Anda di halaman 1dari 5

Fisiologi prostat

Prostat merupakan daerah utama dari transformasi neoplasma pada tubuh manusia.
Transformasi dapat berupa jinak seperti Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) maupun ganas
seperti Prostate Cancer (PCa). Pada usia 50 tahun, setengah dari seluruh populasi laki-laki di
dunia mengalami BPH dengan jumlah dari total kejadian berkembang gejala klinisnya.
Satu dari enam laki-laki di amerika akan berkembang menjadi PCa selama hidup mereka.

Prostat memiliki ketergantungan terhadap jumlah testosterone yang beredar untuk


perkembangan, pertumbuhan dan pemeliharaannya. Sirkulasi testosterone dikonversi pada
jaringan prostat menjadi dihydrotestosterone (DHT) yang merupakan ligan utama intraseluler
yang mengikat reseptor androgen menginisiasi sinyalnya. Kepentingan dalam menjaga
jumlah androgen yang sesuai dalam jangka panjang bertujuan untuk mengurangi resiko
regresi epitelium prostat yang diakibatkan kekurangan androgen. Regresi sebenarnya bersifat
reversible, bahkan saat penggantian androgen yang menghasilkan regenerasi epitel sel yang
utuh seperti sel hati sehingga hyperplasia epitel prostat tidak biasanya terjadi. Pada faktanya,
prostat dapat melakukan lebih dari 30 kali siklus pada saat kekurangan dan penggantian
androgen tanpa mengurangi kemampuannya untuk regenerasi epitel dan tanpa mengalami
hyperplasia. Jumlah yang besar dari kelompok independen telah mengklarifikasi bahwa epitel
prostat diatur pada unit stem sel epitel dewasa dan bagaimana pengaturan mengizinkan
seperti kapasitas pertumbuhan regeratif siklik yang mendalam tanpa hiperplasia.

Pada unit stem epitel prostat dewasa ini, reseptor androgen yang negative pada stem
sel epitel prostat dewasa terletak pada dasar layar epitel dalam yang berlekuk yang berfungsi
menstimulasi kemampuan pertahanan hidup tetapi membatasi proliferasinya. Androgen yang
independen pada stem sel epitel prostat dewasa menunjukkan bahwa morfogenesis epitel
terjadi ketika reseptor androgen tidak diekspresikan oleh sel epitel prostat selama ada
ekspresi dan signalling dari reseptor androgen pada sel stroma pendukung. Mekanisme
seberapa banyak morfogenesis epitel melibatkan ekspansi/ maturasi hirarki pada stem sel
epitel prostat dewasa dan keturunannya. Selama kondisi yang sesuai, reseptor androgen yang
negatif (AR-negatif) dibagi secara asimetris menjadi pembaharuan sendiri dan memberikan
keturunan yang mampu berdiferensiasi menjadi non-proliferasi AR-negatif sel
neuroendrokrin atau pun Np63-positif/ AR-negatif sel Transient Amplifying (TA). Dasarnya
terletak pada AR-negatif sel TA yang melakukan pembatasan jumlah penguat proliferasi
sebelum dewasa menjadi Np63-negatif/ Prostate Stem Cell Antigen (PSCA)-positif sel
intermediet. Proliferasi TA memerlukan sinyal androgen dependen di dalam AR yang
mengekspresikan sel stroma prostat yang menstimulasi produksi dan sekresi stromal difusibel
yang berasal dari peptide Growth Factor yang secara kolektif membentuk andromedins.
Parakrin ini mengsekresikan andromedin yang berdifusi dari stroma ke dalam kompartemen
epitel dimana andromedin akan beikatan dengan reseptor yang sama menstimulasi AR-negatif
sel TA proliferasi dan bermaturasi menjadi sel intermediet. Sel-sel intermediet bermigrasi ke
lapisan lumen yang kemudian akan mengekspresikan protein AR. Kemudian sel intermediet
berinteraksi dengan DHT menyebabkan sel berdiferensiasi menjadi Prostate Spesific Antigen
(PSA) sekretorik positif yang mana kemampuan sel ini untuk bertahan hidup sangat
bergantung pada jumlah andromedin yang adekuat.

Pada pria dewasa yang tidak dikebiri, jumlah sirkulasi testosterone yang tinggi akan
menstimulasi secara terus-menerus produksi andromedin. Apabila tidak ada inhibitor pada
pajanan testosterone yang terus-menerus, maka kelenjar akan mengalami pertumbuhan
berlebihan hyperplasia. Hanya fraksi kecil (contohnya <1% per hari) dari Prostate Epithelial
Cells (PrECs) yang berproliferasi pada pria dewasa. Ada sebuah mekanisme untuk menekan
andromedin.

Antony L, van der Schoor F, Dalrymple SL, Isaacs JT. Androgen Receptor (AR) Suppresses
Normal Human Prostate Epithelial Cell Proliferation via AR/-catenin/TCF-4 Complex
Inhibition of c-MYC Transcription. The Prostate. 2014;74(11):1118-1131.
doi:10.1002/pros.22828.

Diagnosis BPH

Diagnosis dari BPH sering diduga hanya dari riwayat dasar pada pasien. Perhatian
khusus untuk beberapa hal ini penting untuk membuat diagnosis yang benar:

Onset dan durasi gejala


Isu kesehatan umum (termasuk riwayat seksual)
Kesesuaian beberapa kemungkinan intervensi bedah
Keparahan dari gejala-gejala dan bagaimana pengaruhnya terhadap kualitas hidup
Pengobatan
Penanganan yang telah dilakukan sebelumnya

Gejala-gejala yang mengarah kepada BPH dapan disebabkan beberapa proses penyakit
lainnya dan riwayat serta pemeriksaan fisik diperlukan untuk mengetahui etiologic
lainnya dari Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS).
Ketika prostat membesar, organ ini akan berperan sebagai klem pada selang,
mengonstriksikan aliran urin. Saraf-saraf di dalam prostat dan kandung kemih dapat juga
berperah dalam penyebab beberapa gejala ini:

Frekuensi urin, kebutuhan untuk BAK selama pagi maupun malam hari (nocturia)
biasanya hanya dalam jumlah yang kecil dalam setiap pembuangannya.
Urgensi urin, keinginan untuk BAK yang mendadak disertai sensasi tidak kuat
untuk menahan BAK.
Bimbang, kesulitan memperkuat laju aliran urin seperti terputus-putus ataupun
pancaran urin yang lemah.
Pengosongan kandung kemih yang tidak sepenuhnya, perasaan urin yang masih
berada di kandung kemih terlepas dari frekuensi BAK
Mengejan, keinginan mengejan atau mendorong (Valsalva maneuver) untuk
mengosongkan urin di dalam kandung kemih.
Berkurangnya kekuatan pancaran, pasien kehilangan kekuatan untuk BAK.
Dribbling, hilangnya jumlah yang kecil dari urin karena pancaran urin yang lemah

Riwayat seksual merupakan hal yang penting seperti studi epidemiologi yang telah
mengidentifikasikan LUTS sebagai faktor independen dari disfungsi ereksi dan
disfungsi ejakulasi.

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan colok dubur (DRE) merupakan sebuah bagian integral dari evaluasi pada
pria dengan dugaan BPH. Selaha pemeriksaan ini, ukuran prostat dan kontur dapat
dinilai, nodul-nodul dapat dievaluasu, dan area yang dicurigai malignan dapat
dideteksi. Volume prostat normal pada pria berkisar 20 g. Penentuan volume prostat
yang lebih jelas dapat menggunakan transrectal ultrasonography (TRUS).

Berkurangnya tonus sfingter anal atau kurangnya reflex dari refleksi otot
bulbus cavernosus dapat mengindikasikan akibat kelainan neurologic. Prostat
diperiksa menggunakan jari telunjuk pada tangan dominan jari diletakkan melalui
anus setelah relaksasi sfingter anal dan prostat dipalpasi secara menyeluruh. Pada
umunya, estimasi dari jumlah dasar telunjuk dapat menyentuh hingga permukaan
rektal dari prostat selama DRE untuk menentukan ukuran kelenjar. Kira-kira 1 jari
telunjuk manusia berukuran 15-20 g jaringan. Sebagai contoh, seseorang dapat
melaporkan ukuran prostat seperti 2-3 lebar jari ketika melaporkan hasil medis atau
berkomunikasi dengan teman kolega. Kebanyakan pria asimtomaik memiliki kelenjar
ukuran 2 jari atau kurangnya.

Melakukan pemeriksaan fisik yang difokuskan untuk menilai area suprapubic untuk
tanda-tanda distensi kandung kemih dan pemeriksaan neurologic untuk deficit
sensoris maupun motorisnya. Sebagai tambahan suara dasar pelvis, ada atau tidaknya
fluktuansi (contohnya abses prostat) dan sensitivitas nyeri dari kelenjar
(prostatodynia/ prostatitis) dapat dinilai.

Deters LA. Benign Prostatic Hypertrophy Clinical Presentation. Medscape. [Online]


Available at http://emedicine.medscape.com/article/437359clinical#b2. 2016; Diakses
pada tanggal 12 April 2017.

Hubungan DM dan BPH

Baik Diabetes maupun obesitas pada beberapa kasus mengalami perubahan


sistemik yang kompleks. Diabetes dan obesitas dapat mengubah metabolisme
hormon steroid seks dan keduanya mgnkin dapat menjadi kondisi pro-inflamasi
mengeluarkan kemomin yang dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan prostat.

Hubungan-hubungan yang memungkinkan antara BPH dan diabetes telah ditulis


sejak 1966 pada awal studi epidemiologi. Studi yang tersering memfokuskan BPH
dan diabetes dapat dipecah ke dalam tiga group dasar. Yang pertama adalah orang-
orang yang melihat pada hubungan BPH khususnya pada pengukuran radiografi
pada volume prostat dengan TRUS atau MRI atau menggunakan PSA. Yang kedua
adalah orang-orang yang melihat diagnosis klinis dari BPH khususnya kebutuhan
terapi pengobatan atau bedah untuk BPH, obstruksi yang terdokumentasi atau laju
aliran urin yang rendah pada urodimamis atau pemeriksaan lainnya, atau penilaian
diagnosis oleh para medis. Dan yang terakhir tidak pada BPH melainkan pada LUTS
itu sendiri yang paling sering valid yaitu dengan menggunakan kuesioner IPSS atau
instrument yang mirip.

Jiang M, Strand DW, Franco OE, Clark PE, Hayward SW. PPAR: A Molecular Link between
systemic metabolic disease and benign prostate hyperplasia. Differentiation; research in
biological diversity. 2011;82(4-5):220-236. doi:10.1016/j.diff.2011.05.008.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Sarma, dkk, terdapat hubungan LUTS
iritatif dan diabetes dikabarkan pada pria diabetes yang tidak melakukan pengobatan. Lebih
jauhnya, tidak ada bukti yang kuat untuk hubungan antara diabetes dan BPH melalui
pengukuran yang lebih spesifik pada BPH seperti volume prostat atau level PSA. Penelitian
ini mendukan bahwa kehadiran diabetes dan control glikemi yang jelek dapat menjadi sedikit
berhubungan pada pertumbuhan prostat dan lebih berhubungan pada komponen dinamis dari
fungsi traktus urin bagian bawah.

Sarma AV, St. Sauver JL, Hollingsworth JM, et al. DIABETES TREATMENT AND
PROGRESSION OF BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA IN COMMUNITY DWELLING
BLACK AND WHITE MEN. Urology. 2012;79(1):102-108. doi:10.1016/j.urology.2011.08.065.

Anda mungkin juga menyukai