Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

Campak dengan Komplikasi


Gastroenteritis Akut, Pneumonia dan Hiperkalemia

Disusun oleh:
Dhanis Sartika
11-2015-463

Pembimbing
Dr.Siti Zuraida,Sp.A

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


RS Husada Periode 8 Agustus 2016 15 Oktober 2016
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta

1 | Kepaniteraan IKA-UKRIDA
IDENTITAS PASIEN
PASIEN
Nama Lengkap : N R A (anak) Agama : Islam
Tanggal Lahir : 26 November 2015 Pendidikan : Belum sekolah
Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 8 bulan 12 hari
Alamat : Jl Budi Mulya RT 012/12 Pademangan Barat
Suku Bangsa : Jawa Tengah Jawa Barat

ORANG TUA/WALI
Ayah
Nama Lengkap : S (Tn) Agama : Islam
Tanggal Lahir (Umur) : 14 Mei 1986 Pendidikan : D3
Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Konsultan
Alamat : Jl Budi Mulya RT 012/12 Pademangan Barat
Suku Bangsa : Jawa Tengah Penghasilan : Rp 5000.000/bulan

Ibu
Nama Lengkap : L L (Ny) Agama : Islam
Tanggal Lahir (Umur) : 11 November 1982 Pendidikan : SMA
Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl Budi Mulya RT 012/12 Pademangan Barat
Suku Bangsa : Jawa Barat Penghasilan : Rp -/bulan

Wali
Nama Lengkap :- Agama :-
Tanggal Lahir (Umur) : - Pendidikan :-
Jenis Kelamin :- Pekerjaan :-

Alamat :- Penghasilan :-
Suku Bangsa :-

2 | Kepaniteraan IKA-UKRIDA
Hubungan dengan orang tua : Anak kandung / angkat / tiri / asuh

*Coret yang tidak perlu

RIWAYAT PENYAKIT
Keluhan Utama
Orang tua pasien mengatakan anaknya mengalami panas sejak 5 hari sebelum masuk rumah
sakit.
Keluhan Tambahan
Orang tua pasien menyatakan panas tidak disertai dengan kejang. Selain itu, anak mengalami
mencret yang dapat mencapai 4-5 kali per hari. Mencretnya ini cair, berwarna kuning dan
berubah menjadi kehijauan, mengandung ampas, tetapi tidak ada darah dan lendir. Selain itu,
orang tua pasien mendapati tubuh anaknya muncul bintik kemerahan semenjak 4 hari
sebelum masuk rumah sakit. Tidak ditemukan adanya keluhan anak mimisan (keluar darah
dari hidung) dan perdarahan gusi. Bintik kemerahan ini berawal dari bagian muka yang
kemudian menyebar ke badan, tangan dan kaki. Bintik kemerahan tidak disertai dengan rasa
gatal ataupun berbentuk seperti bintik-bintik yang mengandung cairan di dalamnya. Pasien
selalu muntah ketika diminumkan obat penurun demam. Sejak 2 hari sebelum masuk rumah
sakit, pasien batuk tanpa dahak ataupun darah. Selama sakit anak menjadi rewel. Hingga saat
datang ke rumah sakit, kelopak mata pasien terlihat membengkak, mulai jarang meminum air
susu ibu (ASI) sehingga payudara ibunya mengalami pembengkakan. Akan tetapi buang air
kecil dari pasien tersebut masih lancar, sekitar >5 kali per hari.
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sebelumnya, pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti yang dialami sekarang.
Diketahui dari cerita orang tua pasien, bahwa 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, mereka
(orang tua pasien dan pasien) bertemu dengan keponakannya yang berumur 1 tahun
menderita keluhan serupa seperti yang dialami pasien saat ini. Setelah itu tepat 5 hari
sebelum masuk rumah sakit, mulailah pasien mengalami panas yang naik-turun diikuti
dengan mencret berwarna kuning dan berubah menjadi kehijauan yang dapat berulang 4-5
kali per hari, mengandung ampas, tidak berlendir ataupun berdarah. Pasien ini pun jarang
meminum ASI yang diberikan, walaupun begitu buang air kecil pasien masih lancar yaitu >5
kali dalam 1 hari. Kelopak mata kanan dan kiri pasien terlihat membengkak. Orang tua pasien
telah berusaha mengobatinya dengan datang ke dokter 2 kali dan mendapat obat penurun
panas yang ternyata tidak menunjukkan perubahan keadaan pasien dikarenakan setiap kali
diusahakan untuk diminum, pasien selalu memuntahkannya. Kemunculan bintik merah ini
sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit dengan bentuk yang tidak melenting mengandung
cairan. Penyebaran bintik merah ini di awali pada bagian muka ke badan, tangan dan kaki.
Tidak ada perdarahan spontan, seperti mimisan ataupun gusi yang berdarah. Batuk dialami
pasien 2 hari sebelum masuk rumah sakit, tanpa lendir dan darah. Pasien rewel semenjak
mengalami sakit

3 | Kepaniteraan IKA-UKRIDA
RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
Kehamilan
Perawatan antenatal
Dilakukan : Setiap bulan
Dirawat oleh : Bidan
Tempat perawatan : Rumah bidan
Penyakit kehamilan : Tidak ditemukan
Kelahiran
Tempat kelahiran : Rumah sakit / Rumah bersalin / Rumah
Lain-lain: Rumah bidan
Penolong persalinan : Dokter / Bidan / Dukun terlatih / Tradisional
Lain-lain: Tidak ditemukan
Cara persalinan : Spontan / Tindakan:
Penyulit, kelainan: Tidak ditemukan
Masa gestasi : 8 bulan
Lebih bulan / Cukup bulan / Kurang bulan
Keadaan bayi : Berat badan lahir : 3200g
Panjang badan lahir : 48,00 cm
Lingkar kepala : Tidak diingat Ibu
Langsung / Tidak langsung menangis : Langsung menangis
Pucat / Biru / Kuning / Kejang : Tidak ditemukan
Nilai APGAR : Tidak diketahui Ibu,
hanya diberitahu normal
(7)
Kelainan bawaan : Tidak ditemukan
Kurva Lubchenko terlampir
Kesan: Bayi kurang bulan (BKB) besar masa kehamilan (BMK)

4 | Kepaniteraan IKA-UKRIDA
RIWAYAT PERTUMBUHAN

Umur Berat Badan Panjang Badan


0 bulan 3200 g 48,00 cm
8 bulan 8000 g 70,00 cm

Kesan: Grafik berat badan berdasarkan umur terletak di persentil 50 di umur 0 bulan dan 8
bulan dengan pergerakan yang semakin meningkat.
RIWAYAT PERKEMBANGAN
Grafik Denver II
Umur Kronologis : 8 bulan 12 hari
Umur Biologis : 7 bulan 12 hari
Sektor Personal Sosial :Anak memiliki kemampuan memngamati tangannya
sendiri, memainkan mainannya, mampu makan atau minum
sendiri, melambaikan tangan dan bermain tepuk tangan.
Akan tetapi ia gagal dalam hal menyatakan keinginan,
bermain bola bersama dan meniru gerakan. Kesimpulannya
adalah memiliki kegagalan di 3 aktifitas yang terletak di
sebelah kanan garis umur. Hal ini tidak menjadi masalah
karena umumnya anak yang seumuran dengan dirinya pun
belum dapat melewatinya
Sektor Motorik Halus-Adaptif :Anak berhasil mengikuti 1800, mengamati manik-manik,
meraih benda, berhasil mencari benang, menggaruk manik-
manik dan mengambil 1 kubus. Membenturkan kedua
kubus, memegang ibu jari dan jari, serta menaruh kubus ke
dalam cangkir belum bisa dilakukannya. Kesimpulannya
adalh walaupun gagal di aktifitas yang terletak di sebelah
kanan garis umur, aktifitas yang sesuai dengan umurnya
dan yang telah dilewati sebelumnya mampu dilewati
olehnya.
Sektor Bahasa :Anak mampu tertawa, berteriak, menoleh ke arah suara
berasal dan bunyi icik-icik, menyebut 1 silabel,
mengucapkan papa-mama yang awalnya tidak spesifik
menjadi spesifik, mengkombinasikan silabel dan
mengoceh. Ia belum bisa untuk menyebutkan kata.
Kesimpulannya adalah anak hanya memiliki ketidak
mampuan beraktifitas yang berada di sebelah kanan garis
umurnya (aktifitas yang dilakukan oleh anak yang usianya
lebih tua dibandingkan dirinya)
Sektor Motorik Kasar :Anak mampu melakukan gerakan dimana dada terangkat
menumpu satu lengan, membalikkan badannya, bangkit
dengan kepala tegak, duduk tanpa tangan, berdiri dengan
pegangan, hanya saja belum bisa untuk bangkit terus duduk
dan berdiri minimal selama 3 detik. Kesimpulannya adalah

5 | Kepaniteraan IKA-UKRIDA
aktifitas yang dilakukan oleh anak dengan usia lebih muda
dibandingkan dirinya dan tepat di usianya mampu
dilakukan. Kegagalan di sebelah kanan garis umurnya
(anak dengan usia lebih tua) wajar bila terjadi.
Kesan :Perkembangan anak sesuai dengan umur dan perlu dilatih untuk
dilakukan pengujian 6 bulan kemudian
Pertumbuhan Gigi Pertama : - bulan
Psikomotor
Tengkurap : 5 bulan Berbicara : - bulan
Duduk : - bulan Membaca dan Menulis : - bulan
Berdiri : - bulan
Perkembangan Pubertas
Perempuan Laki-Laki
Rambut pubis : - tahun Rambut pubis : - tahun
Payudara : - tahun Perubahan suara : - tahun
Menars : - tahun
Gangguan Perkembangan Mental/Emosi : Tidak ditemukan

RIWAYAT IMUNISASI

Vaksin Dasar Ulangan


B.C.G 1 bulan
D.P.T 2 bulan 4 bulan 6 bulan
Polio 0 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan
Campak Belum dilakukan
Hepatitis B 0 bulan 1 bulan 6 bulan
M.M.R Belum dilakukan
Typhim Belum dilakukan
HiB Belum dilakukan
Varicela Belum dilakukan
Influenzae Belum dilakukan
OCV Belum dilakukan
HPV Belum dilakukan
Rotavirus Belum dilakukan

6 | Kepaniteraan IKA-UKRIDA
RIWAYAT MAKANAN

Usia ASI/PASI Buah/Biskuit Bubur Susu Nasi


(0-8) bulan Sesuai - - -
keinginan bayi

Kesan: Makan sesuai tahapan umur


Kualitas: Cukup Kuantitas: Cukup
RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA

Penyakit Umur Penyakit Umur


Diare - Morbili -
Otitis - Parotitis -
Radang Paru - Demam Berdarah -
Tuberkulosis - Demam Tifoid -
Kejang - Cacingan -
Ginjal - Alergi -
Jantung - Kecelakaan -
Darah - Operasi -
Difteri - Lain-Lain -

RIWAYAT KELUARGA
Corak Reproduksi

Keteranga
Tanggal Jenis Lahir Mati
No Hidup Abortus n
Lahir Kelamin Mati (Sebab)
Kesehatan
1 26-11-2015 Laki-laki + - - - -

Data Keluarga

Ayah/Wali Ibu/Wali Saudara


33 tahun 8
30 tahun 6
bulan 27
bulan 24 hari
Umur hari (33 - -
(30 tahun 7
tahun 9
bulan)
bulan)
Perkawinan Ke- 1 1 - -
Umur Saat
28 tahun 31 tahun - -
Menikah
Kosanguinitas - - - -
Keadaan
Kesehatan/Penyaki - - - -
t Bila Ada

7 | Kepaniteraan IKA-UKRIDA
Riwayat Penyakit dalam Keluarga: tidak ditemukan
Riwayat Penyakit pada Anggota Keluarga Lain atau Orang Lain Serumah: tidak ada
DATA PERUMAHAN
Kepemilikan Rumah : Rumah pribadi
Keadaan Rumah : Terawat dan tertata
Keadaan Lingkngan : Bersih
Kesan : Area tempat tinggal dan sekitarnya baik

PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal : 8 Agustus 2016 Jam: 11.35 WIB
PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
Tekanan darah : Tidak diukur
Denyut nadi : 140x/menit
Frekuensi napas : 30x/menit
Suhu tubuh : 38.80C
Data Antropometri
Berat badan : 8,00 Kg Lingkar kepala : 45,5 cm
Tinggi badan : 70,00 cm Lingkar dada : 38,00 cm
Lingkar lengan atas : 17,30 cm

PEMERIKSAAN SISTEMATIS
Kepala

Bentuk dan ukuran : Simetris dan normosefali


Rambut dan kulit : Pendek, warna hitam, tidak mudah tercabut, tidak ditemukan
telur kutu, massa, infeksi, kelainan kulit, perlukaan dan luka
bekas operasi
Mata : Letak simetris, konjungtiva kanan-kiri tidak anemis, sklera

8 | Kepaniteraan IKA-UKRIDA
kanan-kiri tidak ikterik, sekret tidak tampak, refleks cahaya
langsung dan tidak langsung kanan-kiri positif dan kelopak
mata kanan-kiri edema
Telinga : Letak simetris, normotia, tidak tampak fistel pre-aurikula dan
retroaurikula, liang telinga lapang, tidak tampak serumen dan
sekret
Hidung : Tidak tampak kelainan bentuk, peradangan dan massa, tidak
ditemukan deviasi septum nasi, tampak sekret bening dan
encer, mukosa merah muda, konka media dan inferior kanan-
kiri eutrofi
Bibir : Mukosa merah muda dan tampak kering
Gigi geligi : Belum ada perkembangan gigi geligi
Mulut : Bercak koplik di mukosa buccal
Lidah : Tampak kotor putih kekuningan
Tonsil : Ukuran T1-T1, tidak tampak peradangan, tidak tampak detritus
Faring : Mukosa merah muda dan tampak hiperemis

Leher
Ruam kemerahan berbentuk milier dan papul, tidak tampak perlukaan dan bekas luka operasi
serta massa. Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening
Toraks

Dinding toraks : Simetris, tidak tampak kelainan bentuk dan massa


Paru
o Inspeksi : Tidak tampak retraksi
o Palpasi : Gerak napas simetris
o Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
o Auskultasi : Ronki kasar di kedua lapang paru
Jantung
o Inspeksi : Tidak tampak denyut ictus cordis
o Palpasi : Teraba denyut ictus cordis di interkostalis (ICS) IV kiri
o Perkusi : Tidak dapat dilakukan
o Auskultasi : M1>M2; T1>T2; P2>P1; A2>A1; tidak terdengar suara jantung
patologis seperti murmur dan gallop
Abdomen

Inspeksi : Perut datar dan tidak tampak gerakan peristaltik usus


Palpasi : Tidak teraba pembesaran organ di abdomen
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) dan hiperperistaltik

Anus dan rectum : Tidak ditemukan kelainan


Genitalia : Tidak ditemukan kelainan
Anggota gerak : Tidak ditemukan pembengkakan, deformitas dan sianosis pada

9 | Kepaniteraan IKA-UKRIDA
kaki kanan dan kiri, serta teraba hangat
Kulit : Ruam berbentuk milier dan papul yang kemerahan tersebar di
wajah, badan, tangan kanan-kiri dan kaki kanan-kiri. Turgor
kulit normal
Rambut : Halus, kehitaman, pendek dan tidak mudah tercabut
Kelenjar getah bening : Tidak teraba pembesaran di region servikal, submandibula, pre
aurikula, retro-aurikula, supra klavikula, infra klavikula dan
aksila kanan-kiri
Pemeriksaan neurologi : Tidak ditemukan kelainan

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Laboratorium Feses
Dilakukan pada tanggal 8 Agustus 2016
o Warna : Hijau
o Konsistensi : Kental
o Pus :-
o Lendir :-
o Darah :-
o Leukosit : 2/LPB (normal= 0-1/LPB)
o Eritrosit : 0/LPB (normal 0-1/LPB)
o Escherichia colli :-
o Entamoeba hystolitica: -
o Telur Ascaris lumbricoides/Ancylostoma/Oxyuris/Trichuris: -
o Serat otot :-
o Serat tumbuhan :-
o Amilum :-
o Lemak :-
Foto Rontgen Toraks
Dilakukan pada tanggal 8 Agustus 2016
Interpretasi foto rontgen toraks posisi AP
o Diafragma kostofrenikus normal
o Jantung tidak membesar, mediastinum tidak melebar
o Paru: Hilus kanan tebal, infiltrat di parakardial kanan
o Tulang kosta intak
Kesan: Limfadenopati hilus kanan dengan infiltrat parakardial kanan (suspek proses
spesifik)
Laboratorium Elektrolit Serum
Dilakukan pada tanggal 9 Agustus 2016
o Kalsium (Ca2+) : 8,4 (8,3-10,6) mg/dL
o Kalium (K+) : 5,7 (3,5-5,0) mmol/L

10 | K e p a n i t e r a a n I K A - U K R I D A
o Natrium (Na+) : 141 (136-141) mmol/L

RINGKASAN
Pasien laki-laki berusia 8 bulan 12 hari (8 bulan) mengalami panas naik-turun sejak 5 hari
SMRS. Keluhan lain yang menyertai ialah mencret yang mencapai 4-5 kali dalam sehari yang
mulanya bewarna kekuningan menjadi kehijauan dengan mengandung ampas, tanpa adanya
lendir ataupun darah. Pasien mulai jarang mengkonsumsi ASI dan menjadi rewel semenjak ia
sakit. Orang tua pasien mendapati kelopak mata kanan-kiri pasien membengkak tanpa
ditemukannya sekret mata yang berlebihan. Pasien telah diusahakan oleh kedua orang tuanya
untuk diobati akan dan memperoleh obat penurun demam akan tetapi setiap kali diminumkan
obat pasien memuntahkannya. Empat hari sebelum masuk rumah sakit, kulit pasien
menampakkan ruam kemerahan kecil-kecil dengan kemunculan awalnya berada di muka.
Lalu ruam tersebeut menjalar ke badan, tangan dan kaki. Pasien juga menderita batuk 2 hari
sebelum masuk rumah sakit tanpa adanya reak dan darah.
Diketahui sebelumnya bahwa pasien dan orang tuanya bertemu dengan keponakan yang
mengalami hal serupa. Keponakan pasien tersebut tidak menjalani pengobatan apapun dari
tenaga kesehatan. Pasien belum mendapatkan vaksin campak pertamanya.
Selama masa kehamilan dan kelahiran pasien dinyatakan dalam keadaan baik dan tidak
menampakkan kelainan. Berdasarkan kemampuan motoriknya telah dapat tengkurap di usia 5
bulan.
Sewaktu dilakukan pemeriksaan fisik, pasien tampak sakit sedang dengan kesadaran compos
mentis. Denyut nadi (120x/menit) dan frekuensi napas (30x/menit) dalam batas normal.
Sedangkan suhu tubuh dari hasil pemeriksaan (38,8 0C) tergolong febris. Pada daerah sekitar
kepala, kelopak mata kanan-kiri tampak membengkak, hidung mengeluarkan sekret berwarna
bening dan encer, mukosa bibir tampak kering, bercak koplik tampak di mukosa buccal.,
lidah gambarannya kotor putih-kekuningan dan faring yang tampak hiperemis. Pemeriksaan
abdomen ditemukan hiperperistaltik usus. Ruam kemerahan berbentuk milier dan papul tidak
melinting dan berisi cairan tampak pada seluruh bagian tubuh, mulai dari sekitar kepala,
leher, badan, tangan dan kaki.
Hasil pemeriksaan penunjang dengan spesimen berupa feses didapati warna hijau dengan
konsistensi kental, ditemukan leukosit 2/LPB, Pada hasil foto rontgen toraks posisi AP
terdapat hilus kanan menebal dengan interpretasi limfadenopati hilus kanan dan infiltrat di
para karadial kanan yang dicurigai adanya proses spesifik. Pemeriksaan penunjang, elektrolit
serum darah dilaporkan terjadi hiperkalemia, 5.7mmol/L.
FOLLOW UP
Tanggal 8 Agustus 2016
15.00 WIB
S : Orang tua mengatakan anaknya mengalami panas tanpa kejang, batuk dengan suara
napas terdengar grok-grok dan tidak terlihat sesak, mencret 4-5x dalam 1 hari
berwarna kuning kehijauan dengan ampas, menurun minum ASI, rewel, kelopak
mata membengkak, kulitnya muncul bintik kemerahan diawali di bagian wajah
menuju badan, tangan kanan-kiri dan kaki kanan-kiri.

11 | K e p a n i t e r a a n I K A - U K R I D A
O : Tampak sakit sedang, compos mentis, suhu 38,80C, denyut nadi 140x/menit,
pernapasan 30x/menit, suara napas ronki kasar paru-paru kanan-kiri, bising usus (+)
dan hiperperistaltik, turgor kulit normal, capillary refill test <2 detik dan
makulopapular rash di seluruh tubuh. Hasil laboratorium feses yang diambil pada
pukul 11.00 WIB yaitu warna hijau, kental dan ditemukan leukosit 2/LPB.
Interpretasi foto rontgen toraks posisi AP pada pukul 13.00 WIB ialah limfadenopati
hilus kanan dan infiltrate parakardial kanan.
A : Campak dengan komplikasi gastroenteritis akut dan pneumonia
P :

Dirawat di ruang isolasi


Observasi tanda-tanda vital (suhu, denyut nadi dan pernapasan) dan keadaan
umum, serta kesadaran
Observasi cairan yang dimasukkan (ASI dan infuse parenteral) dan cairan yang
dikeluarkan melalui urin
Dietetik ASI
Cairan parenteral
o IVFD RL 800mL/24 jam
Medikamentosa
o Paracetamol drop per oral 80mg/0,8mL (10mg/kgBB/x) 4x1 hari dengan
catatan diberikan saat suhu > 37,50c
o Zinc syrup per oral 10mg/mL (10mg/hari) 1x1 hari diberikan selama 10
hari
o Cefixime syrup per oral 12mg/0,6mL (1,5mg/kgBB/x) 2x1 hari lama
pemberian 5 hari
o Oralit per oral 50mL dengan catatan diberikan setiap kali buang air besar,
apabila anak muntah berikan jeda waktu 10 menit dan dapat dilanjutkan
sedikit demi sedikit. Pemberian oralit dihentikan apabila diare telah
berhenti
o Probiotik per oral (Lacto-B {10.000.000 CFU/g Lactobacillus acidophilus,
Bifidobacterium longun dan Streptococcus themophillus; vitamin C 10 mg,
vitamin B1 0,5mg; vitamin B2 0,5mg; vitamin B6 0,5mg; niacin 2mg;
protein 0,02g; fat 0,1g; energi 3,4 kal}) 2x1 sachet diberikan 3 hari
18.00 WIB
S : Orang tua pasien mengatakan anak masih panas dan mencret 3 kali warna kehijauan,
serta masih ada bintik kemerahan di seluruh tubuh anak
O :Tampak sakit sedang, compos mentis, suhu 380C, denyut nadi 116x/menit,
pernapasan 30x/menit, suara napas ronki kasar paru-paru kanan-kiri, bising usus (+)
dan hiperperistaltik, turgor kulit elastis,capillary refill test <2 detik dan
makulopapular rash di seluruh tubuh
A : Campak dengan komplikasi gastroenteritis akut dan pneumonia
P :

Dirawat di ruang isolasi

12 | K e p a n i t e r a a n I K A - U K R I D A
Observasi tanda-tanda vital (suhu, denyut nadi dan pernapasan) dan keadaan
umum, serta kesadaran
Observasi cairan yang dimasukkan (ASI dan infuse parenteral) dan cairan yang
dikeluarkan melalui urin
Dietetik ASI
Cairan parenteral
o IVFD RL 800mL/24 jam
Medikamentosa
o Paracetamol drop per oral 80mg/0,8mL (10mg/kgBB/x) 4x1 hari
o Zinc syrup per oral 10mg/mL (10mg/hari) 1x1 hari
o Cefixime syrup per oral 12mg/0,6mL (1,5mg/kgBB/x) 2x1
o Oralit per oral 50mL
o Probiotik per oral 2x1 sachet

21.00 WIB
S : Orang tua pasien mengatakan anak masih panas, bintik kemerahan masih ada di
seluruh tubuh dan mencret 2 kali warna kehijauan
O : Tampak sakit sedang, compos mentis, suhu 37,20C, denyut nadi 110x/menit, laju
pernapasan 28x/menit, suara napas ronki kasar paru-paru kanan-kiri, bising usus (+)
dan hiperperistaltik, turgor kulit elastis,capillary refill test <2 detik dan
makulopapular rash di seluruh tubuh
A : Campak dengan komplikasi gastroenteritis akut
P :

Dirawat di ruang isolasi


Observasi tanda-tanda vital (suhu, denyut nadi dan pernapasan) dan keadaan
umum, serta kesadaran
Observasi cairan yang dimasukkan (ASI dan infuse parenteral) dan cairan yang
dikeluarkan melalui urin
Dietetik ASI
Cairan parenteral
o IVFD RL 800mL/24 jam
Medikamentosa
o Paracetamol drop per oral 80mg/0,8mL (10mg/kgBB/x) 4x1 hari
o Zinc syrup per oral 10mg/mL (10mg/hari) 1x1 hari
o Cefixime syrup per oral 12mg/0,6mL (1,5mg/kgBB/x) 2x1
o Oralit per oral 50mL
o Probiotik per oral 2x1 sachet

Tanggal 9 Agustus 2016


06.00 WIB
S : Orang tua mengatakan anak masih panas dan batuk yang membuatnya bangun saat,
disertai bintik kemerahan tetap ada di seluruh tubuh

13 | K e p a n i t e r a a n I K A - U K R I D A
sedang tertidur dan sulit untuk tidur kembali, mencret 1 kali berwarna kuning dan 2
kali warna kuning yang disertai lendir
O : Tampak sakit sedang, compos mentis, suhu 37,90C, denyut nadi 118x/menit, laju
pernapasan 28x/menit, suara napas ronki kasar paru-paru kanan-kiri, bising usus (+)
dan hiperperistaltik, turgor kulit elastis,capillary refill test <2 detik dan
makulopapular rash di seluruh tubuh
A : Campak dengan komplikasi gastroenteritis akut dan pneumonia

P :

Dirawat di ruang isolasi


Observasi tanda-tanda vital (suhu, denyut nadi dan pernapasan) dan keadaan
umum, serta kesadaran
Observasi cairan yang dimasukkan (ASI dan infuse parenteral) dan cairan yang
dikeluarkan melalui urin
Dietetik ASI
Cairan parenteral
o IVFD RL 800mL/24 jam
Medikamentosa
o Paracetamol drop per oral 80mg/0,8mL (10mg/kgBB/x) 4x1 hari
o Zinc syrup per oral 10mg/mL (10mg/hari) 1x1 hari
o Cefixime syrup per oral 12mg/0,6mL (1,5mg/kgBB/x) 2x1
o Oralit per oral 50mL
o Probiotik per oral 2x1 sachet

09.00 WIB
S : Orang tua mengatakan anak tidak demam, batuk belum berkurang dan masih muncul
bintik kemerahan
O : Tampak sakit sedang, compos mentis, suhu 37,50C, denyut nadi 114x/menit, laju
pernapasan 24x/menit, suara napas ronki kasar paru-paru kanan-kiri, bising usus (+)
dan hiperperistaltik, turgor kulit elastis,capillary refill test <2 detik dan
makulopapular rash di seluruh tubuh
A : Campak dengan komplikasi gastroenteritis akut dan pneumonia
P :

Dirawat di ruang isolasi


Observasi tanda-tanda vital (suhu, denyut nadi dan pernapasan) dan keadaan
umum, serta kesadaran
Observasi cairan yang dimasukkan (ASI dan infuse parenteral) dan cairan yang
dikeluarkan melalui urin
Dietetik ASI

14 | K e p a n i t e r a a n I K A - U K R I D A
Cairan parenteral
o IVFD RL 800mL/24 jam
Medikamentosa
o Paracetamol drop per oral 80mg/0,8mL (10mg/kgBB/x) 4x1 hari
o Zinc syrup per oral 10mg/mL (10mg/hari) 1x1 hari
o Cefixime syrup per oral 12mg/0,6mL (1,5mg/kgBB/x) 2x1
o Oralit per oral 50mL
o Probiotik per oral 2x1 sachet

12.00 WIB
S : Orang tua pasien mengatakan demam anaknya menurun, belum ada diare lagi, batuk
dan bintik kemerahan belum ada perbaikan.
O : Tampak sakit sedang, compos mentis, suhu 37,00C, laju pernapasan 118x/menit,
denyut nadi 28x/menit, ronki kasar di seluruh lapang paru, bising usus (+) normoperistaltik,
turgor kulit baik, capillary refill test <2 detik dan makulopapular rash di seluruh tubuh. Hasil
laboratorium elektrolit serum ditemukan hiperkalemia yang diambil sediannya pada pukul
08.00 WIB
A : Campak dengan komplikasi gastroenteritis akut, pneumonia dan hiperkalemia
P :

Dirawat di ruang isolasi


Observasi tanda-tanda vital (suhu, denyut nadi dan pernapasan) dan keadaan
umum, serta kesadaran
Observasi cairan yang dimasukkan (ASI dan infuse parenteral) dan cairan yang
dikeluarkan melalui urin
Dietetik ASI
Cairan parenteral
o IVFD RL 800mL/24 jam
Medikamentosa
o Paracetamol drop per oral 80mg/0,8mL (10mg/kgBB/x) 4x1 hari
o Zinc syrup per oral 10mg/mL (10mg/hari) 1x1 hari
o Cefixime syrup per oral 12mg/0,6mL (1,5mg/kgBB/x) 2x1
o Oralit per oral 50mL
o Probiotik per oral 2x1 sachet

15.00 WIB
S : Orang tua mengatakan sepertinya anak panas lagi, batuk belum ada perbaikan, bintik
kemerahan tetap ada dan diare 2x berwarna kuning seperti air.
O : Tampak sakit sedang, compos mentis, suhu 37,90C, denyut nadi 116x/menit, laju
prnapasan 26x/menit, ronki kasar di seluruh lapang paru, bising usus (+)
hiperperistaltik, turgor kulit baik, capillary refill test <2 detik dan makulopapular
rash di seluruh tubuh
A : Campak dengan komplikasi gastroenteritis akut, pneumonia dan hiperkalemia

15 | K e p a n i t e r a a n I K A - U K R I D A
P :

Dirawat di ruang isolasi


Observasi tanda-tanda vital (suhu, denyut nadi dan pernapasan) dan keadaan
umum, serta kesadaran
Observasi cairan yang dimasukkan (ASI dan infuse parenteral) dan cairan yang
dikeluarkan melalui urin
Dietetik ASI
Cairan parenteral
o IVFD RL 800mL/24 jam
Medikamentosa
o Paracetamol drop per oral 80mg/0,8mL (10mg/kgBB/x) 4x1 hari
o Zinc syrup per oral 10mg/mL (10mg/hari) 1x1 hari
o Cefixime syrup per oral 12mg/0,6mL (1,5mg/kgBB/x) 2x1
o Oralit per oral 50mL
o Probiotik per oral 2x1 sachet

18.00
S : Orang tua mengatakan panas anak turun, masih batuk dan bintik kemerahan di
seluruh tubuh, serta belum muncul mencret seperti sebelumnya.
O :Tampak sakit sedang, compos mentis, suhu 37,30C, denyut nadi 112x/menit, laju
prnapasan 24x/menit, ronki kasar di seluruh lapang paru, bising usus (+)
normoperistaltik, turgor kulit baik, capillary refill test <2 detik dan makulopapular
rash di seluruh tubuh
A : Campak dengan komplikasi gastroenteritis akut, pneumonia dan hiperkalemia
P :

Dirawat di ruang isolasi


Observasi tanda-tanda vital (suhu, denyut nadi dan pernapasan) dan keadaan
umum, serta kesadaran
Observasi cairan yang dimasukkan (ASI dan infuse parenteral) dan cairan yang
dikeluarkan melalui urin
Dietetik ASI
Cairan parenteral
o IVFD RL 800mL/24 jam
Medikamentosa
o Paracetamol drop per oral 80mg/0,8mL (10mg/kgBB/x) 4x1 hari
o Zinc syrup per oral 10mg/mL (10mg/hari) 1x1 hari
o Cefixime syrup per oral 12mg/0,6mL (1,5mg/kgBB/x) 2x1
o Oralit per oral 50mL
o Probiotik per oral 2x1 sachet

21.00 WIB
S : Orang tua mengatakan panas anak turun, masih batuk dan bintik kemerahan di
seluruh tubuh, serta belum muncul mencret seperti sebelumnya.

16 | K e p a n i t e r a a n I K A - U K R I D A
O :Tampak sakit sedang, compos mentis, suhu 370C, denyut nadi 118x/menit, laju
prnapasan 24x/menit, ronki kasar di seluruh lapang paru, bising usus (+)
normoperistaltik, turgor kulit baik, capillary refill test <2 detik dan makulopapular
rash di seluruh tubuh
A : Campak dengan komplikasi gastroenteritis akut, pneumonia dan hiperkalemia
P :

Dirawat di ruang isolasi


Observasi tanda-tanda vital (suhu, denyut nadi dan pernapasan) dan keadaan
umum, serta kesadaran
Observasi cairan yang dimasukkan (ASI dan infuse parenteral) dan cairan yang
dikeluarkan melalui urin
Dietetik ASI
Cairan parenteral
o IVFD RL 800mL/24 jam
Medikamentosa
o Paracetamol drop per oral 80mg/0,8mL (10mg/kgBB/x) 4x1 hari
o Zinc syrup per oral 10mg/mL (10mg/hari) 1x1 hari
o Cefixime syrup per oral 12mg/0,6mL (1,5mg/kgBB/x) 2x1
o Oralit per oral 50mL
o Probiotik per oral 2x1 sachet

Tanggal 10 Agustus 2016


S : Orang tua mengatakan anak tidak lagi demam, batuk mulai jarang, tidak didapati
mencret dan bintik kemerahan mulai tampak menjadi gelap dan memudar
O :

Waktu Suhu (0C) Denyut Nadi Pernapasan


(x/menit)
06.00 WIB 36,8 108 28
09.00 WIB 36,7 106 26
12.00 WIB 37,2 110 28
15.00 WIB 36,4 100 24
18.00 WIB 36,6 104 26
21.00 WIB 36,5 100 24

A : Perbaikan campak dengan komplikasi gastroenteritis akut, pneumonia dan


hiperkalemia
P :

Dirawat di ruang isolasi


Observasi tanda-tanda vital (suhu, denyut nadi dan pernapasan) dan keadaan
umum, serta kesadaran
Observasi cairan yang dimasukkan (ASI dan infuse parenteral) dan cairan yang
dikeluarkan melalui urin

17 | K e p a n i t e r a a n I K A - U K R I D A
Dietetik ASI
Cairan parenteral
o IVFD RL 800mL/24 jam
Medikamentosa
o Paracetamol drop per oral 80mg/0,8mL (10mg/kgBB/x) 4x1 hari
o Zinc syrup per oral 10mg/mL (10mg/hari) 1x1 hari
o Cefixime syrup per oral 12mg/0,6mL (1,5mg/kgBB/x) 2x1
o Oralit per oral 50mL
o Probiotik per oral 2x1 sachet

Tanggal 11 Agustus 2016


S : Orang tua mengatakan frekuensi batuk anak telah menurun, tinjanya lunak dengan
ampas
O : Tampak sakit ringan, compos mentis, rash makulopapular menjadi perpigmentasi
dengan perabaan kulit kering, turgor kulit tidak menurun dan suara napas
bronkovesikuler di kedua lapang paru

Waktu Suhu (0C) Denyut Nadi Pernapasan


(x/menit)
06.00 WIB 37,1 108 28x/menit
09.00 WIB 36,7 104 28x/menit
12.00 WIB 36,7 106 26x/menit

A : Perbaikan campak dengan komplikasi gastroenteritis akut, pneumonia dan


hiperkalemia
P :

Dipulangkan dengan catatan dirawat di rumah di kamar tersendiri


Tidak dibawa berpergian
Dietetik ASI
Medikamentosa
o Paracetamol drop per oral 80mg/0,8mL (10mg/kgBB/x) 4x1 hari
o Zinc syrup per oral 10mg/mL (10mg/hari) 1x1 hari
o Cefixime syrup per oral 12mg/0,6mL (1,5mg/kgBB/x) 2x1
o Oralit per oral 50mL

DIAGNOSIS KERJA
Campak (Rubeola, Measles)
I. Etiologi
Campak berasal dari virus RNA dari genus Morbillivirus, family Paramixoviridae.
Virus mumps, virus parainflunzaevirus metapneumovirus dan Rotavirus merupakan
virus dari famili yang sama dengan campak. Deskripsi bentuk virus campak
berukuran 100-250nm dengan untai RNA tunggal diselubungi dengan lapisan lipid

18 | K e p a n i t e r a a n I K A - U K R I D A
sebagai pelindungnya. Virus campak memiliki 6 struktur protein utama. Yang pertama
protein H (hemaglutinin) berperan di dalam perlekatan sel virus ke sel penderita.
Protein F (fusion) mampu meningkatkan penyebaran virus dari satu sel ke sel lainnya.
Yang mampu menyatukan virus dan berada di dalam lapisan pelindung ialah protein
M (matrix). Pada sisi dalam virus campak ada 3 protein, yaitu protein L (large), NP
(nucleeoprotein), dan P (polymerase phosphoprotein). Peranan protein L dan protein P
dalam bentuk aktifitas polimerase RNA virus. Sedangkan protein NP berperan sebagai
struktur nukleokapsid. Dikarenakan virus campak dilapisi dengan pelindung lipid,
maka dapat dilakukan inaktivasi perlindungan dengan cairan pelarut lipid seperti
etanol dan kloroform. Selain itu inaktivasi juga dapat dilakukan bila keadaannya
bersuhu panas (>370C), bersuhu dingin (<200C), sinar ultraviolet, dan kadar pH
yangsektrim (<5 atau >10). Jangka waktu kehidupan virus ini pendek yaitu kurang
dari 2 jam.
II. Epidemiologi
Penyakit campak bersifat endemik di seluruh dunia, namun kejadiannya cenderung
tidak beraturan. Epidemi mulai terjadi saat memasuki musim penghujan, yang
mungkin disebabkan karena adanya peningkatan kelangsungan hidup virus pada
kelembapan yang relatif rendah. Epidemi mungkin terjadi setiap 2-4 tahun sekali yaitu
setelah adanya kelompok baru yang rentan terpajan dengan virus campak. Penyakit
campak diketahui dapat menular melalui droplet infeksi atau agak jarang dengan
penularan lewat udara (airborne spread). World Health Organization (WHO) dengan
MDGs programnya The Expended Programme on Immunization telah mencanangkan
target global untuk mereduksi insidensi campak sampai 90,5% dan mortalitas sampai
95,5% daripada tingkat pre-EPI pada tahun 1995. Strategi untuk mererduksi kematian
akibat campak diantaranya dengan pencapaian dan mempertahankan angka cakupan,
mengusahakan agar semua anak mendapat kesempatan imunisasi campak yang kedua,
mengimplementasikan surveilans yang didukung fasilitas laboratorium dan
melaksanakan program penatalaksanaan yang adekuat di klinik.
Untuk dapat mencapai fase eliminasi campak diprioritaskan melalui pelaksanaan
program imunisasi yang efektif. Eradikasi campak didefinisikan sebagai pemutusan
rantai penularan secara global sehingga imunisasi dapat dihentikan, secara teori
adalah mungkin oleh karena tidak adanya binatang reservoir dan pemberian imunisai
sangat efektif.
Berdasarkan laporan Dirjen PP dan PL Departemen Kesehatan RI 2009, pada tahun
2008 masih terdapat banyak kasus campak di seluruh Indonesia. Demikian juga KLB
campak, terutama pada daerah dengan cakupan imunisai campak yang rendah
misalnya di Bangka Belitung terjadi 6x KLB, di Jawa Tengah 12x, di Jawa Barat 31x
dan di Jawa Timur 32x.
III. Patofisiologi
Mekanisme penyebaran virus campak apabila terinhalasi droplet terinfeksi campak.
Pada awalnya virus campak akan menempel pada sel epitel nasofaring atau melekat
pada konjungtiva. Kemudian, virus akan mulai bereplikasi dan diikuti dengan
penyebaran ke kelenjar limfe regional (umumnya terjadi di hari ke 1-2 pasca
terpapar). Setelah penyebaran terjadilah viremia primer (hari ke-2 sampai hari ke-3).
Yang disusul dengan multiplikasi di sistem retikulendotelial dan kelenjar limfe sejak
hari ke-3 hingga hari ke-5 terinfeksi. Contoh sistem retikuloendotelial yang dimaksud
ialah splen dan hepar. Selain itu terjadi pula di tempat awal perlekatan virus kejadian
multiplikasinya.
Pada hari ke-5 sampai dengan hari ke-7 terinfeksi,muncul viremia sekunder terutama
di kulit dan saluran pernapasan. Virus berada di darah, saluran pernapasan dan organ

19 | K e p a n i t e r a a n I K A - U K R I D A
lainnya di hari ke-11 hingga hari ke-14. Kemudian 2-3 hari , virusselanjutnya mulai
berkurang. Selama terinfeksi, virus bermultiplikasi di sel-sel endotelial, sel-sel epitel,
monosit dan makrofag.
IV. Manifestasi Klinis
Masa tunas penyakit campak berlangsung 10-20 hari secara umumnya. Manifestasi
klinis ini terbagi menjadi 3 stadium, yaitu
1. Stadium kataral (prodormal)
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise,
batuk, fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral
dan 24 jam sebelum terjadinya enantema, timbul bercak koplik yang
patognomonik bagi morbili tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik
tergambar berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan di kelilingi oleh
eritema. Lokalisasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah.
Jarang ditemukan pada bibir bawah tengah atau palatum. Kadang-kadang
terdapat makula halus yang kemudian menghilang sebelum stadium erupsi.
Gambaran drah tepi ialah limfositosis dan leucopenia. Secara klinis, gambaran
penyakit menyerupai influenza dan sering didiagnosa sebagai influenza.
Diagnosis perkiraan yang besar dapt dibuat bila ada bercak koplik dan
penderita pernah kontak dengan penderita morbili dalam 2 waktu 2 minggu
terakhir.
2. Stadium erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di
palatum durum dan palatum mole. Kadang terlihat pula bercak Koplik.
Terjadinya eritema berbetnuk makula-papula disertai menaiknya suhu badan.
Diantara makula ditemukan kulit yang normal, Mula-mula eritema timbul di
belakang telinga, di bagian atas tengkuk, sepanjang rambut dan bagian
belakang bawah. Terkadang ditemukan perdarahan ringan pada kulit. Rasa
gatal dan muka bengkak. Ruam mencapai anggota bawah pada hari ketiga dan
akan menghilang dengan urutan sepert terjadinya.
Pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah leher
belakang. Pula terdapat sedikit splenomegali. Tidak jarang disertai dengan
diare dan muntah.
Variasi dari morbili yang biasa ini ialah black measles yaitu morbili yang
disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
3. Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua atau
hiperpigmentasi yang lema kelamaan akan menghilang dengan sendirinya.
Selain itum anak di Indonesia sering ditemuka kulitnya menjadi bersisik.
Hiperpigmentasi merupakan gejala patognomonik untuk campak. Bagi
penyakit lainnya eritema atau eksantema ruam kulitmengjilang tanpa
hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi normal, kecuali bila ada
komplikasi.
V. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang tidak spesifik mampu menegakkan diagnosis seseorang
sedang mengidap penyakit campak. Di saat kita melakukan pemeriksan darah lengkap
diharapkan hasilnya berupa leukopenoa. Jika ternyata pasien telah mengalami
komplikasi berupa ensefalitis, pada hasil pemeriksaan cairan serebrospinalnya
ditemukan peningkatan protein, limfositik pleositosis dan kadar glukosanya normal.
Pemeriksaan serologi berupa IgM akan didapatkan hasil bila timbul 1-2 hari
kemunculan ruam dan akan bertahan hingga 1-2 bulan. Pemeriksan foto rontgen dada

20 | K e p a n i t e r a a n I K A - U K R I D A
atau toraks bisa memperlihatkan hasil infiltrate intertisial dan perihiler yang
mengindikasikan terjadinya pneumonia campak atau superinfeksi bakteri.
VI. Tatalaksana
Secara umum tatalaksana pasien dengan campak dilakukan terapi berupa tirah baik di
ruang terisolasi dengan pasien lainnya dam pemberian paracetamol yang dapat
diberikan tiap 4 jam dengan dosis 10-15mg/kgBB/dosis. Perawatan suportif rutin
lainnya diberikan termasuk pemberian cairan dan suplemen nutrisi yang adekuat.
Pemberian vitamin A dosis tinggi memperbaiki prognosis pada bayi yang menderita
malnutrisi dan harus mempertimbangkan psien yang memiliki resiko tinggi untuk
mengalami komplikasi yaitu bayi usia 6 bulan sampai 2 tahun yang dirawat di rumah
sakit, demikian pula penderita imunodefisiensi. WHO dan UNICEF merekomendasi
pemberian vitamin A di area yang diketahui mengalami defisiensi vitamin A atau
memiliki tingkat kematian akibat campak yang lebih besar dari 1%. Vitamin A akan
diberika selama 2 hari dengan frekuensi pemberian per harinya adalah 1 kali. Untuk
dosis vitamin A di berbagai rentang umur memiliki perbedaan, seperti
1. Umur <6 bulan 50.000IU
2. Umur 6-11 bulan 100.000IU
3. Umur 12 bulan atau lebih 200.000IU
Pemberian tambahan vitmin A satu kali dosis tunggal sesuai dengan umur penderita
yang diberikan diantara minggu ke-2 hingga minggu ke-4 pada anak dengan gejala
defisiensi vitamin A.
Seorang pasien dinyatakan butuh mendapat rujukan ketika campaknya telah diikuti
komplikasi seperti pneumonia, dehidrasi, croup dan ensefalitis yang tidak jarang perlu
mendapat perawatan di rumah sakit.
VII. Penyulit
Bahaya penyulit penyakit campak yaitu kurang gizi sebagai akibat diare yang
berulang dan berkepanjangan pasca campak, sindrom subakut panensefalitis (SSPE)
pada anak >10 tahun dan munculnya gejala penyakit tuberkulosis paru yang lebih
parah pasca mengidap penyakit campak yang berat disertai pneumonia.
Otitis media menjadi komplikasi yang paling sering terjadi pada infeksi campak.
Pneumonia interstisial (pneumonia campak) atau pneumonia bacterial dapat timbul
akibat infeksi bakteri sekunder oleh Streptococus pneumonia, Staphylococcus aureus
atau Streptococcus group A. Pasien dengan gangguan imunitas seluler dapat
mengalami pneumonia sel raksasa (pneumonia Hecht) yang umumnya berakibat fatal.
Anergi yang berkaitan dengan campak dapat mengaktivasi tuberculosis laten.
Miokarditis dan limfadenitis mesenterika merupakan komplikasi yang jarang terjadi.
Ensefalomielitis terjadi pada 1-2 per 1000 kasus dan umumnya mungkin timbul 2-5
hari setelah terjadinya ruam. Ensefalitis dini mungkin terjadi karena infeksi langsung
virus pada jaringan orak, sedangkan ensefalitis yang timbul kemudian merupakan
proses demielinisasi dan mungkin merupakan fenomena imunopatologis.
Panensefalitis sklerotik subakut (SSPE) merupakan komplikasi neurologis lambat
yang terjadi pada infeksi campak yang ditandai dengan perubahan tingkah laku dan
penurunan intelektual secara progresif dan disusul dengan kematian. SSPE
diperkirakan terjadi 1/1000.000 kasus campak, rata-rata 8-10 tahun setelah terjadinya
campak.
VIII. Prognosis
Kematian seringkali disebabkan oleh bronkopneumonia atau ensefalitis. Resiko
kematian tertinggi ditemukan pada psien dengan keganasan atau yang terinfeksi virus
HIV (Human Immunodeficiency Virus). Kematian pada remaja dan orang dewasa
biasanya terjadi karena panensfalitis sklerotik subakut. Bentuk lain dari ensefalitis

21 | K e p a n i t e r a a n I K A - U K R I D A
karena campak pada pasien imunokompetens disangkutpautkan dengan angka
mortalitas mencapai 15% dengan 20-30% dari yang hidup memiliki gejala sisa yang
berat.
Baik pada anak dengan keadaan umum yang baik. Prognosis buruk tejadi bila keadaan
umum buruk, anak yang sedang menderita penyakit kronis ayau bila ada komplikasi.
IX. Pencegahan
Vaksin campak saat ini memiliki bermacam bentuk, diantaranya monovalenm
kombinasi campak dengan vaksin rubella (MR), kombinasi dengan mumps dan
rubella (MMR), kombinasi dengan mumps, rubella dan varisela (MMR-V).
Pemerintah Republik Indonesia telah mengerluarkan Permenkes no 42 tahun 2013
mengenai imunisasi campak diberikan 2 kali yaitu pada umur 9 bulan sebagai
imunisasi dasar dan pada umur 2 tahun sebagi imunisasi lanjutan. Pada anak usia
sekolah dasar pemberian imunisasi ke-3 diberikan pada program Bulan Imunisasi
Anak Sekolah (BIAS). Kontraindikasi pemberian imunisasi ditunjukkkan pada ibu
hamil, anak dengan imunodefisiensi primer, pasien keganasan atau transplantasi
organ, mereka yang memperoleh pengobatan imunosupresif jangka panjang atau anak
imunokompromais yang terinfeksi HIV. Pengecualian diberikan kepada anak yang
terinfeksi HIV tanpa imunosupresi berat dan tanpa bukti kekebalan terhadap campak,
bisa mendapat imunisasi campak.
Dosis pemberian vaksin campak sebesar 0,5mL secara subkutan. Hal-hal yang yang
perlu diperhatikan pada saat dilakukan imunisasi ialah kejadian ikutan pasca imuniasi
(KIPI). Contoh KIPI yang terjadi ialah demam>39,5 0C yang terjadi pada hari ke 5-6
sesudah imunisasi dan berlangsung selama 5 hari. Peningkatan suhu tubuh tersebut
mungkin merangsang terjadinya kejang demam. Ruam di hari ke 7-10 sesudah
imunisasi dan berlangsung selama 24 hari. Hal ini akan sulit dibedakan dengan
akibat imunisasi pada saat masa inkubasi penyakit alami. Reaksi KIPI berat jika
ditemukan gangguan fungsi sistem saraf pusat seperti ensefalopati pasca imunisai.
Diperkirakan resiko trjadinya kedua efek samping tersebut 30 hari pasca imunisasi 1
diantara 1 milyar dosis vaksin.
Vaksin campak dalam bentuk MMR diberikan pada anak berusia 12-15 bulan dan 4-6
tahun. Dosis kedua MMR bertujuan untuk mengurangi angka kegagalan vaksin yang
telah diberikan pertama kali. Sedangkan vaksin campak bentuk lainnya, MMR-V,
menjadi vaksin alternatif yang dapat diberikan pada anak berusia 12 bulan-12 tahun.
Seorang anak yang menderita penyakit kronik atau anak imunokompromais apabila
dilingkungannya terdapat anggota keluarga yang tererang campak dan ia terpajan
harus menerima profilaksis pasca pajanan dalam waktu 72 jam setelah terjadinya
pajanan atau pemberian immunoglobulin dalam kurun waktu 6 hari setelah pajanan.

PEMERIKSAAN ANJURAN
Laboratorium Darah Lengkap
Pemeriksaan laboratorium darah lengkap yang dimaksud diantaranya hemoglobin,
hematokrit, hitung eritrosit, hitung trombosit, hitung leukosit, hitung jenis leukosit (eosinofil,
basofil, netrofil batang, netrofil segmen, monosit dan limfosit), MCV, MCH dan MCHC,
disertakan uji CRP untuk memastikan benar terjadi peradangan disertai infeksi. Kemudian
ingin meyakinkan apakah infeksi yang terjadi berasal dari bakteri, virus atau parasit
Laboratorium Cairan Serebrospinal

22 | K e p a n i t e r a a n I K A - U K R I D A
Pemeriksaan laboratorium cairan serebrospinal untuk menyingkirkan seorang penderita
campak telah mengalami komplikasi berupa ensefalitis. Jika benar telah terjadi ensefalitis,
hasil pemeriksaan yang diperoleh diantaranya pleositosis limfositik, peningkatan protein,
dengan kadar gula yang normal

PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam
Ad functionam : Bonam
Ad sanationam : Bonam

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan kasus campak yang saat ini dihadapi telah mengarah pada terjadinya
kompliksi berupa gastroenteritis akut, pneumonia dan hiperkalemia. Yang mungkin dilakukan
melakukan terapi suportif dengan menjaga cairan tubuh dan mengganti cairan yang hilang
akibat gastroenteritis akut. Dikarenakan di haripertama tidak dialakukan pemeriksaan kadar
elektrolit serum, cairan yang terpilih ialah ringer laktat. Pertimbangan pemberian cairan ini
ialah terkandungnya elektrolit yang telah dikeluarkan oleh anak saat diare, seperti natrium
130mmol/L, K 54mmol/L, Cl 112mmol/L, Ca 1,8mmol/L dan laktat 27mmol/L. Akan tetapi
cairan ringer laktat mulai digantikan dengan KAEN 1B untuk mengatasi hiperkalemia yang
berlangsung. Tidak hanya itu tetapi juga diikuti dengan pemberian zinc, oralit dan antibiotik.
Kehadiran antibiotik ini didasarkan pada hasil laboratorium yang menunjukkan
ditemukannya leukosit di dalam feses melebihi kadar normal dan juga dapat mendukung
terapi pneumonia. Antibiotik yang terpilih ialah sefiksim. Sefiksim dikenal sebagai antibiotik
yang memiliki spektrum luas, aktif terhadap bakteri gram negatif mapun gram positif yang
termasuk golongan antibiotik cephalosporin generasi ketiga. cefixime adalah antibiotik beta
laktam, termasuk bakteriocidal yang bekerja dengan cara menghambat sintesis lapisan
peptidoglikan dinding sel bakteri.

TINDAK LANJUT
Diperlukan pemantauan masukan dan pengeluaran cairan setelah anak tidak lagi dirawat di
rumah sakit. Anak perlu mendapatkan istirahat dahulu di rumah dan tidak bermain bersama
teman atau anggota keluarga yang tidak serumah agar tidak menularkan penyakit yang dierita
ke anak-anak lainnya. Ibu dianjurkan untuk memberikan makanan pendamping ASI (MP-
ASI) sesuai dengan umur anaknya saat ini, yaitu dimulai dengan bubur kental, makanan yang
dihaluskan dilanjutkan dengan makanan keluarga yang dihaluskan. Untuk pemberian
makanan tersebut 2-3 kali dalam sehari, dimana tergantung dengan nafsu makan anak.

23 | K e p a n i t e r a a n I K A - U K R I D A
Pemberian snack dimungkinkan 1-2 kali. Untuk memulai makannya sebanyak 2-3 sendok
setiap kali makan dan ditingkatkan perlahan hingga setengah cangkir 250mL. Obat-obatan
yang dibawa untuk pulang ke rumah diminum sesuai anjuran yang diberikan. Setiap anggota
keluarga yang serumah diusahakan untuk menjalani pola hidup bersih dan sehat, termasuk
anak. Anak perlu dibawa kembali ke praktek dokter untuk dilakukan pengamatan tingkat
keberhasilan tatalaksana yang dijalani.

DIAGNOSIS BANDING
Campak Jerman (Rubela / Campak 3 Hari)
Etiologi
Penyakit ini deisebabkan oleh virus RNA rantai tunggal yang memiliki amplop glikolipid
yang termasuk di dalam keluarga Togavirus. Virus akan menyerang salurapan pernapasan dan
menyebar sebagai viremia primer. Virus akan bereplikasi di system retikuloendotelial untuk
bisa menimbulkan viremia sekunder. Untuk mendapatkan virus tersebut dalam uji
laboratorium umumnya diambil dari spesimen berupa darah perifer, cairam serebrospinal dan
urin.
Jika terjadi infeksi maternal pada trimester pertama, maka fetus akan terineksi pula.
Gambaran klinisnya ialah vaskulitis generalisata. Punak masa penularan virus ini 2 hari
sebelum sampai 5-7 hari setelah timbulnya ruam, walaupun virus mungkin dapat ditemukan
pada sekret nasofaring sejak 7 hari sebelum sampai 14 hari dapat menyebarkan virus melalui
sekret nasofaring dan urin selama 12 bulan setelah lahir dan dapat menularkan virus tersebut
kepada setiap orang yang rentan.
Epidemiologi
Negara-negara barat menemukan umumnya populasi yang belum divaksinasi akan mudah
terserang dan timbul di musim semi dengan siklus epidemi setiap 6-9 tahun sekali. Kasus
subklinis melebihi kasus klinis dengan rasio 2:1. Diperkirakan kurang dari 20 kasus rubella
ditemukan di Amerika Serikat. Pada orang dewasa ditemukan pada lingkungan kerja, penjara
perguruan tinggi dan pusat karantina, dimana mereka belum tervaksinasi.Antibodi
transplasenta mampu melindungi seorang bayi di 6 bulan pertama kehidupannya.
Manifestasi Klinis
Masa inkubasi pasca lahir 14-23 hari. Gejala kataral pada fase prodormal mungkin tidak
diasadari keberadaannya. Tanda khas dari campak jerman ini adalah limfadenopati
retroaurikular., servikal posterior dan oksipital posterior disertai dengan ruam eritema
makulopapular yang tersebar diskrit. Ruam akan muncul pertama kali drai wajah dan
menyebar keseluruh tubuh serta akan menghilang dalam 3 hari. Ruam yang ada tidak
semencolok ruam pada morbili. Istilah untuk bintik merah di palatum mole adalah bintik
Forchheimer, dimana kemungkinan untuk munculnya sebelum ruam. Selain itu akan muncul
pula fanringitis ringan, konjungtivitis, anoreksia, nyeri kepala dan malaise, serta demam
ringan. Jika saja pasiennya adalah perempuan dewasa aka nada gejala klinis berupa
poliartritis yang akan sembuh tanpa gejala sisa. Parestesis dan tendinitis mungkin pula
timbul.
Tatalakasana

24 | K e p a n i t e r a a n I K A - U K R I D A
Tatalaksananya bersifat suportif, disertakan dengan pemberian cairan adekuat dan antipiretik
Penyulit dan Prognosis
Komplikasi akibat rubella jarang terjadi. Rubela saat kehamilan dapat mengakibatkan
sindrom rubella congenital debgan pertumbuhan janin terhambat, katarak, ketulian, defisit
neurologis dan patent ductus atrteriosus.Prognosis dari penyakit ini sangat baik. Kematian
terjadi idakibatkan ensefalitis rubella, tetapi ini pun sangat jarang terjadi.
Pencegahan
Pemberian vaksin rubella bermanfaat mencegah terjadinya infeksi dan dierekomendasikan
sebagai vaksin kombinasi dalam bentuk MMR yang diberikan pada anak berusia 12-15 bulan
dan 4-6 tahun. Setelah dilakukan vaksinasi, virusnya akan bertunas dan tumbuh di nasofaring
dalam beberapa minggu tetapi tidak menularkan. Wanita hamil dengan resiko terkena rubella,
akan dilakukan imunisasi pasca melahirkan. Efek samping pemberian vaksin ini jarang, akan
tetapi pada anak perempuan yang telah melewati masa pubertas kemungkinan akan muncul
artralgia dan gejala mirip arthritis akut. Gejala-gejala tersebut muncul 1-3 minggu setelah
vaksinasi dan berlangsung antara 1-3 hari.
Vaksinasi ini dikontraindikasikan kepada kelompok imunokompromais akibat defisiensi imun
congenital, infeksi HIV, leukemia, limfoma, sedang menjalani terapi kanker atau dalam terapi
imunosupresan mempergunakan kortikosteroid. >2mh/kgBB/hari selama >14 hari, kehamilan
atau mendapat terapi immunoglobulin 3-11 bulan tergantung dosis yang diberikan.
Bagi individu yang tidak hamil dan terpajan oleh rubella harus mendapat vaksinasi.
Imunoglobulin ditujukkan kepada wanita hamil beresiko tinggi terpajan rubella.
Eksantema Subitum (Roseola Infantum / Sixth Disease)
Roseola infantum disebabkan oleh herpesvirus tipe 6 dan 7 (HHV-6 dan HHV-7). HHV-6 dan
HHV-7 dikenal sebagi virus DNA berukuran besar, beramplop dan berantai ganda yang
dimasukkan ke dalam keluarga herpesvirus. Mereka memiliki kemampuan untuk menyerang
mononuclear matur dan menyebabkan viremia yang relative lama (3-5 hari) selama infeksi
primer. Apabila dilakukan pemeriksaan air liur pada pasien dewasa sehat HHV-6 dan HHV-7
bisa ditemukan, yang menunjukkan seperti herpesvirus umumnya yang mampu berkembang
menjadi infeksi laten seumur hidup dan secara berkala mampu menularkan.
Peningkatan insidensi roseola infantum, saat antibody transplasenta sudah tidak lagi
melindungi seorang bayi. Pada usia 12 bulan, anak mungkin saja memiliki antibody terhadap
HHV-6 dan umumnya semua anak akan menunjukkan seropositif di usia 2-3 tahun.
Kemungkinan ia memperoleh virus ini dari ornag dewasa yang tidak bergejala yang secara
berkala menularkan virus. HHV-6 menjadi penyebab utama atas penyakit demam akut pada
bayi.
Manifestasi klinis roseola infantum ini diantaranya demam tinggi yang dapat mencapai suhu
400C bahkan lebih yang timbul mendadak dan berlangsung antara 3-5 hari. Ruam
makulopapular berwarna merah (rose-colored rash) muncul bersamaan dengan
menghilangnya demam, walaupun dapat timbul lebih awal. Ruam hanya muncul dalam 3 hari
dan menghilang dengan cepar dan tidak selalu muncul pada bayi yang terserang HHV-6.
Gejala saluran pernapasan atas, hidung buntu, eritema membran timpano dan batuk bisa
terjadi. Gejala gastrointestinal pun hadir. Anak yang terkena roseola tampak rewel dan toksik.

25 | K e p a n i t e r a a n I K A - U K R I D A
Pemeriksaan laboratorium untuk roseola infantum tidak spesifik dan tidak membantu dalam
penegakkan diagnosis. Jika telah ada komplikasi berupa ensefalitis mungkin diperoleh hasil
pleositosis dengan dominasi sel mononuklear, peningkatan kadar protein dan kadar glukosa
yang normal. Peningkatan titer antibodi sama atau lebih dari 4 kali pada pemeriksaan serologi
dari serum akut dan konvalesens serta identifikasi antigen HHV-6 pada metode PCR.
Tatalaksana yang dimungkinkan untuk dilakukan diantaranya pemberian cairan adekuat dan
antipiretik. Prognosis untuk penyakit ini sangat baik. Kematian akan terjadi apabila timbul
ensefalitis atau sindrom hemofagositosis

26 | K e p a n i t e r a a n I K A - U K R I D A

Anda mungkin juga menyukai