Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia (Sumatera dan Jawa)

Oleh : Rais Salsa Muhammad, 1606827883

Judul : Menjadi Cendekiawan Muslim: Kuliah Islam di Perguruan Tinggi

Pengarang : DR. K.H. Zakky Mubarak, MA

Pertumbuhan komunitas Islam di Indonesia bermula di berbagai pelabuhan-pelabuhan

di Sumatera, Jawa, dan pulau lainnya. Kerajaan-kerajaan Islam yang pertama berdiri juga di
daerah pesisir, contohnya kerajaan Samudera Pasai, Demak, Banten, Cirebon, Ternate, dan
Tidore. Hal ini disebabkan oleh penyebaran Islam di Indonesia pertama-tama dilakukan oleh
para pedagang. Dari sana kemudian Islam menyebar ke daerah-daerah sekitar. Menjelang akhir
abad ke-17, pengaruh Islam sudah hamper merata di berbagai Nusantara.
Tonggak pertumbuhan kebudayaan Islam di Indonesia adalah para ulama. Ulama
menempuh 2 cara:
1. Membentuk kader-kader ulama yang akan bertugas sebagai mubalig ke daerah-daerah
yang lebih luas.
2. Melalui karya-karya yang tersebar luas dan dibaca masyarakat umum.
Hanzah Fansuri, Syamsuddin al-Sumatrani, Nuruddin al-Raniri, dan Abdurrauf Singkel
adalah beberapa dari ilmuan-ilmuan muslim pertama di Indonesia yang berasal dari Aceh. Di
Jawa, ada Abdul Muhyi dan Sunan Bonang yang banyak menyerap karya-karya serat suluk
yang mengajarkan etika dan tasawuf. Di Sulawesi, pemikiran tasawuf dikembangkan oleh
Syekh Yusuf al-Makassari. Di abad ke-19 M, pemikiran tasawuf bergerak ke pemikiran fikih.
Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, Haji Ahmad Rifangi, Syekh Nawawi Banten, dan Syekh
Ahmad Khatib Minangkabau adalah beberapa ulama yang mengajarkan pemikiran fikih.

1) Perkembangan Islam di Sumatera

Masuknya dan perkembangan islam di pulau Sumatera dipengaruhi oleh dua
kerjaan, yaitu kerajaan samudera pasai dan kerajaan aceh.

a. Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan islam pertama yang terbentuk di
Indonesia. Kerajaan ini terbentuk pada sekitar tahun 1261 dan berpusat di kampung
Samudera di tepi sungai Pasai.
 Sultan-sultan yang memerintah kerajaan ini pada masa pemerintahan yaitu, (1)
Sultan Malik as-Saleh (Marah Silu), (2) Sultan Muhammad Malik az-Zahir, (3) Sultan
Mahmud Malik az-Zahir, (4) Sultan Ahmad Malik az-Zahir, (5) Sultan Zainal 'Abidin
Ra-Ubabdar, (6) Sultanah Nahrasiyah, (7) Sultan Sallah ad-Din, (8) Sultan Abu Zaid
Malik az-Zahir.
Kerajaan Samudera Pasai berakhir dengan runtuh setelah ditaklukkan oleh
Portugal tahun 1521. Kemudian tahun 1524 wilayah Pasai sudah menjadi bagian dari
kedaulatan Kesultanan Aceh.

b. Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh memulai pemerintahannya ketika Kerajaan Samudera Pasai
sedang berada di akhir pemerintahannya. Samudera Pasai diserang oleh Kerajaan
Majapahit hingga mengalami kemunduran pada sekitar abad ke-14, tepatnya pada
1360.
Kerajaan Aceh ini juga sering berperang dengan portugis, karena ingin
mencegah berkembangnya agama kristiani di melayu. Kerajaan Aceh meraih puncak
kejayaan pada masa Sultan Iskandar Muda. Setelah di gantikannya Sultan Iskandar
Muda pengaruh dinasti Turki tersebut kian melemah dan menimbulkan munculnya
perusahan Inggris yang berusaha untuk menguasai aceh. Runtuhnya kerajaan ini
dimulai saat tidak adanya raja-raja besar yang bisa mengendalikan wilayah aceh yang
besar menggantikan Iskandar Muda yang wafat pada tahun 1636 dan konflik antara
golongan bangsawan dan golongan ulama yang berlangsung hingga berkepanjangan.

2) Perkembangan Islam di Jawa

Penyebaran Islam di Jawa tidak bias dipisahkan dari jasa dan peranan Wali Songo
(wali Sembilan) yang hidup antara abad XIV-XVI M. Wali Songo tersebut adalah: (1)
Maulana Malik Ibrahim di Gresik, (2) Sunan Ampel di Surabaya, (3) Sunan Bonang di
Tuban, (4) Raden Fatah di Demak, (5) Sunan Drajat di Kudus, (6) Sunan Kalijaga di
Semarang, (7) Sunan Kudus di Kudus, (8) Sunan Muria di Kudus, (9) Sunan Gunung Djati
di Cirebon dan Banten.
Wali Songo menyebarkan Islam dengan mendirikan perguruan-perguruan untuk
mencetak santri-santri yang berkualitas sebagai kader dakwah. Mereka bertindak
bijaksana, mereka menyesuaikan ajaran Islam dengan tradisi dan kepercayaan masyarakat
lokal sehingga mudah dan cepat diterima masyarakat luas.