Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka kematian bagi bayi khususnya neonatus merupakan indikator dalam menilai
status kesehatan masyarakat suatu bangsa dan kini digunakan juga sebagai ukuran untuk
menilai kualitas pengawasan antenatal.
Dalam 30 tahun terakhir ini angka kematian bayi turun dengan mencolok, tapi angka
kematian perinatal dalam 10 tahun terakhir kurang lebih menetap. Misi MPS (Making
Pregnancy Safer) di Indonesia tahun 2001-2010 antara lain adalah menurunkan angka
kematian neonatal menjadi 16 per 1000 kelahiran hidup dari 77,3-137,7 per 1000 (referrai
hospital) untuk mencapai sasaran tersebut. Intervensi yang sangat kritis adalah tersedianya
tenaga penolong persalinan yang terampil dan dapat memberikan pelayanan medik.Dengan
adanya standart pelayanan medik. Dengan adanya standar tersebut para petugas kesehatan
mengetahui kinerja apa yang diharapkan dari mereka apa yang harus mereka lakukan pada
setiap tingkat pelayanan, serta kompetensiapa yang diperlukan.
Mengingat masa neonata/bayi baru lahir adalah masa penentu.Perkembangan dan
pertumbuhan bayi/anak selanjutnya serta diperlukan perhatian dan penanganan yang terpadu
dan berkesinambungan, maka penyusun tertarik untuk mengambil kasus bayi baru lahir di
RSAL Surabaya.

2.1 Tujuan
Tujuan Umum
Mahasiswa Akademi Keperawatan mampu sistem reproduksi pada bayi baru lahir secara
menyeluruh dan terpadu

3.1 Batasan Masalah


Mengingat pada bayi baru lahir cukup komplek dan mengingat waktu dan kemampuan
penulis yang terbatas, maka penulis membatasi makalah ini pada bagaimana perubahan
bentuk sistem reproduksi

1
BAB II
PEMBAHASAN

Sistem Genetalis
Diferensiasi seksual merupakan suatu proses kompleks yang melibatkan banyak gen,
termasuk beberapa gen autosom. Kunci untuk diformisme seksual adalah kromosom Y, yang
mengandung gen faktor penentu-testis (TDF) pada daerah penentu sex (SRY). Ada atau tidak
adanya faktor ini mempunyai efek langsung pada diferensiasi gonad dan juga bekerja sebagai
sebuah tombol untuk mengawali rentetan banyak rangkaian gen dari kromosom Y yang
menentukan nasib organ-organ seksual rudimeter. Kalau faktor ini ada, akan terjadi
perkembangan laki-laki; kalau tidak ada, akan terjadi perkembangan perempuan.

Gonad
Sekalipun jenis kelamin mudigah ditentukan secara genetik pada saat pembuahan, gonad
tidak memperoleh ciri-ciri bentuk pria atau wanita hingga perkembangan minggu ke tujuh.
Gonad mula-mula tampak sebagai sepasang rigi yang memanjang, rigi gonad dan ditentukan
oleh proliferase epitel selom dan pemadatan mesenkim di bawahnya. Sel-sel benih tidak tampak
pada rigi kelamin hingga perkembangan minggu ke enam.
Pada mudigah manusia, sel-sel benih primordial tampak pada tingkat perkembangan yang
dini diantara sel endoderm di dinding kantung kuning telur didekat alantois. Sel-sel benih ini
berpindah dengan gerakan menyerupai amuba sepanjang mesenterium dorsal usus belakang, dan
sampai di gonad primitif pada perkembangan minggu ke 6. Apabila mereka gagal mencapai rigi-
rigi tersebut, gonad tidak berkembang. Karena itu, sel-sel benih primordial tersebut mempunyai
pengaruh induktif terhadap perkembangan gonad menjadi ovarium atau testis.

Gonad Indeferen
Segera sebelum dan selam datangnya sel-sel benih primordial, epitel selom rigi kelamin
berproliferasi, dan sel-sel epitel menembus masenkim di bawahnya. Disini sel epitel tersebut
membentuk sejumlah korda yang bentuknya tidak beraturan, korda kelamin primitif. Pada
mudigah pria dan wanita, korda ini berhubungan dengan epitel permukaan, dan kita tidak
mungkin membedakan antara gonad pria dan wanita. Oleh karena itu, gonad ini dikenal

2
sebagai Gonad indeferent.

Testis
Apabila mudigah secara genetik bersifat pria, sel-sel benih primordial membawa sebuah
gabungan kromosom seks XY. Dibawah kromosom Y, yang menjadikan faktor penentu testis,
korda kelamin primitif terus menurus berproliferase dan menembus jauh ke dalam medulla untuk
membentuk korda testis atau korda medulla. Kearah hilus kelenjar, korda ini terpecah-pecah
menjadi jala-jala sel yang halusyang kelak membentuk tubulus-tubuls rete testis.
Pada perkembangan selanjutnya, korda testis kehilangan hubungan dengan epiitel
permukaan. Kemudian mereka dipisahkan dari epitel permukaan oleh selapisan jaringan ikat
fibrosa padat, yaitu tunika albuginea, suatu gambaran khas testis.
Dalam bulan ke 4, korda testis menjadi berbentuk seperti tapal-kuda, dan ujung-ujungnya
bersambungan dengan ujung rete testis.sekarang korda testis tersusun dari sel sel benih
primordial dan sel-sel sustentakular sertoli yang berasal dari epitel ppermukaan kelenjar.
Sel interstisial leydig berkembang dari masenkim asli rigi kelamin. Sel-sel ini terletak
antara korda testis dan mulai berkembang segera setelah mulainnya diferensiasi korda ini. Pada
kehamilan minggu ke-8, produksi testosteron oleh sel leydig sudah mulai, dan testis sekarang
mampu mempengaruhi diferensiasi seksual duktus genetalia dan organ kelamin luar.
Korda testis tetap padat hingga masa puberitas, pada saat korda ini menjadi berongga,
sehingga terbentuklah tubulus seminiferus. Setelah tubulus seminiferus mempunyai saluran,
tubulus ini bersambungan dengan tubulus rete testis, yang selanjutnya bermuara ke duktuli
efferentes. Duktuli efferentes ini merupakan bagian saluran ekskresi sistem mesonefros yang
tersisa. Fungsinya adalah sebagai penghubung antara rete testis dengan saluran mesonefros atau
saluran mesonefros atau saluran wolf, yang kita kenal sebagai duktus deferens.

Ovarium
Pada mudigah wanita yang mempunyai unsur kromosom seks XX dan tidak mempunyai
kromosom Y, korda kelamin primitif terputus-putus menjadi kelompok-kelompok sel yang tidak
teratur bentuknya. Kelompok-kelompok sel ini , yang mengandung gugus-gugus sel benih
primordial, terletak dibagian medulla ovarium. Kemudian, kelompok-kelompok ini menghilang
dan digantikan oleh stroma vaskular yang membentuk medulla ovarium.

3
Epitel permukaan gonad wanita, tidak seperti pada pria, terus menerus berproliferasi. Dalam
minggu ke-7, epitel ini membentuk korda generasi ke 2, korda korteks, yang menembus
masenkim dibawahnya,tetapi tetap dekat dengan permukaan, dalam bulan ke 4, korda ini
terpecah menjadi kelompok-kelompok sel tersendiri, yang masing-masing mengilingi satu atau
lebih sel benih primitif. Sel-sel benih berkembang menjadi oogonia, sedangkan sel epitel
disekitarnya, yang berasal dari epitel permukaan, sel folikuler.
Boleh dikatakan bahwa jenis kelamin satu mudigah ditentukan padasaat pembuahan dan
tergantung apakah sperma tositnya membawa kromosom X atau Y. Pada mudigah yang
mempunyai konfigurasi kromosom seks XX, korda medula gonad mengalami regresi dan
kemudian berkembang korda korteks generasi kedua. Pada mudigahyang mempunyai kompleks
kromosom kelamin XY, korda medula berkembang menjadi korda testis, dan korda korteks tidak
berhasil berkembang.

DUKTUS GENITALIA
Tahap Indiferen
Mula-mula baik mudigah pria maupun wanita mempunyai dua pasangan duktus genitalis :
duktus mesonefros dan duktus paramesonefros. Duktus paramesonefros muncul sebagai suatu
invaginasi memanjang epitel selom pada permukaan anterolakteral rigi urogenital. Disebelah
kranial, saluran ini bermuara kedalam rongga selom dengan struktur menyerupai corong.
Disebelah kaudal, saluran berjalan disebelah lateral saluran mesonefros, tetapi kemudian
menyilang disebelah ventralnya untuk tumbuh ke arah kaudomedial. Di garis tengah, saluran
paramesonefros ini berhubungan erat dengan saluran paramesonefros dari sisi seberang. Kedua
saluran tersebut pada mulanya dipisahkan oleh sebuah sekat tetapi kemudian bersatu membentuk
kanalis uterus. Ujung kaudal saluran yang telah bersatu tersebut menonjol kedalam dinding
posterior sinus urogenitalia, sehingga menyebabkan penonjolan kecil, yaitu tuberkulum
paramesonefrikum atau tuberkulum mulleri. Duktus mesonefros bermuara kedalam sinus
urogenitalis pada kedua sisi tuberkulum mulleri.

DIFERENSIASI SISTEM SALURAN


Perkembangan sistem duktus genetalis dan genetalia eksterna berlangsung dibawah
pengaruh hormone yang beredar dalam darah janin selama kehidupan intrauterine. Juga, sel

4
sertolli didalam testis janin menghasilkan suatu zat non-steroid yang dikenal sebagai substansi
penghambat mulleri (SPM) atau hormone antimulleri (HAM) yang menyebabkan regresi duktus
paramesonefros. Selain zat penghambat ini, testis juga menghasilkan testoteron (androgen utama
yang dihasilkan oleh testis), yang memasuki sel-sel jaringan sasaran. Di sini, hormone ini di
konversi menjadi dihidrotestosteron. Testoteron dan dihidtosteron berkaitan dengan suatu protein
reseptor spesifik intrasel yang mempunyai afinitas tinggi, dan akhirnya kompleks hormone
reseptor ini berikatan dengan DNA untuk mengatur transkripsi gen-gen yang spesifik jaringan
dan produk-produk proteinnya. Kompleks testoteron reseptor menjadi mediator virilisasi duktus
mesonefros, sementara kompleks dihidrotestosteron reseptor mengatur diferensiasi genetalia
eksterna pria.
Pada wanita, tidak dihasilkan SPM, dank arena tidak ada zat ini, sistem saluran
paramesonefros dipertahankan dan berkembang nmenjadi tuba uteria dan Rahim. Factor-faktor
pengendali untuk proses ini tidak jelas, tetapi bisa melibatkan estrogen yang dihasilkan oleh
sistem ibu, plasenta, dan ovarium janin. Oleh karena zat perangsang pria tidak ada, sistem duktus
mesonefros mengalami regresi. Kalau tidak ada androgen, genetalia eksterna indiferen
dirangsang oleh estrogen dan berdiferensiasi menjadi labia mayora, labia minora, klitoris dan
sebagian vagina.

Duktus Genetalia pada Pria


Ketika mesonefros mengalami regresi, beberapa saluran eksresi, yaitu tubulus epigenitalis,
membuat hubungan dengan korda rete testis dan akhirnya membentuk duktus eferen testis.
Saluran eksresi disepanjang kutub kaudal testis, yaitu tubulus paragenitalis, tidak bersatu dengan
korda rete testis. Sisa-sisa saluran ini keseluruhannya dikenal sebagai paradidimis.
Duktus mesonefros tetap diperthankan kecuali pada bagian paling kranial, yaitu
appendiks epididymis, dan membentuk duktus genetalia utama. Tepat dibawah muara duktus
eferen, duktus mesonefros ini memanjang dan sangat bekelok-kelok, dengan demikian
membentuk (duktus) epididymis. Dari ekor epididymis himgga ke tonjol-tonjol veskula
seminalis, duktus mesonefros mendapatkan lapisan otot pembungkus yang tebal dan dikenal
sebagai duktus ejakulaatorius. Duktus para-mesonefros pada pria berdegenerasi kecuali sebagian
kecil ujung kranialnya, yaitu appendikstestis.

5
Duktus Genetalis pada Wanita
Duktus paramesonefros berkembang menjadi duktus genetalis utama pada wanita. Pada
mulanya, dapat dikenali tiga bagian pada setiap duktus: (a) bagian kranial vertical yang bermuara
ke rongga selom, (b) bagian horizontal yang menyilang duktus mesonefros, dan (c) bagian
kaudal ventrikel yang bersatu dengan pasangannya dari sisi yang berlawanan. Bersama dengan
turunnya ovarium, dua bagian yang pertama berkembang menjadi tuba aterina., dan bagiaan
kaudal bersatu membentuk kanalis uterus. Ketika bagian kedua duktus parmesonefros berjalan
kearah mediokaudal, rigi-rigi urogenital berangsur-angsur terletak pada bidang melintang.
Setelah saluran ini menyatu digaris tengah, terbentuklah sebuah lipatan melintang dari sisi lateral
duktus paramesonefros yang telah menyatu ke dinding panggul tersebut, dikenal sebagai
ligamentum latum uteri. Pada tepi atasnya terdapat tuba uteria, dan pada permukaan belakangnya
terdapat ovarium. Rahim dan ligamentum latum uteri membagi rongga panggul menjadi kantong
uterorektal dan kantong uterovesikal. Duktus paramesonefros yang telah menyatu teersebut
membentuk korpus dan serviks uteri. Bangunan ini dibungkus oleh selapis masenkim yang
membentuk lapisan otot Rahim, yaitu myometrium, dan lapisan peritoneumnya, yaitu
perimetrium.

Vagina
Segera setelah ujung padat duktus paramesonefros mencapai sinus urogenetalis, tumbu 2
tonjolan keluar dari bagian pelvis sinus ini. Evaginasi ini, yaitu bulbus sinovaginalis,
berproliferase dan membentuk sebuah lempeng vagina padat.proliferasi ini terus berlangsung
diujung kranial lempeng, sehingga memperbesar jarak antara rahim dan sinus urogenitalis.
Menjelang bulan ke 5, tonjolan vagina ini seleruhnya berongga. Perluasan vagina menyerupai
sayap disekitar ujung rahim yaitu vornises vagina, berasal dari paramesonefros. Dengan
demikian, vagina mempunyai 2 asal-usul; sepertiga bagian atas berasal dari saluran rahim dan
duapertiga bagian bawah berasal dari sinus urogenitalis.
Lumen vagina tetap terpisa dari lumen sinus urogenitalis oleh sehelai jaringan tipis, dan
dikenal sebagai selaput darah (hymen). Selaput ini terdiri atas lapisan epitel sinus urogenitalis
dan selapis tipis sel vagina biasanya selaput darah membentuk lubang kecil selama masa
perinatal.

6
Beberapa sisa saluran eksresi bagian kranial dan kaudal masih tersisah pada wanita. Sisa-sisa
initerletak dimesofarium dimana mereka masing-masing membentuk epooforon dan parooforon.
Duktus mesonefros menghilang kecuali sebagian kecil dibagian kranial yang ditemukan pada
epooforon dan, kadan-kadang, sebagian kecil dibagian kaudalnya, yang dapat ditemukan di
dinding rahim atau vagina. Dalam masa kehidupan selanjutnya, sisa ini dapat membentuk sebuah
kista yang disebut kista gartner.

GENETALIA EKSTERNA
Tahap Indeferen
Dalam perkembangan minggu ke 3 sel-sel mesenkim yang berasal dari daerah alur
primitif bermigrasi kesekitar membrana kloakalis untuk membentuk sepasang lipatan yang agak
menonjol, yaitu lipatan kloaka. Disebelah kranial membrana kloakalis, lipatan ini bergabung
membentuk tuberkulum genital. Pada minggu ke 6, membrana kloakalis dibagi lagi menjadi
membrana urogenitalis dan membranan analis. Lipatan kloaka juga dibagi lagi menjadi lipatan
uretra disebelah anterior , dan lipatan anus disebelah posterior.
Serentak dengan itu, sepasang tonjolan lain, tonjol genetalia, mulai tampak dikeduasisi
lipatan uretra. Pada pria tonjolan genetalis ini kelak membentuk tonjol skrotum, dan pada
wanita menjadi labia mayora . akan tetapi pada akhir minggu ke 6, sulit membedakan kedua
jenis kelamin tersebut.

GENETALIA EKSTERNA PADA PRIA


Perkembangan genetalia eksterna pria berada dibawah pengaruh hormon androgen yang
disekresi oleh testis janin yang ditandai oleh cepat memanjangnya tuberkulum genital yang kini
dinamakan phallus (penis). Bersama dengan pemanjangan ini, phallus menarik lipatan uretra
kedepan sehingga membentuk dinding lateral sulkus uretra. Sulkus ini terbentang sepanjang
permukaan kaudal penis tetapi tidak mencapai bagian paling distal, yang dikenal sebagai glans.
Lapisan epitel yang melapisi sulkus ini berasal dari endoderm dan membentuk lempeng uretra.
Pada akhir bulan ke 3, kedua lipatan uretra menutup diatas lempeng uretra, sehingga
membentuk uretra pars kavernosa. Saluran ini tidak berjalan hingga ke ujung penis. Bagian
uretra yang paling distal ini dibentuk pada bulan ke 4jetika sel-sel ektoderm dari ujung glans

7
menembus masuk kedalam dan membentuk sebuah korda epitel yang pendek. Korda ini
kemudian memperoleh rongga, sehingga membentuk orifisium uretra eksternum.
Tonjol-tonjol kelamin pada pria yang dikenal sebagai tonjol skrotum mula-mula terletak
didaerah inguinal. Pada perkembangan selanjutnya, tonjol ini bergerak ke kaudal dan tiap-tiap
tonjolan lalu membentuk setengah skrotum. Kedua belahan skrotum dipisahkan satu sama lain
oleh sekat skrotum.

Genetalia Eksterna pada wanita


Faktor-faktor yang mengendalikan perkembangan genetalia eksterna wanita tidak jelas
tetapi estrogen memainkan satu peranan. Tuberkulum genital hanya sedikit memanjang dan
membentuk klitoris. Lipatan uretra tidak menyatu seperti halnya pada pria, tetapi berkembang
menjadi labia minora. Tonjol kelamin membesar dan memebentuk labia mayora. Alur
urogenital terbuka dan memebentuk vestibulum. Sebenarnya dengan menggunakan kriteria
panjang tuberkulum (kalau dipantau dengan ultrasonografi) kita bisa salah mengidentifikasi jenis
kelamin pada kehamilan bulan ke 3 dan 4.

Desensus testis
Menjelang akhir bulan ke-2, testis dan mesonefros diletakkan pada dinding belakang perut
melalui mesenterium urogenital. dengan terjadinya degenerasi mesonefros, pita pelekat tersebut
berguna sebagai mesenterium untuk gonad. Kearah kaudal, mesenterium ini menjadi ligamentum
dan dikenal sebagai ligamentum genitalis kaudal. Yang juga berjalan dari kutub kaudal testis
adalah suatu pemadatan mesenkim yang kaya akan matriks ekstraseluler dan dikenal sebagai
gubernakulum. Sebelum testis turun, korda masenkim ini berujung didaerah inguinal di antara
muskulus oblikus abdominalis internus dan eksternus. Kemudian karena testis mulai turun
menuju anulus inguinalis, terbentuklah bagian ekstraabdomen gubernakulum dan tumbuh dari
daerah inguinal menuju ke tonjolan skrotum. Pada saat testis melewati saluran inguinal, bagian
ekstra abdomen ini bersentuhan dengan lantai skrotum (gubernakulum terbentuk juga pada
wanita, tetapi pada keadaan normal korda ini tetap rudimeter).
Faktor-faktor yang mengendalikan turunya testis tidak semuanya jela. Tetapi, tampaknya
pertumbuhan keluar bagian ekstraabdomen gubernakulum tersebut menimbulkan migrasi
intraabdomen, bahwa bertambah besaranya tekanan intraabdomen yang disebabkan oleh

8
pertumbuhan organ mengakibatkan lewatnya testis melalui kanalis inguinalis, dan bahwa regresi
bagian ekstra abdomen gubernakulum menyempurnakan pergerakan testis masuk kedalam
skrotum. Proses ini pasti di pengaruhi oleh hormon dan mungkin melibatkan adrogen dan
SPM.sewaktu turun, suplai darah ke testis dari aorta tetap di pertahankan dan pembulu-pembulu
darah testis memanjang dari posisi lumbal yang aslinya ke testis yang berada diskrotum.
Terlepas dari desensus testis, peritoneum rongga selom membentuk suatu evagenasi
mengikuti perjalanan gubernakulum menuju ke tonjolan skrotum Dan di kenal sebagai prosesus
vaginalis. Oleh karena itu, prosesus vagenalis, dengan disertai lapisan otot dan fasia dinding
badan, menonjol keluar masuk ke tonjolan skrotum, sehingga membentuk kanalis ingualis.
Testis turun melalui anulus inguinalis dan melintasi tepi atas os pubikum kedalam tonjolan
skrotum pada saat lahir. Testis kemudian di bungkus oleh suatu lipatan refleksi prosesus
vagenalis. Lapisan peritoneum yang membungkus testis di kenal sebagai tunika vagenalis tetis
lamina viseralis ; bagian lain kantung peritoneum membentuk tunika vagenalis testis lamina
parientalis. Saluran sempit yang menghuungkan lumen prosesus vagenalis dengan rongga
peritoneum, menutup pada saat lahir atau segera sesudahnya.
Di samping di bungkus oleh lapisan lapisan peritoneum yang berasal dari prosesus
vagenalis, testis juga terungkus di dalam lapisan lapisan berasal dari dinding abdomen anterior
yang di lewatinya. Dengan demikian, fasia transversalis membentuk fasias spermatika interna,
muskulus oblikus abdominalis internus membentuk fasie kremasterika dan muskulus kremaster,
dan muskulus oblikus adominalis eksternus membentuk fasia spermatika sterna. Muskulus
abdominis transversus tidsk ikut membentuk lapisan karena otot ini melengkung diatas daerah ini
dan tidak menutup jalan migrasi.

DESENSUS OVARIUM
Pada wanita , penurunan gonad jauh lebih sedikit daripada pria, dan ovarium akhirnya
terletak tepat dibawah tepi pelvis sejati. Ligamentum genital bagian cranial membentuk
ligamentum suspensorium ovarii, sedangkan liga mentum genital bagian kaudal membentuk liga
mentum ovarii proprium dan liga mentum rotundum oteri. Liga mentum rotundum uteri
membentang sampai kelabia mayor.

9
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Perubahan Sistem Reproduksi Anak laki-laki tidak menghasilkan sperma sampai pubertas
Tetapi anak perempuan mempunyai ovum atau sel telur dalam indung telurnya. Kedua jenis
kelamin mungkin memperlihatkan pembesaran payudara, kadang-kadang disertai sekresi cairan
pada puting pada hari 4-5, karena adanya gejala berhentinya sirkulasi hormon ibu. Tanda-tanda
adaptasi fisik seksual-reproduksi pada neonatus bisa tampak beberapa hari setelah lahir. Uterus
pada neonatus perempuan, yang sudah dirangsang oleh estrogen ibu selama hamil, bisa
mengeluarkan sedikit darah mukosa vagina (pseudomenstruasi) beberapa hari setelah lahir. Bayi
baru lahir baik wanita maupun laki-laki bisa menunjukkan pembesaran mammae sementara,
sebagai akibat rangsangan estrogen. Cairan, kadang-kadang disebut susu, bisa dikeluarkan dari
putting susu neonatus. Testis secara normal turun ke dalam kantong skrotum pada 90% neonatus
laki yang fullterm pada saat lahir.

SARAN UNTUK PETUGAS


Dalam memberikan asuhan keperawatan pada bayi baru lahir, hendaknya betul-betul
memperhatikan faktor pencegahan infeksi karena bayi baru lahir masih sangat sensitif terhadap
lingkungan disekitarnya. Betul-betul memahami dan harus memperhatikan setiap perubahan
pada bayi baru lahir. Bertindak cepat dan cekatan dalam melakukan tindakan kegawat daruratan
apabila terjadi pada bayi baru lahir.

10

Anda mungkin juga menyukai