Anda di halaman 1dari 24

Modul Matematika

Stastistika

Susi Setyowati (128041)


Fitriah Makahsari(127870)
Nina Indriani (127964)
Peta Konsep

Kompetensi dasar :
1.1 membaca data dalam bentuk tabel dan diagram batang, garis, lingkaran, dan
ogive

1.2 menyajikan data dalam bentuk tabel dan diagram batang, garis, lingkaran,
dan ogive,

Serta penafsirannya .

1.3 menghitung ukuran pemusatan , ukuran letak,dan ukuran penyebaran data,


serta penafsirannya.

Indikator :
Menghitung ukuran pemusatan atau ukuran letak dari data dalam bentuk
tabel ,diagram atau grafik.

M.V.A
Statistika Deskriptif

1. Rumus Rataan Hitung (Mean)


Rata-rata hitung atau mean memiliki perhitungan dengan cara membagi jumlah nilai data
dengan banyaknya data. Rata-rata hitung disebut dengan mean.
a) Rumus Mean dari Data Tunggal

a. Mean ( Rataan )

Mean dari sekumpulan data adalah jumlah seluruh data dibagi banyaknya data. Dengan
mengetahui mean suatu data, maka variasi data yang lain akan mudah diperkirakan.

Rumus mean :

Contoh :

Nilai ulangan matematika Anto pada semster 1 adalah 6, 8, 5, 7, 9, dan 7. Maka meannya
adalah :

Misalkan sekumpulan data terdiri atas nilai X1, X2, X3 Xn dan memiliki frekuensi f1, f2, f3,
fn maka mean dapat dicari dengan rumus :

Hitunglah nilai rata-rata dari nilai ujian matematika kelas 3 SMU berikut ini: 2; 4; 5; 6; 6; 7; 7;
7; 8; 9

Jawab:

Nilai rata-rata dari data yang sudah dikelompokkan bisa dihitung dengan menggunakan
formula berikut:
Keterangan: = lambang penjumlahan semua gugus data pengamatan fi = frekuensi data
ke-i n = banyaknya sampel data = nilai rata-rata sampel

Contoh 2:

Berapa rata-rata hitung pada tabel frekuensi berikut:

xi fi

70 5

69 6

45 3

80 1

56 1

Catatan: Tabel frekuensi pada tabel di atas merupakan tabel frekuensi untuk data tunggal,
bukan tabel frekuensi dari data yang sudah dikelompokkan berdasarkan selang/kelas
tertentu.

Jawab:

xi fi fixi

70 5 350

69 6 414

45 3 135

80 1 80

56 1 56

Jumla 16 1035
h
b. Mean dari data distribusi Frekuensi atau dari gabungan:

Distribusi Frekuensi: Rata-rata hitung dari data yang sudah disusun dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi dapat ditentukan dengan menggunakan formula yang sama dengan
formula untuk menghitung nilai rata-rata dari data yang sudah dikelompokkan,

yaitu:

Keterangan:

= lambang penjumlahan semua gugus data pengamatan fi = frekuensi data ke-i = nilai
rata-rata sampel

Contoh 3:

Tabel berikut ini adalah nilai ujian statistik 80 mahasiswa yang sudah disusun dalam tabel
frekuensi. Berbeda dengan contoh 2, pada contoh ke-3 ini, tabel distribusi frekuensi dibuat
dari data yang sudah dikelompokkan berdasarkan selang/kelas tertentu (banyak kelas = 7
dan panjang kelas = 10).

Kelas Nilai fi
Ujian

1 31 40 2

2 41 50 3

3 51 60 5

4 61 70 13

5 71 80 24

6 81 90 21

7 91 - 100 12

Jumlah 80

Jawab:

Buat daftar tabel berikut, tentukan nilai pewakilnya (xi) dan hitung fixi.
Kelas ke- Nilai Ujian fi xi fixi

1 31 - 40 2 35.5 71.0

2 41 - 50 3 45.5 136.5

3 51 - 60 5 55.5 277.5

4 61 - 70 13 65.5 851.5

5 71 - 80 24 75.5 1812.0

6 81 - 90 21 85.5 1795.5

7 91 - 100 12 95.5 1146.0

Jumlah 80 6090.0

Catatan: Pendekatan perhitungan nilai rata-rata hitung dengan menggunakan distribusi


frekuensi kurang akurat dibandingkan dengan cara perhitungan rata-rata hitung dengan
menggunakan data aktualnya. Pendekatan ini seharusnya hanya digunakan apabila tidak
memungkinkan untuk menghitung nilai rata-rata hitung dari sumber data aslinya.

a. Median data tunggal:

Untuk menentukan median dari data tunggal, terlebih dulu kita harus mengetahui
letak/posisi median tersebut. Posisi median dapat ditentukan dengan menggunakan formula
berikut:

dimana n = banyaknya data pengamatan.

Median apabila n ganjil :

Contoh 5:
Hitunglah median dari nilai ujian matematika kelas 3 SMU berikut ini: 8; 4; 5; 6; 7; 6; 7; 7; 2;
9; 10

Jawab:

data: 8; 4; 5; 6; 7; 6; 7; 7; 2; 9; 10

setelah diurutkan: 2; 4; 5; 6; 6; 7; 7; 7; 8; 9; 10

banyaknya data (n) = 11

posisi Me = (11+1) = 6

jadi Median = 7 (data yang terletak pada urutan ke-6)

Nilai Ujian 2 4 5 6 6 7 7 7 8 9 10

Urutan data ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Median apabila n genap :

Contoh 6:

Hitunglah median dari nilai ujian matematika kelas 3 SMU berikut ini: 8; 4; 5; 6; 7; 6; 7; 7; 2;
9

Jawab:

data: 8; 4; 5; 6; 7; 6; 7; 7; 2; 9

setelah diurutkan: 2; 4; 5; 6; 6; 7; 7; 7; 8; 9

banyaknya data (n) = 10

posisi Me = (10+1) = 5.5

Data tengahnya: 6 dan 7

jadi Median = (6+7) = 6.5 (rata-rata dari 2 data yang terletak pada urutan ke-5 dan ke-6)

Nilai Ujian 2 4 5 6 6 7 7 7 8 9

Urutan data ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10


b. Median dalam distribusi frekuensi:

Rumus untuk menentukan median dari tabel distribusi frekuensi adalah sebagai berikut:

b = batas bawah kelas median dari kelas selang yang mengandung unsur atau memuat nilai
median

p = panjang kelas median

n = ukuran sampel/banyak data

f = frekuensi kelas median

F = Jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari kelas median (fi)

Contoh 7:

Tentukan nilai median dari tabel distribusi frekuensi pada Contoh 3 di atas!

jawab

Kelas ke- Nilai Ujian fi fkum

1 31 - 40 2 2

2 41 - 50 3 5
3 51 - 60 5 10

4 61 - 70 13 23

5 71 - 80 24 47 letak kelas median

6 81 - 90 21 68

7 91 - 100 12 80

8 Jumlah 80

Letak kelas median: Setengah dari seluruh data = 40, terletak pada kelas ke-5 (nilai ujian
71-80)

b = 70.5, p = 10

n = 80, f = 24

f = 24 (frekuensi kelas median)

F = 2 + 3 + 5 + 13 = 23

3. Rumus Median (Nilai Tengah)


a) Data yang belum dikelompokkan
Untuk mencari nilai median, data harus dikelompokan terlebih dahulu dari yang terkecil
sampai yang terbesar.

b) Rumus Data yang Dikelompokkan

Dengan : Qj = Kuartil ke-j


j = 1, 2, 3
i = Interval kelas
Lj = Tepi bawah kelas Qj
fk = Frekuensi kumulatif sebelum kelas Qj
f = Frekuensi kelas Qj
n = Banyak data

c. Modus

Modus adalah nilai data yang paling sering muncul atau nilai data yang frekuensinya paling
besar.

Data yang belum dikelompokkan bisa memiliki satu modus, dua modus, atau mungkin tidak
mempunyai modus. Data yang memiliki satu modus disebut monomodus, sedangkan data
yang memiliki dua modus disebut bimodus. Penyusunan data menurut urutannya memang
menolong sekali dalam menentukan modus.

Modus dari Data Tunggal

Contoh :

Data : 5, 5 , 6, 6, 6, 7, 8. Mempunyai modus 6.

Data : 2, 2, 3, 3, 3, 3, 6, 6, 6, 6, 7. Mempunyai modus 3 dan 6.

Data : 2, 3, 4, 5, 6, 7. Tidak mempunyai modus.

Data : 3, 3, 5, 5, 6, 6, 7, 7. Juga tidak mempunyai modus.

Modus dari Data Berkelompok

Untuk menghitung modus dari data yang telah dikelompokkan dipergunakan rumus sebagai
berikut:

Mo = L +
d 1
p
d1 d 2
Keterangan :

Mo = Modus

L = tepi bawah kelas modus

p = panjang kelas

d1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya.

d2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas berikutnya.

Contoh :

Nilai Frekuensi Tentukan modus dari data pada table berikut:


52 58 2
59 65 4
66 72 5
73 79 15
80 86 7
87 93 4
94 - 100 3
Kelas modus adalah kelas yang mempunyai frekuensi terbanyak. Jadi, modusnya terletak
pada kelas 73 79, sehingga diperoleh:

L = 72,5

d1 = 15 5 = 10

d2 = 15 7 = 8

p =7

d 1
p
d1 d 2
Mo =L+

10
7
10 8
= 72,5 +

70
72,5 3,9 76,4
18
= 72,5 +

Jadi, modusnya dari data pada table tersebut adalah 76,4.

1. Kuartil
Kuartil adalah titik yang membagi data yang telah diurutkan menjadi 4 bagian dan
masing-masing 25%.
Kuartil ada 3 macam :
a. Kuartil bawah (K1) = 25% dari titik bawah
b. Kuartil tengah (K2) = 50% dari titik bawah
c. Kuartil atas (K3) = 75% dari titik bawah

a. Kuartil Data Tunggal

Keterangan :
Ki = kuartil ke-i
i = ke-i (1, 2, 3)
n = banyak data

a. Kuartil Data Berkelompok


Keterangan :
Ki = kuartil ke-i
Li = batas bawah kelas kuartil ke-i
Fi = jumlah frekuensi sebelum kelas kuartil ke-i
C = panjang kelas
n = jumlah seluruh data
fi = frekuensi kelas kuartil ke-i
i = ke-i (1, 2, 3)

2. Desil
Desil didefinisikan sebagai nilai batas dari sekumpulan data yang telah diurutkan menjadi
10 bagian.

a. Desil Data Tunggal

Keterangan :

Di = desil ke-i

i = ke-i (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9)
n = banyak data

b. Desi Data Berkelompok

Keterangan :
Di = desil ke-i
Li = batas bawah kelas desil ke-i
i = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Fi = jumlah frekuensi sebelum kelas desil ke-i
fi = frekuensi kelas desil ke-i
C = panjang kelas
n = jumlah seluruh data

3. Persentil
Persentil adalah titik yang membagi data yang telah diurutkan menjadi 100 bagian.

a. Persentil Data Tunggal

Keterangan :
Pi = persentik ke-i
i = 1, 2, 3, 4, 5, .... , 99
n = banyak data
b. Persentil Data Berkelompok

Keterangan :
Pi = persentik ke-i
Li = batas bawah kelas persentik ke-i
n = jumlah seluruh data
Fi = jumlah frekuensi sebelum kelas persentil ke-i
fi = frekuensi kelas persentil ke-i
C = panjang kelas

Contoh :
1. Tentukan kuartil-kuartil dari data: 1, 3, 6, 9, 14, 18, 21

Jawab :
Jumlah data (n) = 7

maka nilai kuartil 1 adalah 3

maka nilai kuartil 2 adalah 9

maka nilai kuartil 3 adalah 18

2. Tentukan kuartil-kuartil dari: 2, 4, 9, 11, 13, 16

Banyak data (n) = 6

1 artinya = data ke-1 + (data ke-2 - data ke-1)


Jadi nilai K1 = 2 + (4 - 2)
K1 = 2 + 1
= 3

3 artinya = data ke-3 + (data ke-4 - data ke-3)


Jadi K2 = 9 + (11 - 9)
K2 = 9 + 1
= 10

5 artinya = data ke-5 + (data ke-6 - data ke-5)


Jadi K3 = 13 + (16 - 3)
K3 = 13 +
= 13

3. Perhatikan tabel berikut!

Kuartil ke-1 dari data yang tersaji pada tabel adalah ....
A. 31,13
B. 31,22
C. 31,61
D. 31,63
E. 32,11

Jawab : A
Mencari K1 yaitu :

Kita menggunakan rumus :

Perhatikan tabel di atas !


1
/4 x 40 = 10
L1 = 31 - 0,5
= 30,5
C = 26 - 21
=5
F1 = 9
f1 = 8

Mencari K2 yaitu :

Kita menggunakan rumus :

Perhatikan tabel di atas !


2
/4 x 40 = 20
L2 = 36 - 0,5
= 35,5
C = 26 - 21
=5
F2 = 17
f2 = 10

Mencari K3 yaitu :
Kita menggunakan rumus :

Perhatikan tabel di atas !


3
/4 x 40 = 30
L3 = 41 - 0,5
= 40,5
C = 26 - 21
=5
F3 = 27
f3 = 6

Simpangan baku (S), ragam, dan simpangan rata-rata

Simpangan baku : S =
f i ( x i x ) 2
N

2 f i ( x ix ) 2
Ragam : S = N

f i|x ix|
Simpangan rata-rata : SR= N

M.V.B
Menyajikan data dalam bentuk diagram
Diagram Garis
Penyajian data statistik dengan menggunakan diagram berbentuk garis lurus disebut
diagram garis lurus atau diagram garis. Diagram garis biasanya digunakan untuk
menyajikan data statistik yang diperoleh berdasarkan pengamatan dari waktu ke waktu
secara berurutan.
Sumbu X menunjukkan waktu-waktu pengamatan, sedangkan sumbu Y menunjukkan nilai
data pengamatan untuk suatu waktu tertentu. Kumpulan waktu dan pengamatan
membentuk titik-titik pada bidang XY, selanjutnya kolom dari tiap dua titik yang berdekatan
tadi dihubungkan dengan garis lurus sehingga akan diperoleh diagram garis atau grafik
garis. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh soal berikut.

Diagram Lingkaran
Diagram lingkaran adalah penyajian data statistik dengan menggunakan gambar yang
berbentuk lingkaran. Bagian-bagian dari daerah lingkaran menunjukkan bagian bagian atau
persen dari keseluruhan. Untuk membuat diagram lingkaran, terlebih dahulu ditentukan
besarnya persentase tiap objek terhadap keseluruhan data dan besarnya sudut pusat sektor
lingkaran.
Contoh soal
Ranah privat (pengaduan) dari koran Solo Pos pada tanggal 22 Februari 2008 ditunjukkan
seperti tabel berikut.
Nyatakan data di atas dalam bentuk diagram lingkaran.
Penyelesaian
Sebelum data pada tabel di atas disajikan dengan diagram lingkaran, terlebih dahulu
ditentukan besarnya sudut dalam lingkaran dari data tersebut.
1. CPNS/Honda/GTT = 5/100 x 360 = 18
2. Perbaikan/pembangunan/gangguan jalan = 9/100 x 360 = 32,4
3. Masalah lingkungan/kebersihan = 6/100 x 360 = 21,6
4. Kesehatan/PKMS/Askeskin = 3/100 x 360 = 10,8
5. Lalu lintas/penertiban jalan = 6/100 x 360 = 21,6
6. Revitalisasi/budaya Jawa = 20/100 x 360 = 72
7. Parkir = 3/100 x 360 = 10,8
8. Pekat/penipuan/preman = 7/100 x 360 = 25,2
9. Persis/olahraga = 10/100 x 360 = 36
10. PKL/Bangunan liar = 2/100 x 360 = 7,2
11. PLN dan PDAM = 2/100 x 360 = 7,2
12. Provider HP = 7/100 x 360 = 25,2
13. Tayangan TV/radio/koran = 3/100 x 360 = 10,8
14. Lain-lain = 17/100 x 360 = 61,2
Diagram lingkarannya adalah sebagai berikut.
Diagram Batang
Diagram batang umumnya digunakan untuk menggambarkan perkembangan nilai suatu
objek penelitian dalam kurun waktu tertentu. Diagram batang menunjukkan keterangan-
keterangan dengan batang-batang tegak atau mendatar dan sama lebar dengan batang-
batang terpisah. Perhatikan contoh berikut ini.
Contoh soal
Jumlah lulusan SMA X di suatu daerah dari tahun 2001 sampai tahun 2004 adalah
sebagai berikut.

Nyatakan data di atas dalam bentuk diagram batang.


Penyelesaian
Data tersebut dapat disajikan dengan diagram batang sebagai berikut.

Penyajian Data dalam Bentuk Tabel Distribusi Frekuensi


Perhatikan contoh data hasil nilai pengerjaan tugas Matematika
dari 40 siswa kelas XI berikut ini.
66 75 74 72 79 78 75 75 79 71
75 76 74 73 71 72 74 74 71 70
74 77 73 73 70 74 72 72 80 70
73 67 72 72 75 74 74 68 69 80
dari data diatas, dapat dibuat tabel distribusi frekuensi sbb:

Istilah-istilah yang banyak digunakan dalam pembahasan distribusi frekuensi


bergolong atau distribusi frekuensi berkelompok antara lain sebagai berikut.
a. Interval Kelas
Tiap-tiap kelompok disebut interval kelas atau sering disebut interval atau kelas
saja. Dalam contoh sebelumnya memuat enam interval ini.
65 67 Interval kelas pertama
68 70 Interval kelas kedua
71 73 Interval kelas ketiga
74 76 Interval kelas keempat
77 79 Interval kelas kelima
80 82 Interval kelas keenam
b. Batas Kelas
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas, angka 65, 68, 71, 74, 77, dan 80
merupakan batas bawah dari tiap-tiap kelas, sedangkan angka 67, 70, 73, 76, 79,
dan 82 merupakan batas atas dari tiap-tiap kelas.
c. Tepi Kelas (Batas Nyata Kelas)
Untuk mencari tepi kelas dapat dipakai rumus berikut ini.
Tepi bawah = batas bawah 0,5
Tepi atas = batas atas + 0,5
Dari tabel di atas maka tepi bawah kelas pertama 64,5 dan tepi atasnya 67,5, tepi
bawah kelas kedua 67,5 dan tepi atasnya 70,5 dan seterusnya.
d. Lebar kelas
Untuk mencari lebar kelas dapat dipakai rumus:
Lebar kelas = tepi atas tepi bawah
Jadi, lebar kelas dari tabel diatas adalah 67,5 64,5 = 3.
e. Titik Tengah
Untuk mencari titik tengah dapat dipakai rumus:
Titik tengah = 1/2 (batas atas + batas bawah)
Dari tabel di atas: titik tengah kelas pertama = 1/2(67 + 65) = 66
titik tengah kedua = 1/2(70 + 68) = 69
dan seterusnya.
Distribusi Frekuensi Kumulatif
Daftar distribusi kumulatif ada dua macam, yaitu sebagai berikut.
a. Daftar distribusi kumulatif kurang dari (menggunakan tepi atas).
b. Daftar distribusi kumulatif lebih dari (menggunakan tepi bawah).
Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh data berikut ini.
Dari tabel di atas dapat dibuat daftar frekuensi kumulatif kurang dari dan lebih dari seperti
berikut.

Histogram
Dari suatu data yang diperoleh dapat disusun dalam tabel distribusi frekuensi dan disajikan
dalam bentuk diagram yang disebut histogram. Jika pada diagram batang, gambar batang-
batangnya terpisah maka pada histogram gambar batang-batangnya berimpit. Histogram
dapat disajikan dari distribusi frekuensi tunggal maupun distribusi frekuensi bergolong.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut ini.
Data banyaknya siswa kelas XI IPA yang tidak masuk sekolah dalam 8 hari berurutan
sebagai berikut.

Poligon Frekuensi
Apabila pada titik-titik tengah dari histogram dihubungkan dengan garis dan
batangbatangnya
dihapus, maka akan diperoleh poligon frekuensi. Berdasarkan contoh di atas
dapat dibuat poligon frekuensinya seperti gambar berikut ini.
contoh soal:
Hasil pengukuran berat badan terhadap 100 siswa SMP X digambarkan dalam distribusi
bergolong seperti di bawah ini. Sajikan data tersebut dalam histogram dan poligon frekuensi.

Penyelesaian
Histogram dan poligon frekuensi dari tabel di atas dapat ditunjukkan sebagai berikut.

Poligon Frekuensi Kumulatif


Dari distribusi frekuensi kumulatif dapat dibuat grafik garis yang disebut poligon frekuensi
kumulatif. Jika poligon frekuensi kumulatif dihaluskan, diperoleh kurva yang disebut kurva
ogive. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh soal berikut ini.
Hasil tes ulangan Matematika terhadap 40 siswa kelas XI IPA digambarkan dalam tabel di
samping.
a. Buatlah daftar frekuensi kumulatif kurang dari dan lebih dari.
b. Gambarlah ogive naik dan ogive turun.
b. Ogive naik dan ogive turun
Daftar frekuensi kumulatif kurang dari dan lebih dari dapat disajikan dalam bidang
Cartesius. Tepi atas (67,5; 70,5; ; 82,5) atau tepi bawah (64,5; 67,5; ; 79,5)
diletakkan pada sumbu X sedangkan frekuensi kumulatif kurang dari atau frekuensi
kumulatif lebih dari diletakkan pada sumbu Y. Apabila titik-titik yang diperlukan
dihubungkan, maka terbentuk kurva yang disebut ogive. Ada dua macam ogive,
yaitu ogive naik dan ogive turun. Ogive naik apabila grafik disusun berdasarkan
distribusi frekuensi kumulatif kurang dari. Sedangkan ogive turun apabila berdasarkan
distribusi frekuensi kumulatif lebih dari.
Ogive naik dan ogive turun data di atas adalah sebagai berikut.

Pelajaran Statistika di tingkat SMA meliputi mean, modus, median, jangkauan,


simpangan, dan ragam

Anda mungkin juga menyukai