Anda di halaman 1dari 14

Tinjaun Pustaka

Hubungan obstructive sleep apnea


dengan penyakit sistem kardiovaskuler

Arie Cahyono, Bambang Hermani, Endang Mangunkusumo, Riski Satria Perdana


Departemen Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Rumah Sakit dr.Cipto Mangunkusumo
Jakarta - Indonesia

ABSTRAK
Latar belakang: Obstructive sleep apnea (OSA) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan peristiwa
kolapsnya saluran napas bagian atas secara periodik pada saat tidur yang mengakibatkan apnea, hipopnea atau
keduanya. Gejala klinis OSA sering tidak terdeteksi, namun diduga dapat meningkatkan risiko berbagai macam
komplikasi medis antara lain kelainan kardiovaskuler. Tujuan: Agar para ahli THT dapat mengerti mengenai
patogenesis dan patofisiologi OSA dan komplikasinya. Tinjauan pustaka: Beberapa penelitian telah
menyatakan tentang adanya hubungan antara OSA dengan penyakit kardiovaskuler seperti hipertensi, gagal
jantung, aritmia dan arteriosklerosis. Patofisiologi OSA pada komplikasi kardiovaskuler yang sulit dideteksi
dapat menyebabkan penatalaksanaan penyakit kardiovaskuler menjadi kurang efektif. Kesimpulan:
Pemahaman yang baik dapat membantu menegakkan diagnosis dan melakukan tatalaksana yang tepat untuk
mencegah komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan OSA.

Kata kunci: obstructive sleep apnea, apnea, hipopnea, penyakit kardiovaskuler.

ABSTRACT
Background: Obstructive sleep apnea (OSA) is a disease characterized by periodic upper airway collapse
during sleep, which could result in either apnea, hypopnea or both.. OSA is very often undetected but it is
strongly associated with variety of medical complication, among others cardiovascular diseases. Purpose: To
inform ENT specialists about the pathogenesis and pathophysiology of OSA and its complications. Literature
review: Recent data from several studies has documented the association between OSA and cardiovascular
disorders such as hypertension, heart failure, arrhytmia and atherosclerosis. The undetectable cardiovascular
complication that lead by OSA could make the management of cardiovascular disorders uneffective.
Conclusion: A good understanding can help physicians to diagnose, manage and prevent cardiovascular
complication that caused by OSA.

Key words: obstructive sleep apnea, apnea, hipopnea, cardiovascular disease.

1
Alamat korespondensi: Arie Cahyono. Departemen THT FKUI-RSCM. Jl. Diponegoro 71, Jakarta.
Email: rsatriap_dr@yahoo.co.id

PENDAHULUAN Empat penelitian prevalensi berskala besar


menyatakan satu dari lima orang dewasa kulit
Obstructive sleep apnea (OSA) adalah
putih yang memiliki rata-rata indeks massa
kelainan yang merupakan bagian dari sleep-
tubuh (IMT) 2528 kg/m2 memiliki AHI
disorder breathing syndrome yang kompleks.
5x/jam. Dilaporkan satu dari 15 pasien OSA
Sebenarnya gejala OSA sering terjadi, namun
memiliki AHI 15 atau lebih.2
sulit untuk dideteksi. OSA adalah keadaan
Wanita pasca-menopause memiliki risiko
terjadinya obstruksi jalan napas atas secara
OSA lebih tinggi yang dihubungkan dengan
periodik selama tidur yang menyebabkan napas
faktor hormonal dan orang usia lanjut memiliki
berhenti secara intermiten, baik komplit
prevalensi OSA lebih tinggi dari dewasa muda.
(apnea) atau parsial (hipopnea). Diagnosis OSA
Gejala daytime hypersomnolence lebih jarang
ditegakkan jika jumlah frekuensi penurunan
muncul pada orang usia lanjut.1,2
aliran udara yang berhubungan dengan
Beberapa penelitian menemukan adanya
kolapsnya saluran napas atau apnea-hipopnea
hubungan yang kuat antara OSA dengan
index (AHI), lebih dari 5 kali dalam 1 jam
penyakit sistem kardiovaskuler. Hal ini
tidur. Hal tersebut dapat menyebabkan
dibuktikan dengan laporan adanya perbaikan
terjadinya periode arousal (terbangun atau
pasien iskemia miokard yang diterapi dengan
gelisah dalam tidurnya) dan tidur kembali. AHI
continuous positive airway pressure (CPAP),
diperoleh dengan melakukan pemeriksaan
sedangkan CPAP sendiri merupakan terapi
polisomnografi.1,2,3
utama OSA. Komplikasi penyakit
Berdasarkan penelitian dilaporkan 24%
kardiovaskuler yang diduga berhubungan
pria dan 9% wanita dewasa mempunyai angka
dengan OSA antara lain adalah hipertensi,
kejadian atau AHI lebih dari 5x/jam.
gagal jantung kongestif, disfungsi diastolik,
Dilaporkan bahwa 4% pria, 2% wanita dan 1-
aritmia, arteroskleosis koroner dan
3% pada anak mempunyai gejala OSA,
serebrovaskuler. OSA juga diduga dapat
termasuk adanya gejala daytime
mencetuskan penyakit stroke, infark miokard,
hypersomnolence yang diakibatkan oleh
angina pektoris atau iskemia ventrikular secara
kejadian apnea-hipopnea.1
mendadak. 2,3

2
Tinjauan pustaka ini diharapkan dapat Genetik atau sindrom Down
kongenital sindrom Pierre-Robin
menjelaskan hubungan antara OSA dengan sindrom Marfan
Abnormalitas Rinitis
penyakit kardiovaskuler dan bagaimana peran hidung/faring Polip nasi
bidang ilmu penyakit telinga hidung tenggorok Hipertrofi tonsil dan adenoid
Deviasi septum nasi
dalam mengantisipasi hubungan tersebut. Penyakit lain Akromegali
Hipotiroidisme
Kelainan Lingkar leher >40cm
TINJAUAN PUSTAKA struktur Abnormalitas sendi temporo-
saluran napas mandibula
atas Mikrognatia
Klasifikasi OSA Retrognatia
Makroglosia
Derajat beratnya OSA dinilai berdasarkan Abnormalitas palatum
nilai apnea-hypopnea index (AHI) menggunakan Kraniosinostosis

polisomnografi. Derajat beratnya OSA dibagi


Obesitas dapat mengubah volume dan
menjadi: 1) ringan AHI 5-14; 2) sedang AHI
bentuk anatomi, lidah dapat terangkat sehingga
15-29; 3) berat AHI 30.3,4
mengurangi volume saluran napas atas.
Demikian juga kelainan anatomi seperti
Faktor predisposisi OSA
hipertrofi tonsil, deviasi septum, hipertrofi
Beberapa faktor predisposisi OSA antara
konka dan anomali maksilofasial seperti
lain obesitas, ukuran lingkar leher, umur, jenis
mikrognatia, retrognatia, hipertrofi adenoid-
kelamin, hormon, dan kelainan anatomi saluran
tonsil, makroglosia dan akromegali.5,6
napas. Obesitas dilaporkan sebagai faktor
utama yang dapat meningkatkan risiko Patogenesis dan patofisiolgi OSA
terjadinya OSA. Dari kepustakaan dinyatakan Ada tiga faktor yang berperan pada
bahwa penderita OSA setidaknya memiliki patogenesis OSA: pertama, obstruksi saluran
indeks massa tubuh (IMT) satu tingkat di atas napas daerah faring akibat pendorongan lidah
2
normal (IMT normal 20-25 kg/m ). Penelitian dan palatum ke belakang yang dapat
lain melaporkan bahwa ukuran lingkar leher menyebabkan oklusi nasofaring dan orofaring,
(>42,5 cm) berhubungan dengan peningkatan yang menyebabkan terhentinya aliran udara,
5
AHI. meskipun pernapasan masih berlangsung pada

Tabel 1. Faktor risiko OSA1 saat tidur. Hal ini menyebabkan apnea, asfiksia

Faktor-faktor risiko yang berperan pada OSA


sampai periode arousal. Faktor kedua adalah
Umum Obesitas (IMT >30 kg/m2) ukuran lumen faring yang dibentuk oleh otot
Gender (pria> wanita)
Riwayat OSA pada keluarga dilator faring (m. pterigoid medial, m. tensor
Pasca-menopause
veli palatini, m. genioglosus, m. geniohiod, dan

3
m. sternohioid) yang berfungsi menjaga hipopnea adalah terjadinya keadaan reduksi
keseimbangan tekanan faring pada saat aliran udara sebanyak lebih-kurang 30% selama
terjadinya tekanan negatif intratorakal akibat 10 detik yang berhubungan dengan penurunan
kontraksi diafragma. Kelainan fungsi kontrol saturasi oksigen darah sebesar 4%. Apnea
neuromuskular pada otot dilator faring berperan terjadi karena kolapsnya saluran napas atas
terhadap kolapsnya saluran napas. Defek secara total, sedangkan hipopnea kolapsnya
kontrol ventilasi di otak menyebabkan sebagian, namun jika terjadi secara terus-
kegagalan atau terlambatnya refleks otot dilator menerus dapat menyebabkan apnea.2
faring, saat pasien mengalami periode apnea-
Gejala klinis OSA
hipopnea.4,6
OSA sering tidak terdeteksi karena terjadi
saat pasien tidur. Gejala OSA dikelompokkan
menjadi gejala malam dan gejala siang hari.
Gejala utama OSA adalah daytime
hypersomnolence. Gejala ini tidak dapat dinilai
secara kuantitatif karena pasien sering sulit
membedakan rasa mengantuk dengan
kelelahan. Hampir 30% pria dan 40% wanita
dewasa dengan nilai AHI >5x/jam mengeluh
tidak segar saat bangun. Dilaporkan 25% pria
Gambar 1. Obstruksi jalan napas pada pasien OSA5
dan 30% wanita dewasa mengeluh mengalami
Faktor ketiga adalah kelainan kraniofasial rasa mengantuk yang berlebihan di siang
mulai dari hidung sampai hipofaring yang hari.3,5,6
dapat menyebabkan penyempitan pada saluran Epworth sleepiness scale (ESS) dan
napas atas. Kelainan daerah ini dapat Standford sleepiness scale (SSS) adalah
menghasilkan tahanan yang tinggi. Tahanan ini kuisioner yang mudah dan cepat untuk menilai
juga merupakan predisposisi kolapsnya saluran gejala rasa mengantuk. Skala ini tidak
napas atas. Kolaps nasofaring ditemukan pada berhubungan secara langsung dengan indeks
81% dari 64 pasien OSA dan 75% di antaranya apnea-hipopnea. Penyebab daytime
memiliki lebih dari satu penyempitan saluran hypersomnolence adalah karena adanya tidur
napas atas.4,6 yang terputus-putus, berhubungan dengan
Periode apnea adalah terjadinya henti respons saraf pusat yang berulang karena
napas selama 10 detik atau lebih. Periode adanya gangguan pernapasan saat tidur.3,5,6

4
Kuisioner EES dan SSS dapat digunakan
Tabel 2. Gejala klinis pada OSA6 untuk menanyakan keluhan yang berhubungan
Gejala klinis Insidensi(%) Nokturnal (N) / dengan gejala OSA. ESS digunakan untuk
Daytime (D)
menilai bagaimana kebiasan tidur dan rasa
Mendengkur 95 D
mengantuk pasien dalam kegiatan sehari-hari,
Mengantuk 75 D
sedangkan SSS untuk mengetahui seberapa
Restless sleep 99 D
mengantuknya pasien pada kegiatan tersebut.
Mental 58
abnormal Multiple sleep latency testing (MSLT) adalah

Perubahan 48 D pemeriksaan yang bersifat objektif untuk


kepribadian
mengevaluasi derajat beratnya rasa mengantuk
Impotensi 40 yang berlebihan di siang hari. Pemeriksa juga
Sakit kepala 35 D harus menanyakan kepada pasien tentang
Nokturia 30 N pengalaman terbangun dari tidur karena
Enuresis Tidak N/D tersedak, mendengkur (dapat ditanyakan pada
diketahui
teman tidur) dan bangun dari tidur dengan
Nocturnal Tidak N
Choking diketahui badan terasa tidak segar.3,8
Hal-hal yang harus dinilai pada

Dilaporkan 50% penderita OSA pemeriksaan fisik adalah IMT, ukuran lingkar

mempunyai tekanan darah di atas normal, leher, keadaan rongga hidung (deviasi septum,

meskipun tidak diketahui apakah hal tersebut hipertrofi konka, polip, adenoid), perasat

merupakan penyebab atau sebagai akibat apnea Mueller (untuk menilai penyempitan velo-

tidur. Risiko serangan jantung dan stroke juga orofaring), penilaian Friedman tounge position

dilaporkan meningkat pada penderita OSA.2,3,5,6 (modifikasi Mallampati), bentuk palatum mole,
bentuk uvula, palatal flutter, palatal floppy,
Diagnosis OSA ukuran tonsil dan penyempitan peritonsil
Diagnosis OSA ditegakkan dengan lateral. Populasi dewasa dengan IMT >30
melakukan anamnesis mengenai pola tidur, kg/m2 memiliki prevalensi OSA >50%. Perlu
pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiologi dan diketahui bahwa penilaian IMT dan lingkar
pemeriksaan penunjang khusus. Gabungan data leher tidak memiliki predictive abilities pada
yang akurat dari anamnesis dan pemeriksaan wanita. Mendengkur memiliki positive
fisik yang baik dapat mengarahkan kepada predictive value (PPV) 63% dan negative
indikasi untuk melakukan pemeriksaan baku predictive value (NPV) 56% pada OSA.
3,5-7
emas OSA.

5
Pemeriksaan Oksimetri pada saat tidur malam semua faktor di atas dapat meningkatkan
hari sebagai skrining OSA, memiliki predictive abilities antara 60-70%.3-6,8
sensitivitas sebesar 31%. Kombinasi dari

Tabel 3. Epworth sleepiness scale7

Kriteria Nilai Mengantuk


1 Duduk dan membaca 0 1 2 3
2 Menonton televisi 0 1 2 3
3 Duduk diam di tempat umum (di bioskop atau rapat) 0 1 2 3
4 Sebagai penumpang mobil selama 1 jam tanpa istirahat 0 1 2 3
5 Rebahan untuk istirahat sore ketika memungkinkan 0 1 2 3
6 Duduk dan berbicara dengan seseorang 0 1 2 3
7 Duduk tenang setelah makan siang tanpa minum alkohol 0 1 2 3
8 Saat mengemudi dan mobil berhenti beberapa menit dalam kemacetan 0 1 2 3

0 = Tidak pernah mengantuk Nilai ESS 10


1 = Sedikit mengantuk indikasi daytime
2 = Cukup mengantuk sleepiness atau
3 = Sangat mengantuk dan tertidur sleep disorder

Untuk memudahkan penilaian saluran keberhasilan dari operasi


napas atas, Friedman8 membuat standar uvulopalatopharyngealplasty (UPPP). Caranya
pemeriksaan daerah naso-velo-orofaring. Ada adalah dalam posisi duduk, dilakukan
empat derajat Friedman tounge position. Pasien nasoendoskopi dan pasien diinstruksikan untuk
membuka mulut tanpa mengeluarkan lidah, melakukan inspirasi kuat sambil menutup
dilakukan observasi: derajat I, seluruh uvula hidung dan mulut. Pada pemeriksaan ini
tervisualisasi; derajat II, uvula tervisualisasi dilakukan penilaian luas saluran napas atas
tetapi tonsil tidak terlihat; derajat III, palatum pada ruang retropalatal dan retroglosal.
mole tervisualisasi, tetapi uvula tidak terlihat; Penyempitan pada ruang ini dapat terjadi
derajat IV, hanya palatum durum yang anteroposterior, laterolateral atau konsentrik.9,10
tervisualisasi. Pemeriksaan ini dapat Pemeriksaan sleep endoscopy digunakan
memprediksi ada tidaknya OSA.9 untuk memvisualisasikan obstruksi jalan napas
Pemeriksaan perasat Mueller yang saat pasien tidur. Ada lima daerah yang perlu
dilakukan saat terjaga, dapat mencerminkan diperhatikan, yaitu: palatum mole, dinding
keadaan mendengkur pasien OSA saat tidur faring lateral, tonsil palatina, tonsil lingua/dasar
dan dapat digunakan untuk memprediksi lidah dan epiglotis. Derajat obstruksi dibagi

6
menjadi empat kategori. Simple palatal (ECG) dan sinyal ketiga yang berhubungan
snoring, suara mendengkur berasal dari getaran dengan respirasi seperti airflow (nasal
palatum mole, dinding sfingter velofaring dan thermistor technique), oksimetri, mendengkur,
orofaring bagian atas. Lateral wall collapse, kapnografi, EMG interkostal, balon manometri
penyebab obstruksi berasal dari area orofaring esofageal, thoraco-abdominal effort, nasal
dan tonsil palatina. Tounge base/epiglotis, pressure transducer, pneumotachography face
fungsi sfingter velofaring baik, obstruksi mask dan kadar PCO2.6,8,11-13
terdapat pada dasar lidah atau karena hipertrofi
tonsil lingua. Epiglotis mungkin memiliki Penatalaksanaan OSA
kontribusi terhadap dengkuran. Multi segmental Penatalaksanaan OSA terdiri dari terapi
collapse, tampak obstruksi pada beberapa non-bedah dan terapi bedah. Penggunaan
tingkatan anatomi.9 continuous positive pressure (CPAP) adalah
Pemeriksaan sefalometri dan foto polos terapi non-bedah OSA yang dianggap paling
saluran napas atas dapat digunakan untuk efektif untuk menurunkan gejala mendengkur,
mengevaluasi kelainan anatomi kraniofasial. apnea-hipopnea dan daytime hypersomnolence.
Komputer tomografi dan magnetic resonance The American College of Chest Physicians
imaging (MRI) juga dapat memfasilitasi untuk merekomendasikan CPAP pada pasien dengan
memahami hubungan antara kelainan anatomi AHI >30 dan juga pasien dengan AHI 530
kraniofasial dengan gangguan pernapasan.6,8 yang disertai gejala. Kelemahan CPAP adalah
Polisomnografi (PSG) adalah pemeriksaan adanya rasa tidak nyaman pada saat
baku emas untuk menegakkan diagnosis OSA. penggunaannya, adanya rasa claustrophobia,
PSG merupakan uji diagnostik untuk sakit kepala, rinitis, iritasi wajah dan hidung
mengevaluasi gangguan tidur yang dilakukan serta aerofagia.3,4,14-16
pada malam hari di laboratorium tidur, Dengan menurunkan berat badan,
digunakan untuk membantu pemilihan terapi penderita OSA dengan obesitas dapat
dan evaluasi hasil terapi. Ada tiga sinyal utama meningkatkan volume dan fungsi saluran napas
yang dimonitor yaitu pertama, sinyal untuk atas. Menghindari konsumsi minuman
mengkonfirmasi keadaan stadium tidur seperti beralkohol, obat penenang, nikotin dan kafein
elektroensefalogram (EEG), elektrookulogram pada malam hari dapat memperbaiki tonus otot
(EOG) dan submental elektromiogram (EMG). saluran napas atas dan mekanisme pernapasan
Sinyal kedua adalah sinyal yang berhubungan sentral. Preparat efedrin, walaupun tidak
dengan irama jantung, yaitu elektrokardiogram memberikan efek jangka panjang, dilaporkan

7
membantu memperbaiki aliran udara pada mengalami kemajuan pasca-UPPP dan
saluran napas atas.3,4,14,16 genioglosus advancement setelah dievaluasi
Tujuan terapi bedah pada OSA adalah selama enam bulan dengan PSG. Teknik ini
untuk memperbaiki volume dan bentuk saluran mempunyai angka keberhasilan 97-100%
napas atas. Indikasi harus jelas dan dalam menurunkan AHI dan meningkatkan
dipersiapkan dengan baik. Indikasi saturasi oksigen darah.3,4,16
pembedahan OSA adalah AHI 20x/jam, Muskukus genioglosus, geniohioid dan
saturasi O2 <90%, tekanan esofagus di bawah konstriktor faringeal media berinsersi pada os
-10 cmH2O, adanya gangguan kardiovaskuler hioid. Obstruksi yang terjadi pada hipofaring
(seperti aritmia dan hipertensi), gejala dapat diperbaiki dengan teknik operasi miotomi
neuropsikiatri, gagal dengan terapi non-bedah hioid dengan suspensi.17
dan adanya kelainan anatomi yang Laser-assisted uvuloplasty (LAUP) adalah
menyebabkan obstruksi jalan napas. Tidak ada teknik yang mirip seperti UPPP, namun
satu teknik yang benar-benar baik untuk menggunakan laser (CO2, argon). Teknik ini
OSA.6,14,17 dapat dilakukan dengan anastesi lokal dalam
Uvulopalatopharyngoplasty (UPPP) 1-3 sesi rawat jalan. LAUP tidak
merupakan salah satu teknik operasi dengan direkomendasikan pada pasien yang memiliki
melakukan eksisi pada margo inferior palatum obstruksi pada daerah tonsil, penebalan mukosa
mole termasuk uvula dan tonsil. Menurut faring, hipertrofi tonsil dan AHI >30. LAUP
penelitian meta-analisis yang pernah dilakukan, sudah sekarang jarang dikerjakan.3,4,16
dinyatakan UPPP secara signifikan dapat Teknik operasi lain adalah radiofrequency
menurunkan AHI dan meningkatkan saturasi ablation (RA) palatum. Indikasinya untuk
oksigen. UPPP kurang efektif pada pasien usia pasien dengan obstruksi daerah palatum dan
lanjut dan IMT yang tinggi. Genioglosus AHI <15. Angka keberhasilan RA palatum
advancement dapat memperbaiki obstruksi dalam mengeliminasi keluhan mendengkur dan
retroglosal. Teknik ini dilakukan pada pasien memperbaiki nilai ESS mencapai 75%, namun
dengan AHI >30 yang disebabkan oleh tidak mengubah nilai AHI. Madani6
obstruksi pada dasar lidah. Keberhasilan teknik melaporkan nasal radioablation pada hipertrofi
ini dalam memperbaiki AHI dan saturasi konka mampu mereduksi obstruksi jalan napas
oksigen mencapai angka 66-85%.3,4,16 atas. Penggantian palatum dengan implan dapat
Teknik maksila-mandibular osteotomi dilakukan pada OSA sedang dan berat. Teknik
dapat dilakukan pada pasien yang tidak ini dapat menurunkan AHI <10 sampai 63%.3,4

8
Penyakit kardiovaskuler OSA dan hipertensi
Penyakit kardiovaskuler atau Sebuah penelitian melaporkan bahwa
cardiovascular disease (CVD) adalah istilah pasien dengan OSA memiliki rata-rata tekanan
yang digunakan untuk gangguan fungsi pada darah lebih tinggi dibanding dengan kelompok
jantung dan pembuluh darah. Terdapat tiga kontrol. Ada beberapa mekanisme pada OSA
bentuk penyakit kardiovaskuler, yaitu penyakit yang memberikan kontribusi terhadap
jantung koroner, penyakit serebrovaskuler dan peningkatan tekanan darah. Pada saat
penyakit vaskuler perifer. Banyak faktor terjadinya fase apnea, tidak ada aliran udara ke
predisposisi dan faktor risiko yang dapat paru, kadar oksigen darah akan turun dan kadar
mempengaruhi terjadinya CVD, seperti umur, CO2 darah naik. Pada awal periode ini, tekanan
obesitas, jenis kelamin, ras, pola hidup, rokok, darah akan turun untuk selanjutnya naik secara
dan makanan. Penyakit diabetes melitus dan signifikan sebagai akibat dari mekanisme
OSA, dianggap sebagai faktor yang dapat refleks simpatis dan usaha melawan keadaan
meningkatkan risiko terjadinya CVD. Faktor obstruksi jalan napas. Penderita OSA
risiko yang sama-sama ada pada OSA maupun mengalami peningkatan aktivitas saraf simpatik
CVD diduga sebagai faktor penghubung antara sampai dua kali normal pada fase apnea-
keduanya.13 hipopnea. Repetisi dari hipoksemia dan arousal
yang terjadi secara terus-menerus pada OSA
Hubungan OSA dan CVD
diduga menjadi kunci peningkatan tekanan
CVD merupakan salah satu penyebab
darah. Patofisiologi OSA juga dihubungkan
kematian tertinggi di berbagai negara.
dengan patogenesis kerusakan endotel dan
Penelitian mengenai hubungan OSA dengan
gangguan kemampuan vasodilatasi pembuluh
CVD termasuk hipertensi, gagal jantung, infark
darah.1,2,16,19,20
miokard dan stroke sudah mulai banyak
Penelitian Wisconsin Sleep Cohort Study
dilakukan. Penelitian tersebut mengindikasikan
mendapatkan hubungan independen antara
bahwa OSA merupakan salah satu faktor yang
OSA dan peningkatan tekanan darah pada siang
secara independen dapat memicu gangguan
hari. Penelitian tersebut menyatakan bahwa
pada sistem kardiovaskuler. Dilaporkan bahwa
orang dewasa dengan AHI 15 memiliki risiko
terapi CPAP yang merupakan terapi OSA,
tiga kali lebih besar untuk menjadi hipertensi
dinyatakan dapat menurunkan insiden kematian
dalam empat tahun ke depan.18-21
dan morbiditas dari penyakit kardiovaskuler
Penggunaan terapi CPAP pada pasien OSA
dan serebrovaskuler.16,18-21
dilaporkan dapat menurunkan aktivitas refleks

9
saraf simpatik dan tekanan darah malam hari. Penelitian lain yang dilakukan Hanly dan
Penelitian lain melaporkan penggunaan CPAP kawan-kawan seperti yang dikutip oleh Krieger
pada pasien OSA dan hipertensi, dan Caples,16 menyatakan pasien dengan OSA
menyimpulkan bahwa terapi CPAP mampu tanpa gejala koroner mengalami perubahan
menurunkan tekanan darah pada pasien OSA segmen ST pada echocardiography selama
terutama yang memiliki keluhan klinis, tetapi kejadian gangguan pernapasan saat tidur malam
kurang efektif pada pasien OSA yang memiliki hari.1,2,18-21
gejala klinis minimal atau yang non- Pelepasan vasoaktif dan kerusakan fungsi
simtomatis.2,16,18-21 endotelial yang disebabkan oleh OSA
mengakibatkan terjadinya proses
OSA, gagal jantung kongestif dan penyakit arteriosklerosis pada pembuluh darah besar
koroner termasuk pembuluh darah koroner. Hal ini
Penderita gagal jantung kongesti biasanya diduga dapat menjelaskan hubungan antara
memiliki faktor sentral sleep apnea atau OSA dan penyakit kardiovaskuler.
obstructive sleep apnea. Krieger dan Caples16 Arteriosklerosis secara independen diduga
mengutip dari Sin, menyatakan dari 450 menjadi faktor risiko yang dapat meningkatkan
penderita gagal jantung kongesti (CHF), 32% tekanan darah dan mencetuskan terjadinya
memiliki OSA. Menurut Chan seperti yang berbagai bentuk penyakit kardiovaskuler.22
dikutip oleh Cramer et al.11 menyatakan 50%
penderita gagal jantung diastolik memiliki nilai
AHI yang abnormal. Beberapa penelitian
mengindikasikan bahwa OSA merupakan
predisposisi gagal jantung yang mungkin
disebabkan oleh mekanisme edema pada
saluran napas atas. Gaziano et al.13 mengutip
dari Mansfield menyatakan berdasarkan
penelitian yang dilakukan pada pasien dengan
gagal jantung dan OSA, menemukan bahwa
penggunaan CPAP pada malam hari selama
tiga bulan, secara signifikan berhasil Gambar 3. Ilustrasi skema hubungan OSA dengan penyakit
kardiovaskuler21
meningkatkan fraksi ejeksi ventrikel kiri.1,2,18-21

10
Hipoksia menurunkan hantaran oksigen Terapi yang bertujuan memperbaiki
yang akan meyebabkan iskemia miokard. aktivitas simpatis akan memberikan perbaikan
Hipoksia juga mengganggu diastolik dan pada penyakit kardiovaskuler. Somers et al.25
kontraksi jantung. Kombinasi hipoksia dengan mengutip dari hasil penelitian Usui, yang
usaha inspirasi dan retensi CO2 memicu fase memberikan terapi CPAP selama satu bulan
arousal OSA yang akan menstimulasi aktifitas pada pasien OSA dengan gagal jantung,
simpatik. Jika hal ini berlangsung terus didapatkan penurunan aktivitas saraf simpatis
menerus, maka akan terjadi kardiomiopati pada otot jantung, tekanan darah dan denyut
hipertrofik, hipertensi dan gagal jantung. Hal jantung dibanding yang tidak mendapat terapi.
ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang Penelitian RCT skala kecil menyatakan pasien
menyatakan pasien dengan gejala yang mendapat terapi CPAP setelah 13 bulan,
kardiomiopati hipertrofik dan OSA mengalami menunjukkan peningkatan aliran dari ventrikel
perbaikan setelah menjalani terapi OSA dengan kiri. Pemberian CPAP pada pasien OSA juga
baik. Penelitian mendapatkan nilai abnormal dapat mengurangi stres oksidatif, meningkatkan
nokturnal oksimetri (71%) pada pasien dengan oksida nitrat endotelial dan mediator
kardiomiopati hipertrofik yang berkaitan vasodilatasi endotelial. CPAP juga mengurangi
dengan OSA. Penelitian lain juga melaporkan frekuensi depresi ST dan angina selama tidur.
bahwa pasien dengan kardiomiopati hipertrofik Dari data yang ada, tanpa pemberian obat-
mengalami penurunan gejala dan obstruksi obatan, pemakaian CPAP dapat menurunkan
jalan napas setelah OSA yang ada diterapi tekanan darah, denyut jantung, dan aktivitas
dengan CPAP.21-23 saraf simpatis, sehingga bisa menurunkan
Peningkatan aktivitas simpatis yang juga angka morbiditas dan mortalitas gagal jantung.
terjadi pada OSA dapat mengakibatkan Selain CPAP dapat dilakukan terapi lain seperti
gangguan hemostasis seperti takikardi, operasi untuk memperbaiki struktur anatomi
kerusakan kardiovaskuler, disfungsi endotel, dan perbaikan pola hidup dengan tujuan
dan inflamsi sistemik. Pada penderita OSA, memperbaiki IMT serta lingkar leher
gangguan hemostasis ini terus terjadi walaupun pasien.16,21-23
pasien sedang terjaga dan belum terdeteksi The American Society of Anesthesiologist
sebagai penderita penyakit kardiovaskuler.24 mempublikasikan algoritma terbaru tentang
tatalaksana peri-operatif pasien dengan OSA,
Tatalaksana OSA dan penyakit
walaupun dengan data yang terbatas, konsensus
kardiovaskuler
ini telah mencatat beberapa hal penting yang

11
dapat dijadikan bahan pertimbangan dan DAFTAR PUSTAKA
persiapan pra-operasi pasien OSA dengan 1. Arter JL, Chi DS, Girish M, Fitzgerald SM,
penyakit kardiovaskuler. Protokol resmi harus Guha B, Krishnaswamy G. Obstructive sleep
dikembangkan oleh grup yang terdiri dari multi apnea, inflamation and cardiopulmonary
disiplin ilmu kesehatan (ahli THT, ahli disease. Frontiers in Bioscience 2004; 9:2892-
anastesi, ahli penyakit dalam dan ahli jantung) 900.
untuk mengidentifikasi risiko penatalaksanaan 2. Caples SM, Gami AS, Somers VK.

pembedahan OSA dengan penyakit Obstructive sleep apnea, physiology in


medicine: a series of articles linking with
kardiovaskuler. Tatalaksana pascaoperasi
science. Ann Intern Med 2005; 142:187-97.
termasuk observasi ketat (intensive care),
3. Welch KC, Goldberg AN. Sleep disorders. In:
posisi non-supinasi jika memungkinkan, dan
Lalwani AK, editor. Current diagnosis &
harus dilakukan pemberian oksigen. Jika
treatment, otolaryngology head and neck
selama observasi terdapat periode apnea, maka Surgery. 2nd ed. New York: McGraw-Hill
dapat dipakaikan CPAP. Sebuah penelitian Companies LANGE; 2008. p.535-47.
observasional menyatakan penggunaan CPAP 4. Walker RP. Snoring and obstructive sleep
perioperatif menurunkan risiko komplikasi apnea. In: Bailey JB, Johnson JT, editors. Head
pascaoperatif.16 & neck surgery-otolaryngology. 4th ed.
Dapat disimpulkan bahwa obesitas Philadelphia: Lippincontt Williams & Wilkins;

merupakan faktor risiko bersama yang ada pada 2006. p.645-64.


5. Madani M. Snoring and obstructive sleep
OSA dan juga penyakit kardiovaskuler, dan
spnea. Arch of Iranian Med 2007; 10(2):215-
dari berbagai penelitian dinyatakan bahwa OSA
26.
memiliki hubungan yang kuat dengan penyakit
6. Antariksa B. Patogenesis, diagnostik dan
kardiovaskuler. Pemeriksaan polisomnografi
skrining OSA (obstructive sleep apnea).
merupakan baku emas untuk menegakkan Available from:
diagnosis OSA. Terapi OSA terbagi menjadi http://jurnalrespirologi.org/jurnal/Jan10/OSA%
terapi bedah dan non-bedah. Terapi CPAP, 20. Accessed January, 10,2011.
perubahan pola hidup dan penurunan berat 7. Doghramji PP, Lieberman JA, Gordon ML.
badan efektif untuk tatalaksana OSA pada Stay awake! understanding, diagnosing and
penderita kardiovaskuler. Terapi pembedahan successfully managing narcolepsy. JFP 2007;

dapat dipikirkan sebagai pilihan untuk 56(11):17-32.


8. Patil SP, Scheneider H, Schwartz AR, Smith
mengatasi kelainan anatomi saluran napas atas.
PL. Adult obstructive sleep apnea:

12
pathophysiology and diagnosis. Chest Journal 15. Kushner RF. Obesity management. In:
2007; 132:325-37. Friedman M, editor. Sleep apnea and snoring,
9. Friedman M. Friedman tongue position and the surgical and non surgical therapy. China:
staging of obstructive sleep apnea/ hypopnea Elsevier; 2009. p.51-9.
syndrome. In: Friedman M, editor. Sleep apnea 16. Krieger S, Caples SM. Obstructive sleep apnea
and snoring, surgical and non surgical therapy. and cardiovasular disease: Implications for
China: Elsevier; 2009. p.105-6. clinical practice. Cleveland Clin J Med 2007;
10. Schwab RJ, Gefter WB. Anatomical factors 74(12):853-6.
insights from imaging studies. In: Pack AI, 17. Sesso DM, Riley RW, Powell NB. Rational
editor. Sleep apnea pathogenesis, diagnosis and indication for surgical treatment. In:
and treatment. New York: Marcel Dekker; Friedman M, editor. Sleep apnea and snoring,
2002. p.22-4. surgical and non surgical therapy. China:
11. Cramer MA, Mahowald MW. Practical Elsevier; 2009. p.80-4.
considerations and clinical caveats in 18. Collop N. The effect of obstructive sleep apnea
polysomnographic interpretation in sleep- on chronic medical disorders. Cleveland Clin J
related breathing disorder. In: Friedman M, Med 2007; 74(1):72-8.
editor. Sleep apnea and snoring, surgical and 19. Pascualy RA. Obstructive sleep apnea
non surgical therapy. China: Elsevier; 2009. exacerbates heart failure-continuous positive
p.33-41. airway presure may reverse cardiomyophaty.
12. Probst R, Grevers G, Iro H. Peripheral US Neurological Disease 2006:23-4.
obstructive sleep apnea syndrome (OSAS). In: 20. Kraiczi H, Peker Y, Caidahl K, Samuelsson A,
Probst R, Grevers G, Iro H, editors. Basic Hedner J. Blood pressure, cardiac structure and
otorhino-laryngology, a step-by-step learning severity of obstructive sleep apnea in a sleep
guide. New York: Thieme; 2006. p.120-3. clinic population. J Hypertension 2001;
13. Gaziano T, Reddy KS, Paccaud F, Horton S, 19:2071-8.
Chaturvedi V. Cardiovascular Disease. In: 21. Lattimore JDL, Celermajer DS, Wilcox I.
Gaziano T, Reddy KS, Paccaud F, Horton S, Obstructive sleep apnea and cardiovascular
Chaturvedi V, editors. Cardiovascular disease. disease. JACC 2003; 41(9):1429-37.
New York: Oxford University Press; 2006. 22. Quan SF. Sleep disturbances and their
p.845-62. relationship to cardiovascular disease. Am J
14. Goldberg AN. Obstructive sleep apnea: Lifestyle Med 2009; 1(3):55-9.
decision making and treatment algorithm. In: 23. Eleid MF, Konecny T, Orban M, Sengupta PP,
Friedman M, editor. Sleep apnea and snoring, Somers VK, Parish JM, et al. High prevalence
surgical and non surgical therapy. China: of abnormal nocturnal oximetry in patients
Elsevier; 2009. p.45-50.

13
with hypertrophic cardiomyopathy. JACC 25. Somers VK, Gami AS, Olson LJ. Treating
2009; 54(19):1805-9. sleep apnea in heart failure patients. JACC
24. Bradley TD. Obstructive sleep apnea and heart 2005; 45(12):2012-4.
failure: Pathophysiologic and therapeutic
implications. Cardiology Rounds 2004; 8(3).

14

Anda mungkin juga menyukai