Anda di halaman 1dari 13

Pengaruh Latihan ROM Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Hemiparese Post 1

Stroke Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta (Nur Aini Andarwati)

NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH LATIHAN ROM TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN


OTOT PASIEN HEMIPARESE POST STROKE
DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu syarat


untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan

Disusun Oleh :

NUR AINI ANDARWATI


J210.090.074

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
Pengaruh Latihan ROM Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Hemiparese Post 2
Stroke Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta (Nur Aini Andarwati)
Pengaruh Latihan ROM Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Hemiparese Post 3
Stroke Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta (Nur Aini Andarwati)

PENELITIAN

PENGARUH LATIHAN ROM TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT


PASIEN HEMIPARESE POST STROKE DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
Nur Aini Andarwati *
Arif Widodo, A.Kep., M.Kes **
Wiwik Setiyawati, S.Kep., Ns ***

Abstrak

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga dinegara maju, setelah penyakit jantung dan
kanker. Sekitar 2,5% meninggal dan sisanya cacat ringan maupun berat. Salah satu dampak yang
terjadi pada pasien stroke adalah mengalami kelemahan di salah satu sisi tubuh. Oleh karena itu,
pasien stroke memerlukan rehabilitasi yang tepat dan cepat yaitu latihan rentang gerak sendi /
latihan ROM. Latihan ROM dilakukan secara aktif-pasif. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh latihan ROM terhadap peningkatan kekuatan otot pasien hemiparese post
stroke di RSUD dr.Moewardi Surakarta. Penelitian ini menggunakan desain Pre Eksperiment.
Dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah One Group Pre test and Post test Design
yaitu suatu penelitian pre eksperimental dimana peneliti memberikan perlakuan pada kelompok
studi tetapi sebelumnya diukur atau ditest dahulu (pretest) selanjutnya setelah perlakuan
kelompok studi diukur atau ditest kembali (posttest). Sampel yang diambil sebanyak 30
responden dengan menggunakan teknik quota sampling. Data dianalisis secara deskriptif dan
analitik menggunakan program statistik SPSS. Dari 30 orang penderita hemiparese post stroke,
22 oarang (73,3%) pria dan 8 orang (26,7%) wanita. Proporsi rentang usia penderita stroke
terbanyak adalah usia 66-70 tahun (26,7%). Proporsi pekerjaan penderita stroke terbanyak adalah
pensiunan (30%). Rata-rata perbaikan MMT (Manual Muscle Testing) berkisar antara 1.025
sampai 1.308 (IK95%). Analisis uji Paired Sample T Test didapat nilai Significancy 0,005
(p<0,05), berarti Ha diterima artinya terdapat perbedaan nilai kekuatan otot antara sebelum dan
setelah dilakukan latihan ROM selama 7 hari dengan frekuensi latihan 1 kali sehari.
Pengaruh Latihan ROM Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Hemiparese Post 4
Stroke Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta (Nur Aini Andarwati)

Kata Kunci : Stroke, latihan ROM, peningkatan kekuatan otot


THE EFFECT OF ROM EXERCISE FOR INCREASE MUSCLE STRENGTH IN
Dr. MOEWARDI HOSPITAL OF SURAKARTA
Nur Aini Andarwati *
Arif Widodo, A.Kep., M.Kes **
Wiwik Setiyawati, S.Kep., Ns ***

Abstract

Stroke is the third leading cause of death in developed countries, after heart disease and
cancer. Approximately 2.5% died and the remainder mild or severe disability. Stroke cause many
problems. One of the effect that occur in stroke patients was experiencing weakness on one side
of the body. Therefore, stroke patients require a rehabilitation by exercise renge of motion /
ROM. ROM exercise performed in actively and passive. This study aims to know the effect of
ROM exercise for increase muscle strength in dr.Moewardi hospital of Surakarta. The design
study is eksperimental with One Group Pretest-Posttest Design for 7 days with treatment 1 times
a day. Samples taken were 30 respondens taken by using quota sampling. In 30 hemiparese post
stroke patient, there were 22 men (73,3%) and 8 women (26,7%). The highest proportion of the
hemiparese post stroke patients had age from 66 to 70 years old (26,7%). The highest proportion
of the job is financial freedom (30%).The result of MMT (Manual Muscle Testing) score
improvement was range from 1.025 sampai 1.308 (CI95%). Paired Sample t-test analysis
showed that were significant score at the starting and the last of seven days therapy, obtained
average Significancy 0,000 (p<0,05). This mean Ha is receive, Therefore can be concluded that
there is an increase in muscle strength between before and after exercise ROM in dr.Moewardi
hospitals of Surakarta.

Keyword : stroke, ROM exercise, increase muscle strength.


Pengaruh Latihan ROM Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Hemiparese Post 5
Stroke Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta (Nur Aini Andarwati)

Pendahuluan menghambat hantaran jaras-jaras utama


antara otak dan medula spinalis. Kelainan
Stroke merupakan salah satu masalah neurologis dapat bertambah karena pada
kesehatan yang cukup serius dalam stroke terjadi pembengkakan otak (oedema
kehidupan modern saat ini, Prevalensi stroke serebri) sehingga tekanan didalam rongga
meningkat seiring dengan bertambahnya otak meningkat hal ini menyebabkan
usia. Pada usia 18-44 tahun prevalensinya kerusakan jaringan otak bertambah banyak.
meningkat sebesar 0,8% dan pada usia 65 Oedema serebri berbahaya sehingga harus
tahun keatas meningkat 8,1% (American diatasi dalam 6 jam pertama = Golden
Heart Association, 2009). Periode (Gorman, M et.,al, 2012).
Penderita stroke perlu penanganan
Berdasarkan penelitian Riset
yang baik untuk mencegah kecacatan fisik
Kesehatan Dasar tahun 2007 di 33 provinsi
dan mental. Sebesar 30% - 40% penderita
dan 440 kabupaten di Indonesia diperoleh
stroke dapat sembuh sempurna bila
hasil bahwa penyakit stroke merupakan
ditangani dalam waktu 6 jam pertama
pembunuh utama di kalangan penduduk
(golden periode), namun apabila dalam
perkotaan. Secara kasar, setiap hari ada dua
waktu tersebut pasien stroke tidak
orang Indonesia mengalami serangan stroke
mendapatkan penanganan yang maksimal
(Rikesdas, 2007)
maka akan terjadi kecacatan atau kelemahan
Stroke adalah salah satu penyakit fisik seperti hemiparese. Penderita stroke
kardiovaskuler yang berpengaruh terhadap post serangan membutuhkan waktu yang
arteri utama yang berada di otak, stroke lama untuk memulihkan dan memperoleh
terjadi ketika pembuluh darah yang fungsi penyesuaian diri secara maksimal.
mengangkut oksigen dan nutrisi menuju Terapi dibutuhkan segera untuk mengurangi
otak pecah atau terblokir oleh bekuan cedera cerebral lanjut, salah satu program
sehingga pasokan darah ke otak tiba-tiba rehabilitasi yang dapat diberikan pada
berhenti, oksigen dan glukosa tidak dapat pasien stroke yaitu mobilisasi persendian
dikirim ke otak sehingga otak tidak dengan latihan range of motion (Levine,
mendapat darah yang dibutuhkannya. Jika 2008).
kejadian berlangsung lebih dari 10 detik Range of motion (ROM) adalah latihan
akan menimbulkan kerusakan permanen yang dilakukan untuk mempertahankan atau
otak (Soeharto, 2004). memperbaiki tingkat kesempurnaan
kemampuan pergerakkan sendi secara
Sebesar 80% pasien stroke mengalami normal dan lengkap untuk meningkatkan
kelemahan pada salah satu sisi tubuhnya massa otot dan tonus otot. Melakukan
/hemiparese (Scbachter and Cramer, 2003). mobilisasi persendian dengan latihan ROM
Kelemahan tangan maupun kaki pada pasien dapat mencegah berbagai komplikasi seperti
stroke akan mempengaruhi kontraksi otot. nyeri karena tekanan, kontraktur,
Berkurangnya kontraksi otot disebabkan tromboplebitis, dekubitus sehingga
karena karberkurangnya suplai darah ke otak mobilisasi dini penting dilakukan secara
belakang dan otak tengah, sehingga dapat rutin dan kontinyu. Memberikan latihan
Pengaruh Latihan ROM Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Hemiparese Post 6
Stroke Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta (Nur Aini Andarwati)

ROM secara dini dapat meningkatkan akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin. A,
kekuatan otot karena dapat menstimulasi 2008).
motor unit sehingga semakin banyak motor Stroke di bedakan menjadi dua
unit yang terlibat maka akan terjadi kategori dasar gangguan sirkulasi yang
peningkatan kekuatan otot, kerugian pasien menyebabkan stroke yaitu iskemia infark
hemiparese bila tidak segera ditangani maka dan perdarahan intrakranium (Price dan
akan terjadi kecacatan yang permanen Wilson, 2006).
(Potter & Perry, 2009). Kelumpuhan atau kelemahan otot
Berdasarkan study pendahuluan yang merupakan suatu petunjuk gangguan sistem
dilakukan di RSUD Dr.Moewardi Surakarta motor di suatu titik atau beberapa tempat
didapatkan jumlah pasien stroke yang dari rangkaian kendali dari sel motor neuron
dirawat pada tahun 2011 pasien stroke yang sampai ke serabut-serabut otot. Kelumpuhan
dirawat sebanyak 606 orang terdiri dari akibat lesi otak area 4 dan 6 atau lintasan
stroke non hemoragik sebanyak 253 orang proyeksinya, yaitu lesi traktus piramidal
(41,8%) stroke hemoragik sebanyak 353 bersama dengan serabut-serabut
orang (58,2%) dan pasien yang mengalami ektrapiramidal yang berdekatan. Hemiparese
hemiparese sebanyak 80 orang, tahun 2012 adalah kelumpuhan pada sebelah badan
periode Januari sampai Oktober penderita (Levine, 2008).
stroke yang dirawat sebanyak 710 orang Latihan ROM adalah latihan gerakan
terdiri dari stroke non hemoragik sebanyak sendi yang memungkinkan terjadinya
244 orang (35%) stroke hemoragik sebanyak kontraksi dan peregangan otot, dimana klien
466 orang (65%) dan pasien yang menggerakkan masing-masing
mengalami hemiparese sebanyak 120 orang. persendiannya sesuai gerakan normal baik
Tujuan penelitian ini adalah secara aktif ataupun pasif (Clarkson,2002).
mengetahui pengaruh latihan ROM terhadap Tujuan dari latihan ROM yaitu untuk
peningkatan kekuatan otot pasien meningkatkan atau mempertahankan
hemiparese post stroke di RSUD fleksibilitas dan kekuatan otot,
Dr.Moewardi. mempertahankan fungsi jantung dan
pernapasan, mencegah kontraktur dan
Tinjauan Pustaka kekakuan pada sendi. Manfaat ROM untuk
Stroke atau gangguan peredaran darah menentukan nilai kemampuan sendi tulang
otak (GPDO) merupakan penyakit dan otot dalam melakukan pergerakan,
neurologis yang sering di jumpai dan harus memperbaiki tonus otot, memperbaiki
ditangani secara cepat dan tepat. Stroke toleransi otot untuk latihan, mencegah
merupakan kelainan fungsi otak yang timbul terjadinya kekakuan sendi, memperlancar
mendadak yang disebabkan terjadinya sirkulasi darah.
gangguan peredaran darah otak dan bisa
terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Metodologi Penelitian
Stroke merupakan penyakit yang paling Penelitian ini menggunakan desain
sering menyebabkan cacat berupa Pre Eksperiment. Dengan rancangan
kelumpuhan anggota gerak, gangguan penelitian yang digunakan adalah One
bicara, proses berfikir, daya ingat, dan Group Pre test and Post test Design yaitu
bentuk-bentuk kecacatan yang lain sebagai suatu penelitian pre eksperimental dimana
Pengaruh Latihan ROM Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Hemiparese Post 7
Stroke Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta (Nur Aini Andarwati)

peneliti memberikan perlakuan pada 3 Pekerjaan


kelompok studi tetapi sebelumnya diukur PNS 3 10,0
atau ditest dahulu (pretest) selanjutnya Pensiunan 9 30,0
setelah perlakuan kelompok studi diukur IRT 6 20,0
atau ditest kembali (posttest). Petani 3 10,0
Wiraswasta 7 23,3
Populasi dalam penelitian ini adalah
Buruh 2 6,7
penderita stroke yang dirawat dan
mengalami hemiparese di Unit Khusus
Distribusi responden menurut jenis
Stroke RSUD Dr.Moewardi Surakarta pada
kelamin menunjukkan sebagian besar
periode Januari sampai Desember 2012 yang
responden berjenis kelamin laki-laki
berjumlah 120 orang. Tehnik sampel yang
sebanyak 22 orang (73,3%). menurut umur
digunakan dalam penelitian ini
menunjukkan proporsi terbesar responden
menggunakan metode Quota sampling.
adalah berusia 66 sampai 70 tahun yaitu
Sampel dalam penelitian ini yaitu seluruh
sebanyak 8 responden (26,7%), menurut
penderita stroke yang dirawat dan
pekerjaan menunjukkan proporsi terbesar
mengalami hemiparese di Unit Khusus
Pensiunan yaitu 9 responden (30,0%).
Stroke RSUD Dr.Moewardi Surakarta yang
Tabel 2 Karakteristik responden berdasarkan
memenuhi kriteria inklusi dan memenuhi
faktor risiko stroke
quota yang yang berjumlah 30 orang.
Instrument penelitian dalam bentuk Presentase
ceklist yang berisi data pasien dan skala No Faktor risiko Jumlah
(%)
MMT sebagai alat ukur yang ditunjukkan Hipertensi
dengan skala 0-5 untuk menentukan tingkat 1 20 66,7
Penyakit
2 3 10,0
kekuatan otot. Analisis data diuji dengan Jantung
paired sample t test dengan nilai signifikan 3
Diabetes
6 20,0
<0.05. mellitus
Kebiasaan
4 1 3,3
Hasil Penelitian Dan Pembahasan merokok
Jumlah 30 100
Tabel 1 Karakteristik responden berdasarkan
umur, jenis kelamin, pekerjaan
No Karakteristik Frekuensi Presentase
Hasil penelitian faktor risiko stroke
Subjek (%) menunjukkan proporsi terbesar penyakit
1 Jenis Kelamin Hipertensi yaitu 20 responden (66,7%).
Laki-laki 22 73,3
Perempuan 8 26,7 Tabel 3 Jenis latihan ROM
2 Umur
45-50 tahun 3 10,0 Jenis
51-55 tahun 6 20,0 Presentase
No Latihan Jumlah
%
56-60 tahun 6 20,0 ROM
61-65 tahun 3 10,0
66-70 tahun 8 26,7 1 Aktif 25 83.3
71-75 tahun 3 10,0
76-80 tahun 1 3,3
Pengaruh Latihan ROM Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Hemiparese Post 8
Stroke Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta (Nur Aini Andarwati)

2 Pasif 5 16.7

Jumlah 30 100 Tabel 5 Hasil Uji Paired Sample t-test


Kekuatan otot sebelum dan setelah
Hasil penelitian menunjukkan latihan ROM
sebagian besar responden diawal latihan
memiliki nilai kekuatan otot rata-rata 3, Paired Difference
dimana kekuatan otot 3 termasuk latihan 95%
ROM secara aktif (kekuatan otot 3-5), hal Confidenc
ini dilihat dari proporsi responden yang e interval

Std. Error Mran


of the

Std. Deviation

Sig.(2-tailed)
dilatih ROM secara aktif yaitu sebanyak 25 Difference

Mean
responden (83,3%), sedangkan responden

df
t
yang dilatih secara pasif yaitu sebanyak 5
responden (16,7%)

Lower

Upper
Tabel 4 karakteristik peningkatan kekuatan
otot
MT0 - MT1

-16.858
-1.167

-1.308

-1.025
Kategori

.379

.069

.000
29
Presentase
No Perbaikan Jumlah
%
Kekuatan otot

<2
1 (perbaikan 25 83,3 Pembahasan
rendah)
Dari hasil penelitian (tabel 1)
2-3 (sedang)
2 5 16,7 menunjukkan sebagian besar responden
>3 berjenis kelamin laki-laki sebanyak 22 orang
3 (perbaikan 0 0 (73,3%). Hasil tersebut didukung oleh
tinggi) Schinder-Ivens et. al. (2008) bahwa laki-laki
cenderung lebih tinggi untuk terkena stroke
Jumlah 30 100.0 dibandingkan wanita dengan perbandingan
1,3 :1. Jenis kelamin merupakan salah satu
faktor resiko terjadinya stroke. Jenis kelamin
Hasil penelitian menunjukkan kategori laki-laki mudah terkena stroke, hal ini
peningkatan kekuatan otot responden dikarenakan lebih tingginya angka kejadian
sebagian besar mengalami peningkatan faktor resiko stroke (misalnya hipertensi dan
rendah (skor <2) yaitu sebanyak 25 merokok) pada laki-laki (American Heart
responden (83,3%), selanjutnya proporsi Association, 2009).
terbesar kedua yaitu responden dengan
kategori peningkatan kekuatan otot sedang Selain jenis kelamin usia juga ikut
(skor 2-3), dan tidak ada responden yang mempengaruhi resiko terjadinya stroke,
mengalami peningkatan kekuatan otot tinggi hasil penelitian berdasarkan usia responden
(skor >3) . menunjukkan sebagian besar responden
berusia 66 sampai 70 tahun yaitu sebanyak 8
Pengaruh Latihan ROM Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Hemiparese Post 9
Stroke Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta (Nur Aini Andarwati)

orang (26,7%). Seseorang menderita stroke mengalami stroke disebabkan oleh kondisi
karena memiliki faktor resiko stroke. Usia hipertensi (50-60%), serangan jantung
dikategorikan sebagai faktor resiko yang (30%), diabetes mellitus (9%), dan kondisi-
tidak dapat diubah. Semakin tua usia kondisi lainnya seperti merokok,
seseorang akan semakin mudah terkena penyalahgunaan obat, dan konsumsi alcohol.
stroke (Morton et.al, 2011) Dalam penelitian ini hipertensi menduduki
peringkat tertinggi dalam faktor risiko stroke
Insiden stroke meningkat seiring (Nordhon et., al, 2005).
dengan bertambahnya usia. Setelah usia 55
tahun resiko stroke meningkat 2 kali lipat Tabel 3 menunjukkan sebagian besar
tiap decade. Prevalensi meningkat sesuai responden diawal latihan memiliki nilai
dengan kelompok usia yaitu 1,25% pada kekuatan otot rata-rata 3, dimana kekuatan
kelompok usia 55 sampai 64 tahun, 1,5% otot 3 termasuk latihan ROM secara aktif
pada kelompok usia 65 sampai 74 tahun, (kekuatan otot 3-5), hal ini dilihat dari
1,07% pada usia 75 sampai 84 tahun, dan proporsi responden yang dilatih ROM secara
0,76% pada kelompok usia 85 tahun keatas aktif yaitu sebanyak 25 responden (83,3%),
(American Heart Association, 2009). sedangkan responden yang dilatih secara
Dari hasil penelitian menunjukkan pasif yaitu sebanyak 5 responden (16,7%).
distribusi responden menurut pekerjaan Setelah dilakukan intervensi adalah 4
sebagian besar responden yaitu pensiunan, (bergerak dengan range of motion (ROM)
hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar yang penuh dan melawan tahanan
pasien stroke adalah pasien yang sudah minimum) sebanyak 21 responden (70%)
berusia lanjut (>55 tahun). Hal ini berkaitan dan 5 (bergerak dengan range of motion
dengan teori dari Morton et. al., (2011) yang (ROM) yang penuh dan melawan tahanan
menyatakan setelah usia 55 tahun resiko maksimum) sebanyak 5 responden (16,7%)
stroke meningkat 2 kali lipat tiap decade, dimana setelah dilakukan latihan selama 7
dan Price & Wilson (2006) menyatakan hari tingkat kemampuan rentang gerak sendi
bahwa dua pertiga stroke terjadi pada orang (ROM) seluruh responden menjadi aktif
berusia lebih dari 65 tahun. (kekuatan otot 3-5).
Dari tabel 2 penelitian faktor risiko Hasil penelitian ini sejalan dengan
stroke menunjukkan proporsi terbesar teori yang dikemukakan oleh Clarkson
penyakit Hipertensi yaitu 20 responden (2002) yang menyatakan bahwa latihan
(66,7%), Diabetes mellitus 6 responden ROM adalah latihan gerakan sendi yang
(20,0%), Penyakit jantung 3 responden memungkinkan terjadinya kontraksi dan
(10,0%), dan proporsi terkecil adalah peregangan otot, dimana klien
kebiasaan merokok yaitu 1 responden menggerakkan masing-masing
(3,3%). persendiannya sesuai gerakan normal baik
Hipertensi merupakan faktor risiko secara aktif ataupun pasif. Latihan ROM
utama stroke. Pengendalian hipertensi dilakukan untuk mempertahankan atau
adalah kunci untuk mencegah stroke memperbaiki tingkat kesempurnaan
(Muttaqin Arif, 2009). Data ini diperkuat kemampuan pergerakan sendi secara normal
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh dan lengkap untuk meningkatkan massa otot
Nordhon et., al bahwa penduduk yang dan tonus otot (Potter & Perry,2009).
Pengaruh Latihan ROM Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Hemiparese Post 10
Stroke Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta (Nur Aini Andarwati)

Tabel 4 menunjukkan kekuatan otot pengaruh latihan ROM terhadap


responden paling banyak sebelum dilakukan peningkatan kekuatan otot pasien
intervensi yaitu 3 (dapat bergerak dengan hemiparese pasca stroke di Rumah Sakit
range of motion (ROM) yang penuh tanpa Umum Daerah Dr.Moewardi Surakarta.
tahanan) yaitu sebanyak 24 reponden (80%) Nilai IK 95% adalah antara 1.025 sampai
dan kekuatan otot responden paling banyak 1.308.
setelah dilakukan intervensi adalah 4 Tabel 5 menunjukkan rata-rata (mean)
(bergerak dengan range of motion (ROM) peningkatan kekuatan otot antara sebelum
yang penuh dan melawan tahanan dan 7 hari setelah diberikan intervensi
minimum)sebanyak 21 responden (70%). sebesar -1.167. Terjadinya peningkatan
Hasil penelitian menunjukkan sebagian kekuatan otot dapat mengaktifkan gerakan
besar responden mengalami peningkatan volunter, dimana gerakan volunter terjadi
kekuatan otot dalam kategori sedang karena adanya transfer impuls elektrik dari
sebanyak 16 orang (53,3%). Peningkatan garis presentalis ke korda spinalis melalui
kekuatan otot dinilai dengan menggunakan neurotransmitter yang mencapai ke otot dan
cheklist yang berisi sembilan item penilaian, menstimulasi otot sehingga menyebabkan
sembilan item tersebut diambil berdasarkan gerakan (Potter & Perry, 2010)
otot-otot anggota gerak (tangan dan kaki), Dalam pemulihan anggota gerak yang
dan rata-rata masing-masing otot mengalami mengalami kelemahan terdapat faktor yang
peningkatan 1 grade. mempengaruhi peningkatan kekuatan otot.
Banyak sel saraf mengalami Lamanya pemberian latihan dapat
kelemahan/kelumpuhan saat serangan mempengaruhi hasil yang diperoleh. Lama
stroke. Area otak yang lemah/lumpuh latihan tergantung pada stamina pasien.
menimbulkan masalah fisik dan mental yang Terapi latihan yang baik adalah latihan yang
sering dialami oleh penderita stroke. Akan tidak melelahkan, durasi tidak terlalu lama
tetapi, ada area yang masih hidup namun namun dengan pengulangan sesering
tidak aktif untuk sementara waktu setelah mungkin (Levine, 2008)
stroke yaitu sel saraf di penumbra. Dalam Latihan gerak secara berulang
penatalaksanaan stroke, diupayakan sel membuat konsentrasi untuk melakukan
tersebut berpotensi hidup dilindungi gerakan berulang dengan kualitas sebaik
(Levine, 2008). Range of motion (ROM) mungkin. Dalam penelitian responden juga
adalah latihan yang dilakukan untuk mendapat program terapi dari fisioterapi
mempertahankan atau memperbaiki tingkat yang teratur sesuai tingkat kebutuhan
kesempurnaan kemampuan menggerakkan responden. Gerakan berulang kali dan
persendian secara normal dan lengkap untuk terfokus dapat membangun koneksi baru
meningkatkan massa otot dan tonus otot. antara motor system dan mengaktifkan
Mobilisasi persendian dengan latihan ROM spinal motorneuron adalah dasar pemulihan
merupakan salah satu bentuk rehabilitasi pada stroke (Lang and Beebe, 2009).
awal pada penderita stroke (Potter & Perry, Dukungan keluarga mempengaruhi
2009). motivasi penderita stroke dalam melakukan
Hasil analisis Paired Sample T Test latihan juga berpengaruh besar dalam
didapat nilai Significancy 0,000 (p<0,05), peningkatan kekuatan otot. Dalam hal ini,
artinya Ha diterima, sehingga Ada anggota keluarga atau pasien sendiri dapat
Pengaruh Latihan ROM Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Hemiparese Post 11
Stroke Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta (Nur Aini Andarwati)

melakukan latihan ROM mandiri diluar stroke sangat diperlukan kerjasama


pemberian latihan dari fisioterapi. Fungsi dari berbagai pihak (tim medis,
keluarga sendiri dalam perawatan kesehatan keluarga pasien, serta pasien itu
anggota keluarga yang sakit dapat sendiri) agar dapat tercapai hasil
menyediakan kebutuhan fisik. yang optimal dalam proses
penyembuhannya. Dalam hal ini
Simpulan Dan Saran pasien disarankan untuk tetap
A. Simpulan semangat melakukan latihan secara
1. Berdasarkan hasil penelitian yang rutin seperti yang diajarkan perawat
dilakukan pada 30 responden dan terapis serta menghindari factor-
penderita stroke yang dirawat inap faktor risiko agar tidak terjadi
di RSUD dr. Moewardi Surakarta serangan stroke berulang seperti DM,
Nilai mean sebelum latihan yaitu hipertensi, kolesterol. Kepada
2.87 dan nilai mean setelah latihan keluarga pasien disarankan untuk
ROM selama 7 hari yaitu 4.03. tetap memberikan dukungan dan
sehingga terjadi peningkatan rata- motivasi kepada pasien.
rata (mean) kekuatan otot antara 3. Bagi Peneliti
sebelum dan 7 hari setelah latihan Bagi peneliti sendiri hasil penelitian
ROM. ini dapat menambah ilmu
2. uji Paired Sample t-test, terdapat pengetahuan dan wawasan tentang
peningkatan kekuatan otot penyakit stroke dan penanganannya
ekstremitas atas dan bawah dengan serta dapat menjadi pengalaman
nilai Significancy 0,000 (p<0,05), yang sangat berharga. Untuk peneliti
artinya terdapat perbedaan nilai selanjutnya diharapkan dapat
kekuatan otot antara sebelum dan menggunakan metode lain seperti
setelah dilakukan latihan ROM metode quasi eksperimen sehingga
selama 7 hari dengan frekuensi dapat membandingkan antara
latihan 1 kali sehari. kelompok kontrol dan kelompok
3. Rata-rata (mean) peningkatan study agar dapat meminimalisir
kekuatan otot antara sebelum dan 7 terjadinya bias, selain itu dapat juga
hari setelah diberikan intervensi menambahkan stimulasi lain
sebesar 1.167. sehingga dapat mempercepat proses
penyembuhan pasien hemiparese
4. Saran post stroke.
1. Bagi Institusi Rumah Sakit 4. Bagi Institusi lain dan umum
Latihan ROM dapat diaplikasikan Bagi institusi lain dan umum
dalam praktek keperawatan minimal diharapkan hasil penelitian ini dapat
2 kali sehari karena sangat efektif menambah pengetahuan dan
bagi pemulihan pasien stroke yang membantu dalam menentukan
mengalami hemiparese. intervensi pada penderita stroke.
2. Bagi Pasien dan Keluarga
Dalam menangani masalah yang
cukup komplek pada pasien post
Pengaruh Latihan ROM Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Hemiparese Post 12
Stroke Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta (Nur Aini Andarwati)

Daftar Pustaka Muttaqin. A. 2011. Asuhan Keperawatan


Klien dengan Gangguan Sistem
American Heart Association,2009. Heart Persarafan. Penerbit Salemba Medika.
Disease and Stroke Statistics. Tersedia Jakarta
di: McPhee & Ganong. 2010. Patofisiologi
http://www.strokeahajournals.org//sub Penyakit Pengantar Menuju
scription/ [Diunduh pada tanggal Kedokteran Klinis Edisi 5. EGC :
17/11/2012] Jakarta
____________________ ,2009.
Atherosclerosis Risk in Communities Morton, Fontaine, Hudak, and Gallo; Alih
and Cardiovascular Health Study. bahasa, Nike Budi Subekti, Komara
Tersedia di: Yudha, Devi Yulianti, Nurwahyu,
http://www.strokeahajournals.org//sub Ramona Patricia Kapoh; Editor bahasa
scription/ [Diunduh pada tanggal Indonesia, Fruriolina Ariani, Anastasia
17/11/2012] Onny Tampubolon, Estu Tiar & Esti
Wahyuningsih. 2011. Keperawatan
Clarkson. 2002. Muskuloskeletal Kritis Volume 2. EGC : Jakarta.
Assessment. Wolters Kluwer
Company. United States America Nordhon et., al. 2005. Knowledge About
(USA). Risk Factor for Stroke. Tersedia di :
http://stroke.ahajournals.org/content/3
Gorman, Dafer, and Levine. 2004. Ataxic 7/4/946 [Di unduh pada tanggal: 17-
Hemiparesis: Critical Appraisal of a 11-2012]
Lacunar Syndrome. Available from :
http://www.strokeahajournals.org// Price & Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep
[Diunduh pada tanggal 17/11/2012] Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC.
Jakarta
Lang and Beebe. 2009. Active Range of
Motion Predicts Upper Extremity Potter & Perry. 2009. Fundamental
Function 3 Monts After Stroke. Keperawatan. Salemba Medika.
Tersedia di: Jakarta
http://stroke.ahajournals.org/content/4
0/5/1772 [Diunduh pada tanggal Riskesdas. 2007. Penyebaran Stroke di
17/11/2012] Indonesia. Available from:
Labmandat. Litbang. Depkes.go.id
Levine, G. Peter. 2008. Stronger After [Diunduh pada tanggal 09/11/2012].
Stroke Your Roadmap to recovery.
Demos Medical Publishing.
Pengaruh Latihan ROM Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Hemiparese Post 13
Stroke Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta (Nur Aini Andarwati)

Scbaechter and Crimer. 2003. Effect of


Experience After Stroke on Brain
and Behavior. NeurologyReport
Vol.27.

Schindler-Ivens, Desimone, Grubich,


Kelley, Sanghvi, A. Brown. 2008.
Lower Extremity Passive Range of
Motion in Community-Ambulating
Stroke Survivors. Available from :
Journal of Neurologic Physical
Therapys author guidelines at
www.jnpt.org.

Soeharto, Iman. 2004. Serangan Jantung


dan Stroke. PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta

*Nur Aini Andarwati :


Mahasiswa S1 Keperawatan FIK
UMS. Jln A Yani Tromol Post 1
Kartasura.
**Arif Widodo, A.Kep., M.Kes :
Dekan FIK UMS. Jln A Yani Tromol
Post 1 Kartasura.

***Wiwik Setyiawati, S.Kep., Ns :


Dosen Pembimbing Dan Kepala
Ruang Cendana 2.

Anda mungkin juga menyukai