Anda di halaman 1dari 18

Aktualisasi Diri Dalam Meningkatkan Keimanan

Dan Ketaqwaan[

Aktualisasi Diri Dalam Meningkatkan Keimanan


Dan Ketaqwaan[1]*)
Oleh : Aly Rosyad Yusya`, Lc
Pendahuluan
Dalam kehidupannya, manusia tidak akan pernah
bisa lepas untuk mencari nilai-nilai kebenaran yang
sebenarnya karena kesehariannya manusia dihadapkan
berbagai macam persoalan yang membutuhkan
penyelesaian. Dengan perkembangan iptek yang pesat
ini persoalan hidup menjadi lebih kompleks dan manusia
pun semakin sulit mengatasi persoalan hidupnya. Di saat
kita tidak bisa menyelesaikan atau mengatasi persoalan
hidup sebagai makhluk yang syarat dengan kelemahan
dan kekurangan serta keterbatasan otak kita dalam
berfikir jauh kedepan, pasti lebih memilih lari dari
masalah tersebut dan melakukan hal-hal yang
menyimpang. Seperti minuman-minuman keras, narkoba,
dll. Dan bahkan tidak sedikit dari mereka yang melakukan
bunuh diri gara-gara tidak bisa mengatasi persoalan
kehidupan yang sedang dihadapinya.
Di sinilah iman dan taqwa itu mengambil perannya
sebagai jalan keluar atau solusi untuk menyelesaikan
masalah kehidupan tersebut. Ketika seseorang telah bisa
memahami dan menerapkan konsep dari iman dan taqwa
kedalam kehidupannya, maka ia dapat mengatasi
permasalahan hidupnya. Jadi, iman dan taqwa itu sangat
penting bagi manusia, khususnya bagi kita pemeluk
agama Islam, agar selalu mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Dan menjadi hamba-Nya yang beriman dan
bertaqwa. Dengan begitu, konsep iman dan taqwa itu
perlu untukdikaji.
Iman atau kepercayaan merupakan dasar utama
seseorang dalam memeluk sesuatu agama karena
dengan keyakinan dapat membuat orang untuk
melakukan apa yang diperintahkan dan apa yang
dilarang oleh keyakinannya tersebut atau dengan kata
lain iman dapat membentuk orang jadi bertaqwa.
Berdasarkan Latar belakang masalah yang
dikemukakan diatas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Apa pengertian iman dan taqwa dan hubungan
antara keduannya ?
2. Apa tanda dan wujud peningkatan iman dan takwa
tersebut ?
3. Bagaimana cara mengaktualisasikan diri dengan
konsep iman dan taqwa di dalam kehidupan sehari-hari ?
Pengertian Iman dan Taqwa
Pengertian Iman
Kata iman juga berasal dari kata kerja amina-yu'minu
imanan yang berarti percaya. Oleh karena itu iman
berarti percaya menunjuk sikap batin yang terletak dalam
hati.
Iman menurut bahasa adalah percaya atau yakin,
keimanan berarti kepercayaan atau keyakinan. Dengan
demikian, rukun iman adalah dasar, inti, atau pokok
pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap
pemeluk agama Islam.
iman menurut istilah adalah membenarkan
(mempercayai) Allah dan segala apa yang datang dari
pada-Nya sebagai wahyu melalui Rasul-rasul-Nya dengan
kalbu, mengikrarkan dengan lisan dan mengerjakan
dengan perbuatan.
Dalam surat al-Baqarah: 165, dikatakan bahwa orang
yang beriman adalah orang yang amat sangat cinta
kepada Allah (Asyaddu Hubban Lillah). Oleh karena itu,
beriman kepada Allah berarti sangat rindu terhadap
ajaran Allah. Oleh karena itu, beriman kepada Allah
berarti amat sangat menaati ajaran Allah apapun yang
termaktub dalam Al-Quran dan sunnah rasul.
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah
Atthabrani, iman didefinisikan dengan keyakinan dalam
hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan
amal perbuatan (al-Imaanu 'aqdun bil qalbi waiqraarun
billisaani wa'amalun bil arkaan)
Keimanan adalah perbuatan yang bila diibaratkan
pohon, mempunyai pokok dan cabang. Sebagaimana
disabdakan Nabi SAW : Al-Iimaanu Bidh`un Wa Sittuuna
Syu`batan. Yang artinya : Iman itu ada enam puluh
sekian cabang. Bukankah sering kita baca atau dengar
sabda Rasullah SAW yang kita jadikan kata-kata mutiara,
misalnya malu adalah sebagian dari iman, kebersihan
sebagian dari iman, cinta bangsa dan Negara sebagian
dari iman, bersikap ramah sebagian dari iman,
menyingkirkan duri atau yang lainnya yang dapat
membuat orang sengsara dan menderita, itu juga
sebagian dari iman. Diantara cabang - cabang keimanan
yang paling pokok adalah keimanan kepada Allah SWT.
Pengertian Taqwa
Taqwa berasal dari kata Waqa, Yaqi , Wiqayah, yang
berarti takut, menjaga, memelihara dan melindungi.
Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka taqwa
dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang
diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama Islam
secara utuh dan konsisten ( istiqomah ). Yaitu dengan
menjalankan perintah-perintahNya dan menjauhi
larangan-laranganNya. Jadi, Seorang muslim yang
bertaqwa pasti selalu berusaha melaksanakan perintah
Tuhannya dan menjauhi segala laranganNya dengan
segenap kesanggupannya.
Karakteristik orang orang yang bertaqwa, secara
umum dapat dikelompokkan kedalam lima kategori atau
indikator ketaqwaan, yaitu ;
A. Iman kepada Allah, para malaikat, kitab kitab dan
para nabi. Dengan kata lain, instrument ketaqwaan yang
pertama ini dapat dikatakan dengan memelihara fitrah
iman.
B. Mengeluarkan harta yang dianugerakan untuknya
kepada kerabat, anak yatim, orang orang miskin, orang
orang yang terputus di perjalanan, orang orang yang
meminta minta dana, orang orang yang tidak memiliki
kemampuan untuk memenuhi kewajiban memerdekakan
hamba sahaya. Indikator taqwa yang kedua ini, dapat
disingkat dengan mencintai sesama umat manusia yang
diwujudkan melalui kesanggupan mengorbankan harta.
C. Mendirikan solat, menjalankan puasa wajib,
menunaikan zakat, dan haji. Atau dengan kata lain,
memelihara ibadah formal.
D. Menepati janji, yang dalam pengertian lain adalah
memelihara kehormatan diri.
E. Memiliki kesabaran sempurna (tiga macam) dalam
kondisi apapun. Atau dengan kata lain memiliki semangat
perjuangan pantang menyerah.
Hubungan antara Iman Dan Taqwa
Pada prinsipnya, iman adalah syarat sedangkan
taqwa adalah tujuan. Kedudukan iman sebagai syarat
menunjukkan bahwa kewajiban melaksanakan ibadah
puasa hanya dapat disahuti melalui wadah keimanan ini.
Mengingat bahwa nilai-nilai iman berfluktuasi, maka
sudah pasti nilai-nilai puasa juga demikian. Oleh karena
itu, melalui wadah iman ini pulalah maka tujuan dari
puasa yaitu menuju jenjang taqwa sangat mudah
direalisasikan. Iman dan taqwa merupakan dua sisi mata
uang yang sangat sulit untuk dipisahkan dan bahkan
kedua-duanya saling membutuhkan. Dengan kata lain,
jenjang taqwa tidak akan pernah terwujud bila tidak
diawali dengan keimanan. Dan keimanan itu sendiri tidak
akan memiliki nilai apapun bila tidak sampai kederjat
ketaqwaan.
Perpaduan antara iman dan taqwa ini adalah
kemuliaan sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-
Qur'an. Oleh karena itu, Al-Qur'an dengan tegas
menyebutkan bahwa manusia yang paling mulia di sisi
Allah adalah orang-orang yang paling taqwa. Prediket
kemuliaan ini sangat ditentukan oleh kualitas taqwa,
semakin tinggi tingkat ketaqwaan seseorang, maka
semakin mulia pula kedudukannya pada pandangan
Allah. Perpaduan antara iman dan taqwa ini tidak akan
terjadi secara otomatis karena iman memiliki persyaratan
untuk menuju nilai kesempurnaannya. Persyaratan ini
dapat dilihat melalui aturan-aturan yang diberlakukan
kepada iman yaitu memadukan keyakinan dengan
perbuatan. Tanpa melakukan perpaduan ini maka iman
akan selalu bersifat statis karena berada pada tataran
ikrar tidak pada tataran aplikasi. Oleh karena itu, maka
kata 'iman' selalu digandeng dalam Al-Qur'an dengan
amal shaleh (Amanu Wa 'Amilu Ash-Shalihat) supaya
keberadaan iman terkesan lebih energik.
Penggandengan kata 'iman' dengan perbuatan baik ini
menunjukkan adanya upaya-upaya khusus yang harus
dilakukan untuk menjaga keeksisan iman itu sendiri.
Perlunya upaya khusus ini karena posisi manusia masih
sangat labil jika masih berada pada level iman. Untuk
menguatkan posisi ini maka orang-orang yang beriman
diperintahkan untuk melakukan perbuatan-perbuatan
baik untuk menuju kestabilan.
Adapun yang dimaksud dengan taqwa ialah
kemampuan diri menjaga perpaduan ini secara kontinyu
sesuai makna dasar dari kata taqwa itu sendiri yaitu
'menjaga'. Dengan demikian, maka sifat taqwa
merupakan benteng untuk menjaga aturan-aturan Allah
SWT supaya posisi iman tidak lagi berada dalam
kelabilan. Kunci sukses yang ditawarkan Al-Qur'an untuk
menghindari kelabilan ini ialah dengan melakukan
perbuatan-perbuatan baik.

Dalam Al-Qur'an dijumpai beberapa perintah kepada


orang-orang yang beriman agar bertaqwa kepada Allah
sebagaimana disebutkan dalam Q.S. al-Baqarah 278, Ali
'Imran 102, al-Maidah 35, al-Taubah 119, al-Ahzab 70, al-
Hadid 28 dan al-Hasyr 18. Perintah-perintah ini
mengindikasikan bahwa iman belum mencapai
kesempurnaannya tanpa mendapatkan nilai taqwa.
Berdasarkan hal ini, maka orang-orang yang beriman
harus cerdas mencari mediator yang cocok untuk
dijadikan jembatan menuju taqwa. Al-Qur'an telah
memberikan bimbingan kepada orang-orang Mukmin
bahwa mediator yang paling efektif untuk memfasilitasi
hubungan iman dengan taqwa adalah ibadah.
Wujud Peningkatan Iman dan Taqwa dan tanda-
tandanya
Seseorang dinyatakan beriman bukan hanya percaya
terhadap sesuatu, melainkan mendorongnya untuk
mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai
keyakinannya. Oleh karena itu, lapangan iman sangatlah
luas.
Iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat
dengan aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh
karena itu menjadi seorang muslim berarti meyakini dan
melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran
Islam. Menjaga mata, telinga, pikiran, hati dan perbuatan
dari hal-hal yang dilarang agama, merupakan salah satu
bentuk wujud seorang muslim yang bertaqwa. Karena
taqwa adalah sebaikbaik bekal yang harus kita peroleh
dalam mengarungi kehidupan dunia
Tanda-tanda orang beriman sebagaimana yang dijelaskan
dalam al-Quran adalah sebagai berikut :
1. Jika disebut nama Allah, hatinya akan bergetar dan
berusaha tidak lepas dari syaraf memorinya (al-anfal : 2)
2. Senantiasa tawakal, yaitu bekeja keras berdasarkan
kerangka ilmu Allah. (Ali imran : 120)
4. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu
melaksanakn perintah-Nya. (al-anfal: 3)
5. Menafkahkan rizki yang diterima dijalan Allah. (al-
anfal: 3)
6. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan
menjaga kehormatan. (Al-mukminun: 3, 5)
7. Memelihara amanah dan menepati janji. (Al-
mukminun: 6)
8. Berjihad di jalan Allah dan Suka menolong. (al-Anfal
: 74)
9. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta
izin. (an-nur: 62)
Adapun ciri-ciri orang yag bertaqwa kepada Allah SWT
adalah sebagai berikut :
1. Teguh dalam keyakinan dan bijaksana dalam
pelaksanaannya
2. Tampak wibawanya karena semua aktivitas
hidupnya dilandasi kebenaran dan kejujuran
3. Menonjol rasa puasnya dalam perolehan rejeki
sesuai dengan usaha dan kemampuannya
4. Senantiasa bersih dan berhias secara islami
walaupun miskin
5. Selalu cermat dalam perencanaan dan bergaya
hidup sederhana walaupun kaya
6. Murah hati dan murah tangan
7. Tidak menghabiskan waktu dalam perbuatan yang
tidak bermanfaat
8. Tidak berkeliaran dengan membawa fitnah
9. Disiplin dalam tugasnya
10. Tinggi dedikasinya
11. Terpelihara identitas muslimnya (setiap
perbuatannya berorientasi kepada terciptanya
kemaslahatan / kemanfaatan masyarakat)
12. Tidak pernah menuntut yang bukan haknya dan
tidak menahan hak orang lain
13. Kalau ditegur orang maka akan segera introspeksi
diri. Kalau ternyata teguran tersebut benar maka dia
menyesal dan mohon ampun kepada Allah SWT serta
minta maaf kepada orang yang tertimpa oleh
kesalahannya itu
14. Kalau dimaki orang dia tersenyum simpul sambil
mengucapkan: "Kalau makian anda benar saya bermohon
semoga Allah SWT mengampuniku. Akan tetapi Kalau
teguran anda ternyata salah, saya bermohon agar Allah
mengampunimu.
Cara Meningkatkan Kadar Iman & Taqwa
1. Pelajarilah berbagai ilmu agama Islam yang
bersumber pada Al-Quran dan Hadits
a. Perbanyaklah membaca Al-Quran dan renungkan
maknanya
Ayat-ayat Al-Quran memiliki target yang luas dan spesifik
sesuai kebutuhan masing-masing orang yang sedang
mencari atau memuliakan Tuhannya. Sebagian ayat Al-
Quran mampu menggetarkan hati seseorang yang
sedang mencari kemuliaan Allah, dilain pihak Al-Quran
mampu membuat menangis seorang pendosa, atau
membuat tenang seorang pencari ketenangan.
Sebagaimana firman Allah SWT Dan Kami turunkan
dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al
Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang
yang lalim selain kerugian. (QS, al-Israa 17:82)
b. Pelajarilah ilmu mengenai Asmaul Husna, Sifat-sifat
Allah Yang Maha Agung.
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha
Mendengar, Maha Melihat dan Maha Mengetahui, maka ia
akan menahan lidahnya, anggota tubuhnya dan gerakan
hatinya dari apapun yang tidak disukai Allah.
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Indah,
Maha Agung dan Maha Perkasa, maka semakin besarlah
keinginannya untuk bertemu Allah di hari akhirat kelak,
sehingga iapun secara cermat memenuhi berbagai
persyaratan yang berikan Allah SWT untuk bisa bertemu
dengan-Nya (yaitu dengan memperbanyak amal ibadah).
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Santun,
Maha Halus dan Maha Penyabar, maka iapun merasa
malu ketika ia marah, dan hidupnya merasa tenang
karena tahu bahwa ia dijaga oleh Tuhannya secara
lembut dan sabar.
c. Pelajari dengan cermat sejarah (Siroh) kehidupan
Rasulullah SAW.
Dengan memahami perilaku, keagungan dan perjuangan
Rasulullah SAW, maka akan menumbuhkan rasa cinta kita
terhadapnya, kemudian berkembang menjadi keinginan
untuk mencontoh semua perilaku beliau dan mematuhi
pesan-pesan beliau selaku utusan Allah SWT.
Seorang sahabat RA mendatangi Rasulullah saw dan
bertanya, Wahai Rasul Allah, kapan tibanya hari
akhirat?. Rasulullah saw balik bertanya : Apakah yang
telah engkau persiapkan untuk menghadapi hari
akhirat?. Si sahabat menjawab , Wahai Rasulullah, aku
telah sholat, puasa dan bersedekah selama ini, tetap saja
rasanya semua itu belum cukup. Namun didalam hati,
aku sangat mencintai dirimu, ya Rasulullah. Rasulullah
saw menjawab, Insya Allah, di akhirat kelak engkau akan
bersama orang yang engkau cintai. (HR Muslim).
Dengan begitu, Jelaslah bahwa mencintai Rasulullah
adalah salah satu jalan menuju surga, dan membaca
riwayat hidupnya (siroh) adalah cara terpenting untuk
lebih mudah memahami dan mencintai Rasulullah SAW.
d. Mempelajari Jasa-jasa dan Kualitas Agama Islam
Perenungan terhadap syariat Islam, hukum-hukumnya,
akhlak yang diajarkannya, perintah dan larangannya,
akan menimbulkan kekaguman terhadap kesempurnaan
ajaran agama Islam ini. Tidak ada agama lain yang
memiliki aturan dan etiket yang sedemikian rincinya
seperti Islam, dimana untuk makan dan ke WC pun ada
adabnya, untuk aspek hukum dan ekonomi ada
aturannya, bahkan untuk berhubungan suami -istripun
ada aturannya.
e. Mempelajari Kehidupan Orang-orang Sholeh (generasi
Shalafus Sholihin, para sahabat Rasulullah SAW, murid-
murid para sahabat, tabiin dan tabiit tabiin)
Mereka adalah generasi-generasi terbaik dari Islam.
Mereka adalah orang-orang yang kadar keimanannya
diibaratkan sebesar gunung Uhud. Sementara manusia di
zaman ini diibaratkan kadar keimananya tak lebih dari
sebutir debu dari gunung Uhud. Umar RA pernah
memuntahkan makanan yang sudah masuk ke perutnya
ketika tahu bahwa makanan yang diberikan padanya
kurang halal sumbernya. Sejarah lain menceritakan
tentang lumrahnya seorang tabiin meng-khatamkan
Quran dalam satu kali sholatnya. Atau cerita tentang
seorang sholeh yang lebih dari 40 tahun hidupnya
berturut-turut tidak pernah sholat wajib sendiri kecuali
berjamaah di mesjid. Atau seorang sholeh yang menangis
karena lupa mengucap doa ketika masuk mesjid. Inilah
cerita-cerita teladan yang mampu menggetarkan hati
seorang yang sedang meningkatkan keimanannnya.
2. Renungkanlah tanda-tanda kebesaran Allah
yang ada di alam (marifatullah)
Singkirkan dulu kesombongan akal kita, renungkan
secara tulus bagaimana alam ini diciptakan. Sungguh
pasti ada kekuatan luar biasa yang mampu menciptakan
alam yang sempurna ini, sebuah struktur dan sistem
kehidupan yang rapi, mulai dari tata surya, galaksi hingga
struktur pohon dan sel-sel atom.
Renungkan pula rahasia dan mukjizat Quran. Salah satu
keajaiban Al Quran adalah struktur matematis Al Quran.
Walau wahyu Allah diturunkan bertahap namun ketika
seluruh wahyu lengkap maka ditemukan bahwa kata
tunggal hari disebut sebanyak 365 kali, sebanyak
jumlah hari pada satu tahun syamsiyyah (masehi). Kata
jamak hari disebut sebanyak 30 kali, sama dengan
jumlah hari dalam satu bulan. Sedang kata Syahrun
(bulan) dalam Al Quran disebut sebanyak 12 kali sama
dengan jumlah bulan dalam satu tahun. Kata Saaah
(jam) disebutkan sebanyak 24 kali sama dengan jumlah
jam sehari semalam. Dan semua kata-kata itu tersebar di
114 surat dan 6666 ayat dan ratusan ribu kata yang
tersusun indah. Dan masih banyak lagi keajaiban dan
mukjizat Al Quran dari sisi pandang lainnya yang
membuktikan bahwa itu bukan karya manusia. Masih
banyak pula mukjizat lainnya di alam ini yang
membuktikan bahwa alam ini memiliki struktur yang
sangat sempurna dan tidak mungkin tercipta dengan
sendirinya. Adalah lumrah, bahwa sesuatu yang tidak
mungkin diciptakan manusia, pastilah diciptakan sesuatu
yang Maha Kuasa, Maha Besar. Inilah yang menambah
kecilnya diri kita dan menambah kekaguman dan cinta
serta iman kita kepada Sang Pencipta alam semesta ini.
3. Berusaha keras melakukan amal perbuatan yang
baik secara ikhlas
Amal perbuatan perlu digerakkan. Dimulai dari hati,
kemudian terungkap melalui lidah kita dan kemudian
anggota tubuh kita. Selain ikhlas, diperlukan usaha dan
keseriusan untuk melakukan amalan-amalan ini.
a. Amalan Hati
Dilakukan melalui pembersihan hati kita dari sifat-sifat
buruk, selalu menjaga kesucian hati. Ciptakan sifat-sifat
sabar dan tawakal, penuh takut dan harap akan Allah.
Jauhi sifat tamak, kikir, prasangka buruk dan sebagainya.
b. Amalan Lidah
Perbanyak membaca Al-Quran, zikir, bertasbih, tahlil,
takbir, istighfar, mengirim salam dan sholawat kepada
Rasulullah dan mengajak orang lain kepada kebaikan,
melarang kemungkaran.
c. Amalan Anggota Tubuh
Dilakukan melalui kepatuhan dalam sholat, pengorbanan
untuk bersedekah, perjuangan untuk berhaji hingga
disiplin untuk sholat berjamaah di mesjid (khususnya bagi
pria).
Sebab-sebab turunnya kadar iman :
Sebab-sebab dari dalam diri kita sendiri (Internal) :
1. Kebodohan
Kebodohan merupakan pangkal dari berbagai perbuatan
buruk. Seseorang berbuat jahat boleh jadi karena ia tak
tahu bahwa perbuatan itu dilarang agama, atau ia tidak
tahu ancaman dan bahaya yang akan dihadapinya kelak
di akhirat, atau ia tidak tahu keperkasaan Sang Maha
Kuasa yang mengatur denyut jantungnya, mengatur
musibah dan rezekinya.
2. Ketidakpedulian, keengganan dan melupakan
Ketidakpedulian menyebabkan pikiran seseorang diisi
dengan hal-hal duniawi yang hanya ia sukai (yang ia
pedulikan), sedangkan yang bukan ia sukai, tidak diberi
tempat dipikirannya. Ini menyebabkan ia tidak ingat
(dzikir) pada Allah, sifatnya tidak tulus, tidak punya rasa
takut dan malu (kepada Allah), tidak merasa berdosa
(tidak perlu tobat), dan bisa jadi ia menjadi sombong
karena tidak merasakan pentingnya berbuat rendah hati
dan sederhana.
Kengganan seseorang untuk melakukan suatu kebaikan,
padahal ia tahu hal itu telah diperintahkan Allah, maka ia
termasuk orang yang men-zhalimi (melalaikan) dirinya
sendiri..
3. Menyepelekan dan melakukan perbuatan dosa
Awal dari perbuatan dosa adalah sikap menyepelekan
(tidak patuh terhadap) perintah dan larangan Allah.
Perbuatan dosa umumnya dilakukan secara bertahap,
misalnya dimulai dari zina pandangan mata yang
dianggap dosa kecil, kemudian berkembang menjadi zina
tubuh. Dosa-dosa kecil yang disepelekan merupakan
proses pendidikan jahat (pembiasaan) untuk
menyepelekan dosa-dosa besar. Oleh karena itu,
basmilah dosa-dosa kecil selagi belum tumbuh menjadi
dosa besar.
4. Jiwa yang selalu memerintahkan berbuat jahat
Ibnul Qayyim Al Jauziyyah mengatakan, Allah
menggabungkan dua jiwa, yakni jiwa jahat dan jiwa yang
tenang sekaligus dalam diri manusia, dan mereka saling
bermusuhan dalam diri seorang manusia. Disaat salah
satu melemah, maka yang lain menguat. Perang antar
keduanya berlangsung terus hingga si empunya jiwa
meninggal dunia. Adalah sungguh merugi orang-orang
yang jiwa jahatnya menguasai tubuhnya. Seperti sabda
Rasulullah, Barang siapa yang diberi petunjuk Allah
maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barang
siapa yang disesatkannya maka tidak ada seorangpun
yang dapat memberinya petunjuk. Sifat lalai, tidak mau
belajar agama, sombong dan tidak peduli merupakan
beberapa cara untuk membiarkan jiwa jahat dalam tubuh
kita berkuasa. Sedangkan sifat rendah hati, mau belajar,
mau melakukan instropeksi (Muhasabah) merupakan cara
untuk memperkuat jiwa kebaikan (jiwa tenang) yang ada
dalam tubuh kita.
Sebab-sebab dari luar diri kita (External) :
1. Syaitan
Syaitan adalah musuh manusia. Tujuan syaitan adalah
untuk merusak keimanan orang. Siapa saja yang tidak
membentengi dirinya dengan selalu mengingat Allah,
maka ia menjadi sarang syaitan, menjerumuskannya
dalam kesesatan, ketidak patuhan terhadap Allah,
membujuknya melakukan dosa.
2. Bujukan dan rayuan dunia
Allah SWT berfirman : Ketahuilah, bahwa
sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah
permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan
dan bermegah-megah antara kamu serta
berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan
anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya
mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu
menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning
kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti)
ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta
keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain
hanyalah kesenangan yang menipu. (QS, al-Hadiid
57:20).
Tujuan hidup manusia seluruhnya untuk akhirat. Apapun
kegiatan dunia yang kita lakukan, seperti mencari nafkah,
menonton TV, bertemu teman dan keluarga, seharusnya
semua itu ditujukan untuk meraih pahala akhirat. Tidak
secuilpun dari kegiatan duniawi boleh dilepaskan dari
aturan main yang diperintahkan atau dilarang Allah. Ibnul
Qayyim mengibaratkan hati sebagai suatu wadah bagi
tujuan hidup manusia (akhirat dan duniawi) dengan
kapasitas (daya tampung) tertentu. Ketika tujuan duniawi
tumbuh maka ia akan mengurangi porsi tujuan akhirat.
Ketika porsi tujuan akhirat bertambah maka porsi tujuan
duniawi berkurang. Dalam situasi dimana tujuan dunia
menguasai hati kita, maka hanya tersisa sedikit porsi
akhirat di hati kita, dan inilah awal dari menurunnya
keimanan kita.
3. Pergaulan yang buruk
Seorang teman yang sholeh selalu memperhatikan
perintah dan larangan Allah, karenanya ia selalu
mengajak siapa saja orang disekitarnya untuk menuju
kepada kebaikan dan mengingatkan mereka bila
mendekati kemungkaran. Teman dan sahabat yang
sholeh sangat penting kita miliki di zaman kini. Dimana
pergaulan manusia sudah sangat bebas dan tidak lagi
memperhatikan nilai-nilai agama Islam. Berada diantara
teman-teman yang sholeh akan membuat seorang wanita
tidak merasa asing bila mengenakan jilbab. Demikian
pula seorang pria bisa merasa bersalah bila ia
membicarakan aurat wanita diantara orang-orang sholeh.
Sebaliknya, berada diantara orang-orang yang tidak
sholeh atau berperilaku buruk menjadikan kita dipandang
aneh bila berjilbab atau bahkan ketika hendak melakukan
sholat.
Cara Mengaktualisasikan Diri Dengan Konsep Iman
Dan Taqwa Di Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Tanpa iman, ibadah yang dilakukanakan sia-sia,
bahkan amal yang dilakukan tidak akan sampai kepada
Allah SWT, Keimanan dan ketaqwaan yang
dianugerahkan Allah SWT untuk hamba-Nya haruslah
disyukuri dan diperkuat dengan cara meningkatkan amal
ibadahnya. Misalnya; disamping menjalankan ibadah
wajib (sholat, zakat, puasa), juga menjalankan ibadah
sunnah. Misalnya dengan membayar infaq dan sedekah.
Berikut adalah penerapan iman dan taqwa dalam
kehidupan sehari-hari:
A. Menjalankan keenam rukun iman.
B. Menaati perintah Allah dan beramal sholeh untuk
mendapatkan ridhlo Allah
C. Membersihkan diri dari hal-hal yang diharamkan
(menghindari keharaman)
D. Ringan tangan atau saling membantu sesama
manusia.
E. Menjaga aurat pada dirinya sesuai dengan ajaran
agama.
F. Menjaga amanah dan menepati janji.
G. Menjaga sholat wajib.
H. Selalu siap untuk menghadapi kematian .
Penerapan iman dan taqwa dalam kehidupan di atas,
memang telah dilakukan oleh sebagian anak muda.
Namun,sebagian darinya masih juga kurang
sepenuhnya menerapkan iman dan taqwanya dalam
kehidupan sehari-hari. Banyak masalah yang muncul akibat
kurang kokohnya iman dan taqwa yang tertanam dalam diri
masing-masing individu. Ada beberapa faktor penyebab
munculnya masalah berkurangnya kekuatan iman dan
taqwa dalam diri, sebagai berikut:
A. Tidak mengenal siapa Allah SWT.
B. Lalai dan memalingkan diri dari rambu-rambu agama.
Tidak memperhatikan ayat-ayat Allah dan hukum-
hukumNya, baik yang bersifat kauni maupun
syar'i.Sesungguhnya kelalaian dan sikap tidak mau tahu
semacam itu pasti akan membuat hati menjadi sakit atau
bahkan mati karena belitan syubhat dan jeratan syahwat
yangmerasuki hati dan sekujur tubuhnya.
C. Meninggalkan ketaatan, baik berupa keyakinan, ucapan,
maupun amalan fisik.
Sebab iman akan semakin banyak berkurang apabila
ketaatan yang ditinggalkan juga semakin besar. Apabila
nilai suatu ketaatan semakin penting dan semakin prinsip
maka meninggalkannya pun akan mengakibatkan
penyusutan dan keruntuhan iman yang semakin besar
dan mengerikan. Bahkan terkadang dengan
meninggalkannya bisa membuat pelakunya kehilangan
iman secara total, sebagaimana orang yang
meninggalkan shalat sama sekali. Perlu diperhatikan pula
bahwa meninggalkan ketaatan itu terbagi menjadi dua.
Pertama, ada yang menyebabkan hukuman atausiksa
yaitu apabila yang ditinggalkan adalah berupa kewajiban
dan tidak ada alasan yang hak untuk meninggalkannya.
Kedua, sesuatu yang tidak akan mendatangkan hukuman
dan siksa karena meninggalkannya, seperti :
meninggalkan kewajiban karena udzur syar'i
(berdasarkan ketentuan agama) atau hissi (berdasarkan
sebab yang terindera), atau tidak melakukan amal yang
hukumnya mustahab/sunnah.Contoh untuk orang yang
meninggalkan kewajiban karena udzur syar'i atau hissi
adalah perempuan yang tidak shalat karena haidh.
Sedangkan contoh orang yang meninggalkan amal
mustahab/sunnah adalah orang yang tidak mengerjakan
shalat Dhuha
kesimpulan
Agama islam bukanlah hambatan untuk perkembangan
iptek tapi justru agama islam bisa lebih mengembangkan
dan memperbaiki iptek itu. Dan dengan adanya agama
islam permasalahan-permasalahan yang muncul seiring
dengan perkembangan iptek ini dapat diatasi atau
diselesaikan. Dengan cara tetap menerapkan konsep
iman dan taqwa tersebut dalam kehidupan kita, dengan
begiu kemajuan iptek tidak membuat kemerosotan moral
pada diri manusia.
Dengan adanya hubungan yang dinamis antara agama
dan modernitas, maka diperlukan upaya untuk
menyeimbangkan pemahaman orang terhadap agama
dan modernitas. Pemahaman orang terhadap agama
akan melahirkan sikap keimananan dan ketaqwaan
(Imtaq), sedang penguasaan orang terhadap ilmu
pengetahuan dan teknologi (Iptek) di era modernisasi dan
industrialisasi mutlak diperlukan. Dengan demikian
sesungguhnya yang diperlukan di era modern ini tidak
lain adalah penguasaan terhadap Imtaq dan Iptek
sekaligus. Salah satu usaha untuk merealisasikan
pemahaman Imtaq dan penguasaan Iptek sekaligus
adalah melalui jalur pendidikan. Dalam konteks inilah
pendidikan sebagai sebuah sistem harus didesain
sedemikian rupa guna memproduk manusia yang
seutuhnya. Yakni manusia yang tidak hanya menguasai
Iptek melainkan juga mampu memahami ajaran agama
sekaligus mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-
hari.

Anda mungkin juga menyukai

  • Rundown Panitia FIXXX
    Rundown Panitia FIXXX
    Dokumen4 halaman
    Rundown Panitia FIXXX
    ReSta QquueentienmaRsya CalliStha
    Belum ada peringkat
  • .ppt
    .ppt
    Dokumen16 halaman
    .ppt
    ReSta QquueentienmaRsya CalliStha
    Belum ada peringkat
  • Management Bioregion
    Management Bioregion
    Dokumen13 halaman
    Management Bioregion
    ReSta QquueentienmaRsya CalliStha
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen2 halaman
    COVER
    ReSta QquueentienmaRsya CalliStha
    Belum ada peringkat
  • L
    L
    Dokumen12 halaman
    L
    ReSta QquueentienmaRsya CalliStha
    Belum ada peringkat
  • Tugas Sanling
    Tugas Sanling
    Dokumen10 halaman
    Tugas Sanling
    ReSta QquueentienmaRsya CalliStha
    Belum ada peringkat
  • ABSTRAK
    ABSTRAK
    Dokumen8 halaman
    ABSTRAK
    ReSta QquueentienmaRsya CalliStha
    Belum ada peringkat
  • Instrumen Kadar O2
    Instrumen Kadar O2
    Dokumen1 halaman
    Instrumen Kadar O2
    ReSta QquueentienmaRsya CalliStha
    Belum ada peringkat
  • Tugas 1
    Tugas 1
    Dokumen16 halaman
    Tugas 1
    ReSta QquueentienmaRsya CalliStha
    Belum ada peringkat
  • Kafir Dzolim Munafik
    Kafir Dzolim Munafik
    Dokumen28 halaman
    Kafir Dzolim Munafik
    ReSta QquueentienmaRsya CalliStha
    Belum ada peringkat
  • IMAN DAN TAQWA
    IMAN DAN TAQWA
    Dokumen34 halaman
    IMAN DAN TAQWA
    ReSta QquueentienmaRsya CalliStha
    Belum ada peringkat
  • Kafir Dzolim Munafik
    Kafir Dzolim Munafik
    Dokumen28 halaman
    Kafir Dzolim Munafik
    ReSta QquueentienmaRsya CalliStha
    Belum ada peringkat
  • 248 567 1 PB
    248 567 1 PB
    Dokumen6 halaman
    248 567 1 PB
    ReSta QquueentienmaRsya CalliStha
    Belum ada peringkat
  • Kerupuk Jamur
    Kerupuk Jamur
    Dokumen7 halaman
    Kerupuk Jamur
    ReSta QquueentienmaRsya CalliStha
    Belum ada peringkat
  • Kelompok Dua Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa 1
    Kelompok Dua Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa 1
    Dokumen7 halaman
    Kelompok Dua Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa 1
    ReSta QquueentienmaRsya CalliStha
    Belum ada peringkat
  • Turunnya Iman Dan Taqwa
    Turunnya Iman Dan Taqwa
    Dokumen7 halaman
    Turunnya Iman Dan Taqwa
    ReSta QquueentienmaRsya CalliStha
    Belum ada peringkat
  • Perubahan Materi
    Perubahan Materi
    Dokumen14 halaman
    Perubahan Materi
    firaamirpatha
    Belum ada peringkat
  • Unsur Golongan VI A
    Unsur Golongan VI A
    Dokumen36 halaman
    Unsur Golongan VI A
    dhiya9
    67% (3)
  • Cover Makalah Pendidikan Pancasila Kel 2
    Cover Makalah Pendidikan Pancasila Kel 2
    Dokumen1 halaman
    Cover Makalah Pendidikan Pancasila Kel 2
    ReSta QquueentienmaRsya CalliStha
    Belum ada peringkat
  • SIFAT MUKMIN
    SIFAT MUKMIN
    Dokumen7 halaman
    SIFAT MUKMIN
    ReSta QquueentienmaRsya CalliStha
    Belum ada peringkat
  • Kelompok Dua Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa 1
    Kelompok Dua Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa 1
    Dokumen7 halaman
    Kelompok Dua Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa 1
    ReSta QquueentienmaRsya CalliStha
    Belum ada peringkat
  • Panca Sila
    Panca Sila
    Dokumen13 halaman
    Panca Sila
    ReSta QquueentienmaRsya CalliStha
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen4 halaman
    Daftar Pustaka
    ReSta QquueentienmaRsya CalliStha
    Belum ada peringkat
  • Fungsi Alat Lab Kimia
    Fungsi Alat Lab Kimia
    Dokumen24 halaman
    Fungsi Alat Lab Kimia
    ReSta QquueentienmaRsya CalliStha
    Belum ada peringkat
  • Doc
    Doc
    Dokumen1 halaman
    Doc
    PadPadlianur
    Belum ada peringkat
  • Doc
    Doc
    Dokumen1 halaman
    Doc
    PadPadlianur
    Belum ada peringkat
  • Penda Hulu An
    Penda Hulu An
    Dokumen6 halaman
    Penda Hulu An
    ReSta QquueentienmaRsya CalliStha
    Belum ada peringkat
  • Pulau Kelapa
    Pulau Kelapa
    Dokumen1 halaman
    Pulau Kelapa
    Nathan Robbins
    Belum ada peringkat
  • Absensi Panitia - 2
    Absensi Panitia - 2
    Dokumen2 halaman
    Absensi Panitia - 2
    ReSta QquueentienmaRsya CalliStha
    Belum ada peringkat