Anda di halaman 1dari 11

(DANYS ARIFIANTO) LAPORAN

PENDAHULUAN OKSIGENASI
LAPORAN PENDAHULUAN OKSIGENASI

A. PENGERTIAN
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia atau fisika).
Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam
proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air. Akan
tetapi penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang
cukup bermakna terhadap aktifitas sel.
(Wahit Iqbal Mubarak, 2007)

Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme
untukmempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini
diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernapas.
(Wartonah Tarwanto, 2006)

Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia, dalam tubuh,
oksigen berperan penting dalam proses metabolism sel tubuh. Kekurangan oksigan bisa
menyebabkan hal yangat berartibagi tubu, salah satunya adalah kematian. Karenanya, berbagai
upaya perlu dilakukan untuk mejamin pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut, agar terpenuhi
dengan baik. Dalam pelaksanannya pemenuhan kebutuhan oksigen merupakan garapan perawat
tersendiri, oleh karena itu setiap perawat harus paham dengan manisfestasi tingkat pemenuhan
oksigen pada klienya serta mampu mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan pemenuhan
kebutuhan tesebut.

B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan


Stuktur Sistem Pernafasan
1. Sistem pernafasan Atas
Sistem pernafasaan atas terdiri atas mulut,hidung, faring, dan laring.
- Hidung. Pada hidung udara yang masuk akan mengalami penyaringan, humidifikasi, dan
penghangatan
- Faring. Faring merupakan saluran yang terbagi dua untuk udara dan makanan. Faring terdiri
atas nasofaring dan orofaring yang kaya akan jaringan limfoid yang berfungsi menangkap dan
dan menghancurkan kuman pathogen yang masuk bersama udara.
- Laring. Laring merupakan struktur yang merupai tulang rawan yang bisa disebut jakun. Selain
berperan sebagai penghasil suara, laring juga berfungsi mempertahankan kepatenan dan
melindungi jalan nafas bawah dari air dan makanan yang masuk.
2. Sistem pernafasan Bawah
Sistem pernafasaan bawah terdiri atas trakea dan paru-paru yang dilengkapi dengan bronkus,
bronkiolus, alveolus, jaringan kapiler paru dan pleura.
- Trakea. Trakea merupakan pipa membran yang dikosongkan oleh cincin kartilago yang
menghubungkan laring dan bronkus utama kanan dan kiri.
- Paru. Paru-paru ada dua buah teletak di sebelah kanan dan kiri. Masing-masing paru terdiri atas
beberapa lobus (paru kanan 3 lobus dan paru kiri 2 lobus) dan dipasok oleh satu bronkus.
Jaringan-jaringn paru sendiri terdiri atas serangkain jalan nafas yang bercabang-cabang, yaitu
alveoulus, pembuluh darah paru, dan jaringan ikat elastic. Permukaan luar paru-paru dilapisi oleh
dua lapis pelindung yang disebut pleura. Pleura pariental membatasi toralk dan permukaan
diafragma, sedangkan pleura visceral membatasi permukaan luar paru. Diantara kedua lapisan
tersebut terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas guna mencegah gerakan friksi
selama bernafas.

Berdasarkan tempatnya proses pernafasan terbagi menjadi dua dua yaitu:


a. Pernapasan eksternal
Pernapasan eksternal (pernapasan pulmoner) mengacu pada keseluruhan proses pertukaran O2
dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh. Secara umum proses ini berlangsung dalam
tiga langkah, yakni :
1. Ventilasi pulmoner
Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru melalui proses ventilasi sehingga terjadi
pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan alveolus. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh
beberapa factor, yaitu jalan napas yang bersih, system saraf pusat dan system pernapasan yang
utuh, rongga toraks yang mampu mengembang dan berkontraksi dengan baik, serta komplians
paru yang adekuat.

2. Pertukaran gas alveolar


Setelah oksigen masuk alveolar, proses proses pernapasan berikutnya adalah difusi oksigen dari
alveolus ke pembuluh darah pulmoner. Difusi adalah pergerakan molekul dari area
berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi atau bertekanan rendah. Proses ini
berlangsung di alveolus dan membran kapiler, dan dipengaruhi oleh ketebalan membran serta
perbedaan tekanan gas.
3. Transpor oksigen dan karbon dioksida
Tahap ke tiga pada proses pernapasan adalah tranpor gas-gas pernapasan. Pada proses ini,
oksigen diangkut dari paru menuju jaringan dan karbon dioksida diangkut dari jaringan kembali
menuju paru.

b. Pernapasan internal
Pernapasan internal (pernapasan jaringan) mengaju pada proses metabolisme intra sel yang
berlangsung dalam mitokondria, yang menggunakan oksigen dan menghasilkan CO2 selama
proses penyerapan energi molekul nutrien. Pada proses ini darah yang banyak mengandung
oksigen dibawa ke seluruh tubuh hingga mencapai kapiler sistemik. Selanjutnya terjadi
pertukaran O2 dan CO2 antara kapiler sistemik dan sel jaringan. Seperti di kapiler paru,
pertukaran ini juga melalui proses difusi pasif mengikuti penurunan gradien tekanan parsial.

C. ETIOLOGI
a. Faktor Fisiologi
1. Menurunnya kemampuan mengikatO 2 seperti pada anemia
2. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada Obstruksi saluran pernafasan bagian
atas
3. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun yang mengakibatkan terganggunya
oksigen(O2)
4. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam luka, dll
5. kondisi yang mempengaruhi pergerakkan dinding dada seperti pada kehamilan, obesitas,
muskulur sekeletal yang abnormal, penyakit kronis seperti TBC paru.

b. Faktor Perilaku
1. Nutrisi, misalnya gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen
berkurang.
2. Exercise, exercise akan meningkatkan kebutuhan Oksigen.
3. Merokok, nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan
koroner
4. Alkohol dan obat-obatan menyebankan intake nutrisi /Fe mengakibatkan
penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi pusat pernafasan.
5. kecemasan ; menyebabkan metabolisme meningkat.

D. MANIFESTASI KLINIS
- suara napas tidak normal.
- perubahan jumlah pernapasan.
- batuk disertai dahak.
- Penggunaan otot tambahan pernapasan.
- Dispnea.
- Penurunan haluaran urin.
- Penurunan ekspansi paru.
- Takhipnea

E. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN


Patologi
1. Penyakit pernafasan menahun (TBC, Asma, Bronkhitis)
2. Infeksi, Fibrosis kritik, Influensa
3. Penyakit sistem syaraf (sindrom guillain barre, sklerosis, multipel miastania gravis)
4. Depresi SSP / Trauma kepala
5. Cedera serebrovaskuler (stroke)
Maturasional
1. Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan
2. Bayi dan taddler, adanya resiko infeksi saluran pernafasa dan merokok
3. Anak usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernafasan dan merokok
4. Dewasa muda dan pertengahan. Diet yang tidak sehat, kurang aktifitas stress
yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru
5. Dewasa tua, adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arterios klerosis, elastisitasi menurun, ekspansi pann menurun.
Situasional (Personal, Lingkungan)
1. Berhubungan dengan mobilitas sekunder akibat : pembedahan atau trauma
nyeri, ketakutan, ancietas, keletihan.
2. Berhubungan dengan kelembaban yang sangat tinggi atau kelembaban rendah
3. Berhubungan dengan menghilangnya mekanisme pembersihan siliar, respons inflamasi, dan
peningkatan pembentukan lendir sekunder akibat rokok, pernafasan mulut.

ASKEP PASIEN OKSIGENASI


F. FOKUS PENGKAJIAN
a. Riwayat Keperawatan
1. Masalah keperawatan yang pernah dialami
- Pernah mengalami perubahan pola pernapasan.
- Pernah mengalami batuk dengan sputum.
- Pernah mengalami nyeri dada.
- Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala di atas.
2. Riwayat penyakit pernapasan
- apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC, dan lain-lain ?
- bagaimana frekuensi setiap kejadian?

3. Riwayat kardiovaskuler
- pernah mengalami penyakit jantung (gagal jantung, gagal ventrikel kanan,dll) atau peredaran
darah.
4. Gaya hidup
- merokok , keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok.

G. PEMERIKSAAN FISIK
1. Mata
- konjungtiva pucat (karena anemia)
- konjungtiva sianosis (karena hipoksemia)
- konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak atau endokarditis)
2. Kulit
- Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer)
- Penurunan turgor (dehidrasi)
- Edema.
- Edema periorbital.
3. Jari dan kuku
- Sianosis
- Clubbing finger.
4. Mulut dan bibir
- membrane mukosa sianosis
- bernapas dengan mengerutkan mulut.
5. Hidung
- pernapasan dengan cuping hidung.
6. Vena leher
- adanya distensi / bendungan.
7. Dada
- retraksi otot Bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas pernapasan, dispnea, obstruksi
jalan pernapasan)
- pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan.
- Tactil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara melewati saluran/rongga
pernapasan)
- Suara napas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
- Sara napas tidak normal (creklerlr/rales, ronkhi, wheezing, friction rub/pleural friction)
- Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan, dullness)
8. Pola pernapasan
- pernapasan normal(eupnea)
- pernapasan cepat (tacypnea)
- pernapasan lambat (bradypnea)

c. Pemeriksaan penunjang
- EKG
- Echocardiography
- Kateterisasi jantung
- Angiografi

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diagnosa : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret yang berlebihan dan kental.
I. INTERVENSI
1. Diagnosa : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret yang berlebihan dan kental.
Tujuan : pola nafas lebih efektif dan kembali normal.
Kriteria Hasil : sesak nafas berkurang/hilang, RR 16-24 x/menit, Tak ada wheezing
Intervensi umum :
Mandiri
- Observasi faktor penyebab.
- Kurangi atau hilangkan faktor penyebab.
- Jika ada nyeri, berikan obat pereda nyeri sesuai kebutuhan.
- Sesuaikan pemberian dosis analgesik dengan sesi latihan batuk.
- Pertahankan posisi tubuh yang baik untuk mencegah nyeri atau cedera otot.
- Jika sekret kental, pertahankan hidrasi yang adekuat (tingkatkan asupan cairan hingga 2-3 x
sehari jika ada kontraindikasi).
- Pertahankan kelembapan udara inspirasi yang adekuat.
Kolaborasi
- Kolaborasikan dengan dokter untuk tindakan suction guna mempertahankan kepatenan jalan
napas.
- Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian oksigen melalui masker, kanula hidung, dan
transtrakea guna mempertahankan dan meningkatkan oksigenasi.
Rasional
- Batuk yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kelemahan dan tidak efektif, dan bisa
menyebabkan bronchitis.
- Latihan napas dalam dapat melebarkan jalan napas.
- Duduk pada posisi tegak menyebabkan organ-organ abdomen terdorong menjauhi paru,
akibatnya pengembangan paru menjadi lebih besar.
- Pernapasan diafragma mengurangi frekuensi pernapasan dan meningkatkan ventilas alveolar.
- Sekret yang kental sulit dikeluarkan dan dapat menyebabkan henti mukus, kondisi ini dapat
menimbulkan atelektasis.
- Secret harus cukup encer agar mudah dikeluarkan.
- Nyeri atau rasa takut akan nyari dapat melelah dan menyakitkan.
Dukungan emosional menjadi semangat bagi klien, air hangat dapat membantu relaksasi.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth.2002. Keperawatan Medikal Bedah. Vol:1. Jakarta: EGC
NANDA. 2005-2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Prima Medika
Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Buku ajar kebutuhan dasar manusia : Teori & Aplikasi dalam
praktek. Jakarta: EGC.
Willkinson. Judith M. 2007. Diagnosa Keperawatan.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Kozier.
Fundamental of Nursing
Tarwanto, Wartonah. 2006. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan edisi 3.
Salemba:Medika.
Carperito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan edisi 8, EGC: Jakarta
Alimul, Azis. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Salemba Medika: Jakarta

Diposkan 24th January 2013 oleh Danys Arifianto


Label: DANYS ARIFIANTO LP OKSIGENASI
0

Tambahkan komentar

Jan
23

(DANYS ARIFIANTO) Asuhan


Keperawatan (ASKEP) KDM : Intoleransi
Aktivitas di RSUD Kanjuruhan Kepanjen
Ruang : IMAM BONJOL (INTERNA)
SISTEMATIKA ASKEP
1. Pengkajian Data
2. Diagnosa
3. Intervensi
4. Implementasi
5. Evaluasi

Askep S. ICH Pada Tn. S dengan Kebutuhan Dasar Intoleransi Aktivitas


Data Tertutup
1. Pengkajian Data

A. Identitas :
Nama : Tn S
Umur : 49 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMP
Alamat : Pitrang Kalipare
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Pekerjaan : Swasta
Tanggal MRS : 08 - 12 - 2012

B. Diagnosa Medis : S. ICH


C. Keluha Utama : Sakit Dan Pusing Kepala Belakang Bagian Kanan
D. Riwayat Penyakit Sekarang :
pada tanggal ...... pasien dibawa ke PKM pare, dikarenakan pasien jatuh dari tempat
tidur lalu karena keterbatasan alat maka pasien dirujuk ke RS kanjuruhan kepanjen
pada tanggal ..... dengan keluhak sakit kepala bagian belakang sebelah kanan yang
tidak bisa terkontrol lalu dilakukan pemeriksaaan CT-Scan dan Hematologi
E. Riwayat Penyakit Lalu :
Pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit hipertensi sejak 5 tahun yang lalu
F. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Pasien Mengatakan TIdak Mempunyai Penyakit Menurun

G. Pola Aktivitas Sehari - Hari


Makan dan Minum :
Makan sebelum MRS : Teratur, 3 kali sehari dengan porsi yang banyak
Makan setelah MRS : Terjadi penurunan hanya makan 2 sendok setiap porsinya
Minum sebelum MRS : minum terrcukupi sebanya kurang lebih 2 liter setiap hari,
dengan air putih, tea
Minum setelah MRS : terjadi penurunan peroral menjadi 1 liter setiap hati dengan
konsumsi air putih
Pola Eliminasi :
BAK sebelum MRS : teratur, 4 kali setiap harinya, warna kuning terang, tidak keluar
darah
BAK setelah MRS : dibantu dengan pispot, warna kuning tidak keluar darah
BAB sebelum MRS : lancar, 1kali setiap pagi, tidak kesulitan seperti sembelit/konstipasi
BAB setelah MRS : belum pernah BAB setelah MRS, terjadi kesulitan
Pola Istirahat Tidur :
Tidur sebelum MRS : teratur, tidur malam tercukupi 6 jam, tidak insomnia
Tidur setelah MRS : semakin bertambah karena kondisi fisik yang melemah
Kebersihan Diri :
Personal Hygine sebelum MRS : teratur 3 kali setiap harinya, Oral hygine bagus
Personal Hygine setelah MRS : Hanya diseka, Oral hygine tidak pernah
H. Riwayat Psikkososial :
Hubungan dengan keluarga kurang baik (apatis)
Support Penuh dari pasangan (istri)

I. Pemfis (Pemeriksaan Fisik)


KEADAAN UMUM : kesadaran apatis, tidak ada tatapan mata, bisa mendengar, bicara
ngelantur
TANDA VITAL : TD : 240/140 N: 77X/menit S: 36,5C RR : 23X/menit
PEMERIKSAAN KEPALA LEHER :
kepala terasa sakit dan pusing, tidak ada benjolan, konjungtiva anemis, mata lemah,
pendengaran normal, bibir lembab, makan peroral, tidak ada perbesaran kelenjar
thyroid, gigi tidak caries dan tidak ompong
PEMERIKSAAN INTEGUMEN :
kulit tidak kering, warna kulit coklat sawo, tidak ada jejas/luka/lesi
DADA dan THORAX
pernapasan dengan dada, tidak terpasang tabung oksigen, tidak ada whezing dan
ronchi, detak jantung teratur
PAYUDARA :
Tidak ada benjolan, tampak simetris, tidak terjadi penonjolan payudara
ABDOMEN :
tidak ada nyeri tekan, bissing usus 10-15X/menit, tidak ada lesi
GENETALIA :
kebersiha terjaga, tidak terpasang kateter, tidak ada lesi
EKSTREMITAS :
ekstremitas atas : tangan kanan bisa digerakkan spontan, aktif, tidak ada gangguan
sedangkan tangan kiri tidak bisa digerakkan sama skali
ekstremitas bawah : kaki kanan bisa digerakkan spontan, sedangkan kaki kiri tidak bisa
digerakkan sama sekali
tidak ada edema
Tonus OTOT : 5 0
50
J. Pemeriksaan Neurologis :
kesadaran apatis, GCS : 1, 3, 6

K. Pemeriksaan Penunjang :
hematologi : hb : 17,4 gram/dl, ht : 50,1%, hitung eritrosit : 6,11 jt/cmm, hitung lekosit :
20450 set/cmm, laju endap darah 33mm/jam, hitung trombosit 311000 set/cmm

L. Terapi/Pengobatan :
infus NS 20 tetes/ menit, ranitidin 2X1, head up 30, kanul oksigen 2-3ml, Injeksi
citicholin 2X500mg/IV, injeksi ranitidin 2X50mg/IV, drip karsibion 1ampul/hari

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan mobilisasi fisik b.d kondisi yang melemah
b. gangguan intoleransi aktivitas b.d kelemahan tonus otot
c. gangguan nyaman nyeri b.d peningkatan tekanan intrakranial (TIK)
d. gangguan defisit perawatan diri b.d kelemahan otot

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Gangguan tujuan : setelah 1. observasi kondisi 1. inspeksi kondisi
mobilisasi fisik b.d dilakukan tindakan fisik awal pasien
kondisi yang keperawatan 2. rencanakan 2. merncanakan
melemah selama waktu 4X24 proses latihan yang porsi latihan untuk
jam pasien efisien bila perlu menunjang
diharapkan dapat kolaborasikan kesembuhan pasien
melakukan dengan fisioterapi 3. memberikan
mibilisasi fisik untuk menambah kenyamanan
secara optimal proses latihan 4. melakukan
3. atur posisi tindakan
senyaman mungkin keperawatan
kriteria hasil : 4. mengajari pasien 5. monitoring
- tonus otot ROM pasif dan aktif tindakan yang
bertambah 5. biarkan pasien sudah dilakukan
- mobilisasi ROM mempraktikan 6. mengetahui
pasif menjadi aktif kembali yang sudah perkembangan
- tidak mengeram diajarkan tapi latihan
kesakitan dalam dengan 7. memberikan
proses latihan pengawasan informasi kepada
perawat pasien
6. observasi
kembali
peningkatan gerak
fisik
7. berikan HE(healt
education)tentang
pentingnya latihan
ROM

1-5 sama
6. bila sudah bisa
menyangga tubuh
tujuan : setelah
ajarkan berjalan tapi
dilakukan tindakan 1-5 sama
dengan
keperawatan dalam 6. melanjutkan
dammpingan
waktu 6X24 jam proses latihan
perawat
diharapkan pasien keperawatan
7. berikan dukungan
dapt terpenuhi 7. memberi
dalam setiap
aktivitas sehari hari semangat untuk
dengan normal tindakan yang menambah latihan
Gangguan Kriteria hasil : sudah dilakukan
intoleransi aktivitas - terjadi peningkatan
b.d kelemahan tonus otot
tonus otot - pasien dapat
melakukan aktivitas
sehari hari dengan
mandiri
- tidak terasa sakit
bila melakukan
latihan

tujuan : setelah
dilakukan tindakan
keperawatan dalam 1. inspeksi skala
waktu 3X24 jam nyeri awal dari
diharapkan rasa pasien
nyeri yang dirasak 2. memberikan
pasien dapat 1. observasi secara kenyamanan ke
berkurang atau subjektiv skal nyeri pasien
bahkan hilang yang dirasakan 3. melakukan terapi
Gangguan nyaman Kriteria Hasil : perawatan
pasien
nyeri b.d - wajah tidak 4. memantau
2. beri posisi yang
peningkatan mengurung dan adakah kelainan
nyaman
tekanan intrakranial menahan kesakitan dari pemeriksaan
3. ajari metode
(TIK) - skala nyeri turun 5. membantu
relaksasi seperti
- pasien tidak distraksi, nafas mempercepat
memegangi bagian dalam, dan bila kesembuhan pasien
yang sakit emosi ajarkan 6. memberi
imajinasi terpimpin informasi secara
4. anjurkan pasien lengkap
untuk melakukan 7. monitoring
pemeriksaan CT- perkembangan
Scan setelah dilakukan
5. kolaborasikan tindakan
dengan pihak medis keperawatan
tujuan : setelah untuk terapi obat
dilakukan tindakan 6. berikan HE
keperawatan dalam tentang pentingnya
waktu 1X24 jam ambulansi saat
diharapkan pasien emergensi
terpenuhi dalam 7. observasi 1. obsevasi kondisi
perawatan dirinya penurunan skala awal dari pasien
secara optimal nyeri yang 2. menyiapkan alat
Kriteria Hasil : dirasakan dari suatu bagian
Defisit perawatan -wajah tidak lesu tindakan
diri b.d kelemahan - kulit tidak kering keperawatan
otot - badan menjadi 1. observasi kondisi 3. menghindari
harum awal pasien penolakan dri
terutama fisik dan tindakan
kebersihan keperawatan
2. siapkan alat 4. menjaga privasi
untuk melakukan pasien
PH 5. melakukan
3. memberitahu tindakan
maksud dan tujuan keperawatan
tindakan yang 6. monitoring
dilakukan tindakan yang
4. menutup gorden sudah dilakukan
5. melakukan PH 7. membantu
sambil mengajari memberikan
keluarga informasi secara
6. observasi jelas
tindakan yang
dilakukan
7. beri HE
pentingnya
perawatan diri

4. Implementasi : Langsung Tindakan Ke Pasien Sesuai Intervensi/ Rencana tindkan


yang sudah direncanakan dalm bentuk tulisan
5. Evaluasi :
Petunjuk :
- Bila Intervensi Berjalan Semua dan perkembangan Pasien tidak berubah maka
Masalah Belum teratasi : Beri Tanda tambah dan Lanjutkan intervensi nomer berapa
yang perlu
- Bila Intervensi Berjalan Semua dan perkembangan Pasien ada peningkatan sedikit
Maka Masalah Teratasi Sebagian : Beri tanda lanjutkan intervensi nomer berapa yang
perlu
- Bila Intervensi Berjalan Semua dan perkembangan Pasien meningkat total maka
Masalah Teratasi : Beri tanda pertahankan dan hentikan intervensi

Intervensi Berpedoman Pada SOAPIER


S : Subjektiv
O : Objektiv
A : Assesment
P : Planing
I : Implementasi
E : Evaluasi
R : Re-assesment

Anda mungkin juga menyukai