Ilmu Administrasi Negara dilahirkan pada akhir abad ke 19, k etika perhatian masyarakat
akademis mulai tertarik mengamati kegiatan-kegiatan suatu negara (The Business Of The
State ) yang diprakarsai dengan berdirinya Lembaga Administrasi Negara ( LAN ). Hingga
kini LAN tetap memberikan kontribusinya terhadap birokrasi Indonesia. Kemudian pada
tahun 1962 dibentuklah Panitia Retooling Aparatur Negara ( PARAN ), menyusul pada tahun
1964 pendirian Komando Tertinggi Retooling Aparatur Revolusi ( KOTRAR ).
Sebelum bangsa Indonesia merdeka administrasi negara di Indonesia masih mengikuti sistem
administrasi dari negara penjajah, karena Indonesia waktu itu masih merupakan wilayah
jajahan. Pada saat itu bangsa Indonesia tidak diberi kesempatan untuk terlibat dalam praktik
administrasi negara. Hal ini membuat bangsa Indonesia buta akan ilmu administrasi negara.
Pada massa itu sistem admnistrasi negara di Indonesia sangat dipengaruhi oleh konsep
kontinental yang merupakan sifat administrasi negara di daratan Eropa. Sifat ini membuat
corak administrasi negara saat itu sangat legalistis dan normatif, yang pada gilirannya
menumbuhkan suatu birokrasi yang steril.
Kemudian baru setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945 sistem administrasi negara di
Indonesia berada di tangan bangsa indonesia sendiri. Akan tetapi tidak adanya pengalaman
dan kurangnya pendidikan para administrator dan pejabat dibidang administrasi negara
membuat tatanan administrasi di Indonesia belum efisien. Sehingga diperlukan suatu lembaga
yang memberikan pendidikan dan pelatihan khusus bagi administrator dan pejabat
administrasi negara di Indonesia. Universitas Gajah Mada (UGM) di yogyakarta adalah
Universitas di Indonesia yang pertama mengembangkan ilmu pemerintahan. Setelah itu
bermunculan lembaga-lembaga pendidikan lain yang mengembangkan pendidikan
administrasi negara.
ebelum bangsa Indonesia merdeka administrasi negara di Indonesia masih mengikuti sistem
administrasi dari negara penjajah, karena Indonesia waktu itu masih merupakan wilayah
jajahan. Pada saat itu bangsa Indonesia tidak diberi kesempatan untuk terlibat dalam praktik
administrasi negara. Hal ini membuat bangsa Indonesia buta akan ilmu administrasi negara.