PEMBAHASAN
2.1. Gastritis
2.1.1. Definisi
Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung dan itis yang berarti
Menurut Hirlan dalam Suyono (2006), gastritis adalah proses inflamasi pada
protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain. Gastritis
endoskopi ditemukan eritema mukosa, kerapuhan bila trauma yang ringan saja
Penyebab asam lambung tinggi antara lain : aktivitas padat sehingga telat
makan, stress tinggi yang berimbas pada produksi asam lambung berlebih. Faktor
lain yaitu infeksi kuman (e-colli, salmonella atau virus), pengaruh obat-obatan,
(2005), gastritis adalah suatu peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang
dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal. Gastritis merupakan suatu
misalnya makan terlalu banyak dan cepat atau makan makanan yang terlalu
berbumbu atau terinfeksi oleh penyebab yang lain seperti alkohol, aspirin, refluks
klinis, gastritis dapat dibagi menjadi akut dan kronik. Harus diingat, bahwa
walaupun dilakukan pembagian menjadi akut dan kronik, tetapi keduanya tidak
(Suyono, 2006).
Gejala gastritis atau maag antara lain: tidak nyaman sampai nyeri pada
saluran pencernaan terutama bagian atas, mual, muntah, nyari ulu hati, lambung
sering kentut serta timbulnya luka pada dinding lambung. Gejala ini bisa menjadi
akut, berulang dan kronis. Disebut kronis bila gejala itu berlangsung lebih dari
satu bulan terus-menerus dan gstritis ini dapat ditangani sejak awal yaitu:
makanan pedas dan asam, berhenti merokok serta minuman beralkohol dan jika
memang diperlukan dapat minum antasida sekitar setengah jam sebelum makan
makanan. Sakit maag sering dihubungkan dengan faktor stress dan makan yang
tidak teratur. Keadaan stress memang bikin makan tidak teratur. Orang masih
oleh cairan asam lambung. Cairan asam lambung ini bisa mengikis dinding
lambung sehingga luka dan terasa perih bila terkena bahan asam. Bila
luka lambung semakin meluas, berisiko melukai pembuluh darah dan terjadi
dari lambung akan disalurkan ke usus untuk dicerna kemudian diserap dan
berolahraga secara rutin dan menjalankan diet yang tepat (Prita, 2010).
2.1.2. Anatomi
Gambar 1.
Anatomi Lambung
www.google.com ( gambar lambung)
Lambung adalah bagian dari saluran pencernaan yang dapat mekar
paling banyak terutama didaerah epigaster, dan sebagian di sebelah kiri
daerah hipokondriak dan umbilikal. Lambung terdiri dari bagian atas fundus
uteri berhubungan dengan osofagus melalui orifisium pilorik, terletak di
bawah diapragma di depan pankreas dan limpa, menempel disebelah kiri
fundus uteri.
Secara anatomis lambung terdiri dari :
1. Fundus Fentrikuli, bagian yang menonjol keatas terletak sebelah kiri
osteum kardium dan biasanya penuh berisi gas.
2. Korpus Ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian
bawah kurvantura minor.
3. Antrum Pilorus, bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot yang
tebal membentuk spinter pilorus.
4. Kurvatura Minor, terdapat sebelah kanan lambung terbentang dari osteum
lkardiak sampai ke pilorus.
5. Kurvatura Mayor, lebih panjang dari pada kurvantura minor terbentang
dari sisi kiri osteum kardiakum melalui fundus fentrikuli menuju ke kanan
sampai ke pilorus inferior. Ligamentum gastro lienalis terbentang dari
bagian atas kurvatura mayor sampai ke limpa.
6. Osteum Kardiakum, merupakan tempat dimana osofagus bagian abdomen
masuk ke lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium pilorik(Setiadi,
2007).
Lambung terletak dibawah diafragma didepan pankreas dan limfa
menempel pada sebelah kiri fundus. Kedua ujung lambung dilindungi
oleh sfingter yang mengatur pemasukan dan pengeluaran. Sfingter kardia
atau sfingter esofagus bawah, mengalirkan makanan masuk kedalam
lambung dan mencegah refluks isi lambung memasuki esofagus
kembali. Daerah lambung tempat pembukaan sfingter kardia dikenal
dengan nama daerah kardia. Di saat sfingter pilorikum berelaksasi
makanan masuk ke dalam duodenum dan ketika berkontraksi sfingter ini
akan mencegah terjadinya aliran balik isi usus halus ke dalam lambung.
Sfingter pilorus memiliki arti klinis yang penting karena dapat
mengalami stenosis ( penyempitan pilorus yang menyumbat ) sebagai
komplikasi dari penyakit tukak lambung. Stenosis pilorus atau
pilorospasme terjadi bila serat-serat otot disekelilingnya mengalami
hipertropi atau spasme sehingga sfingter gagal berelaksasi untuk
mengalirkan makanan dari lambung ke dalam duodenum.
Lambung terdiri atas empat bagian yaitu :
a. Tunika serosa atau lapisan luar
Merupakan bagian dari peritonium viseralis. Dua lapisan
peritonium viseralis menyatu pada kurvatura minor lambung dan
duodenum dan terus memanjang kearah hati, membentuk omentum
minus. Lipatan peritonium yang keluar dari satu organ menuju ke
organ lain disebut sebagai ligamentum. Omentum minor terdiri
atas ligamentum hepatogastrikum dan hepatoduodenalis ,
menyokong lambung sepanjang kurvatura minor sampai ke hati.
Pada kurvatura mayor, peritonium terus ke bawah membentuk
omentum mayus, yang menutupi usus halus dari depan seperti
apron besar. Sakus omentum minus adalah tempat yang sering
terjadi penimbunan cairan ( pseudokista pankreatikum ) akibat
komplikasi pankreatitis akut.
b. Lapisan berotot ( Muskularis )
Tersusun dari tiga lapis otot polos yaitu :
1) Lapisan longitudinal, yang paling luar terbentang dari esofagus
ke bawah dan terutama melewati kurvatura minor dan mayor.
2) Lapisan otot sirkuler, yang ditengah merupakan lapisan yang
paling tebal dan terletak di pilorus serta membentuk otot
sfingter dan berada dibawah lapisan pertama.
3) Lapisan oblik, lapisan yang paling dalam merupakan lanjutan
lapisan otot sirkuler esofagus dan paling tebal pada daerah
fundus dan terbentang sampai pilorus.
c. Lapisan submukosa
Terdiri dari jaringan areolar jarang yang menghubungkan lapisan
mukosa dan lapisan muskularis. Jaringan ini memungkinkan
mukosa bergerak bersama gerakan peristaltik. Lapisan ini
mengandung pleksus saraf dan saluran limfe.
d. Lapisan mukosa
Lapisan dalam lambung tersusun dari lipatan-lipatan
longitudinal yang disebut rugae. Ada beberapa tipe kelenjar pada
lapisan ini yaitu :
1) Kelenjar kardia, berada dekat orifisium kardia. Kelenjar ini
mensekresikan mukus.
2) Kelenjar fundus atau gastrik, terletak di fundus dan pada
hampir seluruh korpus lambung. Kelenjar gastrik memiliki tiga
tipe utama sel yaitu :
a) Sel-sel zimogenik atau chief cell, mensekresikan
pepsinogen diubah menjadi pepsin dalam suasana asam.
b) Sel-sel parietal, mensekresikan asam hidroklorida dan
faktor instrinsik. Faktor instrinsik diperlukan untuk
absorbsi vitamin B12 di dalam usus halus. Kekurangan
faktor instrinsik akan mengakibatkan anemia pernisiosa.
c) Sel-sel mukus ( leher ), di temukan di leher fundus atau
kelenjar-kelenjar gastrik. Sel-sel ini mensekresikan mukus.
Hormon gastrin diproduksi oleh sel G yang terletak pada
daerah pilorus lambung. Gastrin merangsang kelenjar
gastrik untuk menghasilkan asam hidroklorida dan
pepsinogen. Substansi lain yang di sekresikan oleh lambung
enzim dan berbagai elektrolit, terutama ion-ion natrium,
kalium, dan klorida(Price, 2005).
Struktur syaraf penyokong lambung :Persyarafan
lambung sepenuhnya otonom. Suplai saraf parasimpatis untuk
lambung dan duodenum dihantarkan ke dan dari abdomen melalui
saraf vagus. Trunkus vagus mencabangkan ramus gastrik, pilorik,
hepatik, dan seliaka.
Persarafan simpatis adalah melalui saraf splangnikus
major dan ganglia seliakum. Serabut-serabut eferen
menghantarkan impuls nyeri yang di rangsang oleh peregangan,
kontraksi otot dan peradangan, dan di rasakan di daerah
epigastrium. Serabut-serabut eferen simpatis menghambat
pergerakan dan sekresi lambung. Pleksus saraf mesentenikus (
auerbach ) dan submukosa ( meissner ) membentuk persarafan
intrinsik dinding lambung dan mengkoordinasi aktivitas motorik
dan sekresi mukosa lambung.Komponen vaskularisasi pada
lambung : Seluruh suplai darah di lambung dan pankreas ( serta
hati, empedu dan limfa ) terutama berasal dari arteri seliaka atau
trunkus seliaka, yang mempercabangkan cabang-cabang yang
ensuplai kurvatura minor dan mayor. Dua cabang arteri yang
penting dalam klinis adalah arteria gastroduodenalis dan arteria
pankreatikoduodenalis ( retroduodenalis ) yang berjalan sepanjang
bulbus posterior duodenum. Tukak dinding posterior duodenum
dapat mengerosi arteri ini dan menyebabkan perdarahan. Darah
vena dari lambung dan duodenum, serta yang berasal dari
pankreas, limpa dan bagian lain saluran cerna berjalan ke hati
melalui vena porta(Price, 2005).
2.1.3. Fisiologi
Saluran gastrointestinal (GI) merupakan serangkaian organ muskular
berongga yang dilapisi oleh membran mukosa (selaput lendir). Tujuan kerja
organ ini adalah mengabsorbsi cairan dan nutrisi, menyiapkan makanan untuk
diabsorbsi dan digunakan oleh sel-sel tubuh, serta menyediakan tempat
penyimpanan feses sementara. Saluran GI mengabsorbsi dalam jumlah besar
sehingga fungsi utama sistem GI adalah membuat keseimbangan cairan,
selain menelan cairan dan makanan, saluran GI juga menerima banyak sekresi
dari organ-organ, seperti kandung empedu dan pankreas. Setiap kondisi yang
serius mengganggu absorbsi atau sekresi normal cairan GI, dapat
menyebabkan ketidakseimbangan cairan.
Lambung
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling
banyak terutama di daerah epigaster, lambung terdiri dari bagian atas
fundus uteri berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik,
terletak di bawah diafragmadi depan pankreas dan limpa, menempel di
sebelah kiri fundus uteri.
Getah cerna lambung yang dihasilkan antara lain:
a) Pepsin, fungsinya memecah putih telur menjadi asam amino
(albumin dan pepton)
b) Asam garam (HCI), fungsinya mengasamkan makanan, sebagai
antiseptik dan desinfektan dan membuat suasana asam pada
pepsinogen sehingga menjadi pepsin.
c) Renin, fungsinya sebagai ragi yang membekukan susu dan
membentuk kasein dari kasinogen (kasinogen dan protein susu)
d) Lapisan lambung, jumlahnya sedikit yang memecah lemak
menjadi asam lemak yang merangsang getah lambung.
A. Gastritis Akut
menyebabkan erosi dan perdarahan mukosa lambung akibat terpapar pada zat
iritan. Erosi tidak mengenai lapisan otot lambung. Gastritis akut suatu penyakit
yang sering ditemukan dan biasanya bersifat jinak dan sembuh sempurna
(Suratum, 2010). Inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar kasus
merupakan penyakit yang ringan. Penyebab terberat dari gastritis akut adalah
makanan yang bersifat asam atau alkali kuat, yang dapat menyebabkan mukosa
menjadi ganggren atau perforasi. Pembentukan jaringan parut dapat terjadi akibat
Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya dapat berbentuk
penyakit yang berat adalah gastritis erosif atau gastritis hemoragik. Disebut
gastritis hemoragik karena pada penyakit ini akan dijumpai perdarahan mukosa
lambung dalam berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti hilangnya
yang terjadi tidak lebih dalam dari pada mukosa muskularis. Penyakit ini dijumpai
di klinik, sebagai akibat efek samping dari pemakaian obat, sebagai penyulit
dirasakan tidak sesuai dengan keluhan penderita yang ringan saja. Diagnosis
Penderita gastritis erosif yang disebabkan oleh bahan toksik atau korosif
dengan etiologi yang dilakukan pada bahan kimia dan bahan korosif antara lain
HCL, H2SO4, HNO3, Alkali, NaOH, KOH dan pemeriksaan klinis dapat
ditemukan antara lain mulut, lidah nampak edema, dyspagia dan nyeri
perhatiakan tanda-tanda vital, respirasi, turgor dan produksi urine serta tentukan
karena minum alkohol atau obat lain yang menimbulkan iritasi pada mukosa
mungkin cukup berat, tapi pendarahan pada kebanyakan pasien akan berhenti
sendiri secara spontan dan mortalitas cukup rendah. Kedua adalah stress gastritis
yang dialami pasien di Rumah Sakit, stress gastritis dialami pasien yang
mengalami trauma berat berkepanjangan, sepsis terus menerus atau penyakit berat
yang timbul dalam keadaan stress fisiologi parah dan tidak berkurang. Berbeda
dengan ulserasi menahun yang biasa pada traktus gastrointestinalis atas, jarang
menembus profunda kedalam mukosa dan tak disertai dengan infiltrasi sel radang
menahun. Tanpa profilaksis efektif, erosi stress akan berlanjut dan bersatu dalam
nyawa.
B. Gastritis Kronik
menahun. Gastritis kronik sering dihubungkan dengan ulkus peptik dan karsinoma
lambung tetapi hubungan sebab akibat antara keduanya belum diketahui. Penyakit
gastritis kronik menimpa kepada orang yang mempunyai penyakit gastritis yang
disembuhkan. Gastritis kronik terjadi infiltrasi sel-sel radang pada lamina propria
dan daerah intra epiteil terutama terdiri dari sel-sel radang kronik, yaitu limfosit
peningkatan jumlah limfosit dan sel plasma pada mukosa lambung. Derajat
ringan pada gastritis kronis adalah gastritis superfisial kronis, yang mengenai
bagian sub epitel di sekitar cekungan lambung. Kasus yang lebih parah juga
mengenai kelenjar-kelenjar pada mukosa yang lebih dalam, hal ini biasanya
intestinal.
Sebagian besar kasus gastritis kronis merupakan salah satu dari dua tipe,
yaitu: tipe A yang merupakan gastritis autoimun adanya antibody terhadap sel
parietal yang pada akhirnya dapat menimbulkan atropi mukasa lambung, 95%
pasien dengan anemia pernisiosa dan 60% pasien dengan gastritis atropik kronik.
atau korpus dan tipe B merupakan gastritis yang terjadi akibat helicobacter pylory
terdapat inflamasi yang difusi pada lapisan mukosa sampai muskularis, sehingga
penebalan mukosa sehingga terjadi perubahan yang timbul yaitu infiltrasi limfosit
dan sel plasma dilamina propia juga ditemukan leukosit nukleir polimorf dilamina
kronik.
limfosit, eosinofil dan sel plasma. Pemeriksaan klinis tidak jelas tetapi pasien
Gastritik kronik atrofik yaitu sel-sel radang kronik yang menyebar lebih
dalam disertai dengan distorsi dan destruksi sel kelenjar mukosa lebih nyata.
lain: mukosa tipis, muskularis atropi, kelanjar-kelenjar menurun dan adanya sel-
sel limfosit.
lambung rasanya penuh, nafsu makan menurun, mual, muntah, anemia peniciosa,
defisiensi Fe dan pellagra. Pengobatan yang harus dijalani adalah istirahat total,
mengkonsumsi makan lunak dan mengkonsumsi vitamin B12, Fe, dan liver
bentuk yaitu:
a. Gastritis gastropati dengan keluhan umum nyeri pada ulu hati, mual,
b. Gastritis spesifik yaitu nyeri pada ulu hati, mual dan muntah. Penyebabnya
karena infeksi bakteri, virus, jamur, parasit, nematoda dan adanya penyakit
dengan diare, nyeri perut, badan menjadi panas, menggigil, dan kejang
otot.
c. Gastritis kronis. Keluhan pada gastritis kronis pada umumnya tidak
spesifik berupa perasaan tidak enak pada ulu hati yang disertai mual,
faktor stress.
Gejala yang paling sering dijumpai pada penderita penyakit gastritis adalah
keluhan nyeri, mulas, rasa tidak nyaman pada perut, mual, muntah, kembung,
sering platus, cepat kenyang, rasa penuh di dalam perut, rasa panas seperti
5. Dyspepsia
6. Anorreksia
a. Makan tidak teratur atau terlambat makan. Biasanya menunggu lapar dulu,
tersebut hidup di bawah lapisan selaput lendir dinding bagian dalam lamung.
c. Merokok akan merusak lapisan pelindung lambung. Oleh karena itu, orang
yang merokok lebih sensitive terhadap gastritis maupun ulser. Merokok juga
yang berlebihan ini membuat lambung terasa nyeri, perih dan kembung. Lama-
kelamaan hali ini dapat menimbulkan luka di dinding lambung (Sari, 2008).
(Advil, Motrin dll), juga naproxen (aleve), yang terlalu sering dapat
menyebabkan penyakit gastritis, baik itu gastritis akut maupun kronis (Aziz,
2011).
f. Mengkonsumsi makanan terlalu pedas dan asam. Minum minuman yang
mengandung alkohol dan cafein seperti kopi. Hal itu dapat meningkatkan
i. Kondisi yang stressful (trauma, luka bakar, kemoterapi dan kerusakan susunan
j. Asam empedu adalah cairan yang membantu pencernaan lemak. Cairan ini
diproduksi di hati dan dialirkan ke kantong empedu. Ketika keluar dari kantong
pylorus (pada bagian bawah lambung) akan mencegah aliran asam empedu ke
tersebut rusak dan tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik atau
2010).
i. Serangan terhadap lambung. Sel yang dihasilkan oleh tubuh dapat menyerang
jarang terjadi, tetapi bisa terjadi. Autoimun gastritis sering terjadi pada orang
Patofisiologi Gastritis
melindungi lambung dari autodigesti oleh HCl dan pepsin. Bila mukosa lambung
rusak maka terjadi difusi HCl ke mukosa dan HCl akan merusak mukosa.
pepsin. Pepsin merangsang pelepasan histamine dari sel mast. Histamine akan
cairan dari intra sel ke ekstrasel dan meyebabkan edema dan kerusakan kapiler
Bila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka inflamasi akan terjadi
terus menerus. Jaringan yang meradang akan diisi oleh jaringan fibrin sehingga
lapisan mukosa lambung dapat hilang dan terjadi atropi sel mukasa lambung.
Faktor intrinsik yang dihasilkan oleh sel mukosa lambung akan menurun atau
hilang sehingga cobalamin (vitamin B12) tidak dapat diserap diusus halus.
Sementara vitamin B12 ini berperan penting dalam pertumbuhan dan maturasi sel
darah merah. Selain itu dinding lambung menipis rentan terhadap perforasi
diet makanan yang sesuai. Diet pada penyakit gastritis bertujuan untuk
memberikan makanan dengan jumlah gizi yang cukup, tidak merangsang, dan
asam lambung. Secara umum ada pedoman yang harus diperhatikan yaitu :
a. Makan secara teratur. Mulailah makan pagi pada pukul 07.00 Wib. Aturlah
tiga kali makan makanan lengkap dan tiga kali makan makanan ringan.
d. Pilihlah makanan yang lunak atau lembek yang dimasak dengan cara
e. Jangan makan makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin karena akan
temperatur tubuh).
f. Hindari makanan yang pedas atau asam, jangan menggunakan bumbu yang
g. Jangan minum minuman beralkohol atau minuman keras, kopi atau teh
kental.
h. Hindari rokok
i. Hindari konsumsi obat yang dapat menimbulkan iritasi lambung, misalnya
adalah:
menerimanya.
c. Lemak rendah yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total yang ditingkatkan
d. Rendah serat, terutama serat tidak larut air yang ditingkatkan secara
bertahap.
f. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secara
perorangan).
i. Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-48 jam
dilakukan penyesuaian, frekuensi makan dan minum susu yang sering pada pasien
makan tertentu dapat menimbulkan gastritis misalnya porsi makan terlalu besar,
makan terlalu cepat atau berbaring/tidur segera setelah makan (Almatsier, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
1. Hirlan (2005). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1 Edisi IV. Jakarta. Balai Penerbit
FKUI.
2. Baliwati, F.W (2004). Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta. Penebar Swadaya
http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL-DATA-
ma, dkk (2013). Faktor Resiko Kejadian Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas
Penerbit FKUI.
7. Suratun, L (2010). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Kiri Hulu Kecamatan Kampar Kiri Hulu Kabupaten Kampar Riau Tahun 2012.
8. Jurnal Gizi Kesehatan Reproduksi dan Epidemiologi, Vol.1 No.2 Desember 2012.
http://jurnal.usu.ac.id/index.php/gkre/article/view/1051/595 Diakses 25
November 2013.