Oleh Kelompok 1 :
Siti Nurhidayati
Galih Kertiyasa
Denniar Suryatika
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
1. Konsep Dasar Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berorientasi satu
sama lain (Harmoko, 2012). Menurut Sutanto (2012) keluarga adalah kumpulan dua
orang atau lebih yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi,
hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya
dan menciptakan dan mempertahankan suatu budaya. Menurut Depkes RI (1988)
keluarga adalah inti terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2008).
a. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa generasi,
dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah isteri.
d. Patrilokal
Adalah sepasang suami-isteri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
e. Keluarga kawin
Adalah hubungan sepasang suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan
beberapa sanak saudara menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan suami
atau isteri.
Friedman, Bowden & Jones (2003) dalam Harmoko (2012) membagi struktur
keluarga menjadi empat elemen, yaitu komunikasi, peran keluarga, nilai dan norma
keluarga, dan kekuatan keluarga.
Keluarga juga mengalami respons yang sama dengan pasien atas penyakit yang
diderita oleh klien atau individu (Purwaningsih dan kartina, 2009), yaitu :
a. Penolakan (Denial)
Sama halnya dengan pasien atau individu, keluarga yang tidak siap atau tidak
menerima dengan kondisi yang ada pada pasien. Keluarga mengangap penyakit
yang diderita tidak terlalu berat dan menyakini bahwa penyakit kronis ini akan
segera sembuh dan hanya akan memberi efek jangka pendek.
b. Cemas
Keluarga akan memperlihakan ekspresi cemas akan diagnose yang telah divonis
oleh pihak medis. Pihak keluarga cemas akan tidak bisa sembuh penyakit tersebut
dan takut ditinggalkan dalam jangka waktu dekat oleh pesien.
c. Depresi
Keluarga yang terkejut dan tidak bisa menerima keadaan terhadap situasi yang
dialami pasien akan mengalami depresi.
1. Mencegah krisis kesahatan dan merawat keluarga dan pasien dengan penyakit
kronis
2. Mengontrol gejala
3. Menjalankan manajemen terapi yang sudah di tentukan
4. Mencegah perasaan hidup dengan isolasi disebabkan oleh kurangnya kontak
dengan orang lain.
5. Menyesuaikan perubahan yang terjadi akibat penyakit yang dialami
6. Memperbaiki interaksi dengan orang lain dan mencari solusi keuangan untuk
membayar treatment untuk bertahan hidup, meskipun setelah kehilangan
sebagaian atau seluruh pekerjaan.
7. Berkonsultasi dengan petugas kesehatan terkait masalah psikososial,
perkawinan dan masalah keluarga.
Keluarga dengan anggota keluarga penyakit kronis telah mengalami fase perawatan
yang panjang dan mungkin konstan, progresif atau episodic. Tugas keluarga adalah
untuk mempertahankan kehidupan normal pada masa atau fase kronis yang tidak stabil (
Rolland, 1998).
1. Percaya.
Anggota keluarga cenderung percaya bahwa perawatan yang diberikan oleh tim
kesehatan professional memiliki perspektif yang sama saat mereka ( keluarga)
melakukan perawatan primer sendiri. Mereka juga percaya bahwa keterlibatan
keluarga dalam asuhan perawatan primer sehari-hari diakui, dihormati dan tim
keseahtan professional kooperatif dan koordinatif. Namun, lama kelamaan
keluarga beranggapan peran mereka sebagai pengasur perawaatan primer
sering di abaikan, seperti keterlibatan mereka dalam menejemen penyakit
keluarga mereka yang makin berkurang.
2. Kekecewaan
Pada fase kekecewaan karakteristiknya yaitu kekecewaan terhadap perawatan,
frustasi dan ketakutan. Keluarga mengalami masalah komunikasi terkait kesulitan
mendapatkan informasi. Sehingga rasa percaya keluarga menajdi berkurang dan
mereka memandang bahwa keluarga mereka rentan dan membutuhkan
perlindungan.
3. Fase the guarded alliance
Keluarga berdiskusi dengan tim kesehatan professional, mereka bertanya aktif
terkait informasi dan memahami perbedaan dalam persepektif mereka dan tim
kesehatan. Keluarga juga dapat menyatakan harapan mereka dan persepsi,
kemampuan mereka dalam memberikan perawatan untuk keluarga dengan baik.
Keluarga dan tim kesehatan sudah dapat mengembangkan komunikasi yang baik.
Namun keluarga masih mengalami rasa takut dan frustasi.
1. Fase Krisis
a. Membangun hubungan dengan tim perawat kesehatan
b. Pelajari tentang penyakit dan perawatan
c. Mengatasi intervensi yang terkait dengan penyakit
d. Mengembangkan rasa kompetensi keluarga
e. Berduka kehilangan identitas keluarga pra-penyakit
2. Fase Kronis
a. Akui permanenensi perubahan
b. Mempertahan kehidupan keluarga yang normal
c. Mengembangkan otonomi untuk semua anggota keluarga
d. Membangun kembali harapan yang realistis
e. Berkomunikasi secara terbuka
f. Mempertahankan fleksibilitas dengan peran keluarga
g. Merumuskan rencana masa depan
3. Fase Terminal
a. akui kerugian yang akan datang
b. Diskusikan end-of-kehidupan masalah
c. Mulai memproses reorganisasi keluarga
Intervensi untuk keluarga yang mengalami penyakit kronis dapat berfokus pada
kognitif dan afektif yaitu :
Dalam sebuah penelitian terbaru 40 anggota keluarga pasien 65 tahun lebih yang
memiliki riwayat rawat inap di rumah sakit selama lebih dari 2 hari, menemukan bahwa
95% dari anggota keluarga lebih senang bila ikut berperan dalam kegiatan perawatan
sehari-hari hari (Li, 2002).
Merawat keluarga dengan penyakit kronis merupakan tantangan yang besar untuk
perawat- medical bedah. Kehawatiran keluarga dengan pengalaman merawat
sebelumnya menjadi kesan tersendiri yang berbeda dengan pengalaman keluarga
dengan penyakit akut. Perawat perlu lebih megerti perbedaan ini dan merencakan
perawaatan keluarga dengan lebih efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Susanto,T. 2012. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Aplikasi Teori Pada Praktik
asuhan keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans Info Media.
Hanson, Shirley, dkk. 2005. Family Health Care Nursing third edition. Philadelphia :