Anda di halaman 1dari 3

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Otot

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi hasil kekuatan dan tingkat tegangan
dari otot manusia:
1. Faktor intrinsik
Terdapat tiga jenis faktor intrinsik, yaitu
a. Faktor neurofisiologis
Respon neurofisiologi otot terhadap peregangan bergantung
pada struktur muscle spindle dan golgi tendon 39 organ. Ketika otot
diregang dengan sangat cepat, maka serabut afferent primer
merangsang -27 motor neuron pada medulla spinalis dan
memfasilitasi kontraksi serabut ekstrafusal yaitu meningkatkan
ketegangan (tension) pada otot. Hal ini dinamakan dengan
monosynaptik stretch refleks. Tetapi jika peregangan dilakukan
secara lambat pada otot, maka golgi tendon organ terstimulasi dan
menginhibisi ketegangan pada otot sehinggga memberikan
pemanjangan pada komponen elastik otot yang paralel
b. Faktor biomekanik
Faktor ini pada dasarnya menentukan kekuatan sejati otot dan
berhubungan dengan sistem skeletal seseorang meliputi panjang
tuas otot, sudut fraksi sendi dan momen inersia beban.
c. Faktor emosional
Faktor emosional dapat meningkatkan tingkat kekuatan yang
digunakan dalam menggerakkan serat otot yang biasanya tidak
dirangsang. Kapasistas maksimum yang dapat dikembangkan dari
kekuatan otot adalah 60-70%.
2. Faktor ekstrinsik

Kekuatan juga tergantung pada beberapa faktor eksternal. Yang paling


penting di antara mereka adalah suhu, makanan, pelatihan, cuaca, usia dan jenis
kelamin.
a. Perubahan kekuatan berdasarkan umur:
Kekuatan berlipat ganda antara usia 11 dan 16 tahun Pada usia 16
tahun, kekuatan mencapai 80-85% dari puncak maksimumnya Kekuatan
maksimum tercapai antara usia 20 dan 25 tahun, setelah perkembangan otot
selesai Mulai usia 30 tahin, jika kualitas ini tidak dilatih secara khusus, terjadi
penurunan yang lambat tapi progresif Antara usia 50 dan 60 tahun, sebuah
atrofi bertahap dari massa otot mulai berkembang
b. Perbedaan kekuatan berdasarkan jenis kelamin:
Perbedaan antara pria dan wanita mulai muncul dari remaja dan seterusnya, berusi
sekitar 12-14 tahun, periode ketika anak laki-laki mengembangkan kekuatan lebih
cepat Pria lebih kuat dari wanita karena ia memiliki jumlah yang lebih dari jaringan
otot: 36-44% pada pria dibandingkan dengan 25-29% pada wanita.
Feito JMP, Delgado D. Physical Education. Spanyol: Pila Telea; 2013.

Vertical jump
Vertical jump telah diterima sebagai pengukuran yang valid untuk kekuatan kaki.
Objektivitas dan koefisiensinya tinggi. Vertical jump yang termasuk jenis olahraga anaerobic
dapat dilatih sejak kecil sehingga kemampuan seorang atlet dalam melakukan olahraga ini
akan terus meningkat seiring penambahan massa otot. Energy yang digunakan dalam
olahraga ini lebih banyak berasal dari ATP dan fosfocreatin daripada energy yang didapat dari
glikolisis. Kapasitas dalam melakukan vertical jump banyak dipengaruhi oleh genetic pada
anak dan dewasa, sekitar 48-92%. Namun, faktor lingkungan dan latihanpun tidak kalah
penting dalam menentukan hal ini. Ada 3 fase dalam melakukan vertical jump, yaitu
preparatory atau down phase, propulsif atau up phase, dan flight phase. Dua fase pertama
dilakukan ketika masih berada di tanah.
Vertikal jump tunggal telah digunakan sebagai indek output puncak kekuatan anaerob.
Subjek berdiri dan melompat setinggi mungkin. Lalu ketinggian ini ditandai. Subjek
kemudian melakukan lompatan maksimal, dan jangkauan tertinggi dicatat. Jarak vertical
jump adalah perbedaan antara tinggi kedudukan jangkauan dan tinggi pada lompatan
tertinggi. Umumnya, tiga lompatan yang digunakan, biasanya dari awalan berjongkok atau
kadang-kadang denganposisi awal, dengan lompatan tertinggi digunakan untuk penentuan
output daya anaerobik.
Menggunakan hukum mekanika klasik, mungkin untuk menentukan kekuatan jaring
sendi yang dihasilkan selama vertical jump . Tahap lepas landas dari verticaljump dimulai
dengan ekstensi sendi panggul, diikuti secara berurutan oleh lutut dan sendi pergelangan kaki.
Fase ini berakhir ketika kaki kehilangan kontak dengan lantai. Tahap lepas landas didahului
oleh tahap persiapan, yang melibatkan fleksi pada pinggul dan sendi lutut dan dorsofleksi
pada sendi pergelangan kaki. Aktivitas otot umumnya eksentrik selama fase persiapan,
dengan gravitasi yang memberikan kekuatan pendorong. Selama fase ini, kekuatan sendi
umumnya positif, yang menunjukkan aktivitas didominasi konsentris satu otot sendi.
Eston, Roger, Reilly T. Kinanthropometry and Exercise Physiology Laboratory Manual
Tests, Procedures, and Data. New York: Taylor & Francis Group; 2009.
Ketinggian seseorang dalam melakukan lompatan vertical dapat dipengaruhi oleh kekuatan
otot dan faktor lainnya. Laki-laki dapat melompat lebih tinggi dari pada perempuan akibat
postur tubuh maupun postur otot yang dimiliki laki-laki lebih baik daripada perempuan. Otot
laki-laki juga dapat menjadi lebih kuat dan besar akibat hormon testosterone yang dihasilkan
pada testis.
Berat badan seseorang juga dapat mempengaruhi tinggi lompatan yang dicapai. Berat badan
yang berlebih akan meningkatkan beban mekanik pada lutut yang searah gaya gravitasi yang
menyebabkan beban yang ditumpu oleh lutut menjadi semakin besar sehingga terkadang
perempuan dapat saja melompat vertikal lebih tinggi dari laki-laki.

Otot-otot yang bekerja pada saat melakukan vertical jump: (dapusny boleh tlong liatkan ndak
di buku anatomi yg jilidny paling tipis. Pny aku lgi dipinjam)

Anda mungkin juga menyukai