Anda di halaman 1dari 3

STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA KULINER SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN

EKONOMI NASIONAL

BAB I
PENDAHULUAN

Ekonomi kreatif mempunyai potensi besar untuk mendukung perekonomian nasional


demi mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur. Ekonomi kreatif
digerakkan oleh sumber daya yang dapat terbarukan yang tersedia dalam jumlah melimpah di
Indonesia. Sumber daya tersebut adalah sumber daya alam dan sumber daya manusia. kedua
hla itu juga didukung oleh sumber warisan budaya yang unik dan beragam(1).
Indonesia sebagai negara yang terletak diantara dua benua dan dua samudra serta
memiliki sejarah yang panjang, membuat setiap provinsi atau daerah di Indonesia memiliki
ciri khas kuliner tersendiri. Letak strategis terebut juga membuat Indonesia kaya akan bahan
makanan, dimana sumber daya alam yang beragam baik dari segi tanaman maupun hasil laut.
Kuliner merupakan proses dalam menyiapkan makanan atau memasak yang
merupakan kegiatan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Beberapa
antropolog memercayai bahwa kegiatan memasak sudah ada sejak 250 ribu tahun lalu pada
saat tungku pertama kali ditemukan. Sejak itu, teknik memasak terus mengalami
perkembangan. Setiap daerah di penjuru dunia memiliki teknik memasak dan variasi
makanan yang berbeda-beda. Hal ini menjadikan makanan sebagai suatu hal yang memiliki
fungsi sebagai produk budaya. Berangkat dari pemahaman tersebut, kuliner dijadikan sebuah
komoditas industri kreatif berbasis budaya. Hal ini yang mendorong terciptanya subsektor
kuliner menjadi salah satu dari lima belas subsektor ekonomi kreatif di Indonesia.(1)

TELAAH PUSTAKA
1. Kuliner
Istilah kuliner di Indonesia dapat dikatakan baru terdengar
gaungnya sejak tahun 2005 berkat Wisata Kuliner, sebuah tayangan
televisi yang meliput tempat-tempat makan unik atau sudah memiliki
reputasi yang baik. Sejak saat itu, kata kuliner menjadi semakin populer
dan menjadi sesuatu yang identik dengan mencicipi berbagai jenis
makanan dan minuman. Di Indonesia belum ada sumber resmi yang
menyatakan definisi dari kuliner, baik secara umum maupun dalam
konteks ekonomi kreatif. Secara bahasa, kuliner diserap dari bahasa
Inggris: culinarymemiliki arti sebagai sesuatu yang digunakan dalam
memasak atau berkaitan dengan memasak.1
Dalam praktiknya dikenal istilah culinary arts, yaitu teknik dalam
menyiapkan makanan sehingga siap dihidangkan.2 Bila ditinjau dari sisi
ekonomi kreatif, belum banyak kajian yang memasukkan kuliner ke dalam
sektor ini karena pada dasarnya makanan merupakan kebutuhan dasar
manusia yang sudah ada sejak lama. Produk kuliner pada umumnya masih
masuk ke dalam sektor industri makanan dan minuman ataupun industri
penyediaannya, tanpa adanya penekanan bahwa produk kuliner
merupakan produk kreatif.
Negara yang sudah memasukkan kuliner ataupun industri yang
berkaitan dengan makanan dan minuman ke dalam sektor industri kreatif
di antaranya adalah Italia dan dua negara bagian di Amerika Serikat, yaitu
Washington DC dan Mississipi. Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh
negara-negara tersebut (seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1-1), dapat
dilihat bahwa Italia memasukan food and wine industry ke dalam industri
kreatif karena produk makanan seperti keju, daging olahan, dan wine
merupakan produk budaya mereka dan hal tersebut tidak bisa dilepaskan
dari kreativitas apabila ingin terus lestari dan berkembang. Selain Italia,
beberapa negara bagian di Amerika Serikat, seperti Washington DC dan
Mississipi, sudah memasukkan subsektor kuliner (culinary arts) ke dalam
industri kreatif dengan pertimbangan bahwa mereka memiliki kekayaan
dan keunikan dalam bidang tersebut. Selain itu, dunia kuliner dianggap
memiliki perkembangan yang baik dalam hal penciptaan kreasi baru yang
ditandai dengan maraknya kemunculan restoran yang menyajikan kreasi
menu baru..
2. Perkembangan Kuliner Indonesia
potensi kuliner Indonesia memang sudah sangat kaya. Indonesia
sudah sejak lama terkenal sebagai sumber rempah-rempah yang sangat
beragam, sehingga dapat menciptakan variasi sajian masakan yang kaya
cita rasa. Pada permulaan abad ke-16 bangsa Portugis berhasil menguasai
Indonesia untuk mencari rempah-rempah dan memperkenalkan rempah-
rempah Indonesia ke Eropa hingga mendorong bangsa lainnya seperti
Belanda datang ke Indonesia untuk mencari rempah-rempah di Indonesia.
Kondisi ini secara tidak langsung mempengaruhi perkembangan makanan
di Indonesia. Banyak pengaruh negeri Eropa masuk ke suatu daerah
sehingga tercipta makanan tradisional yang memiliki unsur negara Eropa.
Di tahun 1960-an dan 1970-an, perkembangan dunia kuliner
Indonesia dari sisi pendidikan mulai berkembang dengan berdirinya
beberapa lembaga pendidikan tinggi bidang kuliner. Salah satunya adalah
Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STPB) yang bermula dari didirikannya
Sekolah Kejuruan Perhotelan (SKP) pada tahun 1959 di bawah naungan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.17
Di akhir tahun 1980-an, pengawasan terhadap produk makanan dan
minuman di Indonesia mulai mendapat sorotan dari Majelis Ulama
Indonesia (MUI) terkait dengan kepastian halal tidaknya produk-produk
tersebut. Hal ini dikarenakan kondisi di mana Indonesia merupakan negara
dengan mayoritas penduduk beragama Islam. Berkaitan dengan hal itu,
pada tahun 1989, MUI mendirikan Lembaga Pengkajian Pangan Obat-
Obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) sebagai
lembaga sertifikasi halal di Indonesia.18 Popularitas masakan tradisional
Indonesia sempat menurun namun kembali bangkit di awal tahun 2000-an
saat posisi makanan dan minuman yang merupakan sebuah kebutuhan
dasar manusia mulai bergeser bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.
Produk makanan dan minuman mulai menjadi bagian dari gaya hidup baru
beberapa kalangan masyarakat dan berubah menjadi sebuah industri
kuliner yang tidak hanya memenuhi kebutuhan pokok manusia, namun
juga memenuhi kebutuhan lainnya seperti kebutuhan bersosialisasi
maupun mengaktualisasikan diri. Jakarta dan Bandung merupakan kota-
kota yang mengalami perkembangan industri kuliner sangat pesat.
Pertumbuhan rumah makan atau restoran di kedua kota tersebut
meningkat tinggi dan menjadi daya tarik tersendiri untuk dikunjungi
sebagai objek wisata. Tren Wisata Kuliner yang dipopulerkan oleh sebuah
tayangan televisi dengan judul yang sama pada tahun 2005 semakin
mengangkat potensi dunia kuliner Indonesia. Bondan Winarno, sang
pembawa acara tersebut pun mampu menarik minat masyarakat untuk
semakin dekat dengan kuliner khas Indonesia. Perkembangan kuliner di
Indonesia tidak bisa dipisahkan dari peran media. Sejak awal tahun 2000-
an hingga kini, semakin banyak program televisi lokal yang menyiarkan
program kuliner, mulai dari acara memasak hingga kompetisi memasak.
Hal ini juga diikuti dengan profesi pendukung dunia kuliner yang ikut serta
mengangkat perkembangan dunia kuliner di Indonesia. Profesi food
photograper, food stylist, hingga food blogger semakin marak berkembang
sejak tahun 2010. Pada tahun 2011, popularitas kuliner tradisional
Indonesia mulai diakui oleh masyarakat dunia. Hal ini ditunjukkannya
dengan masuknya beberapa masakan IndonesiaSate, Nasi Goreng, dan
Rendangkedalam daftar Worlds 50 Best Foods versi CNN dimana
Rendang menduduki posisi pertama.19 Hal ini semakin meningkatkan
antusiasme masyarakat Indonesia dan asing untuk lebih mengenal
berbagai kuliner tradisional Indonesia. Upaya pelestarian dan pengenalan
ragam kuliner tradisional Indonesia ini berlanjut dengan Program 30 Ikon
Kuliner Tradisional Indonesia (30 IKTI) yang digagas oleh Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sejak tahun 2012.

ANALISIS DAN SINTESIS

KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai