Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Dasar Listik


2.1.1 Arus
Arus listrik atau dalam versi bahasa inggris sering disebut electric current
dapat didefinisikan sebagai jumlah muatan listrik yang mengalir tiap satuan waktu.
Biasanya arus memiliki satuan A (Ampere) atau dalam rumus terkadang ditulis I.
Arus listrik merupakan gerakan kelompok partikel bermuatan listrik dalam arah
tertentu. Arah arus listrik yang mengalir dalam suatu konduktor adalah dari potensial
tinggi ke potensial rendah (berlawanan arah dengan gerak elektron). Satu ampere
sama dengan 1 couloumb dari electron melewati satu titik pada satu detik. Pada kasus
ini, besarnya energi listrik yang bergerak melewati conductor (penghantar).

Muatan listrik bisa mengalir melalui kabel atau penghantar listrik lainnya.
Pada zaman dulu, Arus konvensional didefinisikan sebagai aliran muatan positif,
sekalipun kita sekarang tahu bahwa arus listrik itu dihasilkan dari aliran elektron yang
bermuatan negatif ke arah yang sebaliknya.

2.1.2 Tegangan

Tegangan listrik (Voltage) adalah perbedaan potensi listrik antara dua titik
dalam rangkaian listrik. Tegangan dinyatakan dalam satuan volt (V). Besaran ini
mengukur energi potensial sebuah medan listrik untuk menyebabkan aliran listrik
dalam sebuah konduktor listrik. Tergantung pada perbedaan potensi listrik satu
tegangan listrik dapat dikatakan sebagai ekstra rendah, rendah, tinggi atau ekstra
tinggi.

Tenaga (the force) yang mendorong electron agar bisa mengalir dalam sebauh
rangkaian dinamakan tegangan. Tegangan adalah sebenarnya nilai dari potensial
energi antara dua titik. Pada sebuah rangkaian, besar energi potensial yang ada untuk
menggerakkan electron pada titik satu dengan titik yang lainnya merupakan jumlah
tegangan.
2.1.3 Daya

Hambatan listrik adalah perbandingan antara tegangan listrik dari suatu


komponen elektronik (misalnya resistor) dengan arus listrik yang melewatinya.
Hambatan dinyatakan dalam satuan ohm. Elektron bebas cenderung bergerak
melewati konduktor dengan beberapa derajat pergesekan, atau bergerak berlawanan.
Gerak berlawanan ini yang biasanya disebut dengan hambatan. Besarnya arus didalam
rangkaian adalah jumlah dari energi yang ada untuk mendorong elektron, dan juga
jumlah dari hambatan dalam sebuah rangkaian untuk menghambat lajunya arus.

Hubungan antara arus, tegangan, hambatan, dan daya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.

Table 2.1 Rumus Dasar Listrik

2.2 Pengertian Sistem Distribusi


Secara umum sistem distribusi dimulai dari penyulang distribusi 20 kV yang
keluar dari GI (Gardu Induk) disalurakan melalui penghantar berupa kawat, yang
meliputi JTM 20 kV dan gardu distribusi.
Pada Jaringan distribusi, jaringan tegangan menengah menghubungkan daerah
industri berukuran menengah, daerah perumahan kota besar dan daerah pedesaan ke
jaringan tegangan tinggi lewat trafo gardu induk dan tegangan rendah biasanya
dipergunakan untuk mensuplay perumahan dan daerah industri ringan di kota-kota
dan pedesaan dari trafo-trafo distribusi. Di daerah industri jaringan tegangan rendah
mengalirkan energi dari trafo distribusi ke mesin-mesin listrik.
Jaringan distribusi terdiri atas dua bagian, yang pertama adalah jaringan
tegangan menengah/primer (JTM), yang menggunakan tiga kawat atau empat kawat
untuk tiga fasa. Jaringan distribusi primer berada antara gardu induk dan
transformator distribusi. Jaringan yang kedua adalah jaringan tegangan rendah (JTR)
dengan tegangan 380/220 Volt, dimana sebelumnya tegangan tersebut
ditransformasikan oleh transformator distribusi dari 20 kV menjadi 380/220 Volt,
jaringan ini dikenal pula dengan jaringan distribusi sekunder. Jaringan distribusi
sekunder terletak antara transformator distribusi dan sambungan pelayanan (beban)
menggunakan penghantar undara terbuka atau kabel dengan sistem tiga fasa empat
kawat (tiga kawat fasa dan satu kawat netral). Dapat kita lihat gambar dibawah proses
penyedian tenaga listrik bagi para konsumen.

Jaringan Tegangan Menengah (JTM)


Zekring TM

Gardu Trafo Distribusi


Induk
Saklar TR
Rel TR

Zekring TR

Jaringan Tegangan Rendah (JTR)


Gardu distribusi

Pelanggan
Sambungan
Rumah
Gambar 1.
Gambar 2.1Proses
Prosespenyediaan
Penyediaantenaga
Tenaga Listrik
listrik
Bagi Para Konsumen ( Distribusi
bagi para Konsumen (distribusi) )

2.3 Perlengkapan Saluran Distribusi


Perlengkapan saluran distribusi dipergunakan dengan maksud menjamin
kontinuitas penyediaan tenaga listrik serta menjamin keamanan atau keselamatan
pemakai tenaga listrik. Perlengkapan itu antara lain adalah : Sekering, Pemutus
(breaker), trafo distribusi, pengubah tap, sistem pendingin, pengubah fase, pemisah,
saklar beban, panel kontrol, lemari hubung dan arester.
Pemutus berguna untuk membuka rangkaian listrik apabila terjadi gangguan
arus lebih, ada dua pemutus yaitu ; pemutus udara dan pemutus minyak.
Saklar bebabn, saklar beban tidak dapat memutuskan arus tapi dapat
memutuskan arus beban, ini menguntungkan apabila pemutus tenaga dipasang pada
rangkaian utamanya dan pada saluran saluran cabangnya dipasang saklar beban,
dikombinasikan dengan sekring tenaga yang mempunyai kapasitas pemutusan yang
besar, saklar beban dapat berfungsi hampir sama dengan pemutus tenaga. Cara yang
dipakai untuk memadamkan busur adalah dengan cara memadamkan dengan pemutus
busur dan gas SF dalam ruang tertutup.
Arester, arester merupakan kunci dalam koordinasi suatu sistem tenaga listrik,
arester harus mempunyai ketahanan termis yang cukup terhadap energi dari arus
susulan dan harus mampu memutuskannya, jika waktu arester melepas tegangan
sistem dan arus dinamik terlalu tinggi mungkin arester tidak mampu memutuskannya,
jika itu terjadi maka arester tidak mampu memutuskan arus susulan.

Penghantar sebagai bahan penghantar pada umumnya digunakan logam


tembaga dan logam aluminium, kedua bahan ini disamping memiliki daya hantar yang
baik merupakan logam yang mudah didapat dan juga harganya lebih murah. Tembaga
yang digunakan untuk penghantar kabel umumnya tembaga elektrolitis dengan
kemurnian sekurang-kurangnya 99,5%. Tahan jenis dari tembaga lunak untuk
keperluan hantaran listrik telah dibakukan secara internasional yakni tidak boleh
melebihi : 1/58 = 0,017241 mm2 /m pada suhu 20 oC. Atau sama dengan daya hantar
sekurang-kurangnya 58 siemens sama dengan 100% IACS (international annealed
copper standard). Daya hantar tembaga sangat dipengaruhi oleh ketakmurnian,
campuran besi sebanyak 0,02% misalnya akan meningkatkan tahanan jenis tembaga
samapai mencapai 10%. Keadaan kekerasanya juga mempengaruhi daya hantarnya.
Tembaga lunak dengan daya hantar 100% IACS, memiliki kuat tarik 195 245 N/
mm2 , daya hantar tembaga keras dengan kuat tarik 390 440 N/ mm2 , hanya kira-
kira 97% IACS, jadi kira-kira 3% lebih rendah dari pada daya hantar tembaga lunak.
Koefisien suhu tembaga pada 20oC, kira-kira 0,004 per derajat celcius. Jadi kenaikan
suhu 10oC akan meningkatkan ketahanan jenisnya samapai 4%. Luas penampang
hantaran tembaga telah dibakukan secara internasional, seperti yang ada pada table
3.2, table ini juga memuat luas penampang aluminium dan kabel fleksibel dari bahan
tembaga.
Aluminium untuk penghantar kabel berisolasi harus juga aluminium murni,
umumnya digunakan aluminium dengan kemurnian 99,5%, juga tahanan jenis
aluminium lunak untuk hantaran listrik telah dibakukan yakni tidak boleh melebihi :
1/35 = 0,0283 mm2 /m pada suhu 20 oC, atau sama dengan daya hantar sekurang-
kurangnya 61% IACS. Daya hantar aluminium juga dipengaruhi oleh keadaan
kekerasanya, tetapi tidak seperti daya hantar tembaga, aluminium lunak dengan daya
hantar 61% IACS memiliki kuat tarik 60 - 70 N/ mm2 dan daya hantar aluminium
keras dengan kekuatan tarik 150 195 N/ mm2 , hanya kira-kira 1% lebih rendah dari
daya hantar aluminium lunak, koefisien suhu aluminium pada 20oC kira-kira 0,004
perderajat celcius atau sama dengan koefisien suhu tembaga. Aluminium jauh lebih
ringan bila dibandingkan dengan tembaga, berat jenis aluminium dan tembaga pada
suhu 20oC masing-masing 2,7 dan 8,9 kg/m. Karena daya hantar aluminium hanya
61% IACS, maka untuk tahanan penghantar yang sama diperlukan luas penampang
aluminium : 100/61 = 1,64 x luas penampang tembaga. Jadi untuk penghantar bulat
diperlukan penghantar aluminium dengan diameter : 1,64 = 1,28 x diameter
penghantar tembaga, berat aluminium yang diperlukan untuk penghantar dengan
tahanan yang sama adalah : 1,64 x 2,7/8,9 x 100 % = 50 % berat tembaga.

Adapun Karakteristik Penghantar sebagai berikut :


Jenis penghantar pada saluran udara ;
a. BBC
b. AAC
c. AAAC
Tabel. 2.2
Karakteristik Hantaran Aluminium Jenis BBC

LUAS PENAMPANG
KHA ( A)
[ mm2 ]
16 125
25 145
35 200
50 250
70 350
95 390
120 440
150 510
185 595
240 700

Catatan : Pada saat keadaan tanpa angin, KHA tersebut dalam tabel ini
harus dikalikan dengan faktor koreksi 0.7

\
Tabel. 2.3
Karakteristik Hantaran Aluminium Jenis AAC

LUAS PENAMPANG
KHA ( A)
[ mm2 ]
16 115
25 160
35 185
50 230
70 300
95 340
120 390
150 465
185 530
240 630

Catatan : Pada saat keadaan tanpa angin, KHA tersebut dalam tabel ini
harus dikalikan dengan faktor koreksi 0.7
Tabel. 2.4
Karakteristik Hantaran Aluminium Jenis AAAC

LUAS PENAMPANG
KHA ( A)
[ mm2 ]
16 110
25 150
35 1750
50 220
70 285
95 325
120 370
150 435
185 500
240 600

Catatan : Pada saat keadaan tanpa angin, KHA tersebut dalam tabel ini
harus dikalikan dengan faktor koreksi 0.7

Penghantar ditarik penuh sepanjang bagian yang akan dipasangi, pada satu
ujung diikat dengan jangkar tetap, sedang ujung lainnya dengan klem sementara,
disebut klem penyambung (come-along), untuk menarik kabel sampai tegangan tarik
yang ditentukan. Klem penyambung ada yang otomatis dan ada jenis jepitan baut.

Pada jenis otomatis rahangnya harus dilapisi alumunium lunak atau lipatan
kertas ampelas. Pada jenis yang dibaut penghantar biasanya dipegang diantara dua
alumunium compon atau potongan kayu keras yang dibor dengan lubang yang sesuai
dengan garis tengah penghantar yang tepat. Penghantar alumunium harus dijepit
langsung oleh permukaan baja dan daya jepitnya tidak diperbesar terhadap permukaan
bergerigi.
Hal yang penting dalam pemasangan adalah untuk membuang rengangan
dari penghantar sehingga dibawah kondisi kerja tidak terjadi penambahan lendutan
gradual karena penempatan kawat-kawat. Ada dua cara penyelesaian antara lainnya
1. Pemberian tegangan awal
Pada metode ini penghantar ditarik sampai suatu tegangan tarik diatas
tegangan yang diingini tetapi tidak lebih dari 50% dari beban putus, suatu jangka
waktu yang singkat, misalnya 20 menit. Ini dinamai tegangan mematikan.
Pada akhir dari saat ini, penghantar dikendurkan sehingga mencapai
lendutan yang benar atau tegangan tarik untuk peningkatan suhu, penghantar
kemudian dapat dipindahkan dari klem jangkar ke isolator atau klem penggantung
dengan cara biasa.
2. Pemberian tegangan tarik lebih
Ini berupa penghantar sampai tegangan tarik yang sedikit lebih tinggi dari
nilai teoretis pada peningkatan suhu dan memasangnya pada tegangan tarik tersebut
dengan pengurangan lendutan yang bersangkutan. Sesudah beberapa saat ia akan
memperoleh lendutan yang tepat dan tegangan rambatannya. Suatu tegangan tarik 5-
8% lebih tinggi dari nilai yang tepat, sesuai untuk semua kelas penghantar alumunium
dan alumunium berteras baja, kecuali untuk yang berukuran besar berisi lebih dari 37
untaian, jika tegangan tarik lebih harus dinaikkan 12-15%. Peraturan IE Nomor 76-C
mengijinkan tegangan tarik awal dan akhir 35 dan 25% dari tegangan tarik batas pada
suhu 32oC untuk saluran tanpa beban dan tanpa pembebanan luar. Bersamaan dengan
itu tegangan tarik kerja tidak lebih dari 50% dari batas tegangan tarik dengan beban
angin maksimum atau pembebanan luar pada suhu rata-rata dari bulan yang terdingin
dari satu tahun. Sebuah dynamometer dapat digunakan untuk memeriksa ketika
saluran ditarik sampai tegangan tarik yang diperlukan.

2.4 Struktur Distribusi Tenaga Lisrik


2.4.1 Gardu Induk / Gardu Induk Distribusi
Gardu induk berisikan ujung-ujung dari saluran transmisi/subtransmisi,
transformator, peralatan proteksi, peralatan kontrol dan pangkal saluran distribusi.
Gardu induk memberikan suplai tenaga listrik ke jaringan distribusi. Tegangan yang
suplai gardu induk adalah berupa tegangan menengah karena pada gardu induk,
tegangan tinggi yang diterima diturunkan terlebih dahulu ke tegangan menengah
sebelum disalurkan ke daerah beban yang dikehendaki. Secara lebih rinci, gardu
induk berfungsi sebagai :

1) Mentransformasikan tenaga listrik dari tegangan tinggi yang satu ke tegangan


tinggi lainnya, atau ke tegangan menengah.
2) Pengukuran, pengawasan operasi serta pengaturan dan pengamanan sistem
tenaga listrik.
3) Sebagai pengaturan daya ke gardu-gardu distribusi melalui feeder tegangan
menengah.

2.4.2 Gardu Hubung (Switch Substation)


Gardu hubung merupakan gardu penghubung antara gardu induk dengan gardu
trafo distribusi. Gardu ini tidak berisikan transformator, tetapi hanya perlengkapan
hubung- bagi (Switcgear) dan bisanya rel-rel (busbars). Gardu hubung ini terdiri dari
gardu hubung spindel yang memiliki maksimum 7 unit penyulang dan gardu hubung
non-spindel yang memiliki 3 unit penyulang.

2.4.3 Gardu Distribusi


Gardu Distribusi adalah gardu yang berisikan trafo distribusi dan merupakan
daerah / titik pertemuan antar jaringan primer dan jaringan sekunder karena pada
gardu ini tegangan menengah (TM) diubah ketegangan rendah (TR)

2.4.4 Feeder (Penyulang)


Feeder (penyulang) dalam jaringan distribusi merupakan saluran yang
menghubungkan gardu induk dengan gardu distribusi.

2.4.5 Pola Jaringan Distribusi Primer


Untuk memenuhi tingkat kontinuitas pelayanan, dikenal beberapa pola
jaringan distribusi primer, yaitu:
a. Konfigurasi Radial
Kelebihan utama sistem ini adalah: sederhana, baik dalam pengoperasian
maupun pemeliharaan serta peralatan proteksinya sehingga biaya konstruksi dan
operasinya lebih rendah dibandingkan konfigurasi lainnya, tetapi sistem ini tidak
cocok untuk jenis beban dengan kontinuitas aliran arus yang tinggi karena kelemahan
dalam penanganan gangguan.
Pada konfigurasi radial ini apabila terjadi gangguan pada salah satu feeder
(penyulang), maka semua pelanggan yang terhubung pada feeder tersebut terganggu.
Apabila gangguan tersebut bersifat permanen dan memerlukan perbaikan terlebih
dahulu sebelum dapat di operasikan kembali, maka pelanggan (konsumen) yang
mengalami gangguan pelayanan jumlahnya relatif banyak. Pola jaringan distribusi
primer radial dapat dilihat pada gambar 2. dibawah ini:

20 kV

PMT
Feeder JTM

Sekering
PMT PMT lebur

Trafo
Distribusi
Gardu Induk
PMT Feeder JTM

TD

Gambar 2.2. Jaringan Distribusi Primer Radial (http//www.scribd.com,14 Juli 2009)


Gambar diatas menunjukan jaringan tegangan menengah berupa feeder-
feeder radial yang keluar dari Gardu Induk (GI). Pada setiap feeder terdapat
Ttransformator Distribusi (TD) yang dilengkapi dengan saklar. Transformator
Distribusi diletakkan didalam kota.
Untuk wilayah kepadatan tinggi dan jarak antara pusat beban dengan
feeder terlalu jauh perlu digunakan Gardu Hubung (GH).
Antara Gardu Induk (GI) dan Gardu Hubung (GH) umumnya dihubungkan
oleh dua sirkuit tegangan menengah yang dilengkapi dengan relay pengaman agar
kalau salah satu sirkuit terganggu masih ada satu sirkuit yang beroperasi.
b. Konfigurasi Ring
Sistem Konfiguarasi Ring ini secara ekonomis menguntungkan, karena
pada jaringan terbatas hanya pada saluran yang terganggu, sedangkan pada saluran
yang lain masih dapat menyalurkan tenaga listrik dari sumber lain dalam rangkaian
yang tidak terganggu. Sehingga kontinuitas pelayanan sumber tenaga listrik dapat
terjamin dengan baik. Pola jaringan distribusi primer ring dapat dilihat pada gambar 3.
dibawah ini:

20 kV
F
A

3
S
PMT PMT

1 2
Gardu Induk
B

Gambar 2.3. Jaringan Distribusi Primer Ring (http//www.scribd.com,14 Juli 2009)


Keterangan gambar 3 :
1;2;3;4;5 adalah PMT/CB = Pemutus Tenaga (Circuit Breaker)
A ; B adalah PMS/DS = Pemisah (Disconnecting Switch)
TD = Trafo Distribusi
Dalam praktek umumnya jaringan Ring dibuka dengan membuka PMT 5 .
Pemutus Tenaga adalah sakelar tegangan tinggi yang mampu memutus arus
gangguan. Arus gangguan besarnya dapat mencapai beberapa ribu kali besarnya arus
operasi normal.
Di depan dan di belakang setiap pemutus tenaga harus ada pemisah (PMS),
yaitu sakelar yang hanya boleh dioperasikan (ditutup dan dibuka) dalam keadaan
tidak ada arus yang melaluinya, tetapi posisi pisau sakelar harus jelas terlihat. Hal ini
diperlukan berkaitan dengan masalah keselamatan kerja pada saat instalasi teganggan
tinggi akan dibebaskan dari tegangan karena akan disentuh orang. Pada gambar 3,
apabila terjadi gangguan di titik F (Fult) maka PMT 3 dihubungkan. Selanjutnya
dilakukan langkah mencari dan memperbaiki bagian yang terganggu.
Selama pencarian dan perbaikan titik F yang terganggu hanya pelanggan
yang ada diantara PMS A dan PMT 3 yang mengalami gangguan pelayanan. Apabila
jumlah PMS seperti PMS A dan PMS B di perbanyak, maka jumlah pelanggan yang
mengalami gangguan pelayanan dapat dikurangi lagi.

c. Konfigurasi Spindel
Sistem jaringan distribusi primer Spindel adalah gabungan sistem jaringan
radial dan ring. Pola jaringan spindel ini dapat dilihat pada gambar 4. dibawah ini:

20 kV
Express Feeder

F
1 3 I1 I2
2 5 6 I3 4

Feeder A

Gardu Induk TD TD TD

Feeder B
GH

TD TD TD

Gambar 2.4. Jaringan Distribusi Primer Spindel (http//www.scribd.com,14 Juli 2009)


Keterangan gambar 4:
1 dan 4 adalah PMT/CB = Pemutus tenaga (Circuit Breaker)
2;3;5;6 adalah PMS/DS = Pemisah (Disconnecting Switch)

Dalam keadaan normal semua PMT dan PMS dari setiap feeder yang
keluar dari Gardu Induk (GI) dalam keadaan terhubung, express feeder di Gardu
Hubung (GH) dalam keadaan terbuka.
Misalnya terjadi gangguan di titik F pada feeder A maka PMT 1 lepas,
maka tempat gangguan harus dicari dan dilokalisir. Setelah gangguan diketahui atau
diisolir yaitu antara Indikator I1 dan Indikator I2, maka PMS 3 dan PMS 5 dibuka
kemudian PMT 1 dihubungkan kembali sehingga pelayanan bagi para pelanggan
normal kembali.
Setelah bagian yang terganggu di titik F selesai diperbaiki maka
konfigurasi jaringan dapat dikembalikan seperti sebelum terjadi gangguan dengan
menghubungkan PMS 3 dan PMS 5..
Jika terjadi gangguan pada salah satu feeder maka feeder yang lain tidak
mengalami pemadaman karena dapat disuplay dari tempat lain melalui sebuah express
feeder yaitu saluran yang bebas atau langsung di suplay dari gardu induk distribusi.
Jenis kawat yang digunakan untuk express feeder ini lebih baik jika digunakan dengan
besar penampang lebih besar dari feeder lain yang sedang beroperasi. Jenis jaringan
ini memang lebih andal dari jenis jaringan yang lain, tetapi membutuhkan biaya yang
cukup besar untuk pembuatannya.

2.5 Gangguan Pada Saluran Distribusi


Gangguan pada peralatan ketenagalistrikan sudah menjadi bagian dari
pengoperasian peralatan tenaga listrik. Mulai dari pembangkit, transmisi hingga
pusat-pusat beban tidak pernah lepas dari berbagai macam gangguan. Bagian dari
peralatan tenaga listrik yang sering mengalami gangguan adalah kawat transmisinya
(kira-kira 70-80% dari seluruh gangguan).
Hal ini disebabkan luas dan panjang kawat transmisi yang terbentang dan yang
beroperasi pada kondisi udara yang berbeda-beda dimana pada umumnya yang lewat
udara (diatas tanah) lebih rentan terhadap gangguan dari pada yang ditaruh dalam
tanah (underground).
Terdapat empat faktor gangguan yang memegang peranan penting dalm
jaringan distribusi tegangan menengah yaitu:

a. Kemungkinan (Probability)
Angka yang menyatakan berapa kali gangguan terjadi dalam waktu
tertentu pada suatu sistem atau saluran.
b. Bekerja Dengan Baik (Performance)
Menunjukan kriteria kontinuitas suatu salauran sistem penyaluran
tenaga listrik tanpa mengalami gangguan.
c. Periode Waktu
Periode waktu adalah lama suatu saluran bekerja dengan baik sesuai
dengan fungsinya. Semakin lama saluran digunakan, maka akan semakin
banyak kemungkinan terjadinya kegagalan.

d. Kondisi Operasi
Kondisi operasi yang dimaksud disini adalah keadaan lingkungan kerja
dari suatu jaringan seperti pengaruh suhu, kelembaban udara dan getaran yang
mempengaruhi kondisi operasi.
Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh gangguan antara lain :
a. Menginterupsi kontinuitas pelayanan daya kepada para konsumen
apabila gangguan itu sampai menyebabkan terputusnya suatu rangkaian atau
menyebabkan rusaknya suatu unit pembangkit.
b. Penurunan tegangan yang cukup besar menyebabkan rendahnya
kualitas tenaga listrik dan merintangi kerja normal pada peralatan konsumen.
c. Pengurangan stabilias sistem dan menyebabkan jatuhnya generator.
d. Merusak peralatan pada daerah terjadinya gangguan itu.
Macam-macam gangguan yang mungkin dapat terjadi pada saluran distribusi
antara lain :
A. Petir
Sambaran petir langsung pada kawat fase jaringan distribusi, dapat
menimbukan arus induksi sebesar 200.000 Ampere atau lebih. Arus sebesar itu dapat
merusak perlengkapan instalasi listrik ataupun alat alat pemakai listrik, oleh karena
itu arus karena petir itu harus dibuang ke bumi lewat arester.

B. Angin Ribut/Taufan
Angin ribut dapat menyebabkan :
- Robohnya tiang distribusi, robohnya tiang dapat menyebabkan hubung singkat
antar fase atau fase dengan tanah, hal ini dapat membahayakan terhadap
keselamatan manusia.
- Berayunnya kawat kawat saluran, kawat yang berayun berlebihan dapat patah,
ini akan menyebabkan hubung singkat fase dengan tanah.
- Pohon tumbang dan menimpa kwat saluran distribusi, ini dapat mengakibatkan
robohnya tiang atau putusnya kawat dan terjadinya ganguan seperti ini.
C. Kerusakan Isolator
Kerusakan isolasi dapat menimbulkan arus lebih sehingga merusak
perlengkapan instalasi atau alat alat pemakai listrik. Kerusakan instalasi ini dapat
terjadi karena :

- Unsur isolasi sudah tua.


- Ganguan mekanis, misalnya saluran bawah tanah terkena cangkul atau buldoser.
- Panas yang berlebihan oleh beban berlebihan.

2.6 Rugi Rugi Pada Jaringan Distribusi


Daya listrik yang dikirim dan disalurkan dari gardu induk/trafo distribusi ke
pemakai mengalami rugi tegangan dan rugi daya, ini disebabkan karena saluran
distribusi mempunyai tahanan, induktansi, dan kapasitas. Karena saluran distribusi
primer ataupun sekunder berjarak pendek maka kapasitas dapat diabaikan, dengan
demikian dapat dibuat rangkaian ekivalen dari saluran distribusi.
Kerugian akubat pelembekan, pelembekan logam perpengaruh terhadap
sedikit pada semua suhu dan merupakan fingsi suhu dan waktu. Bersamaan dengan
penurunan batas tegangan tarik pada keadaan komulatif. Pelembekan yang terlihat
dan kerugian tegangan tarik tidak berpengaruh jika penghantar dalam batas yang
dianjurkan. Pada keadaan tertentu harga harga pada suatu tingkat umur yang ditaksir
dapat ditentukan. Untuk para ahli perlu mengetahui hubungan antara suhu kerja,
waktu suhu kerja dan penurunan kekuatan penghantaryang bersangkutan.
Kerugian akibat panas, jika suatu penghantar dilairi arus listrik secara terus
menerus maka akan menimbulkan panas, panas ini timbul akibat energi listrik yang
mengalir pada penghantar tersebut. Semakin lama arus tresebut mengalir maka
semakin panas penghanter tersebut dan semakin banyak energi listrik yang hilang
karena energi tersebut berubah menjadi panas. Hal inilah yang merugikan karena jika
energi itu hilang maka tegangan pada ujung penghantar tersebut akan berkurang,
semakin banyak energin yang menjadi panas maka semakin banyak tegangan yang
menghilang.
Jarak, jarak sangat berpengaruh pada keandalan jaringan karena semakin jauh
atau semakin panjang penghantar listrik tersebut maka akan banyak tegangan listrik
yang menghilang karena penghantar itu saendiri memiliki hambatan atau tahanan, jadi
karena jarak penghantar sangat jauh dari sumber atau pembangkit maka nilai
hambatan penghantar itu sendiri akan mengurangi tagangan yang mengalir pada
penghantar tersebut.
Luas penampang kawat (penghantar), Arus listrik yang mengalir dalam
penghantar selalu mengalami tahanan dari penghantar itu sendiri, besarnya tahanan
tergantung bahannya.
Besar tahanan tiap meter dengan penampang 1 mm2 pada suhu 20oC
dinamakan tahanan jenis. Besar tahanan jenis suatu bahan dihitung dengan
menggunakan rumus:
l
R = fffff ............................................. ( 2.1 )
A
Dimana :
R : besar tahanan dalam satuan ( )
: panjang kawaqt dalam satuan ( m )
A : penampang kawat dalam satuan ( mm )
: tahanan jenis kawat dalm satuan ( mm / m )
Sedangkan besarnya reaktansi sangat ditentukan oleh induktansi dari kawat dan
frekwensi arus bolak balik, yaitu :

X = 2 A Af AL ...............................................( 2.2 )
Dimana :
X : Reaktansi kawat penghantar ( )
A : Luas penampang kawat penghantar ( mm )
L : Panjang kawat ( m )
d e
mm
: Tahanan jenis kawat penghantar fffffffffff
m

2.7 Resistansi Saluran


Besarnya suatu resistansi atau tahanan dari suatu penghnatar dapat berubah
untuk setiap tempertur dalam perhitungan teknis, tahanan dapat dianggap linier untuk
perubahan tempratur tertentu.
Jika tahanan searah suatu penghantar pada suatu temperatur tertentu diketahui,
maka tahanan searahnya dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan :
R2 T + t2 .................................( 2.3 )
R1 T + t1
Dimana :
R1 : Tahanan searah penghantar pada temperatur t1 ( /Km )
R2 : Tahanan searah penghantar pada temperatur t2 ( /Km )
T : Konstanta pada suatu penghantar yang ditentukan dari
Grafik
Nilai nilai konstanta tersebut adalah :
T = 234,5 untuk tembaga dengan konduktivitas 100 %
T = 241,0 untuk tembaga dengan konduktivitas 97,3 %
T = 228,0 untuk tembaga dengan konduktivitas 61 %

2.8 Induktansi Saluran


Induktansi seri pada kawat paralel denga menggunakan aliran satu phasa
tergantung dari fluksi magnet yang ditimbulkan oleh arus yang mengalir pada
penghantar.
Besarnya induktansi saluran dapat dicari dengan menggunakan persamaan
berikut :
X Y
\ f g]
GMD
ffffffffffffffff
L = 0,05 + 0,4605 Alog
@
10 3 H/Km ........( 2. 4 )
Z r [
Dimana :
L : Induktansi per kawat
GMD : Jarak antar kawat dengan kawat
r : Jari jari kawat
0,05 : Konstanta untuk kawat

Sedangkan GMD dapat dihitung berdasarkan konfigurasi saluran dan


spesifikasi penghantar yang digunakan adalah sebagai berikut :

D1 D2

R S T

D3
3w
w
ww
w
w
ww
w
ww
w
w
ww
w
ww
w
w
ww
w
ww
w
w
ww
w
ww
w
w
ww
w
ww
w
w
ww
w
ww
w
w
ww
w
ww
GMD = D1 AD2 AD3 ................................................................ ( 2.5 )
p

Untuk jari jari ( r ) penghantar digunakan persamaan sebagai brikut :


A= . r2
w
w
w
ww
w
ww
w
w
w
A
r = s fffff ..................................................( 2.6 )

2.9 Daya Listrik
Pengertian dari daya listrik adalah hasil perkalian antara tegangan dan arus
serta diperhitungkan juga faktor listrik tersebut antara lain :

2.9.1 Daya Semu


Daya semu adalah daya yang lewat pada suatu saluran transmisi atau
distribusi, daya semu adalah tegangan dikali arus.
Daya semu unutk satu fasa :
S1 = V . I ........................................( 2.7 )
Daya semu untuk tiga fasa :
w
w
w
ww
w
w
S3 = p 3 . V . I ............................( 2.8 )
Dimana :
V : Tegangan fasa netral ( V )
I : Arus yang mengalir ( A )
S1 : Daya semu satu fasa ( VA, KVA, MVA )
S3 : Daya semu tiga fasa ( VA, KVA, MVA )

2.9.2 Daya Aktif ( Daya Nyata )


Daya aktiff adalah daya yang diperlukan untuk menggeraqkkan mesin atau
mekanik, dimana daya tersebut dapat berubah menjadi panas. Daya aktif ini
merupakan pembentukandari besar tegangan yang kemudian dikalikan dengan
besaran arus dan faktor dayanya. Daya aktif adalah tegangan dikali arus dan dikali cos
.

Daya aktif untuk satu fasa :


P1 = V . I . Cos .............................( 2.9 )
Daya untuk tiga fasa :
w
w
w
ww
w
w
P3 = p 3 . V . I . Cos ............... ( 2.10 )
Dimana :
Cos : Faktor daya
Satuan daya aktif = Watt, Kilowatt, Megawatt
Satuan daya mekanik = HP ( Horse Power )
Satuan daya panas = Kg Cal / det

2.9.3 Daya Reaktif


Daya reaktif adalah selisih antara daya semu yang masuk dalam saluran
dengan daya aktif yang terpakai untuk daya mekanik panas.
Daya reaktif untuk satu fasa :
Q1 = V . I . Sin ............................( 2.11 )
Daya reaktif untuk tiga fasa :
w
w
w
ww
w
w
Q3 = p 3 . V . I . Sin ..................( 2.12 )

2.10 Rugi Rugi Tegangan Dalam Jaringan


Setiap penyaluran energi listrik dari sumber tenaga listrik ke konsumen yang
letaknya berjauhan selalu terjadi kerugian kerugian. Adapun salah satu kerugian
tersebut adalah kerugian teganngan. Hal ini disebabkan setiap aluran distribusi
mempunyai hambatan, induktansi, dam kapasitansi. Untuk nilai kapasitansi saluran
distribusi biasanya kecil sehingga diabaikan.
Penurunan tegangan terdiri dari dua komponen, yaitu :
1. I . Rs yaitu rugi rugi tegangan akibat tahanansaluran.
2. I . Xs yaitu rugi rugi tegangan akibat reaktansi induktif saluran.
Untuk menghitung rugi rugi tegangan dapat digunakan persamaan :
a a
V= I ARs ACos + I AXs ASin ................( 2.13 )
Dimana :
V : Rugi tegangan ( V, KV, MV )
VS : Besar tegnagan pengiriman ( V, KV, MV )
VR : Besar tegangan beban ( V, KV, MV )
I : Besar arus beban ( A )
Rs : Nilai resistansi pada saluran ( )
Xs : Nilai reaktansi pada saluran ( )
Cos : Besar faktor daya
Dimana besar tegangan yang diterima :
V H = V . V .............................................( 2.14 )
Maka besar nilai % rugi tagangan adalah :
V.
% VH = V x 100 % ............................( 2.15 )

Dimana :
V : Rugi tegangan ( V )
V : Tegangan kerja ( V )
VH : Tegangan yang di terima

2.11 Rugi Rugi Daya Dalam Jaringan


Dalam suatu sistem distribudi listrik, selalu diusahakan agar rugi rugi daya
yang terjadi pada jaringan distribusi sekecil kecilnya. Hal ini dimaksudkan agar
daya yang di salurkan ke konsumen tidak terlampau berkurang.
Tahanan yang terdapat pada saluran atau penghantar adalah salah satu
penyebab kerugian pada jaringan. Di samping itu ada juga kehilangan daya yang
dikarenakan adanya kebocoran isolator.
Dari penjelasan diatas, maka besar kerugian daya pada saluran tiga fasa :
PH = 3 . I2 . R ......................................... ( 2.16 )
Jika besar kerigian daya sudah diperoleh, maka besar daya yang diterima :
Pr = P - PH ............................................. ( 2.17 )
Maka besar % kerugian daya adalah :
Ph
fffffffff
% PH = x 100 %
P
Dimana :
PH : Rugi day pada saluran ( W, KW, MW )
Pr : Rugi daya yag diterima ( W, KW, MW )
P : Besar daya yang disalurkan ( W, KW, MW )
R : Tahanan penghantar perfasa ( / Km )
I : Besar arus pada beban ( A )
L : Panjang saluran ( Km )

Anda mungkin juga menyukai