Anda di halaman 1dari 12

Social Group

Membership Increases
STEM Engagement
Among Preschoolers
Ulasan Jurnal

Ujian Tengah Semester Empat Mata Kuliah Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu:

C
Jurnal ini pertama kali dipublikasikan secara daring pada tanggal 5
September 2016. Termuat dalam Jurnal Development Psychology
Volume 53, No. 2 halaman 201-209, edisi 2017. Jurnal ini saya
akses menggunakan media internet di situs www.apa.org dengan
pranala lengkap pada daftar pustaka. Jurnal terlampir.

Rumusan Masalah

Sistem pendidikan di Amerika sedang mengalami permasalahan, yaitu


mengecewakannya tingkat keikutsertaan (engagement) dan prestasi pada mata
pelajaran STEM (Science, Technology, Engineering, Math). Salah satu cara untuk
memperbaiki hal ini adalah dengan memotivasi peserta didik terhadap mata
pelajaran ini sedini mungkin. Studi ini menguji bahwa grup kecil dapat
meningkatkan keikutsertaan STEM pada anak pra-sekolah. Subjek dalam studi kali
berjumlah 1411 dengan umur 4,5 tahun, didominasi latar belakang ekonomi
menengah dan menengah ke atas.

Menggunakan desain penelitian within-subject, partisipan dikelompokkan ke dalam


kondisi berkelompok dan individual (menggunakan counter-balancing untuk
menghindari efek urutan) sebelum mereka mengerjakan tugas mengenai
matematika (math) dan spasial (spatial). Anak-anak lebih bertahan, menempatkan
kepingan puzzle denan lebih tepat, melaporkan self-efficacy yang lebih baik, dan
lebih tertarik mengenai tugas yang dikerjakan secara berkelompok dibanding tugas
individual. Studi ini menyarankan bahwa faktor sosial seperti keanggotaan
kelompok (group membership), ke dalam kurikulum STEM dapat menjadi cara yang
efektif untuk meningkatkan motivasi anak muda (young children).

Anak-anak pra-sekolah dipilih untuk menjadi subjek karena jika mampu


meningkatakan keikutsertaan pada umur yang sangat muda, maka akan berefek
mengalir ke perkembangan mereka selanjutnya (Heckman, 2006; Hulleman &
Varron, 2016). Dalam studi, mata pelajaran matematika akan diwakilkan dengan
menghitung, karena berdasar studi longitudinal, bahwa kegiatan berhitung yang

1 Sebenarnya 150 subjek, namun sembilan subjek dikeluarkan karena; galat dari
eksperimenter, galat karena alat, ataupun gangguan terhadap prosedur
dimulai sejak awal (muda) dapat memprediksi kemampuan matematika
kedepannya (Skwarchuck, Sowinski, & LeFevre, 2014) dan mata pelajaran spasial
akan menggunakan permainan puzzle untuk meningkatkan kemampuan spasial
(Levine, Ratliff, Huttenlocher, & Cannon, 2012). Belum ada penelitian sebelumnya
mengenai efek kelompok terhadap STEM. Penelitian sebelumnya memfokuskan
pada peningkatan waktu latihan pada anak.

Keanggotaan kelompok dapat meningkatkan keikutsertaan STEM pada anak karena


pada masa-masa itu cara belajar social anak adalah dengan menghubungkan
dirinya (oneself) denan orang yang mirip dengnan saya (Meltzoff, 2007, 2013),
dan meningkatkan motivvasi untuk tujuan bersama (dibandingkan dengan tujuan
pribadi) sebagai keuntungan dari anggota kelompok (Tomasello, Carpenter, Call,
Behne, & Moll, 2005). Lebih lanjut, bahwa rasa memiliki suatu kelompok (belonging
to groups) dipercaya menjadi motivasi kebutuhan yang penting bagi dewasa
(Baumeister & Leary, 1995) dan pada anak-anak (Over, 2016).

Keanggotaan kelompok sebernarnya memberi motivasi kepada individu yang sama


dengan kelompoknya. Penelitian menunjukkan bahwa identifikasi terhadap
kelompok meningkatkan motivvasi untuk bekerja menuju tujuan kelompok (Fielding
& Hogg, 2000; Pantaleo, Miron, Ferguson, & Frankowski, 2014). Namun keanggotaan
kelompok juga berdampak negative terhadap motivasi: ketika keanggotaan sosial
mendasari sebuah kemampuan yang terbatas (fixed ability) yang mana anak-anak
menujukkan penurunan motivasi dan prestasi (Cimpian, 2010; Cimpian, Mu, &
Erickson, 2012)

Tujuan utama dari studi ini adalah memperluas studi sebelumnya dengan
memeriksa isu penting yang relevan dengan mekanisme psikologi dan kegiatan
pendidikan, dengan rumusan pertanyaan: (1)apa efek keanggotaan pada kelompok
menggeneralisir seluruh domain STEM?; (2)apakah keanggotaan kelompok
meningkatkan (hasil keluaranoutcomes) dibandingkan dengan ketekunan perilaku
yang lain?; (3)apakah efek dari keanggotaan kelompok secara jelas menggunakan
desain penelitian yang lebih teliti?; (4)apakah efek dari keanggotaan kelompok
dimanipulasi dengan perbandingan wihin-subject?

Pada penelitian ini, subjek menyelesaikan dua kegiatan STEM, yang satu secara
acak dinilai untuk diselesaikan secara kelompok dan yang lain secara individu.
Peneliti memprediksi bahwa akan ada efek positif dari kelompok sosial terkait
identifikasi, ketekunan, performansi, self-efficacy, dan minat terhadap kegiatan
STEM.

Metode yang digunakan

Subjek diacak (randomisasi) untuk menentukan anggota kelompok dan kondisi


individual serta urutan tugas matematika dan spasial. Perlakuan acak bertingkat
(stratified random assignment) digunakan untuk menyamaratakan gender anak dan
eksperimenter (seorang ekspermenter laki-laki dan perempuan). Ketika anak
sedang berada dalam kondisi kelompok, warna untuk bajunya dan anak dalam
kelompoknya juga di randomisasi (hijau, jingga, kuning). Pembagian dapat dilihat
pada tabel 1 di lampiran.

Untuk menciptakan identifikasi kelompok yang kuat, peneliti menanyakan pada


anak-anak mainan , hewan, dan makanan kesukaan mereka. Kemudian menentukan
bahwa jawaban mereka relevan terhadap grup yang ditentukan karena setiap
anggota memiliki kesukaan yang sama.

Anak diminta untuk mengenakan baju dalam kelompok, kemudian peneliti


memotret setiap anak dan dengan segera diletakkan di poster kelompok di dinding.
Anak-anak melihat total tiga poster: poster in-group nya (contoh: hijau); poster grup
yang lain (contoh: jingga); dan poster anak-anak lain selama pengenalan terhadap
kondisi individual. Masing-masing poster berisi gambar enam orang subjek yang
secara karakteristik mirip, dengan jumlah laki-laki dan perempuan disamakan.
Peneliti melakukan counter balance sehingga setiap 1/3 dari partisipan melihat in-
group tertentu; 1/3 partisipan melihat other-group yang sama; dan 1/3 partisipan
melihat set dari poster anak-anak lain. Photoshop digunakan untuk mengatur warna
baju sehingga dapat counter balance secara penuh.

Kegiatan matematika dlakukan dengan cara menghitung,misalnya disajikan angka


(misal enam) dan subjek diminta untuk menyamakan objek yang ada di kartu (misal
enam burung). Subjek disajikan angka dengan entang 6-15 dan jika berhasil sesuai
waktu (60/141 berhasil) diberikan angka dengan rentang 16-20.
Kegiatan spasial dilakukan dengan cara menyusun puzzle, misalnya disajikan dua
belas keping puzzle bebek. Apabila berhasil sesuai waktu (73/141) akan diberikan
puzzle yang lebih rumit.

Setelah masing-masing pelaksanaan, anak diminta untuk melakukan pengecekan


manipulasi (manipulation check)2.

Seperti yang telah dituliskan di atas, bahwa terdapat variabel terikat dan semuanya
diukur: identifikasi (seberapa senang mereka berada dalam kelompok (misal: hijau)
dan sebagai individu (misal: kuning)); ketekunan (waktu), performansi (benar-salah
pada soal hitungan/ kepingan yang tepat pada puzzle), self-efficacy; minat, dan
pilihan (choice)3 (dengan rentang 1 dan 0) yang semuanya diukur.

Hasil

Hasil penelitian, didasarkan pada aspek identifikasi, ketekunan, performansi, self-


efficacy, minat, dan pilihan, semuanya menghasilkan angka yang lebih tinggi pada
saat individu berada dalam kelompok.

Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 2 (secara singkat)/ tabel 3 (secara lengkap
berdasar jurnal).

Untuk memeriksa kesegaran efek dari ketekunan, peneliti memutuskan untuk


melakukan continuously cumulating meta-analysis (CCMA), yang mana
menyediakan bukti kuantitatif dari efek dari berbagai studi (Braver, Thoemmes, &
Rosenthal, 2014). Studi yang kami bandingkan adalah penelotian 1 dan 2 yang
dilakukan oleh Master & Walton (2013) utamanya dari aspek ketekunan karena
berdasar sampel secara keseluruhan, aspek ketekunan menyumbangkan efek yang
termasuk rendah. Hasil dapat dilihat pada tabel 4 pada lampiran, hasilnya
berdasarkan tes homogenitas, tidak ada perbedaan yang signifikan berdasar ketiga
studi tersebut.

2 Dari grup apa mereka berasal? (contoh: grup hijau); apa yang dilakukan grup
tersebut? (contoh: permainan angka); apa warna individual mu? (contoh: kuning);
apa yang dilakukan secara individual? (contoh: permainan puzzle)

3 Berintikan apa yang paling kau sukai? Secara kelompok atau individual
Kesimpulan

Jika kita menilik ke hasil studi, memang terdapat hubungan antara perbedaan yang
memang tidak terlalu besar namun cukup (97% dan 93%) terhadap identitas
mereka terhadap kelompok dan individu.

Jika kita melihat tabel 3 (lampiran) pada kolom drm maka akan terdapat lonjakan
hasil dari sampel secara penuh (141 subjek) dan sampel yang menyukai kelompok
(127 subjek). f=0,1 untuk effect size yang kecil, f=0,25 untuk effect size yang
sedang, f=0,4 untuk effect size yang besar. (Cohen, 1988 dalam Santoso, Agung,
2010)

Kemudian pada kolom p, juga terdapat lonjakan yang signifikan, sebab nilai p jika
lebih kecil atau sama dengan maka dikatakan signifikan. Jika kita menggunakan
taraf signifikansi 95% maupun 99%, tetap saja bersifat signifikan.

Berdasar hasil interpretasi, dapat disimpulkan bahwa memang terdapat hubungan


antara keanggotaan dalam kelompok terhadap nilai STEM, dalam studi kali ini,
matematika dan spasial pada anak pra-sekolah.

Kenapa topik ini penting?

Topik ini menjadi penting, mengingat bukan hanya di Amerika saja hal ini terjadi. Ini
juga terjadi di Indonesia. Sering kita mendengar mengenai nilai ujian nasional pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia menjad sebuah momok yang mengerikan.
Berbagai alasan dilontarkan murid sebagai alasan nilai jelek. Sehingga diharapkan
setelah adanya penelitian kali ini, dapat meningkatkan minat murid terhadap amta
pelajaran, sehingga dapat berdampak pada nilai akhir.

Bahasa Indonesia sebagai sebuah bahasa pemersatu dan digadang akan menjadi
bahasa internasional4 akan kehilanan tuahnya jika kita yang hidup di negeri asal nya
kalah dengan orang luar yang belajar Bahasa Indonesia. Terlebih menurut teori,
pembelajaran bahasa asing akan lebih cepat diserap apabila bahasa ibu (bahasa
yang sering digunakan) telah dikuasai dengan baik 5.

Kontribusi topik ini terhadap psikologi pendidikan?

4 http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/artikel/1362
Kontribusi terhadap psikologi pendidikan, tentunya dapat menambah daftar cara
guru menumbuhkan minat peserta didik untuk belajar. Hanya saja, perlu penelitian
yang lebih lanjut, apakah cara ini dapat diaplikasikan pada peserta didik selain pra-
sekolah.

Cara untuk mengaplikasikan penelitian ini, salah satunya mungkin membuat


peserta didik mengidentifikasi dirinya terhadap kelompok ataupun dimulai dari
guru sendiri. Jika menurut jurnal, maka dapat diberikan contoh, Kita adalah
kelompok matematika Ibu Selly ataupun membagi peserta didik ke dalam
kelompok-kelompok tertentu sesuai kesuakaan mereka. Dengan cara ini, studi
dapat memberikan pengaruh terhadap psikologi pendidikan.

5 http://gayahidup.republika.co.id/berita/gaya-hidup/parenting/14/11/14/nf0ycj-
ajarkan-anak-bahasa-ibu-dulu-baru-asing
Lampiran

Tabel 1 : Pembagian acak

Poster in-
Keberadaan Tes yang Warna baju Warna baju group
terlebih dulu dikerjakan dalam in- dalam ditunjukka
pada terlebih dulu group individu n
141
sebanyak
subjek
71 dalam
70 47 jingga 46 jingga 1 set (46)
kelompok
matematika 46 kuning 47 kuning 2 set (49)
70 dalam
71 spasial 48 hijau 48 hijau 3 set (46)
individu

Tabel 2 : Hasil Penelitian (Ringkas)

Pengecekan Identifika Ketekuna Performa Self-


Minat Pilihan
Manipulasi si6 n7 nsi Efficacy
97% 86% 90% Lebih Lebih Lebih Minat Dengan
mengin mengin menyuka tekun baik saat tinggi terlihat meng-
gat grup gat i grup saat berada saat Lebih gunakan
tugas mereka berada dalam berada tinggi t-test
93% dalam (rentang dalam kelompok dalam saat pada
mengin grup 4) kelompo kelomp berada satu
gat 9% tidak k (lihat ok dalam sampel,
identita 85% menyuka grafik 1) (lihat kelom terlihat
s mengin i grup grafik pok nilai
individu gat mereka 1) (lihat yang
al tugas grafik lebih
dalam 1) besar
individu saat

6 Rentang 1-6

7 Dalam renatang waktu 0-600 detik


dikerjaka
n secara
ber-
kelompo
k

Tabel 3 : Hasil Penelitian (Lengkap)

Tabel 4 : Hasil CCMA


Grafik 1 : Kondisi Anak ditinjau dari ketekunan (persistence), self-efficacy,
dan minat
Daftar Pustaka

Santoso, Agung. 2010. Studi Deskriptif Effect Size Penelitian-penelitian di Fakultas


Psikologi Universitas Sanata Dharma. Jurnal Penelitian. Vol. 14 no. 1, November
2010. Diambil dari: https://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/f1l3/Jurnal
%20Penelitian/vol14no1nov2010/2010%20November_01%20Agung
%20Santoso.pdf (10 April 2017).

dx.doi.org/10.1037/dev0000195.supp diakses 8 April 2017, 23:18 WIB.

http://www.apa.org/pubs/journals/features/dev-dev0000195.pdf diakses 2 April


2017, 23:32 WIB.
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/artikel/1362 diakses 10 April
2017, 01:04 WIB.
http://gayahidup.republika.co.id/berita/gaya-hidup/parenting/14/11/14/nf0ycj-
ajarkan-anak-bahasa-ibu-dulu-baru-asing diakses 10 April 2017, 01:00 WIB.
http://sbm.binus.ac.id/2015/11/20/alpha-dan-p-value-dalam-statistik/ diakses 10
April 2017, 00:14 WIB.

Anda mungkin juga menyukai