DESEMBER 2016
Oleh :
Pembimbing :
2017
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
Kesehatan pekerja merupakan hal penting dalam ruang lingkup kerja,
tempat kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja
yang aman, sehat, dan bebas dari pencemaran lingkungan sehingga dapat
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang
pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja yang berujung
tempat kerja khususnya industri semen. Hal ini sisebabkan karena banyaknya
dan lain sebagainya yang masih menggunakan tenaga manusia dan dilakukan
dalam waktu yang cukup lama. Walaupun sudah banyak industri yang
2
Musculoskeletal Disorders (MSDs) adalah gangguan yang terjadi pada
otot, inflamasi, degenarasi, maupun fraktur pada tulang yang disertai dengan rasa
kelelahan dan keletihan terus menerus yang disebabkan oleh frekuensi atau
periode waktu yang lama dari usaha otot dalam menerima beban statis.5
Menurut WHO tahun 2003, MSDs merupakan penyakit akibat kerja yang
paling banyak terjadi dan diperkirakan sekitar 60% dari semua penyakit akibat
kerja.6 Bagian otot yang dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi
otot bahu, leher, lengan tangan, jari punggung, pinggang, dan otot-otot bagian
bawah. Dari berbagai keluhan tersebut, otot bagian pinggang merupakan bagian
yang sering dikeluhkan. Keadaan tersebut dikenal dengan istilah Low Back Pain
(LBP).7
Lebih dari 40 studi epidemiologi telah dilakukan untuk melihat hubungan
antara pekerjaan yang bersifat repetitif dan melibatkan pergerakan tangan dan
terhadap MSDs. Penilaian dilakukan untuk melihat sejauh mana kegiatan kerja
yang dilakukan oleh pekerja industri memiliki risiko kesehatan terutama terhadap
MSDs.
2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, rumusan masalah penulisan ini
3
2 Tujuan Khusus
1 Mengetahui nilai risiko ergonomi berdasarkan metode QEC (Qiuck
Semen Padang
4 Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari
Semen Padang.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih
baik.9
4
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan
cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental
teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang
dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
5
a) Dapat mengurangi biaya pengobatan yang tinggi. Hal ini cukup berarti
pencegahan.
a) Pakaian kerja
b) Workspace
c) Lingkungan kerja
d) Peralatan/ mesin
e) Consumer product
menjadi:11
1. Ergonomik Fisik
kesehatan.
2. Ergonomik Kognitif
antara manusia dan elemen lain dari sistem. Topik-topik yang relevan
6
meliputi beban kerja mental, pengambilan keputusan, kinerja terampil,
3. Ergonomik Organisasi
Ergonomi merupakan suatu ilmu, seni dan teknologi yang berupaya untuk
dan segala keterbatasan manusia, sehingga manusia dapat berkarya secara optimal
tanpa pengaruh buruk dari pekerjaannya. Dari sudut pandang ergonomi, antara
tuntutan tugas dengan kapasitas kerja harus selalu dalam garis keseimbangan
sehingga dicapai performansi kerja yang tinggi. Dalam kata lain, tuntutan tugas
pekerjaan tidak boleh terlalu rendah (underload) dan juga tidak boleh terlalu
7
Gambar 2.1 Konsep dasar dalam ergonomi
1. Kemampuan Kerja
dsb.
kemampuan dan daya tahan sendi dan persendian, tendon dan jalinan
tulang.
2. Tuntutan Pekerjaan
8
Tuntutan pekerjaan/aktivitas tergantung pada:
istirahat, kerja malam dan bergilir, cuti dan libur, manajemen, dsb.
3. Environmental Characteristics
Berkaitan dengan manusia teman setugas, suhu dan kelembaban, bising dan
pencemar, dsb.
4. Performansi
demikian, apabila:
a. Bila rasio tuntutan tugas lebih besar daripada kemampuan seseorang atau
produktif
9
c. Agar penampilan menjadi optimal maka perlu adanya keseimbangan
tercapai kondisi dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman dan produktif.
perlu keserasian antara pekerja dan pekerjaannya, sehingga manusia pekerja dapat
yaitu: umur, jenis kelamin, ras, antropometri, status kesehatan, gizi, kesegaran
kemampuan beradaptasi.12
1. Umur
yang berumur > 60 th tinggal mencapai 50% dari umur orang yang
2. Jenis Kelamin
10
Secara umum wanita hanya mempunyai kekuatan fisik 2/3 dari
kemampuan fisik atau kekuatan otot laki-laki, tetapi dalam hal tertentu
wanita lebih teliti dari laki-laki. Kerja fisik wanita mempunyai VO2 max
persentase lemak tubuh wanita lebih tinyuggi dan kadar Hb darah lebih
sebesar 2,4 L/menit, sedangkan pada laki-laki sedikit lebih tinggi yaitu 3,0
L/menit15. Di samping itu, seorang wanita lebih tahan terhadap suhu dingin
daripada suhu panas. Hal tersebut disebabkan karena tubuh seorang wanita
memberikan lebih banyak reaksi perifer bila bekerja pada cuaca panas.
Dari uraian tersebut jelas bahwa, untuk mendapatkan daya kerja yang
3. Antropometri
dengan alat yang digunakan sangat berpengaruh pada sikap kerja, tingkat
gemuk tidak cocok untuk pekerjaan di tempat suhu tinggi, pekerjaan yang
11
mendesain pakaian, tempat kerja, lingkungan kerja, mesin, alat dan sarana
Status kesehatan dan nutrisi atau keadaan gizi berhubungan erat satu sama
keseimbangan antara in- take energi dan output yang harus dikeluarkan.
Nutrisi yang adekuat saja tidak cukup, tetapi diperlukan adanya tubuh
yang sehat agar nutrisi dapat dicerna dan didistribusikan oleh organ tubuh9.
contoh adalah pemberian snack atau makanan ringan dan teh manis setiap
dibandingkan dengan hanya diberikan sekali makan siang pada saat jam
istirahat18.
5. Kesegaran Jasmani
12
otot pada periode waktu tertentu. Lamanya waktu aktivitas dapat
kardiovaskuler13.
a. Kekuatan otot
13
alat seperti dinamometer. Dengan demikian jelas bahwa kekuatan
b. Ketahanan otot
c. Ketahanan kardiovaskuler
jaringan lunak (otot, tendon, ligamen, sendi, dan tulang rawan) dan sistem saraf.
14
MSDs dapat mempengaruhi hampir semua jaringan, termasuk saraf dan selubung
tendon, dan paling sering melibatkan lengan dan punggung. Dalam bidang
keselamatan dan kesehatan kerja MSDs disebut juga dengan istilah: gangguan
(repeated trauma), cedera stres yang berulang (repetitive stress), dan sindrom
MSDs terjadi dalam kurun waktu yang panjang; mingguan, bulanan, dan
tahunan. MSDs biasanya dihasilkan dari paparan berbagai faktor risiko yang dapat
menyebabkan atau memperburuk gangguan, bukan dari satu aktivitas atau trauma
sejumlah kondisi, termasuk nyeri, mati rasa, kesemutan, sendi kaku, sulit
harus kehilangan waktu kerja untuk pulih, bahkan beberapa pekerja tidak pernah
syndrome, tendinitis, linu panggul, penonjolan tulang, dan nyeri pinggang. MSDs
serupa.22
pada tubuh, keausan otot, jaringan, ligamen dan sendi. Dapat melukai leher, bahu,
lengan, pergelangan tangan, kaki dan punggung. Cedera ini adalah disebut cedera
muskuloskeletal
15
Banyak pekerjaan yang mempunyai hazard MSDs, baik pekerjaannya itu
sendiri atau cara kerja yang dilakukan yang dapat meningkatkan risiko MSDs
pada seorang pekerja. Penyebab utama MSDs yang berhubungan dengan kerja
a. Beban/kekuatan (force)
Beban mengacu pada jumlah usaha yang dilakukan oleh otot, dan jumlah
tekanan pada bagian tubuh sebagai akibat dari tuntutan pekerjaan yang berbeda.
terlalu tinggi untuk setiap otot tertentu, hal itu dapat merusak otot atau tendon,
Kerusakan ini dapat terjadi dari gerakan atau tindakan tunggal yang
memerlukan otot untuk mengangkat beban yang sangat berat. Namun, pada
sampai tinggi secara berulang kali, untuk durasi yang panjang, dan / atau saat
beberapa bagian tubuh yang berbeda. Misalnya, mengangkat beban berat yang
jauh dari tubuh meningkatkan tekanan (gaya tekan) pada cakram spinal dan tulang
belakang pada punggung bagian bawah. Hal ini berpotensi dapat merusak cakram
dan vertebra.
memiliki tepi keras atau tajam, meletakkan lengan bawah di tepi meja yang keras,
16
dan lain-lain. Hal ini dapat memampatkan tendon, otot, pembuluh darah dan saraf
tertentu, dan
sebagian besar sendi, postur netral atau baik berarti bahwa sendi yang digunakan
dekat dengan pusat berbagai gerak. Semakin jauh bergerak menuju kedua ujung
rangkaian gerak, atau lebih jauh dari sikap netral, maka postur akan semakin
janggal sehingga akan terjadi ketegangan di otot, tendon dan ligamen di sekitar
sendi.
Task requirements
17
Working posture
Yang harus dipertimbangkan pada saat bekerja dengan postur tetap atau
canggung:
2) berapa kali postur canggung digunakan dalam jangka waktu tertentu, dan
c. Repetisi/ pengulangan
Risiko MSDs akan meningkat ketika bagian yang sama dari tubuh
digunakan berulang kali, dengan jeda sedikit atau kesempatan untuk beristirahat.
dan, akhirnya, nyeri dan ketidaknyamanan. Hal ini dapat terjadi bahkan jika force
rendah dan postur kerja yang tidak terlalu canggung. Dengan tugas yang berulang,
tetapi juga bagaimana para pekerja selama melakukan tugas postur diperlukan,
18
1. Bursitis, adalah kondisi peradangan pada lapisan bursal atau cairan synovial
yang terbungkus dalam bursa. Peradangan dari setiap bursa dapat membatasi
membesar.
yaitu di daerah ibu jari dan fleksi pergelangan tangan atau pergelangan tangan
3. Tension Neck Syndrome, adalah ketegangan pada otot leher yang disebabkan
oleh postur leher flexion ke arah belakang dalam waktu yang lama sehingga
timbul gejala kekakuan pada otot leher, kejang otot, dan rasa sakit yang
4. Trigger finger, adalah rasa sakit dan tidak nyaman pada bagian jari-jari akibat
tekanan yang berulang pada jari-jari (pada saat menggunakan alat kerja yang
jari.
5. Focal Hand Dystonia. Adalah kram tangan yang biasa dialami oleh penulis
ataupun pemusik.
6. Carpal Tunnel Syndrome (CTS), yaitu tekanan pada saraf tengah yang terletak
tendon. Gejalanya seperti rasa sakit pada pergelangan tangan, perasaan tidak
nyaman pada jari-jari, dan mati rasa/kebas. CTS dapat menyebabkan seseorang
kesulitan menggenggam.
19
7. Tendinitis, merupakan peradangan (pembengkakan) hebat atau iritasi pada
tendon, biasanya terjadi pada titik dimana otot melekat pada tulang. Keadaan
untuk merngerjakan hal-hal yang tidak biasa (penggunaan berlebih atau postur
janggal pada tangan, pergelangan, lengan, dan bahu) seperti tekanan yang kuat
produktivitas kerja. Alat kerja dan lingkungan fisik yang tidak sesuai dengan
kemampuan alamiah tenaga kerja akan menyebabkan hasil kerja tidak optimal,
Sikap tubuh serta aktivitas tertentu terhadap alat kerja, berpotensi untuk
bekerja yang salah juga dapat menjadi penyebab timbulnya masalah kesehatan
antara lain nyeri, kelelahan, bahkan kecelakaan. Selain itu, sikap kerja yang statis
baik itu sikap duduk atau sikap berdiri dalam jangka waktu yang lama juga dapat
20
Salah satu metode untuk mengetahui keluhan MSDs adalah dengan
menggunakan kuesioner Nordic Body Map (NBM). NBM adalah peta tubuh untu
mengetahui bagian otot yang mengalami keluhan dan tingkat keluhan otot skletal
yang dirasakan pekerja. NBM membagi tubuh menjadi nomor 0 sampai 27 dari
leher hingga kaki yang akan mengestimasi tingkat keluhan MSDs yang dialami
pekerja. NBM tidak dapat dijadikan diagnosa klinik karena bersifat subjektif aitu
Quick Exposure Check (QEC) adalah suatu metode untuk penilaian secara
sensitivitas yang tinggi dan kegunaan serta kendala inter dan intraobserver
sebagian besar diterima. Studi lapangan menunjukan bahwa QEC berlaku untuk
berbagai tugas. QEC memberikan evaluasi terhadap tempat kerja dan desain
21
c. Mempertimbangkan kombinasi dan interaksi dari beberapa faktor risiko di
tempat kerja.
d. Memberikan tingkat sensitivitas dan kegunaan yang baik.
e. Memberikan tingkat reliabilitas inter dan intraobserver.
f. Mudah dipelajari dan cepat untuk digunakan.
Seperti halnya peneliti (observer), pekerja pun memiliki form isian sendiri,
komputer.
d. Consideration of action
QEC secara cepat mengidentifikasi tingkta pajanan dari punggung,
22
BAB 3
METODE PENELITIAN
data primer yang akan diperoleh melalui kuesioner Nordic Body Map (NBM) dan
23
Lokasi penelitian dilakukan di wilayah PT Semen Padang Pabrik Indarung
2016.
b. Sampel
a. Sumber Data
24
Sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah berupa data primer
b. Instrumen
(usia, masa kerja) dan tingkat keluhan MSDs perbagian tubuh yang
dirasakan responden.
25
2. Wawancara kuesioner
data mengenai faktor individu responden dan data keluhan MSDs yang
tidak.
3. Pengolahan data
karyawan warehouse.
26
Analisis data pada penelitian ini dilakukan untuk melihat tingkat risko
MSDs berdasarkan faktor pekerjaan dan tingkat keluhan MSDs dan distribusi
faktor individu (usia dan masa kerja). Hasil data yang didapat dari wawancara
kuesioner QEC tingkat risiko terjadinya cedera pada anggota tubuh berdasarkan
dari nilai exposure score yang diperoleh kemudian disesuaikan dengan tabel
Punggung 10-20
(bergerak) 21-30 31-40 31-40
Bahu/Lengan 10-20
21-30 31-40 31-40
Pergelangan
10-20
Tangan 21-30 31-40 31-40
Leher
4-6 8-10 12-14 16-18
anggota badan yang diteliti, maka selanjutnya adalah menghitung exposure level.
Exposure level digunakan untuk mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan
terkait dengan stasiun kerja yang diamati. Adapun perhitungan yang digunakan
27
Keterangan :
X= Total score yang didapatkan untuk paparan risiko cidera untuk punggung,
perhitungan kuisioner
Xmax = Total maksimum score untuk paparan yang mungkin terjadi cidera untuk
untuk beberapa pekerjaan seperti untuk pekerjaan statis nilai Xmax yang
Mulai
HASIL PENELITIAN
29
Keluhan musculoskeletal disorders pada Pekerja Warehouse PT. Semen
Padang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor pekerjaan dan faktor individu.
Faktor pekerjaan terkait dengan postur kerja, beban, durasi dan frekuensi.
Distribusi
Faktor Individu Kelompok
N %
Umur (tahun) 28 32 7 27
33 37 4 15
38 42 2 8
43 47 3 12
48 - 52 7 27
53 - 57 3 12
Masa Kerja (Tahun) 6 - 10 11 42
11 - 15 3 12
16 - 20 4 15
21 - 25 3 12
26 - 30 3 12
31 - 35 2 8
10
30
Distribusi Masa Kerja
12
10
Dari grafik diatas terlihat bahwa umur Pekerja Warehouse PT. Semen
Padang paling terbanyak pada rentang usia 28-32 dan 48-52 yaitu masing-masing
sebanyak 7 orang. Untuk masa kerja, terdapat 11 orang yang sudah bekerja
selama 6-10 tahun dan terdapat 2 orang yang sudah bekerja selama 31-35 tahun.
31
16 20 1 25 2 40 1 6
21 25 0 0 2 40 1 6
26 30 0 0 1 20 2 12
31 35 0 0 0 0 2 12
Pergelangan
Bagian Punggung Bahu/Lengan
Tangan Leher
Kerja
1 2 1 2 1 2
Administras
i A1 B2 C2 D1 E1 F1 G2
Angkat
Barang
Manual A2 B5 C2 D2 E2 F1 G2
Forklift A2 B4 C1 D2 E2 F2 G2
Pertanyaan
Bagian Kerja
H I J K L M N O
Administrasi H1 I3 J1 K2 L1 M1 N1 O1
Angkat Barang
Manual H4 I2 J3 K2 L1 M1 N1 O1
Forklift H4 I3 J3 K2 L1 M3 N1 O1
bagian kerja kemudian akan dihitung nilai exposure score pada 4 bagian anggota
tubuh dari pekerja Warehouse PT. Semen Padang. Seluruh dari masing-masing
bagian kerja yang diteliti dilakukan perhitungan pada lembar skor QEC tersebut.
Rekapitulasi dari hasil perhitungan exposure score dapat dilihat dari tabel berikut.
32
Pekerjaan Punggung Lengan/Bahu Pergelangan Leher
Tangan
1 Operator 43 43 37 14 137
Forklift Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Tinggi
2 Angkat Barang 35 34 24 9 103
Manual Tinggi Tinggi Sedang Sedang
3 Administrasi 20 27 22 11 80
Sedang Sedang Sedang Tinggi
score tinggi. Exposure Score pada bagian punggung dan lengan/bahu tinggi pada
pekerja Angkat Barang Manual, dan sedang pada pergelangan tangan dan leher.
memperoleh skor QEC sebesar 84 % yang berarti perlu dilakukan penelitian lebih
angkat barang manual memperoleh skor QEC sebesar 58 % yang artinya perlu
Administrasi skor QEC didapat 49% yang berarti hanya diperlukan penelitian
33
4.3 Nordic Body Map (NBM)
paling banyak dialami oleh pekerja warehouse yang bertugas sebagai operator
forklift adalah keluhan pada lutut kiri dan kanan yaitu sebanyak 4,84%. Pada
muskuloskeletal pada tengkuk, bahu kiri dan bahu kanan sebagai keluhan yang
paling banyak dirasakan yaitu sebesar 4,9%. Pada pekerja warehouse yang
34
bertugas dibidang administrasi, keluhan muskuloskeletal yang paling banyak
BAB 5
PEMBAHASAN
menilai proses kerja pekerja dari dua sisi, yaitu peneliti dan operator. Selain itu,
QEC mempunyai keuntungan antara lain: meneliti hampir semua faktor risiko
35
fisik untuk MSDs yang behubungan dengan kerja, mempertimbangkan kombinasi
dan interaksi dari berbagai faktor risiko di tempat kerja, dan mudah digunakan
untuk pemula. Selain itu, tools QEC juga dibantu oleh metode Nordic Body Map
dalam menentukan bagian otot yang mengalami keluhan dan tingkat keluhan otot
muskuloskeletal yang dirasakan oleh pekerja sesuai dengan postur kerja yang
keterampilan yang didapatkan melalui pelatihan. Tidak semua pekerja yang dapat
harus dipenuhi salah satunya adalah mempunyai Surat Izin Operasional (SOP)
forklift sangat tinggi pada punggung dan lengan/bahu serta tinggi pada
pergelangan tangan dan leher. Hal tersebut menunjukkan bahwa baik punggung,
lengan/bahu, pergelangan tangan dan leher pada operator forklift berisiko untuk
Penyebab utama dari tingginya tingkat risiko MSDs pada operator adalah
postur janggal, durasi kerja yang lama, dan melakukan gerakan berulang secara
terus-menerus pada posisi janggal atau statis yang berisiko menyebabkan MSDs.
Operator forklift merupakan suatu pekerjaan yang monoton, yang sebagian besar
waktu kerjanya duduk di atas forklift. Dari wawancara yang dilakukan terhadap
36
salah satu operator forklift di warehouse PT. Semen Padang, diketahui bahwa
operator mengoperasikan forklift rata-rata selama 4 jam dalam sehari. Postur kerja
statis menimbulkan peningkatan beban pada otot dan tendon, yang menyebabkan
aliran darah ke otot terhalang dan menimbulkan kelelahan, rasa kebas dan nyeri.27
Selain itu, dari tabel 4.6 terlihat bahwa keluhan muskuloskeletal yang
paling banyak dialami oleh pekerja warehouse yang bertugas sebagai operator
forklift adalah keluhan pada lutut kiri dan kanan yaitu sebanyak 4,84%. Hal ini
disebabkan oleh jauhnya jarak antara posisi duduk dengan pedal gas dan rem pada
lebih lanjut dan perbaikan segera. Hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi
ataupun prosedur kerja. Selain itu bisa juga dilakukan peregangan di sela-sela jam
kerja beberapa saat, misalnya setelah selesai melakukan bongkar barang satu atau
dua kontainer, agar otot-otot yang sudah tegang menjadi relaks kembali dan
37
Gambar 5.1 Keadaan menggantung kaki operator forklift akibat
jauhnya jarak antara kaki dengan pedal gas dan rem mesin forklift
38
Pekerja pengangkut barang di warehouse PT. Semen Padang merupakan
pekerja yang mengangkut barang dari satu tempat ke tempat lainnya secara
manual. Pada umumnya, pekerja menggunakan tubuh sebagai alat angkut, seperti
medan yang licin, kasar, naik turun, dan lain-lain; keterampilan bekerja; dan
pengangkat barang tinggi pada punggung dan lengan/bahu serta sedang pada
pergelangan tangan dan leher. Hal tersebut menunjukkan bahwa punggung dan
muskuloskeletal pada tengkuk, bahu kiri dan bahu kanan sebagai keluhan yang
paling banyak dirasakan oleh pekerja pengangkat barang, yaitu sebesar 4,9%.
Keluhan pada punggung dapat terjadi karena otot punggung yang tidak
terlatih, otot punggung tidak lurus saat mengangkat barang, atau pekerja bekerja
dengan posisi tubuh yang tidak alamiah, misalnya membungkuk dalam waktu
yang lama. Keluhan pada bahu disebabkan oleh posisi pada saat mengangkat
barang berat memiliki tumpuan pada otot-otot di bahu. Selain itu posisi barang
sehingga dapat juga terjadi gangguan pada otot leher. Postur janggal dan berulang
ini jika dilakukan dalam waktu yang lama akan mengakibatkan kaku pada otot.
39
Hal tersebut sesuai dengan UCATT, yang menjelaskan bahwa MSDs yang
7. Mengerahkan kekuatan pada posisi statis pada periode waktu yang cukup
panjang.
8. Lingkungan pekerjaan yang kurang baik (terlalu panas atau dingin dan lain-
lain).28
pengangkat barang, diperlukan penelitian lebih lanjut dan perbaikan segera. Hal
yang bisa dilakukan untuk mengurangi tingkat risiko MSDs adalah dengan
melakukan intervensi terhadap peralatan ataupun prosedur kerja. Selain itu bisa
adalah posisi duduk. Tugas pekerja administrasi di warehouse PT. Semen Padang
meliputi pencatatan dan pembukuan barang masuk dan barang keluar warehouse.
40
Berdasarkan tabel 4.4, didapatkan bahwa exposure score pada pekerja
tinggi pada leher. Hal tersebut menunjukkan bahwa punggung, lengan/bahu dan
banyak dirasakan adalah keluhan pada bahu kanan yaitu sebanyak 4,67%.
timbulnya cedera dan rasa sakit atau nyeri pada bahu. Ada hubungan yang erat
antara pekerjaan yang dilakukan berulang dengan MSDs pada bagian bahu.
Kejadian cedera bahu juga bisa disebabkan oleh eksposur dengan postur janggal.
kantor lain terutama untuk workstation yang belum sesuai. Workstation yang
belum sesuai akan mengakibatkan postur tubuh yang janggal. Risiko MSDs pada
Berdasarkan exposure level pada pekerja administrasi, untuk saat ini belum
penelitian lebih lanjut mengenai risiko pekerjaan terhadap MSDs untuk mencegah
terjadinya MSDs.
BAB 6
PENUTUP
41
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
42
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai risiko pekerjaan terhadap
MSDs dengan memperhitungkan faktor lingkungan kerja seperti
temperatur, kebisingan, getaran, pencahayaan, debu dan faktor individu
pekerja seperti antropometri tubuh pekerja, jenis kelamin dan lama waktu
kerja
2. Perlu dilakukan sosialisasi mengenai postur kerja yang baik dan benar
kepada pekerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya
3. Perlu dilakukan pendidikan peregangan atau relaksasi pada setiap pekerja
minimal 5 menit pada setiap 2 jam kerja atau pada saat mulai dirasakannya
kram atau pegal pada bagian-bagian tubuh
DAFTAR PUSTAKA
43
Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Indonesia: Depok. 2012.
7 Licciardone JC, Stoll ST, Fulda KG, Russo DP, Siu J, Winn W, etc.
Osteopathic Manipulative Treatment for Chronic Low Back Pain. Spine.
28(13). 2003.
44
15. Water, T.R. & Bhattacharya, A. Physiological Aspects of Neuromuscular
Function. Dalam: Battacharya, A. & McGlothlin, J.D. eds. Occupational
Ergo- nomic. Marcel Dekker Inc, USA:.63-76. 1996.
16. Priatna, B.L. Pengaruh Cuaca Kerja Terhadap Berat Badan. Majalah Hiperkes
dan Keselamatan Kerja. Jakarta. Vol XXIII (3):39-49. 1990.
18. Grandjean, E. Fitting the Task to the Man, 4th edt. Taylor & Francis Inc.
London. 1993.
21. OSHA 3125. Ergonomi : the study of work. diunduh tanggal 29 Desember
2016. http://www.osha.gov/Publications/osha3125.pdf. 2000.
23. Bridger RS. Introduction to ergonomis, 2nd Ed. London: Tailor & Francis
Group. 2003.
24. Anies. Kedokteran Okupasi Berbagai Penyakit Akibat Kerja dan Upaya
Penanggulangan dari Aspek Kedokteran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2014.
25. Guanyan Li. and Buckle, Peter. Quick exposure checklist (QEC) for the
assesment of workplace risks for work-related musculoskletal disorders
(MSDs). In Neville Stanton. Et al. Handbook of human Faktors and
ergonomis method. USA : CRC Press. 2005.
26. Nurliah, A. Analisis risiko muskuloskeletal disorders (MSDs) pada pada
operator forklift di PT. LLI tahun 2012. Jawa Barat: Fakultas Kesehatan
45
28. UCATT, n.d. Musculoskeletal Disorders. Diakses di,
Desember 2016.
46