TINJAUAN PUSTAKA
Muatan listrik bisa mengalir melalui kabel atau penghantar listrik lainnya.
Pada zaman dulu, Arus konvensional didefinisikan sebagai aliran muatan positif,
sekalipun kita sekarang tahu bahwa arus listrik itu dihasilkan dari aliran elektron yang
bermuatan negatif ke arah yang sebaliknya.
2.1.2 Tegangan
Tegangan listrik (Voltage) adalah perbedaan potensi listrik antara dua titik
dalam rangkaian listrik. Tegangan dinyatakan dalam satuan volt (V). Besaran ini
mengukur energi potensial sebuah medan listrik untuk menyebabkan aliran listrik
dalam sebuah konduktor listrik. Tergantung pada perbedaan potensi listrik satu
tegangan listrik dapat dikatakan sebagai ekstra rendah, rendah, tinggi atau ekstra
tinggi.
Tenaga (the force) yang mendorong electron agar bisa mengalir dalam sebauh
rangkaian dinamakan tegangan. Tegangan adalah sebenarnya nilai dari potensial
energi antara dua titik. Pada sebuah rangkaian, besar energi potensial yang ada untuk
menggerakkan electron pada titik satu dengan titik yang lainnya merupakan jumlah
tegangan.
2.1.3 Daya
Hubungan antara arus, tegangan, hambatan, dan daya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Zekring TM
LUAS PENAMPANG
KHA ( A)
[ mm2 ]
16 125
25 145
35 200
50 250
70 350
95 390
120 440
150 510
185 595
240 700
Catatan : Pada saat keadaan tanpa angin, KHA tersebut dalam tabel ini
harus dikalikan dengan faktor koreksi 0.7
\
Tabel. 2.3
Karakteristik Hantaran Aluminium Jenis AAC
LUAS PENAMPANG
KHA ( A)
[ mm2 ]
16 115
25 160
35 185
50 230
70 300
95 340
120 390
150 465
185 530
240 630
Catatan : Pada saat keadaan tanpa angin, KHA tersebut dalam tabel ini
harus dikalikan dengan faktor koreksi 0.7
Tabel. 2.4
Karakteristik Hantaran Aluminium Jenis AAAC
LUAS PENAMPANG
KHA ( A)
[ mm2 ]
16 110
25 150
35 1750
50 220
70 285
95 325
120 370
150 435
185 500
240 600
Catatan : Pada saat keadaan tanpa angin, KHA tersebut dalam tabel ini
harus dikalikan dengan faktor koreksi 0.7
Penghantar ditarik penuh sepanjang bagian yang akan dipasangi, pada satu
ujung diikat dengan jangkar tetap, sedang ujung lainnya dengan klem sementara,
disebut klem penyambung (come-along), untuk menarik kabel sampai tegangan tarik
yang ditentukan. Klem penyambung ada yang otomatis dan ada jenis jepitan baut.
Pada jenis otomatis rahangnya harus dilapisi alumunium lunak atau lipatan
kertas ampelas. Pada jenis yang dibaut penghantar biasanya dipegang diantara dua
alumunium compon atau potongan kayu keras yang dibor dengan lubang yang sesuai
dengan garis tengah penghantar yang tepat. Penghantar alumunium harus dijepit
langsung oleh permukaan baja dan daya jepitnya tidak diperbesar terhadap permukaan
bergerigi.
Hal yang penting dalam pemasangan adalah untuk membuang rengangan
dari penghantar sehingga dibawah kondisi kerja tidak terjadi penambahan lendutan
gradual karena penempatan kawat-kawat. Ada dua cara penyelesaian antara lainnya
1. Pemberian tegangan awal
Pada metode ini penghantar ditarik sampai suatu tegangan tarik diatas
tegangan yang diingini tetapi tidak lebih dari 50% dari beban putus, suatu jangka
waktu yang singkat, misalnya 20 menit. Ini dinamai tegangan mematikan.
Pada akhir dari saat ini, penghantar dikendurkan sehingga mencapai
lendutan yang benar atau tegangan tarik untuk peningkatan suhu, penghantar
kemudian dapat dipindahkan dari klem jangkar ke isolator atau klem penggantung
dengan cara biasa.
2. Pemberian tegangan tarik lebih
Ini berupa penghantar sampai tegangan tarik yang sedikit lebih tinggi dari
nilai teoretis pada peningkatan suhu dan memasangnya pada tegangan tarik tersebut
dengan pengurangan lendutan yang bersangkutan. Sesudah beberapa saat ia akan
memperoleh lendutan yang tepat dan tegangan rambatannya. Suatu tegangan tarik 5-
8% lebih tinggi dari nilai yang tepat, sesuai untuk semua kelas penghantar alumunium
dan alumunium berteras baja, kecuali untuk yang berukuran besar berisi lebih dari 37
untaian, jika tegangan tarik lebih harus dinaikkan 12-15%. Peraturan IE Nomor 76-C
mengijinkan tegangan tarik awal dan akhir 35 dan 25% dari tegangan tarik batas pada
suhu 32oC untuk saluran tanpa beban dan tanpa pembebanan luar. Bersamaan dengan
itu tegangan tarik kerja tidak lebih dari 50% dari batas tegangan tarik dengan beban
angin maksimum atau pembebanan luar pada suhu rata-rata dari bulan yang terdingin
dari satu tahun. Sebuah dynamometer dapat digunakan untuk memeriksa ketika
saluran ditarik sampai tegangan tarik yang diperlukan.
20 kV
PMT
Feeder JTM
Sekering
PMT PMT lebur
Trafo
Distribusi
Gardu Induk
PMT Feeder JTM
TD
20 kV
F
A
3
S
PMT PMT
1 2
Gardu Induk
B
c. Konfigurasi Spindel
Sistem jaringan distribusi primer Spindel adalah gabungan sistem jaringan
radial dan ring. Pola jaringan spindel ini dapat dilihat pada gambar 4. dibawah ini:
20 kV
Express Feeder
F
1 3 I1 I2
2 5 6 I3 4
Feeder A
Gardu Induk TD TD TD
Feeder B
GH
TD TD TD
Dalam keadaan normal semua PMT dan PMS dari setiap feeder yang
keluar dari Gardu Induk (GI) dalam keadaan terhubung, express feeder di Gardu
Hubung (GH) dalam keadaan terbuka.
Misalnya terjadi gangguan di titik F pada feeder A maka PMT 1 lepas,
maka tempat gangguan harus dicari dan dilokalisir. Setelah gangguan diketahui atau
diisolir yaitu antara Indikator I1 dan Indikator I2, maka PMS 3 dan PMS 5 dibuka
kemudian PMT 1 dihubungkan kembali sehingga pelayanan bagi para pelanggan
normal kembali.
Setelah bagian yang terganggu di titik F selesai diperbaiki maka
konfigurasi jaringan dapat dikembalikan seperti sebelum terjadi gangguan dengan
menghubungkan PMS 3 dan PMS 5..
Jika terjadi gangguan pada salah satu feeder maka feeder yang lain tidak
mengalami pemadaman karena dapat disuplay dari tempat lain melalui sebuah express
feeder yaitu saluran yang bebas atau langsung di suplay dari gardu induk distribusi.
Jenis kawat yang digunakan untuk express feeder ini lebih baik jika digunakan dengan
besar penampang lebih besar dari feeder lain yang sedang beroperasi. Jenis jaringan
ini memang lebih andal dari jenis jaringan yang lain, tetapi membutuhkan biaya yang
cukup besar untuk pembuatannya.
a. Kemungkinan (Probability)
Angka yang menyatakan berapa kali gangguan terjadi dalam waktu
tertentu pada suatu sistem atau saluran.
b. Bekerja Dengan Baik (Performance)
Menunjukan kriteria kontinuitas suatu salauran sistem penyaluran
tenaga listrik tanpa mengalami gangguan.
c. Periode Waktu
Periode waktu adalah lama suatu saluran bekerja dengan baik sesuai
dengan fungsinya. Semakin lama saluran digunakan, maka akan semakin
banyak kemungkinan terjadinya kegagalan.
d. Kondisi Operasi
Kondisi operasi yang dimaksud disini adalah keadaan lingkungan kerja
dari suatu jaringan seperti pengaruh suhu, kelembaban udara dan getaran yang
mempengaruhi kondisi operasi.
Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh gangguan antara lain :
a. Menginterupsi kontinuitas pelayanan daya kepada para konsumen
apabila gangguan itu sampai menyebabkan terputusnya suatu rangkaian atau
menyebabkan rusaknya suatu unit pembangkit.
b. Penurunan tegangan yang cukup besar menyebabkan rendahnya
kualitas tenaga listrik dan merintangi kerja normal pada peralatan konsumen.
c. Pengurangan stabilias sistem dan menyebabkan jatuhnya generator.
d. Merusak peralatan pada daerah terjadinya gangguan itu.
Macam-macam gangguan yang mungkin dapat terjadi pada saluran distribusi
antara lain :
A. Petir
Sambaran petir langsung pada kawat fase jaringan distribusi, dapat
menimbukan arus induksi sebesar 200.000 Ampere atau lebih. Arus sebesar itu dapat
merusak perlengkapan instalasi listrik ataupun alat alat pemakai listrik, oleh karena
itu arus karena petir itu harus dibuang ke bumi lewat arester.
B. Angin Ribut/Taufan
Angin ribut dapat menyebabkan :
- Robohnya tiang distribusi, robohnya tiang dapat menyebabkan hubung singkat
antar fase atau fase dengan tanah, hal ini dapat membahayakan terhadap
keselamatan manusia.
- Berayunnya kawat kawat saluran, kawat yang berayun berlebihan dapat patah,
ini akan menyebabkan hubung singkat fase dengan tanah.
- Pohon tumbang dan menimpa kwat saluran distribusi, ini dapat mengakibatkan
robohnya tiang atau putusnya kawat dan terjadinya ganguan seperti ini.
C. Kerusakan Isolator
Kerusakan isolasi dapat menimbulkan arus lebih sehingga merusak
perlengkapan instalasi atau alat alat pemakai listrik. Kerusakan instalasi ini dapat
terjadi karena :
X = 2 A Af AL ...............................................( 2.2 )
Dimana :
X : Reaktansi kawat penghantar ( )
A : Luas penampang kawat penghantar ( mm )
L : Panjang kawat ( m )
d e
mm
: Tahanan jenis kawat penghantar fffffffffff
m
D1 D2
R S T
D3
3w
w
ww
w
w
ww
w
ww
w
w
ww
w
ww
w
w
ww
w
ww
w
w
ww
w
ww
w
w
ww
w
ww
w
w
ww
w
ww
w
w
ww
w
ww
GMD = D1 AD2 AD3 ................................................................ ( 2.5 )
p
Dimana :
V : Rugi tegangan ( V )
V : Tegangan kerja ( V )
VH : Tegangan yang di terima