BAB I
PENDAHULUAN
Urtikaria atau dikenal juga dengan hives adalah kondisi kelainan kulit
(eritema) dengan sedikit oedem atau penonjolan (elevasi) kulit berbatas tegas yang
timbul secara cepat setelah dicetuskan oleh faktor presipitasi dan menghilang
perlahan-lahan.1,2,3,4 Dalam istilah awam lebih dikenal dengan istilah kaligata atau
alergi terhadap alergen tertentu, tetapi pada kondisi lain dimana tidak diketahui
terjadinya urtikaria.1 Urtikaria dihasilkan dari pelepasan histamin dari jaringan sel-sel
mast dan dari sirkulasi basofil. Faktor-faktor nonimunologik yang dapat melepaskan
(termasuk morfin dan kodein), makan makanan laut seperti lobster, kerang, dan
kemungkinan terlibat lebih sering pada urtikaria akut daripada urtikaria kronik. 1,2,3
BAB II
PEMBAHASAN
Epidermis terdiri atas lima lapisan yaitu stratum korneum, stratum lusidum,
stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale (stratum germinativum).
Fungsi epidermis sebagai proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan
sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan
alergen (sel langerhans).5
Dermis terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan papiler dan lapisan retikuler yang
merupakan lapisan tebal terdiri dari jaringan ikat padat. Fungsi dermis berfungsi
sebagai struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan shearing
forces dan respon inflamasi. Subkutis merupakan lapisan di bawah dermis atau
hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak, berfungsi menunjang suplai darah ke
dermis untuk regenerasi.5
biasanya ditandai dengan edema setempat yang cepat timbul dan menghilang
sekitarnya dapat dikelilingi halo. Keluhan subyektif biasanya gatal, rasa tersengat
atau tertusuk.4,5
2.3 Epidemiologi
Urtikaria merupakan penyakit kulit yang sering dijumpai. Usia, ras, jenis
kelamin, pekerjaan, lokasi geografik, dan musim dapat menjadi agen predisposisi
bagi urtikaria. Berdasarkan data dari National Ambulatory Medical Care Survey dari
tahun 1990 sampai dengan 1997 di USA, wanita terhitung 69% dari semua pasien
urtikaria yang datang berobat ke pusat kesehatan. Distribusi usia paling sering adalah
0-9 tahun dan 30-40 tahun. Urtikaria disebut akut jika berlangsung kurang dari 6
minggu. Paling sering episode akut pada anak-anak adalah karena reaksi merugikan
atau efek samping dari makanan atau karena penyakit-penyakit virus. Episode
urtikaria yang persisten melebihi 6 minggu disebut kronik dan paling sering adalah
urtikaria idiopatik atau urtikaria yang disebabkan karena autoimun. Sekitar 50%
pasien dengan urtikaria sendirian tanpa lesi kulit lainnya dapat bebas dari lesi dalam 1
tahun, 65% dalam 3 tahun, dan 85% dalam 5 tahun; kurang dari 5% lesi hilang lebih
dari 10 tahun.1.2
2.4 Patogenesis
Gambar 3. Skema diagram dari aktivasi antibodi antireseptor imunoglobin G (IgG) oleh sel mast di
kulit, yang diikuti oleh aktivasi komplemen, yaitu komplemen C5a dan keluarnya sel mast tambahan. 1
Sel mast adalah sel efektor utama pada kebanyakan bentuk urtikaria,
meskipun tipe-tipe sel lainnya juga dapat terlibat. Sel mast kutaneus melepaskan
histamin dalam respon terhadap C5a, morfin, dan kodein. Neuropeptida substansi P
mengaktivasi sel-sel mast untuk mensekresi histamin. Tidak semua produk biologik
histamin, bradikinin, leuketrien C4, prostaglandin D2, dan substansi vasoaktif lainnya
lainnya dari sel mast dan basofil di kulit. Substansi-substansi tersebut menyebabkan
pruritus dari urtikaria adalah hasil dari pelepasan histamin ke kulit. Aktivasi reseptor
Proses ini disebabkan oleh beberapa mekanisme. Respon alergi tipe I IgE
diinisiasi oleh kompleks imun antigen-mediated IgE yang mengikat dan cross-link
reseptor Fc pada permukaan sel-sel mast dan basofil, hal tersebut menyebabkan
darah. Hal ini menyebabkan vaskulitis urtikaria. Penyakit kompleks imun tipe III
berhubungan dengan SLE dan penyakit autoimun lainnya yang dapat menyebabkan
urtikaria.1,2,3
serum sickness, dan reaksi transfusi. Reaksi transfusi urtikaria terjadi ketika substansi
alergenik dalam plasma dari produk darah donor bereaksi dengan antibodi Ig E
sel mast melalui mekanisme mediasi non-Ig E. Urtikaria fisik pada beberapa stimulus
pressure urticaria, cold urticaria, dan cholinergic urticaria. Terakhir, urtikaria kronik
2.5 Etiologi
serangga, bahkan fotosensitizer, inhalan, kontaktan, trauma fisik, infeksi dan infestasi
1. Obat
arakidonat. 2,8,
2. Makanan
Peranan makanan ternyata lebih penting pada urtikaria yang akut, umumya
sering menimbulkan urtikaria ialah telur, ikan, kacang, udang, coklat, tomat,
arbei, babi, keju, bawang, dan semangka; bahan yang dicampurkan seperti
2,8,
asam nirat, asam benzoat, ragi, salisilat, dan penisilin.
hal ini lebih banyak diperantarai oleh IgE (tipe I) dan tipe selular (tipe IV).
4. Bahan fotosensitizer
5. Inhalan
Inhalan berupa serbuk sari bunga (polen), spora jamur, debu, bulu binatang,
dan aerosol, umumnya lebih mudah menimbulkan urtikaria alergik (tipe I).
Reaksi ini sering dijumpai pada penderita atopi dan disertai gangguan napas. 2
6. Kontaktan
7. Trauma Fisik
Trauma fisik dapat diakibatkan oleh faktor dingin, yakni berenang atau
memegang benda dingin; faktor panas, misalnya sinar matahari, sinar U.V.,
radiasi , dan panas pembakaran; faktor tekanan yaitu goresan, pakaian ketat,
ikat pinggang, air yang menetes atau semprotan air, vibrasi dan tekanan
Dapat timbul urtikaria setelah goresan dengan benda tumpul beberapa menit
fonomena darier. 2
bakteri, virus, jamur, maupun infestasi parasit. Infeksi oleh bakteri, contohnya
9. Psikis
10. Genetik
Keluhan subyektif baisanya gatal, rasa terbakar, atau tertusuk. Klinis tampak
eritema dan edema setempat berbatas tegas., kadang-kadang bagian tengah tampak
lebih pucat. Bentuknya dapat papular seperti pada urtikaria akibat sengatan serangga,
besarnya dapat lentikuler, numular sampai plakat. Bila mengenai jaringan yang lebih
dalam sampai dermis dan jaringan submukosa atau subkutan, juga beberapa alat
dalam edema. Pada keadaan ini jaringan yang lebih sering terkena ialah muka,
Ketika proses edema meluas sampai ke dalam dermis dan atau subkutaneus
dan lapisan submukosa, maka ia disebut angioedema. Urtikaria dan angioedema dapat
terjadi pada lokasi manapun secara bersamaan atau sendirian. Angioedema umumnya
mengenai wajah atau bagian dari ekstremitas, dapat disertai nyeri tetapi jarang
pruritus, dan dapat berlangsung sampai beberapa hari. Keterlibatan bibir, pipi, dan
daerah periorbita sering dijumpai, tetapi angioedema juga dapat mengenai lidah dan
faring. Lesi individual urtikaria timbul mendadak, jarang persisten melebihi 24-48
kacangan, dan cokelat, obat-obatan dan agen terapeutik, misalnya penisilin, dan
alergen udara.
B. Atopic Diathesis
riwayat pribadi atau keluarga dengan asma, rhinitis, atau eczema diduga merupakan
C. Urtikaria Fisik
Dermografisme
tampak sebagai garis biduran (linear wheal). Transient wheal atau biduran yang
sementara muncul secara cepat dan biasanya memudar dalam 30 menit; akan
tetapi, kulit biasanya mengalami pruritus sehingga bekas garukan dapat muncul.
Gambar 5. Dermografisme 1
Delayed dermographism
atau tanpa rekasi immediate, dan berlangsung sampai 24-48 jam. Erupsi terdiri
dari nodul eritema linier. Kondisi ini mungkin berhubungan dengan urtikaria tipe
terjadi paparan dingin. Dermografis kolinergik adalah bentuk yang jarang yang
terjadi sebagi biduran punctata (punctate wheals) pada pasien dengan urtikaria
kolinergik. 3,4
Pressure urticaria
sering disertai nyeri, yang timbul dalam 0,5-6 jam setelah terjadi tekanan terhadap
kulit. Episode spontan terjadi setelah duduk pada kursi yang keras, di bawah
sabuk pengaman, pada kaki setelah berlari, dan pada tangan setelah mengerjakan
demam, menggigil, arthralgia, dan myalgia, juga dengan peningkatan LED dan
Vibratory angioedema
dalam serangan pada pasien dengan bentuk keturunan / herediter dan pada pasien
Cold urticaria
diare. Serangan terjadi dalam hitungan menit setelah paparan yang meliputi
dingin. Biduran dapat timbul setelah dilakukan kontak kulit dengan es yang
disebut dengan diagnostic cold contact test. Jika seluruh tubuh dingin, seperti
dalam keadaan berenang, hipotensi dan sinkop, yang berpotensi mematikan dapat
terjadi. Bentuk yang jarang dari acquired cold urticaria yang telah dilaporkan
pada beberapa kasus di antaranya systemic cold urticaria, localized cold urticaria,
cold reflex urticaria. Dua bentuk dominan dari inherited cold urticaria telah
dideskripsikan. Familial cold urticaria, yang juga disebut dengan familial cold
genetic linkage terhadap kromosom 1q44. Erupsi muncul sebagai makula eritema
disertai rasa panas seperti terbakar dan gatal dan jarang dengan biduran. Demam,
gambaran dari serangan. Jarak antara paparan dingin dan onset munculnya gejala
adalah kurang lebih 2,5 jam, dan rata-rata durasi episode adalah 12 jam. Biopsi
kulit spesimen menunjukkan degranulasi sel mast dan infiltrasi neutrofil. Delayed
cold urticaria terjadi sebagai lesi eritema, edema, dan pembengkakan lebih dalam
yang muncul 9-18 jam setelah paparan dingin. Biopsi kulit spesimen
menunjukkan adanya edema dengan sedikit jumlah sel mononuklear; sel-sel mast
Urtikaria Kolinergik
selama mandi dengan air hangat, olahraga, atau episode demam. Prevalensi
tertinggi adalah pada usia 23-28 tahun. Erupsi tampak dengan biduran bentuk
papular, bulat, ukuran kecil kira-kira 2-4 mm yang dikelilingi oleh eritema yang
melebar sedikit atau luas merupakan gambaran yang khas dari urtikaria jenis ini;
familial telah dilaporkan hanya pada laki-laki dalam empat keluarga. Pengamatan
Local heat urticaria adalah bentuk yang jarang dimana biduran terjadi
dalam beberapa menit setelah paparan dengan panas secara lokal. Peningkatan
insidensi pada pasien atopi telah dilaporkan. Histamin, dan PGD 2 ditemukan
dalam sirkulasi pada penelitian experimental. Bentuk familial delayed dari local
heat urticaria dimana urtikaria terjadi 1-2 jam setelah uji tantangan dan
Solar urticaria
Solar urticaria timbul sebagai biduran eritema dengan gatal, dan kadang-
kadang angioedema dapat terjadi dalam beberapa menit setelah paparan dengan
sinar matahari atau sumber cahaya buatan. Nyeri kepala, sinkop, pusing,
lebih dari satu bagian dari spectrum cahaya. Pada tipe I, didapatkan dengan
panjang gelombang 285-320 nm, dan pada tipe II, panjang gelombang 400-500
nm. Tipe VI, terjadi pada erythropoietic protoporphyria dan yang dikarenakan
ditemukan dalam darah setelah paparan dengan sinar ultraviolet A (UVA), UVB,
Exercise-induced anaphylaxis
dari gatal, urtikaria, angioedema (kulit, laring, dan intestinal), dan sinkop yang
mempunyai belang-belang tetapi dengan ukuran yang normal. Variasi tipe dari
fungsi paru normal, biopsi spesimen menunjukkan degranulasi sel mast, dan
Urtikaria Adrenergik
yang terjadi selama stress emosional. Lesi dapat ditemukan dengan injeksi
Kontak kulit dengan air pada suhu berapapun dapat menghasilkan gatal
sendirian atau, lebih. Erupsi terdiri dari biduran-biduran kecil yang mirip dengan
juga terjadi pada orang-orang tua dengan kulit yang kering dan pada pasien
challenge, kadar histamin darah akan meningkat pada pasien dengan aquagenic
pruritus dan dengan aquagenic urticaria. Degranulasi sel mast tampak pada lesi
jaringan. 9,10
D. Urtikaria Kontak
Perubahan erupsi muncul dalam beberapa menit ketika dimediasi oleh IgE. Protein
dari produk-produk latex adalah penyebab sering dari urtikaria kontak yang dimediasi
IgE. Protein-protein latex juga dapat menjadi alergen udara. Pasien-pasien ini dapat
konjungtivitis, sesak napas, dan syok. Kelompok risiko didominasi oleh pekerja
biomedis dan orang-orang dengan frekuensi kontak dengan latex yang sering. Agen-
agen seperti bulu-bulu arthropoda, dan bahan-bahan kimia dapat melepaskan histamin
secara langsung dari sel-sel mast. Papular urtikaria terjadi sebagai lesi papular
urtikaria dengan diameter 3-10 mm, distribusi simetris, serangan episodik yang
berasal dari reaksi hipersensitif terhadap gigitan serangga, seperti nyamuk, kutu, dan
bedbugs. Kondisi ini muncul terutama pada anak-anak. Lesi cenderung muncul pada
kelompok area yang terekspose, seperti aspek ekstensor dari ekstremitas. 9,10,11
Pada wanita hamil dapat muncul erupsi papular urtikaria dan plak disertai
gatal yang sikenal dengan Pruritic Urticarial Papules and Plaques of Pregnancy
(PUPP), dengan insidensi kira-kira 1 dari 160 kehamilan. Sering muncul pada
primigravida pada trimester III akhir atau segera dalam periode post partum. Erupsi
muncul secara tiba-tiba dengan 90% di abdomen, dan dalam beberapa hari dapat
menyebar secara simetris dengan tidak melibatkan wajah. Tidak seperti urtikaria pada
kebanyakan kasus sebelum atau dalam 1 minggu post partum. Diduga disebabkan
reaksi terhadap distensi abdomen. Rasa gatal dapat diredakan dengan pemberian
topikal steroid sedang dan antihistamin. Prednisone (40 mg/hari) mungkin diperlukan
Gambar 8. PUPP 1
E. Urtikaria Autoimun
antibodi ini diperkirakan ada pada sedikitnya 35-40 persen dari pasien dengan
urtikaria idiopatik kronik. Positif autologous serum skin test didefinisikan sebagai
bulir kemerahan dengan diameter 1.5 mm lebih besar daripada respon induksi saline
lebih banyak dengan distribusi yang lebih luas, pruritus lebih berat, dan gambaran
yang ditandai dengan serangan berulang angioedema yang melibatkan kulit dan
dari inhibitor komponen first activated dari sistem komplemen (C1INH). Angioedema
didapat dengan deplesi C1INH mempunyai dua bentuk. Satu berhubungan dengan
keganasan, yaitu limfoma sel B dan autoantibodi terhadap protein. Bentuk yang lain
Kompleks gejala klinis yang mirip dengan angioedema herediter dan mempunyai
angioedema tanpa urtikaria dan dengan oedem laring dan nyeri abdomen. Kadar dan
yang mirip dengan angioedema herediter telah dilaporkan pada satu keluarga dengan
tujuh anggota keluarga yang terkena dalam tiga generasi, menunjukkan gambaran
edema laring, dan nyeri abdomen dengan muntah-muntah. Serangan dapat terjadi
Tampak wajah penderita yang sangat kontras saat dalam serangan dan di luar serangan.
B. Urtikaria Venulitis
Urtikaria kronik dan angioedema dapat sebagai manifestasi dari venulitis nekrosis
kutan, yang dikenal sebagai urtikaria venulitis. Gambaran klinis lainnya diantaranya
demam, malaise, arthralgia, nyeri abdomen, dan lebih jarang, konjungtivitis, uveitis,
syndrome digunakan pada pasien-pasien dengan gejala klinis yang lebih berat dari
melawan collagen-like region dari C1q. Urtikaria venulitis juga dapat terjadi pada
Serum sickness, adalah rekasi buruk atau efek samping yang disebabkan oleh
pemberian serum heterologus kepada manusia, dapat terjadi setelah pemberian obat-
obatan. Serum sickness terjadi 7-21 hari setelah pemberian serum heterolog tersebut
myalgia, arthralgia, dan arthritis. Gejala biasanya self-limited dan berlangsung sampai
4-5 hari. Lebih dari 70% pasien dengan serum sickness mengalami urtikaria, yang
biasanya diakibatkan oleh pembentukan kompleks imun yang dibentuk dari antigen
dalam produk darah dari donor berupa IgA yang bereaksi dengan antibodi-antibodi
dalam tubuh resipien dan aktivasi komplemen yang menyebabkan perubahan vaskular
dan otot polos secara langsung atau tidak langsung, via anafilatoksin, atau dengan
Episode dari urtikaria akut dapat berhubungan dnegan infeksi virus saluran nafas
atas, paling sering terjadi pada anak-anak. Urtikaria akut hilang dalam 3 minggu.
terapi ACE inhibitor adalah sekitar 0.1 to 0.7 %. Angioedema terjadi selama minggu
pertama terapi pada 72 % pasien dan biasanya mengenai kepala dan leher, termasuk
mulut, lidah, faring, dan laring. Urtikaria jarang terjadi sendirian. Batuk dan
angioedema pada saluran cerna merupakan gambaran klinis yang sering. Ini
sebagian oleh ACE, terakumulasi dalam jaringan ketika ACE inhibitor diberikan.
9,11,12,13
3. Urtikaria/Angioedema Idiopatik
hormonal, keganasan, dan faktor emosi telah diklaim sebagai penyebab, tetapi bukti
urtikaria idiopatik kronik dan infeksi H.pylori, perbaikan dari urtikaria empat kali
lebih tinggi jika infeksi H.pylori berhasil dieradikasi dengan terapi antibiotik. Akan
tetapi, hanya 1/3 pasien dengan urtikaria idiopatik akan mengalami remisi dengan
bentuk yang paling sering, tetapi penegakkan diagnosis tetap dengan eksklusi.
demam, pertambahan berat badan, tidak adanya kerusakan organ dalam, perjalanan
peningkatan kadar eosinofil, eosinofil granul protein, dan CD4 lymphocytes exhibiting
1. Anamnesis
Informasi mengenai riwayat urtikaria sebelumnya dan durasi rash / ruam serta
gatal dapat bermanfaat untuk mengkategorikan urtikaria sebagai akut, rekuren, atau
diabetes mellitus (DM), insufisiensi ginjal kronik, sirosis bilier primer, atau
urtikaria pada jaringan yang lebih dalam dan dapat mengancam nyawa jika
di bawah ini2,3:
pada permukaan mukosa dari saluran nafas (bibir, lidah, uvula, palatum molle,
abdomen berat).
- Suara serak, merupakan tanda paling awal dari oedem laring (tanyakan
malaria)
- Kontak dengan bahan nikel (ex, perhiasan, kancing celana jeans), karet (ex,
- Aktivitas berat
2. Pemeriksaan Fisik2,3,9
kulit, dapat linier, annular (circular), atau arkuata (serpiginous). Lesi ini dapat terjadi
pada daerah kulit manapun dan biasanya sementara dan dapat berpindah.
- Dermografisme dapat terjadi (lesi urtikaria yang berasal dari goresan ringan).
antaranya :
(SLE)
(asthma)
3. Pemeriksaan Penunjang
penyebab yang dikenali, dan dengan pemeriksaan fisik. Beberapa variasi urtikaria
kecil dengan flare eritematosa yang besar pada urtikaria kolinergik, biduran linier
pada dermografisme, dan lokalisasi lesi pada daerah yang mudah terpapar pada
urtikaria yang dicetuskan oleh paparan cahaya, panas atau dingin. Pemeriksaan fisik
pada semua pasien dengan urtikaria sebaiknya meliputi tes-tes untuk physical
urticaria, seperti brisk stroke atau tes dengan goresan tajam untuk mendapatkan
aplikasi stimulus dingin atau panas untuk cold-induced urticaria dan localized heat
Phototest untuk mendapatkan solar urticaria biasanya dilakukan pada beberapa pusat
rujukan. 9,11,13
berdasarkan pada temuan yang didapat dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
kronik, dan tes skrining rutin laboratorium tidak mempunyai nilai. Serum
Cryoprotein sebaiknya dilihat pada pasien dengan acquired cold urticaria. Tes
beberapa peneliti tetapi tidak oleh lainnya. Penilaian serum complement protein dapat
pada mereka yang dengan bentuk defisiensi C1INH herediter dan didapat. 9,13
Biopsi kulit dari lesi urtikaria kronik sebaiknya dilakukan hanya untuk
mengidentifikasi urticarial venulitis. Terdapat sedikit peran untuk prick skin tes rutin
urtikaria, dan food skin test mungkin sulit untuk menginterpretasikan. Tes-tes untuk
obat-obatan terbatas pada penisilin tetapi tidak dapat dilakukan pada pasien-pasien
kontraindikasi terhadap tes kulit atau tidak tersedia. Penggunaan serum autologus
skin tes untuk melihat autoantibodi terhadap FceRIa atau IgE masih merupakan
A. Perawatan pre-hospital
Saat dibawa ke IGD untuk setiap pasien dengan tanda atau gejala reaksi
atau syok anafilaksis dalam periode waktu yang sangan singkat, meskipun
diperlukan.
darah dan pulse oximetry; berikan kristaloid i.v jika pasien hipotensi; dan
berikan oksigen.
pertama urtikaria.
obat.
akut.
manajemen urtikaria kronik dari pada akut. Akan tetapi, jika urtikaria akut
memberikan hasil yang lebih cepat dan resolusi lengkap urtikaria daripada
secara i.v.
H1 dan H2 dan mungkin efektif pada kasus yang sulit disembuhkan dalam
dosis 25-50 mg saat tidur atau 10-25 mg 3-4 kali per hari.
BAB III
PENUTUP
Urtikaria dihasilkan dari pelepasan histamin dari jaringan sel-sel mast dan dari
dan kodein), makan makanan laut seperti lobster, kerang, dan makanan-makanan lain,
toksin bakteri, serta agen fisik. Proses ini disebabkan oleh beberapa mekanisme.
Respon alergi tipe I IgE diinisiasi oleh kompleks imun antigen-mediated IgE yang
mengikat dan cross-link reseptor Fc pada permukaan sel-sel mast dan basofil, hal
sering dijumpai baik secara akut maupun kronis dan dapat terjadi pada semua umur
terutama usia dewasa. Urtikaria dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti obat,
kulit, yang ditandai dengan adanya edema cepat timbul, hilang perlahan, warna pucat
kemerahan, meninggi di permukaan kulit dan atau tanpa eritema. Urtikaria yang
meluas lebih dalam daripada dermis, seperti di sub mukosa, atau sub kutis, pada
menegakkan diagnosis sehingga dapat diberikan terapi yang tepat, cepat, dan adekuat.
penunjang misalnya tes kulit, pemeriksaan kadar IgE spesifik, maupun pemeriksaan
darah lengkap dan sebagainya untuk mengetahui etiologi terjadinya urtikaria pada
penderita.
dyphenhydramine dan hidroxizine yang bekerja cepat dengan harga terjangkau. Obat
dengan antihistamin H1. Obat dari golongan beta adrenergik (epinephrine, efedrin)
yang baik digunakan pada urtikaria kronik. Obat dari golongan kortikosteroid yang
baik digunakan pada urtikaria akut berat yang biasanya tidak memberikan respon
pada pemberian antihistamin H1. Plasma fresh frozen yang mengandung C1 esterase
inhibitor baik digunakan pada penderita urtikaria akibat gigitan serangga. Pengobatan
dengan anti plasmin kadang juga dapat digunakan untuk menekan aktivitas plasmin
penyebab yang dikenali, dan dengan pemeriksaan fisik. Prinsip terapi utama urtikaria
DAFTAR PUSTAKA
1. Soter, Allen. Urticaria and Angioedema. Dalam : Freedberg, Eisen, Wolff, Austen.
4. Aisah. Urtikaria. Dalam : Djuanda. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 2.
2008.
9-21.
16desember2009,darihttp://www.essentialdayspa.com/images/emerginc/Skin_Ana
thomy_and_Physiology.gif
11. Gaig, P., Olona1, M., Lejarazu, D.M., et al. (2004). Epidemiology of urticaria in
12. Hasan. (2009). Urtikaria. Wordpress, Artikel. Diakses tanggal 15 desember 2009,
dari http://drhasan.files.wordpress.com/2009/02/refurtikariafh.doc
13. Anonim. (2009). Urticaria. Gambar. Diakses tanggal 16 Desember 2009, dari
http://www.urticaria.thunderworksinc.com/pages/UrticariaPhotos/images/foot1.jp
Desember2009,darihttp://www.steadyhealth.com/artis/user_files/4542/Image/687
_urticaria.jpg
15. Ngan, V. (2009). Solar Urticaria. Dermnet, Gambar. Diakses tanggal 17 Desember
http://www.cfep.org/html/phpThumb.php%3Fsrc%3D/uploads/uticaria.jpg
19. Siregar, R.S. (2005). Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC.
20. Rikyanto. (2006). Urtikaria dalam: Handout Bahan Ajar Kuliah. Yogyakarta:
21. Wong, H.K. (2009). Urticaria, Acute. Emedicine, Artikel. Diakses 17 Desember