Anda di halaman 1dari 42

PENANGANAN KETIDAKTERSEDIAAN

STOK SEDIAAN FARMASI, BAHAN DAN


ALAT KESEHATAN MEDIS HABIS PAKAI
RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH PROF. DR. W. Z. No. Dokumen No. Revisi : - Halaman
JOHANNES KUPANG

Jln. Mooh. Hatta No. 19


Tanggal terbit Ditetapkan
Kupang - NTT Direktur

STANDAR PROSEDUR
Dr. ALPHONSlUS ANAPAKU, SpOG
OPERASIONAL NIP: 1958 0827 198703 1 014

PENGERTIAN : Merupakan kegiatan dalam menangani kekosongan


(stock out) sediaan farmasi /bahan dan alat kesehatan
medis habis pakai pada setiap depo induk maupun
gudang farmasi untuk pasien rawat inap dan rawat
jalan kronis/non kronis.
TUJUAN : Sebagai acuan dalam menangani kekosongan (stock
out) ) sediaan farmasi /bahan dan alat kesehatan
medis habis pakai dalam rangka mencegah komplain
pasien pada RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes
Kupang.
KEBIJAKAN : Surat Keputusan Direktur RSUD. Prof. Dr. W. Z.
Johannes Kupang Nomor ................................ Tahun
2014 tentang Kebijakan pelayanan farmasi
PROSEDUR : 1. Pasien/keluarga pasien JKN rawat inap dan rawat
jalan kronis/non kronis datang membawa resep
IGD, rawat jalan maupun rawat inap ke depo
IGD, rawat jalan, rawat inap I dan II dan depo
induk.
2. Petugas screening resep melakukan screening
resep tersebut,

PENANGANAN KETIDAKTERSEDIAAN
STOK SEDIAAN FARMASI, BAHAN DAN
ALAT KESEHATAN MEDIS HABIS PAKAI
RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH PROF. DR. W. Z. No. Dokumen No. Revisi : - Halaman
JOHANNES KUPANG

Jln. Mooh. Hatta No. 19 Ditetapkan


Tanggal terbit
Kupang - NTT Direktur

STANDAR PROSEDUR Dr. ALPHONSlUS ANAPAKU, SpOG


OPERASIONAL NIP: 1958 0827 198703 1 014

PROSEDUR : 3. Pasien/keluarga pasien JKN rawat inap dan rawat


jalan kronis/non kronis datang membawa nota
pengambilan dari depo rawat jalan, rawat inap,
IGD ke depo depo induk.
4. Petugas screening resep melakukan screening
nota pengambilan,
5. Jika obat tidak tersedia maka :
a. Untuk obat oral yang tersedia bentuk sediaan
penggantinya maka, Apoteker
menginformasikan kepada dokter penulis
resep agar diganti dengan bentuk sediaan
yang tersedia dan Apoteker menghitung dosis
konversi bentuk sediaan tersebut;
b. Untuk obat yang sama kelas terapinya, maka
Apoteker akan menginformasikan kepada
Ketua SMF dan atau dokter penulis resep
agar obat tersebut dapat diganti dengan obat
lain yang sama kelas terapinya;

PENANGANAN KETIDAKTERSEDIAAN STOK


SEDIAAN FARMASI, BAHAN DAN ALAT
KESEHATAN MEDIS HABIS PAKAI
RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH PROF. DR. W. Z. No. Dokumen No. Revisi : - Halaman
JOHANNES KUPANG

Jln. Mooh. Hatta No. 19 Tanggal terbit Ditetapkan


Kupang - NTT Direktur

STANDAR PROSEDUR Dr. ALPHONSlUS ANAPAKU, SpOG


OPERASIONAL NIP: 1958 0827 198703 1 014

PROSEDUR : c. Untuk obat yang tidak ada penggantinya ataupun


setelah konfirmasi dokter penulis resep, obat
tersebut tidak bisa diganti dengan obat lain yang
kelas terapinya atau bentuk sediaannya sama, maka
petugas yang ditunjuk akan mengecek dan atau
mengambil obat tersebut pada apotek jejaring yang
ditunjuk,
6. Petugas yang ditunjuk membawa obat tersebut kepada
Apoteker Instalasi Farmasi untuk diverifikasi kembali,
7. Apoteker menyerahkan obat tersebut kepada
pasien/keluarga pasien JKN dengan disertai informasi
penggunaan obatdan atau konseling.

UNIT TERKAIT: Apotek Jejaring, Instalasi Rawat Inap/Jalan/gawat


Darurat/Rawat Intensif.

DISTRIBUSI SEDIAAN FARMASI, BAHAN DAN ALAT


KESEHATAN MEDIS HABIS PAKAI KEPADA PASIEN
RAWAT INAP
No. Dokumen No. Revisi : - Halaman
RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH PROF. DR. W. Z. Tanggal terbit
JOHANNES KUPANG Ditetapkan
Direktur
Jln. Mooh. Hatta No. 19
Kupang - NTT
Dr. ALPHONSlUS ANAPAKU, SpOG
NIP: 1958 0827 198703 1 014
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN : Merupakan kegiatan pendistribusian sediaan farmasi, bahan


dan alat kesehatan medis habis pakai memenuhi kebutuhan
pasien rawat inap
TUJUAN : Sebagai acuan dalam kegiatan distribusi sediaan farmasi,
bahan dan alat kesehatan medis habis pakai dalam rangka
memenuhi kebutuhan pasien rawat inap sesuai dengan
macam dan jumlah yang diresepkan
KEBIJAKAN : Surat Keputusan Direktur Nomor Tahun 2015 tentang
Pedoman Pelayanan Farmasi
PROSEDUR : 1. Pelayanan perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap
hanya diberikan bila ada permintaan tertulis ( resep )
dari dokter yang merawat atau dari perawat atas perintah
dokter;
2. Resep rangkap 2 ( lembar 1 untuk arsip instalasi farmasi
dan lembar ke 2 untuk pasien ) dari ruang rawat inap
dibawa oleh pasien ke instalasi farmasi;
3. Resep diterima oleh petugas farmasi dan diperiksa
kelengkapan resepnya ( nama pasien, Surat Jaminan
Pelayanan Rawat Inap Tingkat Lanjut (SJPRITL), Surat
Egitabilitas Pelayanan (SEP), nama ruangan dan kamar
pasien, nomor RM);
4. Resep pasien rawat inap dientry ke dalam komputer dan
dilakukan penghitungan harga oleh petugas piket;

DISTRIBUSI SEDIAAN FARMASI, BAHAN DAN ALAT


KESEHATAN MEDIS HABIS PAKAI KEPADA PASIEN
RAWAT INAP
No. Dokumen No. Revisi : - Halaman
RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH PROF. DR. W. Z.
JOHANNES KUPANG Tanggal terbit
Ditetapkan
Jln. Mooh. Hatta No. 19 Direktur
Kupang - NTT

Dr. ALPHONSlUS ANAPAKU, SpOG


STANDAR PROSEDUR NIP: 1958 0827 198703 1 014
OPERASIONAL

PROSEDUR : 5. Bila saldo obat/BHP/AHP yang diminta tidak mencukupi


atau tidak tersedia ( dapat dilihat dari data dikomputer),
maka petugas piket pengetikan memberitahu kepada
petugas distribusi untuk meminta perbekalan yang
dimaksud kepada petugas gudang;
6. Apabila kekosongan obet/BHP/AHP terjadi pada shift
siang dan malam, maka petugas wajib menghubungi
petugas gudang, apabila stok tidak tersedia maka
dilakukan sesuai prosedur kekosongan stok obat;
7. Resep yang sudah dihitung harganya kemudian dilayani
oleh asisten apoteker sesuai dengan permintaan dalam
resep.
UNIT KERJA : Instalasi Rawat Inap, Instalasi Gawat Darurat

PENYIAPAN OBAT

No. Dokumen No. Revisi : - Halaman


12/IPRS/XI/2015
RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH PROF. DR. W. Z. Tanggal terbit
JOHANNES KUPANG Ditetapkan
5 November 2015
Direktur
Jln. Mooh. Hatta No. 19
Kupang - NTT
Dr. ALPHONSlUS ANAPAKU,
SpOG
STANDAR PROSEDUR NIP: 1958 0827 198703 1 014
OPERASIONAL

PENGERTIAN : Merupakan kegiatan pengambilan, review (perhitungan dosis,


potensi, dan inkompatabilitas), peracikan, pengemasan, dan
pemberian identitas (etiket/label)
TUJUAN : Sebagai acuan dalam kegiatan penyiapan obat dalam rangka
menyediakan obat secara tepat (tepat pasien, tepat obat, tepat
dosis, tepat waktu dan tepat aturan pakai/rute penggunaan)
KEBIJAKAN : Surat Keputusan Direktur Nomor Tahun 2015 tentang
Pedoman Pelayanan Farmasi
PROSEDUR : RACIKAN :
1. Bersihkan mortir dan stamper dengan alkohol 70% lalu
keringkan dengan tisue/lap bersih
2. Ambilkan obat dari rak sediaan sesuai dengan jumlah
yang tertulis dalam resep (kalau perlu lakukan
perhitungan dosis dan potensi terjadinya penyulit seperti
obat tidak tercampurkan, campuran eutetik dll)
3. Gerus obat ad halus dan homogen
4. Bila diperlukanpenimbangan, obat ditimbang (terutama
obat-obatan indeks terapi sempit)
5. Membagi obat yang telah diracik sesuai jumlah yang
diresepkan
6. Masukkan obat yang telah dibagi kedalam wadah
pembungkus primer (perkamen/kapsul/pot atau wadah
yang sesuai)
7. Buatkan etiket yang berisi tanggal peracikan, nama
pasien, nama dan aturan pemakaian obat, jumlah serta
ED obat

PENYIAPAN OBAT

No. Dokumen No. Revisi : - Halaman


12/IPRS/XI/2015
RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH PROF. DR. W. Z. Tanggal terbit
JOHANNES KUPANG Ditetapkan
5 November 2015
Direktur
Jln. Mooh. Hatta No. 19
Kupang - NTT
Dr. ALPHONSlUS ANAPAKU,
SpOG
STANDAR PROSEDUR NIP: 1958 0827 198703 1 014
OPERASIONAL

PROSEDUR : NON RACIKAN


1. Ambilkan obat dari rak sediaan sesuai dengan jumlah
yang tertulis dalam resep
2. Apabila obat dalam kemasan strip/blister maka obat
dipotong sesuai jumlah yang dibutuhkan
3. Pemotongan strip/blister diusahakan sedemikian rupa
sehingga pada sisa potongan terlihat tanggala kadaluarsa
dan atau nama identitas obat
4. Buatkan etiket yang berisi tanggal peracikan, nama
pasien, nama dan aturan pemakaian obat, jumlah serta
ED obat
OBAT INJEKSI DAN INFUS
1. Ambilkan obat dari rak sediaan sesuai dengan jumlah
yang tertulis dalam resep
2. Untuk injeksi langsung dimasukkan kedalam wadah pengemas
3. Untuk infus diberikan etiket (untuk jam pemberian dan jam selesai
serta pencampuran dengan obat lain akan diisi oleh petugas ruangan
berdasarkan SPO Rekontitusi obat)

UNIT KERJA Instalasi Rawat Inap, Perawat, Dokter dan Petugas Farmasi

RETUR OBAT, ALAT KESEHATAN,


DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI
No. Dokumen No. Revisi : - Halaman
RUMAH SAKIT UMUM 12/IPRS/XI/2015
DAERAH PROF. DR. W. Z. Tanggal terbit
JOHANNES KUPANG Ditetapkan
5 November 2015
Direktur
Jln. Mooh. Hatta No. 19
Kupang - NTT
Dr. ALPHONSlUS ANAPAKU,
SpOG
STANDAR PROSEDUR NIP: 1958 0827 198703 1 014
OPERASIONAL

PENGERTIAN Merupakan kegiatan retur/pengembalian obat, Alat Kesehatan dan


Bahan Medis Habis Pakai dari pasien kepada Instalasi Farmasi
TUJUAN Sebagai acuan dalam kegiatan retur/pengembalian Obat, Alat
Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dari pasien kepada
Instalasi Farmasi dalam rangka terjaminnya efisiensi dan
efektifitas pembiayaan
KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur Nomor Tahun 2015 tentang Pedoman
Pelayanan Farmasi
PROSEDUR 1. Perawat /petugas farmasi melakukan pengecekan sisa Obat,
Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai pasien pulang
2. Perawat/keluarga pasien membawa sisa Obat , Alat
Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai ke masing-masing
depo farmasi
3. Petugas penerima barang retur menerima dan mengecek
kondisi barang sisa, apabila sisa Obat , Alat Kesehatan dan
Bahan Medis Habis Pakai layak diretur maka akan dilakukan
proses transaksi dan cetak faktur. Sebaliknya apabila tidak
layak (kadalurasa, kemasan rusak, barang sudah terpakai),
maka petugas farmasi akan menolak dan memberikan
penjelasan (Untuk pasien umum maka akan dilakukan retur
pada jam kerja)
4. Obat , Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang
diretur dikembalikan ke tempatnya
UNIT KERJA Petugas Farmasi, Perawat, Keluarga Pasien

DISPENSING PERBEKALAN FARMASI KEPADA


PASIEN RAWAT JALAN
No. Dokumen No. Revisi : - Halaman
RUMAH SAKIT UMUM 12/IPRS/XI/2015
DAERAH PROF. DR. W. Z. Tanggal terbit
JOHANNES KUPANG Ditetapkan
5 November 2015
Direktur
Jln. Mooh. Hatta No. 19
Kupang - NTT
Dr. ALPHONSlUS ANAPAKU,
SpOG
STANDAR PROSEDUR NIP: 1958 0827 198703 1 014
OPERASIONAL
PENGERTIAN :
TUJUAN :
KEBIJAKAN :
PROSEDUR : Asisten apoteker menerima resep dari pasien, kemudian
melakukan tahap:
1. Validasi dan interpretasi
1.1. Memeriksa kelengkapan resep, yang meliputi nama
pasien, alamat pasien, nama dokter, tanggal penulisan
rsep
1.2. Memastikan apakah resep ditulis oleh pihak yang
berwenang ( Nama dokter, poli/UGD, nomor resep)
1.3. Berikan prioritas penyerahan obat kepada pasien
yang membutuhkan obat secepat mungkin ( CITO,
URGENT, PIM) dan penyakit lainnya.
2. Asisten apoteker memberikan stempel pada resep
3. Menyiapkan dan meracik obat
3.1. Teliti kelengkapan resep apakah sudah diterangkan
secara jelas dalam resep ( nama obat, jumlah takaran
obat, bentuk sediaan, aturan minum atau pakai obat)
3.2. Asisten apoteker menyiapkan obat/ alkes yang
dimaksud sesuai dengan yang tertulis dalam resep,
kemudian menulis pengeluaran pada masing kartu
stock obat.
3.3. Apabila diperlukan peracikan, asisten apoteker
melakukan peracikan obat sesuai dengan permintaan
pada resep, catat perhitungan yang dilakukan pada
kertas resep.
3.4. Asisten apoteker yang melakukan peracikan menulis
nama dikolom racik.
UNIT KERJA :

DISPENSING
PERBEKALAN FARMASI
KEPADA PASIEN RAWAT JALAN
RUMAH SAKIT UMUM No. Dokumen No. Revisi : - Halaman
DAERAH PROF. DR. W. Z.
12/IPRS/XI/2015
JOHANNES KUPANG
Tanggal terbit
Jln. Mooh. Hatta No. 19 Ditetapkan
5 November 2015
Kupang - NTT Direktur

Dr. ALPHONSlUS ANAPAKU,


STANDAR PROSEDUR SpOG
OPERASIONAL NIP: 1958 0827 198703 1 014

PENGERTIAN : Dispensing perbekalan farmasi adalah kegiatan pelayanan


dari tahap validasi, interpretasi, menyiapkan, meracik obat,
memberikan etiket, sampai penyerahan obat dengan
pemberian informasi yang memadai.
TUJUAN : Untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat jalan akan obat dan
alat kesehatan sesuai dengan macam dan jumlah yang
tercantum dalam resep.
KEBIJAKAN :
PROSEDUR :
4. Memberikan etiket
Pada etiket harus tertulis:
4.1. Nama pasien
4.2. Aturan minum/penggunaan obat
4.3. Tanggal pembuatan
4.4. Nama obat dan kekuatan
5. Obat yang sudah disiapkan dan diberi etiket diperiksa
oleh asisten apoteker/apoteker yaitu: jenis dan jumlah
obat, nama pasien, aturan pakai harus sesuai dengan
resep.
Bila sudah selesai, asisten apoteker/apoteker menulis
nama pada kolom memeriksa
6. Bila obat tersebut racikan, obat digerus dan dibungkus
oleh asisten apoteker, kemudian dimasukan pada wadah
yang sesuai.

UNIT KERJA : Instalasi Farmasi


Unit rawat inap
DISPENSING
PERBEKALAN FARMASI
RUMAH SAKIT UMUM KEPADA PASIEN RAWAT JALAN
DAERAH PROF. DR. W. Z.
JOHANNES KUPANG No. Dokumen No. Revisi : - Halaman

Jln. Mooh. Hatta No. 19 12/IPRS/XI/2015


Kupang - NTT Tanggal terbit
Ditetapkan
5 November 2015
Direktur

STANDAR PROSEDUR Dr. ALPHONSlUS ANAPAKU,


OPERASIONAL SpOG
NIP: 1958 0827 198703 1 014

PENGERTIAN : Dispensing perbekalan farmasi adalah kegiatan pelayanan


dari tahap validasi, interpretasi, menyiapkan, meracik obat,
memberikan etiket, sampai penyerahan obat dengan
pemberian informasi yang memadai.
TUJUAN : Untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat jalan akan obat dan
alat kesehatan sesuai dengan macam dan jumlah yang
tercantum dalam resep.
KEBIJAKAN :
PROSEDUR : 7. Pengemasan
Untuk mengemas atau membungkus, harus dipilih wadah
sedemikian rupa sehingga akan dapat mempertahankan
stabilitas sediaan. Ukuran kemasan harus sesuai dan
memenuhi syarat sebagai tempat penyimpanan.

8. Pengecekan ulang
Setelah obat siap, sebelum diserahkan kepada pasien,
apoteker melakukan:
6.1Pemeriksaan kelengkapan etiket ( sesuai dengan resep)
6.2Pemeriksaaan jenis dan jumlah obat.
9. Penyerahan obat
Apoteker memanggil nama pasien, kemudian
mencocokan nomor resep, nama pasien, nomor RM, Bila
sudah cocok apoteker menyerahkan obat kepada pasien
dengan disertai penjelasan mengenai aturan minum/
penggunaan obat. Apoteker yang menyerahkan obat
menulis nama pada kolom menyerahkan.
Apoteker harus menjelaskan tentang :
indikasi obat
frekuensi dan waktu minum obat
efek samping yang mungkin terjadi

UNIT KERJA : Instalasi Farmasi


Unit rawat inap

PENGGUNAAN ETIKET
No. Dokumen No. Revisi : - Halaman
RUMAH SAKIT UMUM
12/IPRS/XI/2015
DAERAH PROF. DR. W. Z.
JOHANNES KUPANG Tanggal terbit
Ditetapkan
5 November 2015
Jln. Mooh. Hatta No. 19 Direktur
Kupang - NTT
Dr. ALPHONSlUS ANAPAKU,
SpOG
STANDAR PROSEDUR
NIP: 1958 0827 198703 1 014
OPERASIONAL

PENGERTIAN : Yang dimaksud dengan penggunaan etiket adalah mulai


dengan menulis etiket sampai dengan pemeriksaan etiket.
TUJUAN : Sebagai pedoman dalam menggunakan etiket obat agar tejadi
keseragaman dalam penulisan etiket.
KEBIJAKAN :
PROSEDUR : 1. Setiap obat yang diberikan kepada pasien harus diberikan
etiket yang sesuai dengan apa yang tertulis dalam resep
2. Yang berhak menulis etiket adalah apoteker dan asisten
apoteker
3. Petugas farmasi yang menulis etiket harus berbeda
dengan petugas yang memeriksa etiket.
4. Pemeriksaan etiket meliputi:
4.1. Nama pasien
4.2. Nomor kamar dan nomor tempat tidur
4.3. Nama obat
4.4. Aturan pakai
5. Warna etiket
5.1. Warna putih untuk obat dalam (per oral )
5.2. Warna biru untuk obat luar
6. Penulisan etiket
6.1. Pasien rawat inap
Nama pasien
Tanggal penyerahan obat ( disudut kanan atas)
Nomor kamar dan tempat tidur ( di sudut kiri atas)
Aturan pemakaian obat
6.2. Pasien Rawat Jalan
Nama pasien
Tanggal penyerahan obat
Aturan pemakaian obat
7. Penggunaan label
7.1. Label KOCOK DAHULU untuk sediaan
cair
7.2. Label SIMPAN DALAM LEMARI
PENDINGIN diberikan pada sediaan yang
memerlukan lemari pendingin untuk penyimpanan.

UNIT KERJA :

PENGISIAN KARTU STOCK


PERBEKALAN FARMASI
No. Dokumen No. Revisi : - Halaman
RUMAH SAKIT UMUM 12/IPRS/XI/2015
DAERAH PROF. DR. W. Z. Tanggal terbit
JOHANNES KUPANG Ditetapkan
5 November 2015
Direktur
Jln. Mooh. Hatta No. 19
Kupang - NTT
Dr. ALPHONSlUS ANAPAKU,
SpOG
STANDAR PROSEDUR NIP: 1958 0827 198703 1 014
OPERASIONAL

PENGERTIAN : Kartu stok adalah kartu yang memuat pemasukan dan


pengeluaran harian perbekalan farmasi.
TUJUAN : Sebagai sarana pengontrolan terhadap keluar masuknya
perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi.
KEBIJAKAN :
PROSEDUR : 1. Setiap melakukan pengambilan perbekalan farmasi untuk
pelayanan resep, petugas farmasi harus mencatat
pengeluaran barang dikartu stok barang yang meliputi
tanggal, jumlah pengeluaran, asal resep, saldo okhir,
paraf.
2. Bila melakukan penambahan jumlah barang, petugas
farmasi mencatat pemasukan barang di kartu stok barang
yang meliputi tanggal, jumlah pemasukan, saldo akhir,
paraf.
3. Jika ada ketidaksesuaian jumlah barang yang ada dengan
jumlah barang dikartu stok, maka petugas farmasi wajib
menelusuri dengan mencari pemasukan/pengeluaran dari
resep atau kartu stok gudang.

UNIT KERJA :

KONSELING OBAT
No. Dokumen No. Revisi : - Halaman
12/IPRS/XI/2015
RUMAH SAKIT UMUM Tanggal terbit
DAERAH PROF. DR. W. Z. Ditetapkan
5 November 2015
JOHANNES KUPANG Direktur

Jln. Mooh. Hatta No. 19


Kupang - NTT Dr. ALPHONSlUS ANAPAKU,
SpOG
NIP: 1958 0827 198703 1 014
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN : Konseling obat adalah suatu proses untuk mengidentifikasi
dan menyelesaikan masalah pasien yang berkaitan dengan
penggunaan obat.
TUJUAN : Supaya pasien mendapatkan informasi mengenai penggunaan
dan penyimpanan obat sehingga pasien dapat lebih mentaati
petunjuk yang diberikan serta lebih memahami tujuan
pengobatan terhadap dirinya dan agar pengobatan berhasil
dengan baik.
KEBIJAKAN :
PROSEDUR : 1. Tahap penjajakan
1.1. Menghilangkan penghalang/hambatan
komunikasi antara konselor dan pasien.
1.2. Menanyakan 3 pertanyaan kunci yang
menyangkut obat yang dikatakan oleh dokter
kepada pasien dengan metode open ended
question
a. Apa yang dikatakan dokter tentang obatnya?
b. Bagaimana cara pemakaian obatnya?
c. Efek apa yang diharapkan dari obat tersebut?
1.3. Menjelaskan cara penggunaan obat .
1.4. Menilai pemahaman pasien yang berhubungan
dengan cara penggunaan obat.
2. Hal-hal yang dijelaskan dalam konseling
2.1. Nama obat dan dosis yang diberikan kepada
pasien ( biasakan untuk memberitahukan nama
generik obat)
2.2. Indikasi obat : gunakan istilah yang umum
agar pasien dapat mengerti
2.3. Ditanyakan apakah ada riwayat alergi obat
2.4. Jadwal penggunaan obat: kapan minim obat,
sebelum atau sesudah makan
2.5. Cara menggunakan obat : apakah diminum,
dilarutkan dahulu sebelum diminum, diletakan
dibawah lidah, dll.
2.6. Efek samping obat
2.7. Cara penyimpanan obat
2.8. Lama penggunaan obat: dijelaskan pasien
harus minum obat sampai habis, tidak boleh
berhenti tanpa seijin dokter, dll

KONSELING OBAT
No. Dokumen No. Revisi : - Halaman
12/IPRS/XI/2015
Tanggal terbit
RUMAH SAKIT UMUM Ditetapkan
5 November 2015
DAERAH PROF. DR. W. Z. Direktur
JOHANNES KUPANG

Jln. Mooh. Hatta No. 19 Dr. ALPHONSlUS ANAPAKU,


Kupang - NTT SpOG
NIP: 1958 0827 198703 1 014

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN : Konseling obat adalah suatu proses untuk mengidentifikasi


dan menyelesaikan masalah pasien yang berkaitan dengan
penggunaan obat.
TUJUAN : Supaya pasien mendapatkan informasi mengenai penggunaan
dan penyimpanan obat sehingga pasien dapat lebih mentaati
petunjuk yang diberikan serta lebih memahami tujuan
pengobatan terhadap dirinya dan agar pengobatan berhasil
dengan baik.
KEBIJAKAN :
PROSEDUR : 3. Pasien yang diberikan konseling :
3.1. Pasien penerima obat-obatan tertentu,
misalnya polifarmasi, obat dengan index terapi
sempit, obat dengan pengawasan tertentu, obat
dengan cara pakai rumit, dll
3.2. Pasien geriatri
3.3. Pasien pediatri
3.4. Pasien pulang setelah dirawat inap di RS

UNIT KERJA :
PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI
BAGI PASIEN
No. Dokumen No. Revisi : - Halaman
RUMAH SAKIT UMUM 12/IPRS/XI/2015
DAERAH PROF. DR. W. Z. Tanggal terbit
JOHANNES KUPANG Ditetapkan
5 November 2015
Direktur
Jln. Mooh. Hatta No. 19
Kupang - NTT
Dr. ALPHONSlUS ANAPAKU,
SpOG
STANDAR PROSEDUR NIP: 1958 0827 198703 1 014
OPERASIONAL

PENGERTIAN : Pemberian informasi obat adalah memberikan pengetahuan


kepada pasien rawat jalan dan rawat inap yang berhubungan
dengan obat yang diterima oleh pasien.
TUJUAN : Supaya pasien dapat memahami segala hal mengenai obat
yang diterima sehingga pasien dapat lebih mengerti tujuan
dari terapi obat.
KEBIJAKAN :
PROSEDUR : 1. Pada saat memberikan obat kepada pasien,
apoteker/asisten apoteker memberikan informasi
mengenai obat yang diberikan.
2. Pemberian informasi mengenai:
2.1. Tujuan pemakaian obat
2.2. Aturan pemakaian obat ( sebelum makan,
sesudah makan, pada waktu makan,dll)
2.3. Lama pemakaian obat
2.4. Makanan/Minuman/kegiatan yang harus
dihindari.
2.5. Efek samping yang mungkin timbul dan cara
mengatasinya
2.6. Cara penyimpanan obat yang benar
2.7. Kapan obat tidak aman lagi bila digunakan
2.8. Cara penggunaan obat yang benar dituliskan
dalam formulir yang diberikan kepada pasien dan
digunakan sebagai panduan penggunaan obat.
UNIT KERJA :

PERMINTAAN OBAT DARI INSTALASI FARMASI


ATAU DEPO KE GUDANG FARMASI
No. Dokumen No. Revisi : - Halaman
RUMAH SAKIT UMUM 12/IPRS/XI/2015
DAERAH PROF. DR. W. Z. Tanggal terbit
JOHANNES KUPANG Ditetapkan
5 November 2015
Direktur
Jln. Mooh. Hatta No. 19
Kupang - NTT
Dr. ALPHONSlUS ANAPAKU,
SpOG
STANDAR PROSEDUR NIP: 1958 0827 198703 1 014
OPERASIONAL

PENGERTIAN : Permintaan obat adalah permintaan obat yang dibuat oleh


petugas instalasi farmasi atau depo untuk mendapatkan obat
sesuai yang dibutuhkan.
TUJUAN : Untuk mengisi stok atau kekurangan obat di instalasi farmasi
atau depo.
KEBIJAKAN :
PROSEDUR : 1. Petugas instalasi atau depo mencatat obat-obatan yang
akan diminta dari gudang pada buku permintaan (untuk
obat narkotika dan psikotropika, ditulis pada buku
permintaan khusus).
2. Petugas membawa buku permintaan obat ke gudang dan
menyerahkan pada petugas gudang
3. Petugas gudang menyiapkan obat sesuai permintaan.
4. Petugas gudang memposting data dan membuat faktur
obat yang dikeluarkan sesuai dengan jumlah obat yang
dikeluarkan
5. Petugas gudang mencetak faktur pengeluaran obat
6. Petugas gudang membawa obat-obatan yang diminta ke
instalasi farmasi atau depo disertai dengan buku
permintaan dan faktur.
7. Petugas farmasi di instalasi atau depo mengecek
kesesuaian antara fisik obat dengan buku permintaan dan
faktur yang ada.
8. Petugas farmasi di instalasi atau depo farmasi
menyimpan obat-obatan tersebut sesuai dengan tempat
penyimpanan masing-masing obat

UNIT KERJA :

PENERIMAAN PERBEKALAN FARMASI DARI


GUDANG
No. Dokumen No. Revisi : - Halaman
RUMAH SAKIT UMUM 12/IPRS/XI/2015
DAERAH PROF. DR. W. Z. Tanggal terbit
JOHANNES KUPANG Ditetapkan
5 November 2015
Direktur
Jln. Mooh. Hatta No. 19
Kupang - NTT
Dr. ALPHONSlUS ANAPAKU,
SpOG
STANDAR PROSEDUR NIP: 1958 0827 198703 1 014
OPERASIONAL

PENGERTIAN : Penerimaan obat adalah tata cara penerimaan obat dan alat
kesehatan dari gudang yang sesuai dengan surat pesanan
TUJUAN : Untuk menyesuaikan jenis dan jumlah obat/alat kesehatan
yang datang dengan permintaan
KEBIJAKAN :
PROSEDUR : 1. Petugas penerima barang di instalasi atau depo
mencocokan barang yang datang dengan faktur dan buku
permintaan.
2. Pemeriksaan meliputi jenis dan jumlah perbekalan
farmasi serta kondisi barang ( bentuk, kemasan, batas
kadaluarsa, dll)
3. Petugas penerima di instalasi atau didepo kemudian
mengecek jumlah sotck obat yang telah di posting dalam
sistem komputer.
4. Bila sudah selesai, barang diterima , kemudian faktur
diberi nomor urut penerimaan barang.
5. Barang kemudian disimpan sesuai dengan ketentuan
UNIT KERJA : 1. Gudang farmasi
2. Instalasi farmasi
3. Depo farmasi

DISPENSING RESEP NON KRONIS UNTUK PASIEN


RAWAT JALAN
No. Dokumen No. Revisi : - Halaman
RUMAH SAKIT UMUM 12/IPRS/XI/2015
DAERAH PROF. DR. W. Z. Tanggal terbit
JOHANNES KUPANG Ditetapkan
5 November 2015
Direktur
Jln. Mooh. Hatta No. 19
Kupang - NTT
Dr. ALPHONSlUS ANAPAKU,
STANDAR PROSEDUR SpOG
OPERASIONAL NIP: 1958 0827 198703 1 014

PENGERTIAN : Dispensing resep non kronis adalah kegiatan pelayanan resep


non kronis dari tahap validasi, interpretasi, menyiapkan,
meracik obat, memberikan etiket, sampai penyerahan obat
dengan pemberian informasi yang memadai.
TUJUAN : Untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat jalan akan obat dan
alat kesehatan sesuai dengan macam dan jumlah yang
tercantum dalam resep.
KEBIJAKAN :
PROSEDUR : Asisten apoteker menerima resep dari pasien, kemudian
melakukan tahap:
1. Validasi dan interpretasi
a. Memeriksa kelengkapan resep, yang meliputi
nama pasien, alamat pasien, nama dokter, tanggal
penulisan rsep
b. Memastikan apakah resep ditulis oleh pihak yang
berwenang ( Nama dokter, poli, nomor resep)
c. Berikan prioritas penyerahan obat kepada pasien
yang membutuhkan obat secepat mungkin
( CITO, URGENT, PIM) dan penyakit lainnya.
2. Asisten apoteker memberikan stempel pada resep
3. Menyiapkan dan meracik obat
a. Teliti kelengkapan resep apakah sudah
diterangkan secara jelas dalam resep ( nama
obat, jumlah takaran obat, bentuk sediaan, aturan
minum atau pakai obat)
b. Asisten apoteker menyiapkan obat/ alkes yang
dimaksud sesuai dengan yang tertulis dalam
resep, kemudian melakukan pengentrian pada
sistem
Untuk obat non antibiotik maksimal
dilayani untuk 5 hari pemakaian.
Untuk obat antibiotik maksimal dilayani
untuk 7 hari pemakaian.
c. Apabila diperlukan peracikan, asisten apoteker
melakukan peracikan obat sesuai dengan
permintaan pada resep, catat perhitungan yang
dilakukan pada kertas resep.

UNIT KERJA :

DISPENSING RESEP NON KRONIS UNTUK PASIEN


RAWAT JALAN
No. Dokumen No. Revisi : - Halaman
12/IPRS/XI/2015
RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH PROF. DR. W. Z. Tanggal terbit
JOHANNES KUPANG Ditetapkan
5 November 2015
Direktur
Jln. Mooh. Hatta No. 19
Kupang - NTT
Dr. ALPHONSlUS ANAPAKU,
SpOG
NIP: 1958 0827 198703 1 014
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN :
TUJUAN :
KEBIJAKAN :
PROSEDUR : d. Asisten apoteker yang melakukan peracikan
memberikan paraf pada stempel dikolom racik.
4. Memberikan etike
Pada etiket harus tertulis:
a. Nama pasien
b. Aturan minum/penggunaan obat
c. Tanggal pembuatan
5. Obat yang sudah disiapkan dan diberi etikt diperiksa
oleh asisten apoteker yang lain, yaitu: jenis dan jumlah
obat, nama pasien, aturan pakai harus sesuai dengan
resep. Bila sudah slesai, asisten apoteker memberi paraf
pada stempel di kolom memeriksa
6. Bila obat tersebut racikan, obat digerus dan dibungkus
oleh juru racik, kemudian dimasukan pada wadah yang
sesuai.
7. Pengemasan
Untuk mengemas atau membungkus, harus dipilih
wadah sedemikian rupa sehingga akan dapat
mempertahankan stabilitas sediaan. Ukuran kemasan
harus sesuai dn memenuhi syarat sebagai tempat
penyimpanan.
8. Pengecekan ulang
Setelah obat siap, sebelum diserahkan kepada pasien,
asisten apoteker melakukan:
a. Pemeriksaan kelengkapan etiket ( sesuai dengan
resep)
b. Pemeriksaaan jenis dan jumlah obat
9. Penyerahan obat
Asisten apoteker memanggil nama pasien, kemudian
mencocokan nomor resep dan nomor bon. Bila sudah
cocok asisten apoteker menyerahkan obat kepada pasien
dengan disertai penjelasan mengenai aturan minum/
penggunaan obat. Asisten apoteker yang menyerahkan
obat memberi paraf pada stempel pada kolom
menyerahkan
UNIT KERJA :

DISPENSING RESEP KRONIS PASIEN RAWAT


JALAN
No. Dokumen No. Revisi : - Halaman
RUMAH SAKIT UMUM 12/IPRS/XI/2015
DAERAH PROF. DR. W. Z. Tanggal terbit
JOHANNES KUPANG Ditetapkan
5 November 2015
Direktur
Jln. Mooh. Hatta No. 19
Kupang - NTT
Dr. ALPHONSlUS ANAPAKU,
SpOG
STANDAR PROSEDUR NIP: 1958 0827 198703 1 014
OPERASIONAL

PENGERTIAN : Dispensing resep non kronis adalah kegiatan pelayanan resep


kronis dari tahap validasi, interpretasi, menyiapkan, meracik
obat, memberikan etiket, sampai penyerahan obat dengan
pemberian informasi yang memadai.
TUJUAN : Untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat jalan akan obat dan
alat kesehatan sesuai dengan macam dan jumlah yang
tercantum dalam resep.
KEBIJAKAN :
PROSEDUR : Asisten apoteker menerima resep dari pasien, kemudian
melakukan tahap:
1. Validasi dan interpretasi
a. Memeriksa kelengkapan resep, yang meliputi
nama pasien, alamat pasien, nama dokter, tanggal
penulisan rsep
b. Memastikan apakah resep ditulis oleh pihak yang
berwenang ( Nama dokter, poli, nomor resep)
c. Berikan prioritas penyerahan obat kepada pasien
yang membutuhkan obat secepat mungkin
( CITO, URGENT, PIM) dan penyakit lainnya.
2. Asisten apoteker memberikan stempel pada resep
3. Menyiapkan dan meracik obat
a. Teliti kelengkapan resep apakah sudah
diterangkan secara jelas dalam resep ( nama
obat, jumlah takaran obat, bentuk sediaan, aturan
minum atau pakai obat)
b. Asisten apoteker menyiapkan obat/ alkes yang
dimaksud sesuai dengan yang tertulis dalam
resep, kemudian melakukan pengentrian pada
sistem
Untuk obat kronis dilayani hanya untuk 7
hari pemakaian.
Selanjutnya dibuat salinan resep untuk di
tebus di apotek jaringan, yang
sebelumnya divalidasi oleh petugas BPJS
c. Apabila diperlukan peracikan, asisten apoteker
melakukan peracikan obat sesuai dengan
permintaan pada resep, catat perhitungan yang
dilakukan pada kertas resep.

DISPENSING RESEP KRONIS PASIEN RAWAT


JALAN
No. Dokumen No. Revisi : - Halaman
RUMAH SAKIT UMUM 12/IPRS/XI/2015
DAERAH PROF. DR. W. Z. Tanggal terbit
JOHANNES KUPANG Ditetapkan
5 November 2015
Direktur
Jln. Mooh. Hatta No. 19
Kupang - NTT
Dr. ALPHONSlUS ANAPAKU,
SpOG
STANDAR PROSEDUR NIP: 1958 0827 198703 1 014
OPERASIONAL

PENGERTIAN :
TUJUAN :
KEBIJAKAN :
PROSEDUR : d. Asisten apoteker yang melakukan peracikan
memberikan paraf pada stempel dikolom racik.
4. Memberikan etike
Pada etiket harus tertulis:
a. Nama pasien
b. Aturan minum/penggunaan obat
c. Tanggal pembuatan
5. Obat yang sudah disiapkan dan diberi etikt diperiksa
oleh asisten apoteker yang lain, yaitu: jenis dan jumlah
obat, nama pasien, aturan pakai harus sesuai dengan
resep. Bila sudah slesai, asisten apoteker memberi paraf
pada stempel di kolom memeriksa
6. Bila obat tersebut racikan, obat digerus dan dibungkus
oleh juru racik, kemudian dimasukan pada wadah yang
sesuai.
7. Pengemasan
Untuk mengemas atau membungkus, harus dipilih
wadah sedemikian rupa sehingga akan dapat
mempertahankan stabilitas sediaan. Ukuran kemasan
harus sesuai dn memenuhi syarat sebagai tempat
penyimpanan.
8. Pengecekan ulang
Setelah obat siap, sebelum diserahkan kepada pasien,
asisten apoteker melakukan:
a. Pemeriksaan kelengkapan etiket ( sesuai dengan
resep)
b. Pemeriksaaan jenis dan jumlah obat
9. Penyerahan obat
Asisten apoteker memanggil nama pasien, kemudian
mencocokan nomor resep dan nomor bon. Bila sudah
cocok asisten apoteker menyerahkan obat kepada pasien
dengan disertai penjelasan mengenai aturan minum/
penggunaan obat. Asisten apoteker yang menyerahkan
obat memberi paraf pada stempel pada kolom
menyerahkan
UNIT KERJA :
KONSELING OBAT
No. Dokumen No. Revisi : - Halaman
12/IPRS/XI/2015
RUMAH SAKIT UMUM Tanggal terbit
DAERAH PROF. DR. W. Z. Ditetapkan
5 November 2015
JOHANNES KUPANG Direktur

Jln. Mooh. Hatta No. 19


Kupang - NTT Dr. ALPHONSlUS ANAPAKU,
SpOG
NIP: 1958 0827 198703 1 014
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN : Konseling obat adalah suatu proses untuk mengidentifikasi


dan menyelesaikan masalah pasien yang berkaitan dengan
penggunaan obat.
TUJUAN : Supaya pasien mendapatkan informasi mengenai penggunaan
dan penyimpanan obat sehingga pasien dapat lebih mentaati
petunjuk yang diberikan serta lebih memahami tujuan
pengobatan terhadap dirinya dan agar pengobatan berhasil
dengan baik.
KEBIJAKAN :
PROSEDUR : 4. Tahap penjajakan
4.1. Menghilangkan penghalang/hambatan
komunikasi antara konselor dan pasien.
4.2. Menanyakan 3 pertanyaan kunci yang
menyangkut obat yang dikatakan oleh dokter
kepada pasien dengan metode open ended
question
d. Apa yang dikatakan dokter tentang obatnya?
e. Bagaimana cara pemakaian obatnya?
f. Efek apa yang diharapkan dari obat tersebut?
4.3. Menjelaskan cara penggunaan obat .
4.4. Menilai pemahaman pasien yang berhubungan
dengan cara penggunaan obat.
5. Hal-hal yang dijelaskan dalam konseling
5.1. Nama obat dan dosis yang diberikan kepada
pasien ( biasakan untuk memberitahukan nama
generik obat)
5.2. Indikasi obat : gunakan istilah yang umum
agar pasien dapat mengerti
5.3. Ditanyakan apakah ada riwayat alergi obat
5.4. Jadwal penggunaan obat: kapan minim obat,
sebelum atau sesudah makan
5.5. Cara menggunakan obat : apakah diminum,
dilarutkan dahulu sebelum diminum, diletakan
dibawah lidah, dll.
5.6. Efek samping obat
5.7. Cara penyimpanan obat
5.8. Lama penggunaan obat: dijelaskan pasien
harus minum obat sampai habis, tidak boleh
berhenti tanpa seijin dokter, dll

KONSELING OBAT
No. Dokumen No. Revisi : - Halaman
12/IPRS/XI/2015
RUMAH SAKIT UMUM Tanggal terbit
DAERAH PROF. DR. W. Z. Ditetapkan
5 November 2015
JOHANNES KUPANG Direktur

Jln. Mooh. Hatta No. 19


Kupang - NTT Dr. ALPHONSlUS ANAPAKU,
SpOG
NIP: 1958 0827 198703 1 014
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN : Konseling obat adalah suatu proses untuk mengidentifikasi


dan menyelesaikan masalah pasien yang berkaitan dengan
penggunaan obat.
TUJUAN : Supaya pasien mendapatkan informasi mengenai penggunaan
dan penyimpanan obat sehingga pasien dapat lebih mentaati
petunjuk yang diberikan serta lebih memahami tujuan
pengobatan terhadap dirinya dan agar pengobatan berhasil
dengan baik.
KEBIJAKAN :
PROSEDUR : 6. Pasien yang diberikan konseling :
6.1. Pasien penerima obat-obatan tertentu,
misalnya polifarmasi, obat dengan index terapi
sempit, obat dengan pengawasan tertentu, obat
dengan cara pakai rumit, dll
6.2. Pasien geriatri
6.3. Pasien pediatri
6.4. Pasien pulang setelah dirawat inap di RS

UNIT KERJA :

PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI


BAGI PASIEN
No. Dokumen No. Revisi : - Halaman
RUMAH SAKIT UMUM 12/IPRS/XI/2015
DAERAH PROF. DR. W. Z. Tanggal terbit
JOHANNES KUPANG Ditetapkan
5 November 2015
Direktur
Jln. Mooh. Hatta No. 19
Kupang - NTT
Dr. ALPHONSlUS ANAPAKU,
SpOG
STANDAR PROSEDUR NIP: 1958 0827 198703 1 014
OPERASIONAL

PENGERTIAN : Pemberian informasi obat adalah memberikan pengetahuan


kepada pasien rawat jalan dan rawat inap yang berhubungan
dengan obat yang diterima oleh pasien.
TUJUAN : Supaya pasien dapat memahami segala hal mengenai obat
yang diterima sehingga pasien dapat lebih mengerti tujuan
dari terapi obat.
KEBIJAKAN :
PROSEDUR : 3. Pada saat memberikan obat kepada pasien,
apoteker/asisten apoteker memberikan informasi
mengenai obat yang diberikan.
4. Pemberian informasi mengenai:
4.1. Tujuan pemakaian obat
4.2. Aturan pemakaian obat ( sebelum makan,
sesudah makan, pada waktu makan,dll)
4.3. Lama pemakaian obat
4.4. Makanan/Minuman/kegiatan yang harus
dihindari.
4.5. Efek samping yang mungkin timbul dan cara
mengatasinya
4.6. Cara penyimpanan obat yang benar
4.7. Kapan obat tidak aman lagi bila digunakan
4.8. Cara penggunaan obat yang benar dituliskan
dalam formulir yang diberikan kepada pasien dan
digunakan sebagai panduan penggunaan obat.

UNIT KERJA :

PERMINTAAN OBAT DARI INSTALASI FARMASI


ATAU DEPO KE GUDANG FARMASI
No. Dokumen No. Revisi : - Halaman
12/IPRS/XI/2015
RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH PROF. DR. W. Z. Tanggal terbit
JOHANNES KUPANG Ditetapkan
5 November 2015
Direktur
Jln. Mooh. Hatta No. 19
Kupang - NTT
Dr. ALPHONSlUS ANAPAKU,
SpOG
NIP: 1958 0827 198703 1 014
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN : Permintaan obat adalah permintaan obat yang dibuat oleh


petugas instalasi farmasi atau depo untuk mendapatkan obat
sesuai yang dibutuhkan.
TUJUAN : Untuk mengisi stok atau kekurangan obat di instalasi farmasi
atau depo.
KEBIJAKAN :
PROSEDUR : 9. Petugas instalasi atau depo mencatat obat-obatan yang
akan diminta dari gudang pada buku permintaan (untuk
obat narkotika dan psikotropika, ditulis pada buku
permintaan khusus).
10. Petugas membawa buku permintaan obat ke gudang dan
menyerahkan pada petugas gudang
11. Petugas gudang menyiapkan obat sesuai permintaan.
12. Petugas gudang memposting data dan membuat faktur
obat yang dikeluarkan sesuai dengan jumlah obat yang
dikeluarkan
13. Petugas gudang mencetak faktur pengeluaran obat
14. Petugas gudang membawa obat-obatan yang diminta ke
instalasi farmasi atau depo disertai dengan buku
permintaan dan faktur.
15. Petugas farmasi di instalasi atau depo mengecek
kesesuaian antara fisik obat dengan buku permintaan dan
faktur yang ada.
16. Petugas farmasi di instalasi atau depo farmasi
menyimpan obat-obatan tersebut sesuai dengan tempat
penyimpanan masing-masing obat

UNIT KERJA :
PENERIMAAN PERBEKALAN FARMASI DARI
GUDANG
No. Dokumen No. Revisi : - Halaman
RUMAH SAKIT UMUM 12/IPRS/XI/2015
DAERAH PROF. DR. W. Z. Tanggal terbit
JOHANNES KUPANG Ditetapkan
5 November 2015
Direktur
Jln. Mooh. Hatta No. 19
Kupang - NTT
Dr. ALPHONSlUS ANAPAKU,
SpOG
STANDAR PROSEDUR NIP: 1958 0827 198703 1 014
OPERASIONAL

PENGERTIAN : Penerimaan obat adalah tata cara penerimaan obat dan alat
kesehatan dari gudang yang sesuai dengan surat pesanan
TUJUAN : Untuk menyesuaikan jenis dan jumlah obat/alat kesehatan
yang datang dengan permintaan
KEBIJAKAN :
PROSEDUR : 6. Petugas penerima barang di instalasi atau depo
mencocokan barang yang datang dengan faktur dan buku
permintaan.
7. Pemeriksaan meliputi jenis dan jumlah perbekalan
farmasi serta kondisi barang ( bentuk, kemasan, batas
kadaluarsa, dll)
8. Petugas penerima di instalasi atau didepo kemudian
mengecek jumlah sotck obat yang telah di posting dalam
sistem komputer.
9. Bila sudah selesai, barang diterima , kemudian faktur
diberi nomor urut penerimaan barang.
10. Barang kemudian disimpan sesuai dengan ketentuan
UNIT KERJA : 4. Gudang farmasi
5. Instalasi farmasi
6. Depo farmasi
DISPENSING RESEP NON KRONIS UNTUK PASIEN
RAWAT JALAN
No. Dokumen No. Revisi : - Halaman
RUMAH SAKIT UMUM 12/IPRS/XI/2015
DAERAH PROF. DR. W. Z. Tanggal terbit
JOHANNES KUPANG Ditetapkan
5 November 2015
Direktur
Jln. Mooh. Hatta No. 19
Kupang - NTT
Dr. ALPHONSlUS ANAPAKU,
SpOG
STANDAR PROSEDUR NIP: 1958 0827 198703 1 014
OPERASIONAL

PENGERTIAN : Dispensing resep non kronis adalah kegiatan pelayanan resep


non kronis dari tahap validasi, interpretasi, menyiapkan,
meracik obat, memberikan etiket, sampai penyerahan obat
dengan pemberian informasi yang memadai.
TUJUAN : Untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat jalan akan obat dan
alat kesehatan sesuai dengan macam dan jumlah yang
tercantum dalam resep.
KEBIJAKAN :
PROSEDUR : Asisten apoteker menerima resep dari pasien, kemudian
melakukan tahap:
10. Validasi dan interpretasi
a. Memeriksa kelengkapan resep, yang meliputi
nama pasien, alamat pasien, nama dokter, tanggal
penulisan rsep
b. Memastikan apakah resep ditulis oleh pihak yang
berwenang ( Nama dokter, poli, nomor resep)
c. Berikan prioritas penyerahan obat kepada pasien
yang membutuhkan obat secepat mungkin
( CITO, URGENT, PIM) dan penyakit lainnya.
11. Asisten apoteker memberikan stempel pada resep
12. Menyiapkan dan meracik obat
a. Teliti kelengkapan resep apakah sudah
diterangkan secara jelas dalam resep ( nama
obat, jumlah takaran obat, bentuk sediaan, aturan
minum atau pakai obat)
b. Asisten apoteker menyiapkan obat/ alkes yang
dimaksud sesuai dengan yang tertulis dalam
resep, kemudian melakukan pengentrian pada
sistem
Untuk obat non antibiotik maksimal
dilayani untuk 5 hari pemakaian.
Untuk obat antibiotik maksimal dilayani
untuk 7 hari pemakaian.
c. Apabila diperlukan peracikan, asisten apoteker
melakukan peracikan obat sesuai dengan
permintaan pada resep, catat perhitungan yang
dilakukan pada kertas resep.

UNIT KERJA :

DISPENSING RESEP NON KRONIS UNTUK PASIEN


RAWAT JALAN
No. Dokumen No. Revisi : - Halaman
RUMAH SAKIT UMUM 12/IPRS/XI/2015
DAERAH PROF. DR. W. Z. Tanggal terbit
JOHANNES KUPANG Ditetapkan
5 November 2015
Direktur
Jln. Mooh. Hatta No. 19
Kupang - NTT
Dr. ALPHONSlUS ANAPAKU,
SpOG
STANDAR PROSEDUR NIP: 1958 0827 198703 1 014
OPERASIONAL

PENGERTIAN :
TUJUAN :
KEBIJAKAN :
PROSEDUR : d. Asisten apoteker yang melakukan peracikan
memberikan paraf pada stempel dikolom racik.
13. Memberikan etike
Pada etiket harus tertulis:
a. Nama pasien
b. Aturan minum/penggunaan obat
c. Tanggal pembuatan
14. Obat yang sudah disiapkan dan diberi etikt diperiksa
oleh asisten apoteker yang lain, yaitu: jenis dan jumlah
obat, nama pasien, aturan pakai harus sesuai dengan
resep. Bila sudah slesai, asisten apoteker memberi paraf
pada stempel di kolom memeriksa
15. Bila obat tersebut racikan, obat digerus dan dibungkus
oleh juru racik, kemudian dimasukan pada wadah yang
sesuai.
16. Pengemasan
Untuk mengemas atau membungkus, harus dipilih
wadah sedemikian rupa sehingga akan dapat
mempertahankan stabilitas sediaan. Ukuran kemasan
harus sesuai dn memenuhi syarat sebagai tempat
penyimpanan.
17. Pengecekan ulang
Setelah obat siap, sebelum diserahkan kepada pasien,
asisten apoteker melakukan:
a. Pemeriksaan kelengkapan etiket ( sesuai dengan
resep)
b. Pemeriksaaan jenis dan jumlah obat
18. Penyerahan obat
Asisten apoteker memanggil nama pasien, kemudian
mencocokan nomor resep dan nomor bon. Bila sudah
cocok asisten apoteker menyerahkan obat kepada pasien
dengan disertai penjelasan mengenai aturan minum/
penggunaan obat. Asisten apoteker yang menyerahkan
obat memberi paraf pada stempel pada kolom
menyerahkan
UNIT KERJA :

DISPENSING RESEP KRONIS PASIEN RAWAT


JALAN
No. Dokumen No. Revisi : - Halaman
RUMAH SAKIT UMUM 12/IPRS/XI/2015
DAERAH PROF. DR. W. Z. Tanggal terbit
JOHANNES KUPANG Ditetapkan
5 November 2015
Direktur
Jln. Mooh. Hatta No. 19
Kupang - NTT
Dr. ALPHONSlUS ANAPAKU,
SpOG
STANDAR PROSEDUR NIP: 1958 0827 198703 1 014
OPERASIONAL
PENGERTIAN : Dispensing resep non kronis adalah kegiatan pelayanan resep
kronis dari tahap validasi, interpretasi, menyiapkan, meracik
obat, memberikan etiket, sampai penyerahan obat dengan
pemberian informasi yang memadai.
TUJUAN : Untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat jalan akan obat dan
alat kesehatan sesuai dengan macam dan jumlah yang
tercantum dalam resep.
KEBIJAKAN :
PROSEDUR : Asisten apoteker menerima resep dari pasien, kemudian
melakukan tahap:
10. Validasi dan interpretasi
a. Memeriksa kelengkapan resep, yang meliputi
nama pasien, alamat pasien, nama dokter, tanggal
penulisan rsep
b. Memastikan apakah resep ditulis oleh pihak yang
berwenang ( Nama dokter, poli, nomor resep)
c. Berikan prioritas penyerahan obat kepada pasien
yang membutuhkan obat secepat mungkin
( CITO, URGENT, PIM) dan penyakit lainnya.
11. Asisten apoteker memberikan stempel pada resep
12. Menyiapkan dan meracik obat
a. Teliti kelengkapan resep apakah sudah
diterangkan secara jelas dalam resep ( nama
obat, jumlah takaran obat, bentuk sediaan, aturan
minum atau pakai obat)
b. Asisten apoteker menyiapkan obat/ alkes yang
dimaksud sesuai dengan yang tertulis dalam
resep, kemudian melakukan pengentrian pada
sistem
Untuk obat kronis dilayani hanya untuk 7
hari pemakaian.
Selanjutnya dibuat salinan resep untuk di
tebus di apotek jaringan, yang
sebelumnya divalidasi oleh petugas BPJS
c. Apabila diperlukan peracikan, asisten apoteker
melakukan peracikan obat sesuai dengan
permintaan pada resep, catat perhitungan yang
dilakukan pada kertas resep.

DISPENSING RESEP KRONIS PASIEN RAWAT


JALAN
No. Dokumen No. Revisi : - Halaman
12/IPRS/XI/2015
RUMAH SAKIT UMUM
Tanggal terbit
DAERAH PROF. DR. W. Z.
Ditetapkan
JOHANNES KUPANG 5 November 2015
Direktur
Jln. Mooh. Hatta No. 19
Kupang - NTT
Dr. ALPHONSlUS ANAPAKU,
SpOG
NIP: 1958 0827 198703 1 014
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN :
TUJUAN :
KEBIJAKAN :
PROSEDUR : d. Asisten apoteker yang melakukan peracikan
memberikan paraf pada stempel dikolom racik.
13. Memberikan etike
Pada etiket harus tertulis:
a. Nama pasien
b. Aturan minum/penggunaan obat
c. Tanggal pembuatan
14. Obat yang sudah disiapkan dan diberi etikt diperiksa
oleh asisten apoteker yang lain, yaitu: jenis dan jumlah
obat, nama pasien, aturan pakai harus sesuai dengan
resep. Bila sudah slesai, asisten apoteker memberi paraf
pada stempel di kolom memeriksa
15. Bila obat tersebut racikan, obat digerus dan dibungkus
oleh juru racik, kemudian dimasukan pada wadah yang
sesuai.
16. Pengemasan
Untuk mengemas atau membungkus, harus dipilih
wadah sedemikian rupa sehingga akan dapat
mempertahankan stabilitas sediaan. Ukuran kemasan
harus sesuai dn memenuhi syarat sebagai tempat
penyimpanan.
17. Pengecekan ulang
Setelah obat siap, sebelum diserahkan kepada pasien,
asisten apoteker melakukan:
a. Pemeriksaan kelengkapan etiket ( sesuai dengan
resep)
b. Pemeriksaaan jenis dan jumlah obat
18. Penyerahan obat
Asisten apoteker memanggil nama pasien, kemudian
mencocokan nomor resep dan nomor bon. Bila sudah
cocok asisten apoteker menyerahkan obat kepada pasien
dengan disertai penjelasan mengenai aturan minum/
penggunaan obat. Asisten apoteker yang menyerahkan
obat memberi paraf pada stempel pada kolom
menyerahkan
UNIT KERJA :

PENANDAAN OBAT HIGH ALERT, LASA, DAN


SEDIAAN NUTRISI
No. Dokumen No. Revisi : - Halaman
12/IPRS/XI/2015
RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH PROF. DR. W. Z. Tanggal terbit
JOHANNES KUPANG Ditetapkan
5 November 2015
Direktur
Jln. Mooh. Hatta No. 19
Kupang - NTT
Dr. ALPHONSlUS ANAPAKU,
SpOG
NIP: 1958 0827 198703 1 014
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN : Penandaan obat high alert, Lasa, dan nutrisi adalah proses
pelebelan atau penandaan untuk mempermudah
mengidentifikasi sediaan-sediaan tersebet
TUJUAN : Untuk meminimalkan resiko kesalahan pengambilan obat
KEBIJAKAN :
PROSEDUR : 1. Obat yang di terima dari supplier diidentifikasi dan
dikelompokan berdasar high alert, lasa, dan sediaan
nutrisi
2. Obat kemudian di berikan penandaan dengan
ketentuan warna sebagai berikut :
a. High alert : warna merah
b. Lasa : warna hijau
c. Nutrisi : warna kuning

UNIT KERJA : Instalasi farmas


Gudang farmasi

DISPENSING OBAT ODD (One Day dose)


No. Dokumen No. Revisi : - Halaman
12/IPRS/XI/2015
RUMAH SAKIT UMUM Tanggal terbit
DAERAH PROF. DR. W. Z. 5 November 2015 Ditetapkan
JOHANNES KUPANG Direktur

Jln. Mooh. Hatta No. 19


Kupang - NTT Dr. ALPHONSlUS ANAPAKU,
SpOG
NIP: 1958 0827 198703 1 014
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN : Dispensing obat ODD adalah suatu kegiatan penyiapan obat


untuk 1 hari pemakaian bagi pasien rawat inap
TUJUAN : Untuk mengontrol pemakaian obat oleh pasien
KEBIJAKAN :
PROSEDUR : Apoteker diruangan menerima obat pasien yang disiapkan
dari Depo, kemudian melakukan tahap :
1. Validasi dan interpretasi:
a. Apoteker mencocokan obat yang diterima dengan
resep pasien rawat inap ( nama, nomor tempat
tidur, nama obat, jumlah)
2. Menyiapkan obat :
a. Obat yang disiapkan untuk ODD hanya untuk obat
minum.
b. Apoteker menyiapkan obat untuk 1 ( satu ) hari
pemakaian
c. Obat yang telah disiapkan kemudian diwadahkan
terpisah pada klip obat dengan warna yang
berbeda sesuai dengan waktu minum obat.
Pagi : Klip plastik warna hijau
Siang : klip plastik warna biru
Malam : Klip plastik warna merah
d. Jika terdapat beberapa obat dengan waktu minum
yang sama dengan aturan minum yang sama,
maka obat-obat tersebut diwadahkan bersamaan
dalam 1 (satu) klip.
e. Jika terdapat bebrapa obat dengan waktu minum
obat yang sama tetapi dengan aturan minum yang
berbeda, maka obat-obat tersebut di wadahkan
dalam klip yang berbeda tetapi dengan warna
yang sama
3. Obat yang telah disiapkan kemudian diberikan kepada
perawat untuk selanjutnya diberikan kepada pasien.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi farmasi / Depo


2. Ruangan rawat inap.
PENGELOLAAN DAN PENGGUNAAN OBAT DI IGD
No. Dokumen No. Revisi : - Halaman
12/IPRS/XI/2015
RUMAH SAKIT UMUM Tanggal terbit
DAERAH PROF. DR. W. Z. Ditetapkan
5 November 2015
JOHANNES KUPANG Direktur

Jln. Mooh. Hatta No. 19


Kupang - NTT Dr. ALPHONSlUS ANAPAKU, SpOG
NIP: 1958 0827 198703 1 014

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN : Pengelolaan dan penggunaan obat di IGD adalah suatu


rangkaian kegiatan pengelolaan dan penggunaan obat oleh
perawat di IGD untuk memenuhi kebutuhan pasien diruangan
IGD
TUJUAN : Untuk mengontrol pemakaian obat oleh pasien diruangan
IGD
KEBIJAKAN :
PROSEDUR : 1. Instalasi Farmasi dan Instalasi Gawat Darurat (IGD)
berdiskusi untuk menentukan jenis dan jumlah obat dan
alat kesehatan yang akan di stock diruangan
2. Instalasi Farmasi menyiapkan obat dan alkes sesuai
dengan jenis dan jumlah yang telah disepakati untuk di
stock di ruangan
3. Permintaan obat dan alkes ke depo IGD dengan
menggunakan Kartu Status Farmasi ( KSF)
4. Jika dalam keadaan darurat perawat dapat menggunakan
stock obat dan alkes diruangan
5. Perawat ruangan kemudian melakukan permintaan obat
dan alkes kepada depo IGD dengan membuat
permintaan melalui Kartu Status Farmasi (KSF)
6. Obat dan alkes yang diminta untuk mengganti stock
ruangan yang dipakai dan untuk kebutuhan pasien
selama perawatan
7. Permintaan dan distribusi obat dan alkes dilakukan
hanya melalui 1 (Satu) loket

UNIT KERJA : 1. Instalasi farmasi


2. Instalasi Gawat Darurat
DISPENSING OBAT RACIK
No. Dokumen No. Revisi : - Halaman
12/IPRS/XI/2015
RUMAH SAKIT UMUM Tanggal terbit
DAERAH PROF. DR. W. Z. Ditetapkan
5 November 2015
JOHANNES KUPANG Direktur

Jln. Mooh. Hatta No. 19


Kupang - NTT Dr. ALPHONSlUS ANAPAKU, SpOG
NIP: 1958 0827 198703 1 014

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN : Dispensing obat racik adalah suatu kegiatan menyiapkan obat


racik untuk pasien sesuai dengan permintaan yang tertulis
pada resep
TUJUAN : Untuk mengontrol dan menjamin obat diracik dengan baik
dan benar
KEBIJAKAN :
PROSEDUR : Asisten apoteker menerima resep dari pasien, melakukan
validasi dan pengentrian data, jika terdapat obat racik maka
farmasis melakukan :
1. Menghitung dosis dan jumlah obat yang akan diambil
2. Menyiapkan obat sesuai dengan jumlah yang dihitung
3. Meracik obat;
a. Menyiapkan mortir dan stamper
b. Membilas atau membersihkan mortir dan stamper
dengan menggunakan kapas beralkohol
c. Menggerus obat hingga halus dan tercampur
homogen,
d. Setelah itu obat yang telah digerus diracik sesuai
permintaan
e. Obat yang telah diracik kemudian diberi etiket
sesuai dengan resep
4. Membersihkan kembali alat dan bahan yang telah
selesai digunakan
5. Menyerahkan obat kepada pasien disertai dengan
pemberian informasi
UNIT KERJA : Instalasi farmasi

Anda mungkin juga menyukai