilakukan secara lebih fleksibel karena tidak terikat syarat-syarat
formal seperti halnya yang terjadi dalam sistem hukum paten, yang memerlukan pemenuhan formalitas
dan proses pemeriksaan dan rahasia dagang memiliki jangka waktu yang tidak terbatas.
Rahasia dagang mendapat perlindungan apabila informasi itu:
Bersifat rahasia hanya diketahui oleh pihak tertentu bukan secara umum oleh masyarakat,
Memiliki nilai ekonomi apabila dapat digunakan untuk menjalankan kegiatan atau usaha yg bersifat
komersial atau dapat meningkatkan keuntungan ekonomi,
Dijaga kerahasiaannya apabila pemilik atau para pihak yang menguasainya telah melakukan langkah-
langkah yang layak dan patut.
Tidak dianggap sebagai pelanggaran rahasia dagang apabila:
Mengungkap untuk kepentingan hankam, kesehatan, atau keselamatan masyarakat,
Rekayasa ulang atas produk yang dihasilkan oleh penggunaan rahasia dagan milik orang lain yang
dilakukan semata-mata untuk kepentingan pengembangan lebih lanjut produk yang bersangkutan.
Lama Perlindungan
Beberapa alasan/keuntungan penerapan Rahasia Dagang dibandingkan Paten adalah karya intelektual
tidak memenuhi persyaratan paten, masa perlindungan yang tidak terbatas, proses perlindungan tidak
serumit dan semahal paten, lingkup dan perlindungan geografis lebih luas.
Pelanggaran dan Sanksi
Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan dan mengungkapkan Rahasia Dagang,
mengingkari kesepakatan atau mengingkari kewajiban tertulis atau tidak tertulis untuk menjaga Rahasia
Dagang yang bersangkutan, atau pihak lain yang memperoleh/menguasai Rahasia Dagang tersebut
dengan cara yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah).

Prosedur Perlindungan
Untuk mendapat perlindungan Rahasia Dagang tidak perlu diajukan pendaftaran (berlangsung secara
otomatis), karena undang-undang secara langsung melindungi Rahasia Dagang tersebut apabila
informasi tersebut bersifat rahasia, bernilai ekonomis dan dijaga kerahasiaannya, kecuali untuk lisensi
Rahasia Dagang yang diberikan. Lisensi Rahasia Dagang harus dicatatkan ke Ditjen. HAKI -
DepkumHAM.

B. Dasar Hukum Indonesia Untuk Mengatasi Persaingan Curang

Sistem hukum yang ada di Indonesia mengenai persaingan curang diatur dalam secara umum pasal
1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengenai perbuatan melawan hukum. Begitu juga terdapat
dalam pasal 322 jo. Pasal 323 jo.pasal 382 Kitab undang-undang hukum pidana dan secara khusus
diatur dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat , UU No.30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang. Dengan menetapkan Undang-
undang rahasia dagang, Indonesia merasa telah melaksanakan kewajiban memberikan perlindungan
terhadap praktek persaingan curang yang diatur dalam Agreement on Trade Related Aspect of Intellectual
Property Rights Section 7, Article 39.
Namun bila dilihat dari sisi undang-undang monopoli dan persaingan tidak sehat, undang-undang ini
memang melindungi pemilik hak rahasia dagang dari praktek persaingan curang. Namun bagaimanakah
dengan para pemilik rahasia dagang dengan melalui perjanjian antar pihak tentang pengalihan rahasia
dagang mengenai penguasaan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa, jika saling sepakat
untuk memonopoli pasar?

C. Pengalihan Hak dan Lisensi Rahasia Dagang

Saat ini terdapat beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut hak tersebut, sebagai terjemahan dari
Intellectual Property Rights (IPR). Istilah yang digunakan salah satunya adalah Hak Milik Intelektual.
Prinsip Hak Milik di sini dalam hukum perdata Indonesia seperti yang diatur dalam pasal 570 BW adalah :
Hak milik adalah hak untuk menikmati kegunaan sesuatu kebendaan dengan leluasa, dan untuk berbuat
bebas terhadap kebendaan itu dengan kedaulatan sepebuhnya, asal tidak bersalahan dengan undang-
undang atau peraturan umum yang ditetapkan pleh suatu kekuasaan yang berhak menetapkannya dan
tidak mengganggu hak-hak orang lain: kesemuannya itu dengan tak mengurangi kemungkinan umum
berdasar atas ketentuan undang-undang dan dengan pembayaran ganti rugi.
Pengertian pasal 570 BW ini, menunjukkan bahwa hak milik adalah hak yang paling utama dimana
pemilik dapat menguasai benda itu sebebas-bebasnya dalam arti dapat memperlakukan perbuatan
hukum atas benda itu secara eksklusif. Di samping dapat melakukan perbuatan-perbuatan materiil atas
benda itu, serta pembatasannya bahwa tidak bertentangan dengan undang-undang dan ketertiban
umum, juga tidak mengakibatkan gangguan dan adanya kemungkinan pencabutan hak (onteigening).
Terkait dengan hal ini rahasia dagang sebagai bagian dari Hak Milik Intelektual diklasifikasikan sebagai
benda bergerak, sehingga dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain. Dalam UU Rahasia Dagang
pasal 5 ayat1 menyebutkan bahwa peristiwa-peristiwa hukum yang dapat mengakibatkan peralihan
rahasia antara lain ; pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian tertulis atau sebab-sebab lain yang dibenarkan
peraturan perundang-undangan. Khusus pengalihan hak atas dasar perjanjian, diperlukan adanya suatu
pengalihan hak yang didasarkan pada pembuatan suatu akta, terutama akta otentik.
Hal ini penting , mengingat aspek yang dijangkau begitu luas dan pelik, selain untuk menjaga
kepentingan masing-masing pihak yang mengadakan perjanjian-perjanjian pengalihan hak tersebut dan
mempermudah pembuktian. Pemilik rahasia dagang atau pemegang rahasia dagang dapat memberikan
lisensi kepada pihak lain berdasarkan perjanjian lisensi untuk melaksanakan atau menggunakan hak
rahasia dagang dalam kegiatan yang bersifat komersial . Selama memberikan lisensi, pemilik rahasia
dagang tetap boleh melaksanakan sendiri atau memberi lisensi kepada pihak ketiga berkaitan dengan
rahasia dagang yang dimilikinya.

D. Sekilas Tentang Perlindungan Konsumen


Perlindungan konsumen adalah upaya yang terorganisir yang didalamnya terdapat unsur-unsur
pemerintah, konsumen, dan pelaku usaha yang jujur dan bertanggung jawab untuk meningkatkan hak-
hak konsumen. Dalam undang-undang perlindungan konsumen dikatakan bahwa perlindungan
konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan
perlindungan hukum kepada konsumen.
Tujuan yang ingin dicapai dari perlindungan konsumen ini adalah :
untuk memberdayakan konsumen dalam memilih, menentukan barang dan/atau jasa kebutuhannya
dan menuntut hak-haknya,
menciptakan sistem perlindungan konsumen yang memuat unsur kepastian hukum, keterbukaan
informasi, dan akses untuk mendapatkan informasi,
menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga
tumbuh sikap jujur dan bertanggungjawab.
Kepastian hukum yang dijamin dalam perlindungan konsumen ini adalah segala proses pemenuhan
kebutuhan konsumen yaitu sejak benih hidup dalam rahim ibu sampai dengan pemakaman, dan segala
kebutuhan diantara kedua masa itu. Dalam hal ini pemberdayaan konsumen untuk memiliki kesadaran,
kemampuan, dan kemandirian melindungi diri sendiri dari berbagai ekses negatif pemakaian,
penggunaan, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa kebutuhannya. Pemberdayaan konsumen juga
ditujukan agar konsumen memiliki daya tawar yang seimbang dengan pelaku usaha.
Konsumen sendiri dalam pengertian hukum perlindungan konsumen memiliki beberapa pengertian yaitu
konsumen umum (pemakai, pengguna, pemanfaat barang dan/atau jasa untuk kebutuhan tertentu),
konsumen antara (pemakai, pengguna, pemanfaat barang dan/atau jasa untuk memperdagangkannya,
dengan tujuan komersial), dan konsumen akhir (pemakai, pengguna, pemanfaat barang dan/atau jasa
untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri atau rumah tangganya dengan tujuan tidak untuk
memperdagangkan kembali). Konsumen dalam terminologi konsumen akhir inilah yang dilindungi dalam
undang-undang perlindungan konsumen. Sedangkan konsumen antara adalah dipersamakan dengan
pelaku usaha.

E. Kaitan Antara Rahasia Dagang Dan Perlindungan Konsumen

Rahasia dagang, jika kita kaitkan dengan perlidungan konsumen akan menekankan pada bagaimana
menyajikan informasi kepada konsumen. Kemudian, memastikan apakah keberadaan informasi rahasia
ini akan mengganggu kepentingan konsumen? Sebelum sampai pada pembahasan mengenai
keberadaan rahasia dagang ada baiknya kita membahas lebih dahulu mengenai transaksi konsumen.
Transaksi konsumen dibagi dalam tiga tahapan yaitu :
a. tahap pra transaksi
Pada tahap ini penjualan/pembelian barang dan/atau jasa belum terjadi. Pada tahap ini yang paling
penting adalah informasi atau keterangan yang benar, jelas, dan jujur serta adanya akses dari pelaku
usaha yang beritikad baik dan bertanggung jawab. Informasi ini harus benar materinya, artinya pelaku
usaha harus memberikan informasi yang benar berkaitan dengan bahan-bahan yang digunakan dalam
pembuatan barang dan jasa, dan informasi-informasi penting lainnya yang penting bagi konsumen.
Pengungkapan informasi ini harus jelas dan mudah dimengerti oleh konsumen dengan tidak memberikan
dua pengertian yang berbeda bagi konsumen, dan dengan bahasa yang dimengerti oleh konsumen. Jujur
yang dimaksud adalah mengenai penyampaian informasi pelaku usaha tidak menyembunyikan fakta-
fakta penting yang akan mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli barang dan/atau jasa yang
dimaksudkan.

b. tahap transaksi
Tahap transaksi adalah tahap dimana telah terjadi peralihan kepemilikan barang dan/atau pemanfaatan
jasa tertentu dari pelaku usaha kepada konsumen. Pada tahap ini yang paling penting adalah syarat-
syarat perjanjian pengalihan pemilikan barang dan/atau pemanfaatan jasa tersebut. Syarat-syarat ini
termasuk dilarangnya untuk dimasukkan syarat-syarat baku yang telah ditetapkan dalam undang-undang
perlindungan konsumen. Hal lain yang menjadi perhatian dalam transaksi konsumen adalah diberikannya
kesempatan bagi konsumen untuk mempertimbangkan apakah akan melakukan transaksi konsumen
atau akan membatalkannya (cooling-off period).

c. tahap purna transaksi


Pada tahapan ini konsumen telah menggunakan barang dan/atau jasa yang ditawarkan oleh pelaku
usaha. Tidak menjadi masalah bila pada masa ini konsumen merasa puas dengan barang dan/atau jasa
yang telah digunakannya. Tetapi akan berbeda apabila barang dan/atau jasa itu tidak sesuai dengan
yang informasi yang telah diberikan oleh pelaku usaha, terlebih lagi jika ternyata dalam menggunakan
barang dan/atau jasa terdapat kerugian yang diderita oleh konsumen. Konsumen seharusnya menuntut
akan adanya kerugian yang dideritanya, tetapi seringkali konsumen merasa adalah hal yang buang-
buang waktu untuk menuntut pelaku usaha karena ganti rugi yang diterima belum tentu sepadan dengan
biaya perkara yang sudah dikeluarkan. Untuk menyikapi hal ini dalam undang-undang perlindungan
konsumen diatur mengenai BPSK (badan penyelesaian sengketa konsumen), yang dapat memberikan
penyelesaian terhadap sengketa konsumen dalam waktu 100 hari.
Apabila tahap-tahap transaksi diatas kita kaitkan dengan rahasia dagang, maka aspek yang penting
adalah mengenai tersedianya informasi yang benar, jelas, dan jujur bagi konsumen baik pada masa pra
transaksi maupun pada masa transaksi. Sebagaimana kita ketahui dalam undang-undang perlindungan
konsumen salah satu hak dari konsumen adalah untuk mendapatkan informasi yang benar, jelas, dan
jujur mengenai barang dan/atau jasa yang ditawarkan kepada mereka. Dalam melakukan penawaran dan
perdagangan barang dan/atau jasa bagi pelaku usaha dilarang apabila tidak memenuhi atau tidak sesuai
dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pelaku usaha
juga dilarang untuk memperdagangkan barang yang rusak, cacat, atau bekas, dan tercemar tanpa
memberikan informasi yang jelas kepada konsumen.
Kesemuanya ini menyangkut penyediaan informasi yang benar, jelas, dan jujur dari pelaku usaha kepada
konsumen. Suatu kesalahan apabila pelaku usaha dengan sengaja menyembunyikan informasi yang
tidak benar, jelas, dan jujur kepada konsumen dengan dalih hal itu merupakan rahasia dagang. Tindakan
seperti ini dapat digolongkan sebagai pelanggaran terhadap undang-undang perlindungan konsumen dan
pelaku usaha dapat dikenakan tuntutan terhadap perbuatannya menyembunyikan informasi.
Pada tahap purna transaksi, apabila terjadi sengketa konsumen dapatkah konsumen menuntut agar
pelaku usaha membuka informasi mengenai barang dan/atau jasanya sampai ke rahasia dagang dari
perusahaan tersebut? Apakah perbuatan pengungkapan rahasia dagang dalam sengketa konsumen
adalah suatu bentuk pelanggaran rahasia dagang walaupun sebagaimana diungkapkan diatas informasi
yang benar, jelas, dan jujur adalah hak dari konsumen? Dalam perlindungan konsumen pembuktian ada
tidaknya unsur kesalahan adalah pada pelaku usaha, sehingga apabila terjadi pengungkapan terhadap
rahasia dagang dari pelaku usaha pengungkapan rahasia dagang ini dilakukan oleh pelaku usaha sendiri.
Untuk mengungkapkan informasi rahasia juga perlu dilihat sejauh mana kepentingan konsumen dilanggar
oleh pelaku usaha, apakah telah membahayakan kesehatan konsumen, atau lebih besar lagi
membahayakan keselamatan masyarakat. Undang-undang rahasia dagang pada pasal 15 menyebutkan
bahwa perbuatan yang tidak dianggap sebagai pelanggaran rahasia dagang adalah apabila tindakan
pengungkapan rahasia didasarkan kepada kepentingan pertahanan keamanan, kesehatan, dan
keselamatan masyarakat. Dengan adanya ketentuan tersebut berarti keharusan pengungkapan rahasia
dagang bukanlah pelanggaran rahasia dagang.
Jika kepentingan konsumen yang dilanggar oleh pelaku usaha telah membahayakan kesehatan
konsumen maka pengungkapan rahasia dagang adalah suatu hal yang wajib dilakukan. Pengungkapan
ini bukanlah bentuk pelanggaran rahasia dagang. Apabila ternyata tidak ada pelanggaran hak konsumen
yang dilakukan oleh pelaku usaha, bagaimana dengan informasi yang telah diketahui oleh pihak lain,
masih dapatkah dikatakan sebagai informasi yang bersifat rahasia? Terhadap peristiwa ini pelaku usaha
dapat meminta agar informasi ini dirahasiakan oleh pihak-pihak yang telah mendengarkan /menyaksikan
pengungkapan rahasia dagang itu.
Pelaku usaha juga berhak untuk mendapatkan perlindungan agar terhindar dari konsumen yang beritikad
buruk, yang menjadikan sengketa perlindungan konsumen untuk membuka dengan sengaja rahasia
dagang dari pelaku usaha dengan tujuan merugikan pelaku usaha. Undang-undang perlindungan
konsumen mengatur hal diatas sebagai salah satu hak dari pelaku usaha yaitu pasal 6 huruf a yang
menyatakan bahwa pelaku usaha berhak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen
yang beritikad tidak baik.
Sesungguhnya perlindungan rahasia dagang diberikan oleh negara adalah dalam lingkup hukum perdata
yang memberikan hak eksklusif kepada pemilik rahasia dagang untuk memanfaatkan hak eksklusifnya
dalam bidang perindustrian. Perlindungan konsumen juga termasuk dalam lapangan hukum perdata
dimana hak konsumen yang dilanggar seringkali adalah hak-hak perdata konsumen. Tetapi perlindungan
konsumen dapat pula masuk dalam lapangan hukum publik jika hak konsumen yang dilanggar adalah
juga hak yang dipandang mendatangkan bahaya bagi masyarakat pada umumnya misalnya penipuan
yang dilakukan oleh pelaku usaha.
Perlindungan rahasia dagang jangan sampai menjadi alat pelaku usaha untuk melakukan tindakan yang
merugikan konsumen, karena itu undang-undang perlindungan konsumen tetap harus diperhatikan oleh
pelaku usaha yang jujur dan bertanggung jawab dalam melindungi rahasia dagangnya.
Contoh Perlindungan Rahasia Dagang dalam Industri Farmasi
Industri farmasi di Indonesia mulai berkembang sejak diundangkannya Undang-Undang tentang
Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang tentang Penanaman Modal Dalam Negeri, dimana
peluang untuk melakukan bisnis di Indonesia telah terbuka bagi pemodal asing untuk menanamkan
modalnya. Kita ketahui bersama bahwa industri farmasi lokal sangat bergantung pada industri farmasi
yang berbasis riset. Hal ini dikarenakan tidak tercukupinya kebutuhan dana yang memadai untuk
pengembangan dan penemuan obat baru di Indonesia. Dengan adanya produk berbasis riset tersebut,
maka perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) terutama paten dan rahasia dagang menjadi amat
penting bagi pelaku dalam industri farmasi tersebut.
Apa yang dimaksud dengan rahasia dagang? Rahasia dagang merupakan informasi rahasia, yang
sangat dijaga kerahasiaannya oleh si pemilik karena memiliki nilai ekonomi. Biasanya rahasia dagang
berkaitan dengan suatu teknologi atau rahasia-rahasia bisnis. Di dalam HKI, perlindungan rahasia
dagang melindungi know-how yang bersifat rahasia, yang tidak dapat dilindungi oleh rezim HKI lainnya.
Dalam dunia farmasi, perlindungan rahasia dagang menjadi penting dalam kaitannya dengan data hasil
uji klinis produk farmasi yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan farmasi terutama perusahaan
farmasi yang berbasis riset. Data ini merupakan aset perusahaan yang sangat bernilai di masa datang.
Hal lainnya yang berkaitan dengan perlindungan kerahasiaan dalam industri farmasi adalah perlindungan
terhadap setiap data-data klinis yang diserahkan kepada instansi atau lembaga pemerintah dalam rangka
memdapatkan ijin pemasaran produk farmasi. Terhadap data-data yang diserahkan tersebut, perlu
dilindungi terhadap adanya kemungkinan penyalahgunaan yang mungkin ada baik dari pesaing usaha
maupun instansi lain.
Di Indonesia, sampai saat ini belum ada pengaturan mengenai kerahasiaan data hasil uji klinis, yang
diserahkan kepada pemerintah atau lembaga pemerintah untuk memperoleh ijin pemasaran produk-
produk farmasi. Pengaturan mengenai kerahasiaan di Indonesia sampai saat ini hanya dimuat dalam
ketentuan rahasia dagang saja. Oleh sebab itu, pelaku usaha industri farmasi cukup was-was dengan
tidak adanya ketentuan yang melindungi keberadaan data produk-produk farmasi, terlebih lagi mereka
yang memiliki produk-produk berbasis riset.
Apa saja yang dilindungi dalam rezim rahasia dagang? Lingkup perlindungan antara lain adalah metode
produksi, metode pengolahan, metode penjualan, metode bisnis, daftar pelanggan, formula senyawa
kimia, pola-pola, alat atau kompilasi informasi, proses manufaktur, percobaan-percobaan, dan lain-lain.
Hukum rahasia dagang, pada dasarnya memberikan perlindungan terhadap hampir semua jenis
informasi yang memiliki nilai komersial hanya jika informasi tersebut dikembangkan, dan dijaga dalam
sebuah cara yang bersifat rahasia. Tidak ada batasan jangka waktu untuk berapa lama informasi itu akan
mendapatkan perlindungan.
Dalam Rahasia Dagang, hukum hanya akan melindungi informasi, konsep atau sebuah ide dan bukan
melindungi wujud nyata dari informasi tersebut. Atas dasar itu, informasi itu tidak wajib berupa tulisan.
Terkait dengan hal ini, Undang-Undang secara langsung memberikan perlindungan terhadap rahasia
dagang tersebut apabila informasi tersebut bersifat rahasia, mempunyai nilai ekonomi, dan dijaga
kerahasiaannya melalui upaya-upaya sebagaimana mestinya. Sampai saat ini, perlindungan terhadap
produk-produk farmasi terutama yang berbasis riset di Indonesia, dilindungi dengan hak paten dan
rahasia dagang. Termasuk di dalam perlindungan tersebut adalah perlindungan terhadap data-data yang
berkaitan dengan produk farmasi, dimana belum ada ketentuan khusus yang mengatur mengenai hal ini.
Dengan demikian, perlindungan terhadap data-data tersebut, masih berada dalam perlindungan rezim
rahasia dagang.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Dalam UU No.30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, pasal 1 bahwa :
Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang tekhnologi dan/atau bisnis,
mempuyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik
rahasia dagang.
2. Dalam pasal 2 UU No. 30 Tahun 2000, bahwa Ruang Lingkup dari rahasia dagang adalah Lingkup
perlindungan rahasia dagang meliputi metode produksi, metode pengolahan, metode penjualan atau
informasi lain di bidang teknologi dan atau bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui oleh
masyarakat umum.
3. Alasan/keuntungan penerapan Rahasia Dagang dibandingkan Paten adalah karya intelektual tidak
memenuhi persyaratan paten, masa perlindungan yang tidak terbatas, proses perlindungan tidak serumit
dan semahal paten, lingkup dan perlindungan geografis lebih luas.
4. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan dan mengungkapkan Rahasia Dagang,
mengingkari kesepakatan atau mengingkari kewajiban tertulis atau tidak tertulis untuk menjaga Rahasia
Dagang yang bersangkutan, atau pihak lain yang memperoleh/menguasai Rahasia Dagang tersebut
dengan cara yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah).

Daftar Pustaka

http://www.lkht.net/index.php?option=com_content&view=article&id=76:rahasia-dagang-dan
anti-monopoli&catid=1:hki-telematika&Itemid=37
http://www.google.com/search?ie=UTF-8&oe=UTF
8&sourceid=navclient&gfns=1&q=rahasia+dagang#sclient=psy&hl=en&q=rahasi
a+dagang+&aq=f&aqi=g5&aql=&oq=&gs_rfai=&pbx=1&fp=a55c9263c
e0d5abb
http://www.bpkp.go.id/unit/hukum/uu/2000/30-00.pdf
http://www.lkht.net/index.php?option=com_content&view=article&id=75:rahasia-dagang-dan-
perlindungan-konsumen&catid=1:hki-telematika&Itemid=37
"http://id.wikipedia.org/wiki/Rahasia_dagang"

Posted by Yusuf Wibisono at 21:05

Makalah 8: Rahasia Dagang

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nyalah sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
" Rahasia Dagang ". Tugas makalah ini dibuat guna untuk memenuhi nilai tugas
dalam mata kuliah Hukum Industri pada Fakultas Teknologi Industri Universitas
Gunadarma.

Dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna, masih banyak
kekurangan dalam berbagai sudut pandang, mohon kritikan dan saran yang
membangun agar pembuatan makala untuk kedepannya bisa lebih baik lagi.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.

Bekasi, Juni 2015

Nico
Fernandos. N
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN......................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................... 1

1.2 Tujuan Penulisan Makalah................................................. 2

1.3 Sasaran Penulisan Makalah................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Rahasia Dagang ............................................... 3


2.2 Rahasia Dagang Memperoleh Perlindungan ..................... 4

2.3 Undang-undang Rahasia Dagang di Indonesia ................. 5

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan ....................................................................... 8

3.2 Saran ................................................................................. 8

SUMBER .................................................................................. 8

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu Negara yang ikut serta meratifikasi TRIPs
melalui UU No.7 Tahun 1994 Tentang Pengesahan Pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia (WTO). Sebagai konsekuensinya Indonesia mempunyai
keterikatan untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam TRIPs yang mengatur
tentang Intellectual Property Rights tersbut. Implementasi langsung dari kebijakan
ini, Indonesia telah memiliki perundang-undangan di bidang Hak Cipta, Paten,
Merek, Rahasia Dagang, Desain Industri dan Desain Tata Letak Sirkuit terpadu.

Berkenaan dengan lahirnya UU No.30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang,


sebagai salah satu implementasi dari TRIPs GATT. Sebenarnya bukan berarti
sebelumnya tidak ada sama sekali peraturan perundang-undangan mengenai hal
ini. Peraturan ini sudah ada hanya saja peraturan tersebut belum dikelompokan
sebagai bagian dari Hak Milik Intelektual.

Pengaturan tentang perlindungan Rahasia Dagang bila merujuk pada TRIPs


Agreement diatur dalam, Part II yaitu : Standard Concerning the avaibility, Scope,
and Use of Intellectual Property Rights, tercantum dari Section 1, Article 9 sampai
dengan Section 8, Article 40. meliputi ketentuan sebagai berikut :
1. Copyright and Related Rights
2. Trademarks
3. Geographical Indications
4. Indistrial Indications
5. Patens
6. Layout-Design (Topographies) of Integrated Circuits
7. Protection of Undisclosed Information
8. Control of Anti-Competitive Practice in Contractual Licences

Bila diperhatikan sesungguhnya tidak tercantum secara eksplisit perlindungan terhadap rahasia
dagang, kecuali ketentuan yang tercantum dalam section 7 tentang Protection Undisclosed
Information. Pasal ini yang kemudian dipadankan menjadi Rahasia Dagang. Bila dilihat dari Negara-
negara lain, sesungguhnya tidak semua memiliki peraturan khusus mengenai rahasia dagang,
seperti Australia, mengatur ketentuan rahasia dagang dalam breach of contract dan breach of
confident, Amerika Serikat hanya memiliki peraturan di tingkat Negara bagian sedangkan di tingkat
federal sampai saat ini belum ada, karena persoalan ini pun dianggap sebagai persoalan persoalan
perdata saja. Adanya undang-undang khusus yang mengatur rahasia dagang, diharapkan dapat
memberi perlindungan terhadap pemilik hak rahasia dagang sehingga akan memacu dan
meningkatkan kretifitas atau inovasi pada umunya, dalam rangka menembangkan usahanya. Selain
itu, ada harapan agar mampu mengatasi persaingan curang secar preventif dan represif dari para
pelaku pesaing curang yang mengabaikan pengembangan kretifitas dan inofasinya.

1.2. Tujuan Penulisan Makalah

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari pembuatan makalah ini yaitu untuk
mengetahui lebih lengkap tentang desain industri dan sejauh mana perkembangan
desain industri yang ada di Indonesia.

Tujuan yang dapat diperoleh dari pembuatan makalah ini berdasarkan diatas
adalah :

1. Untuk mengetahui apa yang Pengertian Rahasia Dagang.

2. Untuk mengetahui perlindungan apa saja dalam rahasia dagang.

3. Untuk mengetahui sanksi atas pelanggaran rahasia dagang.

1.3. Sasaran Penulisan Makalah


Sasaran Penulisan Makalah ini, yang berjudul Penggunaan Hak Paten,
berdasarkan pada penulisan makalah hukum industri, antara lain:

a. Pelaku dunia Industri. Pelaku dunia industri disini yaitu para pengusaha, para
praktisi yang terjun langsung di dunia industri.

b. Penulis. Penulis sebagai mahasiswa teknik industri yang akan terjun di dunia
industri harus mengetahui tentangdasar hukum hak desain industri.

c. Masyarakat. Masyarakat harus mengetahui sanksi atas pelanggaran desain


industri.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Rahasia Dagang

Rahasia dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang
teknologi dan/ atau bisnis dimana mempunyai nilai ekonomis karena berguna dalam
kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang. Seperti
yang disebutkan dalam Pasal 1 Undang-Undang Rahasia Dagang (Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2000)yang berbunyi, Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak
diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi
karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik
Rahasia Dagang. Lingkup perlindungan rahasia dagang meliputi metode produksi,
metode pengolahan, metode penjualan, atau informasi lain di bidang teknologi
dan/atau bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui oleh masyarakat
umum. Rahasia dagang mendapat perlindungan apabila informasi itu:
Bersifatrahasia hanya diketahui oleh pihak tertentu bukan secara umum oleh
masyarakat.

Memiliki nilai ekonomi apabila dapat digunakan untuk menjalankan kegiatan atau
usaha yg bersifat komersial atau dapat meningkatkan keuntungan ekonomi.

Dijaga kerahasiaannya apabila pemilik atau para pihak yang menguasainya telah
melakukan langkah-langkah yang layak dan patut.

Pemilik rahasia dagang dapat memberikan lisensi bagi pihak lain. Yang
dimaksud dengan lisensi adalah izin yang diberikan kepada pihak lain melalui suatu
perjanjian berdasarkan pada pemberian hak (bukan pengalihan hak) untuk
menikmati manfaat ekonomi dari suatu rahasia dagang yang diberikan
perlindungan pada jangka waktu tertentu dan syarat tertentu. Tidak dianggap
sebagai pelanggaran rahasia dagang apabila:

Mengungkap untuk kepentingan hankam, kesehatan, atau keselamatan masyarakat.


Rekayasa ulang atas produk yang dihasilkan oleh penggunaan rahasia dagan milik
orang lain yang dilakukan semata-mata untuk kepentingan pengembangan lebih
lanjut produk yang bersangkutan.

Pengaturan tentang rahasia dagang di Indonesia masih baru. Dasar dari


pengaturan ini adalah diratifikasinya Agreement Establishing the World Trade
Organization (persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagang Dunia atau WTO)
yang mencakup juga Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property
Rights (Persetujuan TRIPs) dengan Undang-Undang No. 7 Tahun 1994 sehingga
perlu diatur tentang rahasia dagang. Di Indonesia rahasia dagang diatur pertama
kali melalui Undang-Undang No. 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang. Pada
awalnya perlindungan hukum menyangkut segala bentuk praktek-praktek
persaingan tidak sehat telah diatur oleh rambu-rambu dan norma-norma pada Pasal
1365 KUHPerdata dan Pasal 382 bis KUHP.

Namun kemudian menjadi masalah setelah tentang hal itu dikemas sebagai
produk kekayaan intelektual. Ini berarti konsep unfair competition sebagai hukum
yang bersifat umum lebih dipersempit atau difokuskan kepada hukum yang
melindungi adanya praktek curang bermotif komersial. Kebuthan itu diformulasikan
dalam Undang-Undang No. 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang. Secara umum
dapat dikatakan bahwa undang-undang rahasia dagang ini juga melengkapi
Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat.
2.2. Rahasia Dagang Memperoleh Perlindungan

Kebutuhan akan perlindungan hukum terhadap Rahasia Dagang sesuai pula


dengan salah satu ketentuan dalam Agreement on Trade Related Aspects of
Intellectual Property Rights (Persetujuan TRIPs) yang merupakan lampiran
dari Agreement Establishing the World Trade Organization on Trade
Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia),
sebagaimana telah diratifikasi oleh Indonesia dengan UU No. 7 Tahun 1994. Adanya
perlindungan tersebut akan mendorong lahirnya temuan atau invensi baru yang
meskipun diperlakukan secara rahasia, tetap mendapat perlindungan hukum, baik
dalam rangka kepemilikan, penguasaan, maupun pemanfaatannya oleh
penemunya. Untuk mengelola administrasi Rahasia Dagang, pada saat ini
pemerintah menunjuk Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia c.q.
Direktorat Jenderal Hak Atas Kekayaan Intelektual untuk melakukan pelayanan di
bidang Hak Atas Kekayaan Intelektual.

Undang-Undang Rahasia Dagang No. 30 Tahun 2000 memberikan lingkup


perlindungan Rahasia Dagang yaitu meliputi metode produksi, metode pengolahan,
metode penjualan, atau informasi lain di bidang teknologi dan/atau bisnis yang
memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui oleh masyarakat umum. Suatu Rahasia
Dagang akan mendapatkan perlindungan apabila informasi tersebut sejatinya
bersifat rahasia, mempunyai nilai ekonomi, dan dijaga kerahasiaannya melalui
upaya-upaya sebagaimana mestinya.

Bersifat rahasia, maksudnya bahwa informasi tersebut hanya diketahui oleh


pihak tertentu atau tidak diketahui secara umum oleh masyarakat.

Mempunyai nilai ekonomi, maksudnya bahwa sifat kerahasiaan informasi


tersebut dapat digunakan untuk menjalankan kegiatan usaha yang bersifat
komersial atau dapat meningkatkan keuntungan secara ekonomi.

Informasi dianggap dijaga kerahasiaannya apabila pemilik atau para pihak


yang menguasainya telah melakukan langkah-langkah yang layak dan patut.

Dalam ranah HAKI pada dasarnya perlindungannya berintikan pengakuan


terhadap hak atas kekayaan dan hak untuk menikmati kekayaan itu dalam waktu
tertentu. Artinya selama waktu tertentu pemilik atau pemegang hak atas HAKI
dapat mengijinkan atau melarang untuk mengetahui atau menyebarluaskan
informasi (Rahasia Dagang).

Pelanggaran Rahasia Dagang terjadi apabila seseorang dengan sengaja


mengungkapkan Rahasia Dagang, mengingkari kesepakatan atau mengingkari
kewajiban tertulis atau tidak tertulis untuk menjaga Rahasia Dagang yang
bersangkutan. Untuk mengatasi adanya pelanggaran tersebut maka amat
diperlukan perlindungan hukum bagi pemilik dan atau pemegang HAKI yang
bersangkutan.

Apabila seseorang merasa pihak lain telah melanggar hak Rahasia Dagang
yang dimilikinya, maka ia sebagai pemegang hak Rahasia Dagang atau pihak lain
sebagai penerima lisensi dapat menggugat siapapun yang dengan sengaja dan
tanpa hak Rahasia Dagang. Sebagai contoh, menurut pasal 4 UURD pemilik hak
Rahasia Dagang memiliki hak untuk menggunakan sendiri Rahasia Dagang yang
dimilikinya, memberikan lisensi atau melarang pihak lain untuk menggunakan
Rahasia Dagang atau mengungkapkan Rahasia Dagang itu kepada pihak ketiga
untuk kepentingan yang bersifat komersial. Terhadap pasal tersebut, gugatan
yang kita ajukan dapat berupa gugatan ganti rugi dan / atau penghentian semua
perbuatan. Dan berbeda dengan gugatan HAKI lainnya, gugatan mengenai perkara
Rahasia Dagang diajukan ke Pengadilan Negeri. Berkaitan dengan hal di atas, harus
ditentukan pula kapan sebenarnya suatu perbuatan dikatakan telah melanggar
Rahasia Dagang milik orang atau pihak lain. Seseorang dianggap melanggar
Rahasia Dagang pihak lain apabila ia memperoleh atau menguasai Rahasia Dagang
tersebut dengan cara yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

2.3. Undang-undang Rahasia Dagang di Indonesia

Indonesia kini telah memiliki pengaturan tentang rahasia dagang yang


tertuang dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang
(selanjutnya disebut UU Rahasia Dagang) yang telah diundangkan Pemerintah pada
tanggal 20 Desember 2000. UU ini dibuat dalam rangka memajukan industri yang
mampu bersaing dalam lingkup perdagangan nasional dan internasional, dimana
diperlukan adanya jaminan perlindungan terhadap rahasia dagang, terutama dari
tindakan persaingan curang. Lahirnya UU Rahasia Dagang juga penting untuk
menjamin perlindungan yang efektif terhadap pemilikan, penguasaan dan
penggunaan rahasia dagang sebagai konsekuensi keikutsertaan Indonesia dalam
persetujuan tentang Aspek-aspek Dagang dari Hak atas Kepemilikan Intelektual
(HaKI).

Pasal 1 angka 2 UU Rahasia Dagang menyatakan bahwa hak rahasia dagang


adalah hak atas rahasia dagang yang timbul berdasarkan undang-undang rahasia
dagang ini (UU No. 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang). Hak rahasia dagang ini
diklasifikasikan sebagai hak milik, sehingga sebagai hak milik, rahasia dagang
dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain. UU Rahasia Dagang dalam Pasal 5
ayat (1) menyebutkan peristiwa-peristiwa hukum yang dapat mengakibatkan
beralihnya hak rahasia dagang. Pengalihan rahasia dagang dapat dilakukan melalui
proses pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian tertulis, atau sebab-sebab lain yang
dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.

Khusus untuk pengalihan hak atas dasar perjanjian, diperlukan adanya


suatu pengalihan hak yang didasarkan pada pembuatan suatu akta, terutama akta
otentik. Hal ini penting mengingat aspek yang dijangkau begitu luas dan pelik,
selain untuk menjaga kepentingan masing-masing pihak yang mengadakan
perjanjian pengalihan hak atas rahasia dagang tersebut. Pengalihan hak rahasia
dagang yang disebabkan oleh sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan
perundang-undangan dapat dijelaskan di sini misalnya putusan pengadilan yang
menyangkut kepailitan. Di samping itu pemilik rahasia dagang atau pemegang hak
rahasia dagang juga dapat memberikan lisensi kepada pihak lain berdasarkan
perjanjian lisensi untuk melaksanakan atau menggunakan hak rahasia dagang
dalam kegiatan yang bersifat komersial. Berbeda dengan perjanjian yang menjadi
dasar pengalihan rahasia dagang, lisensi hanya memberikan hak secara terbatas
dan dengan waktu yang terbatas pula. Dengan demikian, lisensi diberikan untuk
pemakaian atau penggunaan rahasia dagang dalam jangka waktu tertentu.

Berdasarkan pertimbangan bahwa sifat rahasia dagang yang tertutup bagi


pihak lain, pelaksanaan lisensi dilakukan dengan mengirimkan atau
memperbantukan secara langsung tenaga ahli yang dapat menjaga rahasia dagang
itu. Hal ini berbeda, misalnya, dari pemberian bantuan teknis yang biasanya
dilakukan dalam rangka pelaksanaan proyek, pengoperasian mesin baru atau
kegiatan lain yang khusus dirancang dalam rangka bantuan teknik.

Selama memberikan lisensi, pemilik rahasia dagang tetap boleh


melaksanakan sendiri atau memberi lisensi kepada pihak ketiga berkaitan dengan
rahasia dagang yang dimilikinya. Dengan demikian pada prinsipnya perjanjian
lisensi bersifat non-eksklusif, artinya tetap memberikan kemungkinan kepada
pemilik rahasia dagang untuk memberikan lisensi kepada pihak ketiga lainnya.
Apabila diinginkan untuk perjanjian lisensi yang bersifat eksklusif, artinya hak
rahasia dagang tidak dapat diberikan lagi kepada pihak ketiga lainnya maka hal
tersebut harus dinyatakan secara tegas dalam perjanjian lisensi dimaksud.

Sebagai catatan, perlu dikemukakan pada prinsipnya perjanjian lisensi


seharusnya tidak boleh memuat ketentuan yang langsung maupun tidak langsung
merugikan perekonomian Indonesia, atau memuat ketentuan yang mengakibatkan
persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku.16 Peraturan perundang-undangan dimaksud dalam
ketentuan ini adalah Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Dalam mekanisme administrasi atau
pencatatan, baik berbagai bentuk pengalihan hak rahasia dagang maupun
perjanjian lisensi rahasia dagang wajib dicatatkan kepada Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual (HaKI).

Ketentuan tentang wajib catat ini tidak akan membuka akses


terpublikasinya rahasia dagang, karena yang dicatatkan bukanlah substansi dari
rahasia dagang melainkan hanya data yang bersifat administratif dari dokumen
pengalihan hak maupun dokumen perjanjian lisensi. Ketentuan wajib catat ini
tercantum dalam Pasal 5 ayat (3) jo Pasal 8 ayat (1) UU Rahasia Dagang. Demikian
pula halnya dengan pengumuman yang dilakukan terhadap pengalihan hak rahasia
dagang dan perjanjian lisensi dalam Berita Resmi Rahasia Dagang, juga tidak
mencantumkan hal-hal yang bersifat substansial melainkan hanya data yang
bersifat administratif saja. Baik dokumen pengalihan hak rahasia dagang maupun
dokumen perjanjian lisensi yang tidak dicatatkan kepada Direktorat Jenderal HaKI
akan mempunyai konsekuensi bahwa tanpa pencatatan maka dokumen dimaksud
tidak akan memiliki akibat hukum terhadap pihak ketiga. Sebagai tambahan dapat
dikemukakan bahwa pemerintah sendiri sampai saat ini belum memiliki peraturan
pelaksanaan tentang pencatatan perjanjian lisensi. Hal ini merupakan kelemahan
yang sangat mendasar karena UU Paten, Merek dan Hak Cipta yang ada telah
memerintahkan pengaturan hal ini.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

a. Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang
teknologi dan/ atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam
kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang.

b. Dalam ranah HAKI pada dasarnya perlindungannya berintikan pengakuan terhadap


hak atas kekayaan dan hak untuk menikmati kekayaan itu dalam waktu tertentu.
Artinya selama waktu tertentu pemilik atau pemegang hak atas HAKI dapat
mengijinkan atau melarang untuk mengetahui atau menyebarluaskan informasi
(Rahasia Dagang).

c. Apabila seseorang merasa pihak lain telah melanggar hak Rahasia Dagang yang
dimilikinya, maka ia sebagai pemegang hak Rahasia Dagang atau pihak lain sebagai
penerima lisensi dapat menggugat

d. Gugatan yang kita ajukan dapat berupa gugatan ganti rugi dan / atau penghentian
semua perbuatan.

3.2. Saran

Saran yang dapat diperoleh dari pembuatan makalah ini berdasarkan diatas
adalah :

a. Rahasia dagang mendapat perlindungan apabila informasi.

b. Mengetahui apa yang menjadi dasar hukum hak desain industri.

c. Mematenkan hasil karya sendiri agar tidak diambil orang lain.

d. Mengetahui sanksi atas pelanggaran desain industri.

SUMBER

a. Muhamad Djumhana dan, R.Djubaedillah, Hak Milik Intelektual(Sejarah, Teori


dan Prakteknya di Indonesia),Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2003.

b. Adrian Sutedi, S.H, M.H. 2009. Hak Atas Kekayaan intelektual. Jakarta : Sinar
Grafika.

c. https://72legalogic.wordpress.com/tag/rahasia-dagang/

d. http://sciencebooth.com/2013/06/15/rahasia-dagang-uu-no-30-tahun-2000/

Diposkan 29th June 2015 oleh Nico Fernandos

1
Lihat komentar

1.

Joe Angkring26 Agustus 2016 08.02

trimakasih infonya...
izin copas ya min buat tugas... sukses selalu...

Balas

PERLINDUNGAN KONSUMEN

PERLINDUNGAN KONSUMEN

Sekilas Tentang Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen adalah upaya yang terorganisir yang didalamnya


terdapat unsur-unsur pemerintah, konsumen, dan pelaku usaha yang jujur dan
bertanggung jawab untuk meningkatkan hak-hak konsumen. Dalam undang-undang
perlindungan konsumen dikatakan bahwa perlindungan konsumen adalah segala
upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan
hukum kepada konsumen.

Tujuan yang ingin dicapai dari perlindungan konsumen adalah :

a) untuk memberdayakan konsumen dalam memilih, menentukan barang dan/atau


jasa kebutuhannya dan menuntut hak-haknya

b) menciptakan sistem perlindungan konsumen yang memuat unsur kepastian


hukum, keterbukaan informasi, dan akses untuk mendapatkan informasi

c) menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan


konsumen sehingga tumbuh sikap jujur dan bertanggungjawab
Kepastian hukum yang dijamin dalam perlindungan konsumen ini adalah
segala proses pemenuhan kebutuhan konsumen yaitu sejak benih hidup dalam
rahim ibu sampai dengan pemakaman, dan segala kebutuhan diantara kedua masa
itu. Dalam hal ini pemberdayaan konsumen untuk memiliki kesadaran, kemampuan,
dan kemandirian melindungi diri sendiri dari berbagai ekses negatif pemakaian,
penggunaan, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa kebutuhannya. Pemberdayaan
konsumen juga ditujukan agar konsumen memiliki daya tawar yang seimbang
dengan pelaku usaha.

Kaitan Antara Rahasia Dagang Dan Pelindungan Konsumen

Rahasia dagang, jika kita kaitkan dengan perlidungan konsumen akan


menekankan pada bagaimana menyajikan informasi kepada konsumen. Kemudian,
memastikan apakah keberadaan informasi rahasia ini akan mengganggu
kepentingan konsumen? Sebelum sampai pada pembahasan mengenai keberadaan
rahasia dagang ada baiknya kita membahas lebih dahulu mengenai transaksi
konsumen.

Transaksi konsumen dibagi dalam tiga tahapan yaitu :

a. tahap pra transaksi

Pada tahap ini penjualan/pembelian barang dan/atau jasa belum terjadi. Pada
tahap ini yang paling penting adalah informasi atau keterangan yang benar, jelas,
dan jujur serta adanya akses dari pelaku usaha yang beritikad baik dan
bertanggung jawab. Informasi ini harus benar materinya, artinya pelaku usaha
harus memberikan informasi yang benar berkaitan dengan bahan-bahan yang
digunakan dalam pembuatan barang dan jasa, dan informasi-informasi penting
lainnya yang penting bagi konsumen. Pengungkapan informasi ini harus jelas dan
mudah dimengerti oleh konsumen dengan tidak memberikan dua pengertian yang
berbeda bagi konsumen, dan dengan bahasa yang dimengerti oleh konsumen. Jujur
yang dimaksud adalah mengenai penyampaian informasi pelaku usaha tidak
menyembunyikan fakta-fakta penting yang akan mempengaruhi keputusan
konsumen untuk membeli barang dan/atau jasa yang dimaksudkan.

b. tahap transaksi

Tahap transaksi adalah tahap dimana telah terjadi peralihan kepemilikan


barang dan/atau pemanfaatan jasa tertentu dari pelaku usaha kepada konsumen.
Pada tahap ini yang paling penting adalah syarat-syarat perjanjian pengalihan
pemilikan barang dan/atau pemanfaatan jasa tersebut. Syarat-syarat ini termasuk
dilarangnya untuk dimasukkan syarat-syarat baku yang telah ditetapkan dalam
undang-undang perlindungan konsumen. Hal lain yang menjadi perhatian dalam
transaksi konsumen adalah diberikannya kesempatan bagi konsumen untuk
mempertimbangkan apakah akan melakukan transaksi konsumen atau akan
membatalkannya (cooling-off period).

c. tahap purna transaksi

Pada tahapan ini konsumen telah menggunakan barang dan/atau jasa yang
ditawarkan oleh pelaku usaha. Tidak menjadi masalah bila pada masa ini konsumen
merasa puas dengan barang dan/atau jasa yang telah digunakannya. Tetapi akan
berbeda apabila barang dan/atau jasa itu tidak sesuai dengan yang informasi yang
telah diberikan oleh pelaku usaha, terlebih lagi jika ternyata dalam menggunakan
barang dan/atau jasa terdapat kerugian yang diderita oleh konsumen. Konsumen
seharusnya menuntut akan adanya kerugian yang dideritanya, tetapi seringkali
konsumen merasa adalah hal yang buang-buang waktu untuk menuntut pelaku
usaha karena ganti rugi yang diterima belum tentu sepadan dengan biaya perkara
yang sudah dikeluarkan. Untuk menyikapi hal ini dalam undang-undang
perlindungan konsumen diatur mengenai BPSK (badan penyelesaian sengketa
konsumen), yang dapat memberikan penyelesaian terhadap sengketa konsumen
dalam waktu 100 hari.

Apabila tahap-tahap transaksi diatas kita kaitkan dengan rahasia dagang,


maka aspek yang penting adalah mengenai tersedianya informasi yang benar, jelas,
dan jujur bagi konsumen baik pada masa pra transaksi maupun pada masa
transaksi. Sebagaimana kita ketahui dalam undang-undang perlindungan konsumen
salah satu hak dari konsumen adalah untuk mendapatkan informasi yang benar,
jelas, dan jujur mengenai barang dan/atau jasa yang ditawarkan kepada mereka.
Dalam melakukan penawaran dan perdagangan barang dan/atau jasa bagi pelaku
usaha dilarang apabila tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang
dipersyaratkan dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pelaku usaha
juga dilarang untuk memperdagangkan barang yang rusak, cacat, atau bekas, dan
tercemar tanpa memberikan informasi yang jelas kepada konsumen.

Kesemuanya ini menyangkut penyediaan informasi yang benar, jelas, dan


jujur dari pelaku usaha kepada konsumen. Suatu kesalahan apabila pelaku usaha
dengan sengaja menyembunyikan informasi yang tidak benar, jelas, dan jujur
kepada konsumen dengan dalih hal itu merupakan rahasia dagang. Tindakan seperti
ini dapat digolongkan sebagai pelanggaran terhadap undang-undang perlindungan
konsumen dan pelaku usaha dapat dikenakan tuntutan terhadap perbuatannya
menyembunyikan informasi.
Pada tahap purna transaksi, apabila terjadi sengketa konsumen dapatkah
konsumen menuntut agar pelaku usaha membuka informasi mengenai barang
dan/atau jasanya sampai ke rahasia dagang dari perusahaan tersebut? Apakah
perbuatan pengungkapan rahasia dagang dalam sengketa konsumen adalah suatu
bentuk pelanggaran rahasia dagang walaupun sebagaimana diungkapkan diatas
informasi yang benar, jelas, dan jujur adalah hak dari konsumen? Dalam
perlindungan konsumen pembuktian ada tidaknya unsur kesalahan adalah pada
pelaku usaha, sehingga apabila terjadi pengungkapan terhadap rahasia dagang dari
pelaku usaha pengungkapan rahasia dagang ini dilakukan oleh pelaku usaha
sendiri.

Untuk mengungkapkan informasi rahasia juga perlu dilihat sejauh mana


kepentingan konsumen dilanggar oleh pelaku usaha, apakah telah membahayakan
kesehatan konsumen, atau lebih besar lagi membahayakan keselamatan
masyarakat. Undang-undang rahasia dagang pada pasal 15 menyebutkan bahwa
perbuatan yang tidak dianggap sebagai pelanggaran rahasia dagang adalah apabila
tindakan pengungkapan rahasia didasarkan kepada kepentingan pertahanan
keamanan, kesehatan, dan keselamatan masyarakat. Dengan adanya ketentuan
tersebut berarti keharusan pengungkapan rahasia dagang bukanlah pelanggaran
rahasia dagang.

Jika kepentingan konsumen yang dilanggar oleh pelaku usaha telah


membahayakan kesehatan konsumen maka pengungkapan rahasia dagang adalah
suatu hal yang wajib dilakukan. Pengungkapan ini bukanlah bentuk pelanggaran
rahasia dagang. Apabila ternyata tidak ada pelanggaran hak konsumen yang
dilakukan oleh pelaku usaha, bagaimana dengan informasi yang telah diketahui
oleh pihak lain, masih dapatkah dikatakan sebagai informasi yang bersifat rahasia?
Terhadap peristiwa ini pelaku usaha dapat meminta agar informasi ini dirahasiakan
oleh pihak-pihak yang telah mendengarkan /menyaksikan pengungkapan rahasia
dagang tersebut.

Pelaku usaha juga berhak untuk mendapatkan perlindungan agar terhindar


dari konsumen yang beritikad buruk, yang menjadikan sengketa perlindungan
konsumen untuk membuka dengan sengaja rahasia dagang dari pelaku usaha
dengan tujuan merugikan pelaku usaha. Undang-undang perlindungan konsumen
mengatur hal diatas sebagai salah satu hak dari pelaku usaha yaitu pasal 6 huruf a
yang menyatakan bahwa pelaku usaha berhak untuk mendapat perlindungan
hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik.

Sesungguhnya perlindungan rahasia dagang diberikan oleh negara adalah dalam


lingkup hukum perdata yang memberikan hak eksklusif kepada pemilik rahasia
dagang untuk memanfaatkan hak eksklusifnya dalam bidang perindustrian.
Perlindungan konsumen juga termasuk dalam lapangan hukum perdata dimana hak
konsumen yang dilanggar seringkali adalah hak-hak perdata konsumen. Tetapi
perlindungan konsumen dapat pula masuk dalam lapangan hukum publik jika hak
konsumen yang dilanggar adalah juga hak yang dipandang mendatangkan bahaya
bagi masyarakat pada umumnya misalnya penipuan yang dilakukan oleh pelaku
usaha.

Perlindungan rahasia dagang jangan sampai menjadi alat pelaku usaha untuk
melakukan tindakan yang merugikan konsumen, karena itu undang-undang
perlindungan konsumen tetap harus diperhatikan oleh pelaku usaha yang jujur dan
bertanggung jawab dalam melindungi rahasia dagangnya.

Anda mungkin juga menyukai