Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara agraris yang disandang Indonesia tidak lantas

menjadikan Indonesia menjadi negara yang maju dalam bidang

pertanian. Meskipun pembangunan dalam bidang pertanian terus

saja digalakkan oleh pemerintah, namun proses Impor pangan

terus saja berlangsung. Sehingga munculah kebijakan

pembangunan sebagaimana tertuang dalam amanat Revitalisasi

Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK) yang telah

dicanangkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tanggal

11 Juni 2005, yang menyatakan bahwa pembangunan dalam

bidang pertanian, diperlukan suatu pendekatan yang menyeluruh

dan integratif dengan sektor lain, selain pertanian serta

membangun ketahanan pangan yang mantap, untuk merespon

sasaran dalam RPPK tersebut.

Yang akan kami bahas disini adalah bagaimana bentuk

penggunaan integrated farming system dalam pengelolaan

pertanian di Yogyakarta, yang kita tahu, bahwa lahan di


Yogyakarta tergolong lahan yang sempit untuk digunakan dalam

sektor pertanian.

Salah satu usaha sistem pertanian terpadu yaitu sistem

integrasi tanaman-ternak. Contohnya, sistem integrasi tanaman

semusim ternak ayam dan perikanan yang merupakan

intensifikasi sistem usaha tani melalui pengelolaan sumber daya

alam dan lingkungan secara terpadu dengan komponen ternak

ayam dan perikanan sebagai bagian kegiatan usaha. Sistem

integrasi tanaman semusim, ternak ayam dan perikanan sebagai

salah satu upaya untuk meningkatkan produksi ayam dan

perikanan yang merupakan penyumbang daging terbesar

terhadap produksi daging nasional sehingga usaha ternak ini

berpotensi untuk dikembangkan sebagai usaha yang

menguntungkan dan meningkatkan pendapatan peternak.

Ini membuktikan bagaimana pentingnya penggunaan

Integrated Farming System dapat digunakan dalam pengelolaan

pertanian di Yogyakarta.

B.Rumusan Masalah

1. Seberapa penting pembangunan dalam sektor pertanian

di Yogyakarta?
2. Apa pengertian serta manfaat dari Integrated Farming

System?
3. Bagaimana cara menerapkan pertanian terintegrasi

tersebut kepada masyarakat?

C.Tujuan

a. Mengetahui seberapa penting pembangunan dalam

sektor pertanian di wilayah Yogyakarta.


b. Dapat memahami arti dan manfaat dari Integrated

Farming System.
c. Mengetahui cara yang dapat dilakukan untuk

menerapkan pertanian terintegrasi kepada masyarakat.


BAB II

PROFIL

Profil Kelompok Tani Restoe Boemi

Azastani adalah salah satu kelompok tani yang berada di

Dusun Karangmojo, Taman Martani, Kalasan, Yogyakarta, yang

bergerak dalam pertanian konvensional, bukan organik.

Alasan terbentuknya Kelompok Tani Azastani karena pada

pertengahan tahun 2008, para petani di daerah Kecamatan

Kalasan susah mencari pupuk Urea untuk tanaman padi. Karena

susahnya mendapatkan pupuk tersbut, maka dibentuklah

kelompok tani ini. Karena hanya dengan melalui kelompok tani,

akan mempermudah mendapatkan pupuk dari pemerintah.

Kemudian, para petani tersebut sepakat untuk mendirikan

kelompok tani yang diberi nama Azastani yang artinya

menyejahterakan.

Namun, dalam perjalananya, karena merasa harga pupuk

yang semakin tidak bersahabat dengan para petani kecil, maka

mereka berinisiatif untuk membuat pupuk kompos sendiri, yang


kemudian digunakan, dan sampai sekarang mampu untuk

memproduksi sendiri, bahkan dapat memperjual belikan.

Panen perdana padi organik, di hadiri oleh pemimpin opini

Gusti Pembayun serta jajaran Pemerintah Dinas Pertanian

Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. Setelah panen perdana itu,

nasib Asaztani yang mengelola pertanian dengan pupuk organik

lalu semakin membaik, maka para petani yang mengelola

pertanian dengan menggunakan pupuk organik pun berinisiatif

mendirikan kelompok tani sendiri, yang diberi nama Restoe

boemi.

Restoe Boemi tesebut berada di bawah naungan kelompok

tani Azastani, namun bedanya, Restoe Boemi menggunakan

pupuk alami yang mereka buat sendiri.

Beberapa masalah yang dihadapi Restoe Boemi:

1. Sedikitnya orang yang tertarik dengan pupuk kompos

buatan sendiri, karena merasa kurang yakin akan

kualitas pupuk tersebut.


2. Sempitnya lahan pertanian di daerah Kalasan, dan

Yogyakarta pada umumnya


3. Terbatasya teknologi, karena kurangnya modal.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pendahuluan

Indonesia adalah negara berkembang dengan berbagai

sumber daya alam yang melimpah. Namun, dari berbagai sektor

pembangunan, pertanian di negara berkembang merupakan

mata rantai terlemah dalam mata rantai pembangunan nasional.

Hal diatas dapat kita lihat dari meningkatnya berbagai

sektor pembangunan, misal dalam sektor industri. Pertumbuhan

yang terjadi sekitar 7% di tiap tahunnya. Selanjutnya dari sektor

pendidikan, saat ini pertambahan anak pergi kesekolah

meningkat empat kali lipat setiap tahunnya.

Berikut merupakan alasan, mengapa sektor pertanian

mejadi penghambat dalam pembangunan di negara

berkembang. (Hakim, 2010 : 282-283)

a) Pertumbuhan populasi yang cepat


Peningkatan populasi yang terjadi yaitu sekitar 2.5% tiap

tahun, yang kemudian mendorong permintaan pangan

yang meningkat pula. Namun hal ini tidak diiringi oleh

peningkatan produksi pertanian. Sehingga impor pangan


pun terus terjadi, yang berimbas pada menipisnya devisa

negara.
b) Mulainya revolusi teknologi dalam bidang produksi.
Para petani masih belum bisa menerima berbagai

teknologi yang mulai berkembang. Dengan berbagai

alasan untuk menolak karena petani kurang mampu

membuka diri dengan melihat perkembangan pertanian

di negara barat yang semakin maju pesat akibat dari

teknologi yang digunakan.


Selain itu, buruknya sistem irigasi yang membuat hasil

panen tidak maksimal. Padahal kebanyakan bibit varitas

unggul dibuat responsif terhadap air.


c) Pola kepemilikan tanah di negara berkembang tidak

merata.
Hanya sedikit tuan tanah yang memiliki tanah dengan

luas yang besar, sementara kebanyakan tanah yang

dimiliki petani tidak kurang dari satu hektar. Dengan

kecilnya tanah yang dimiliki tersebut, membuat petani

enggan untuk melakukan inovasi. Sehingga, hasil yang

didapat pun hanya sebatas untuk bertahan hidup. Denga

kata lain, petani tidak dapat menjual hasil panen nya,

karena tebatasnya hasil yang didapat.


d) Dasar tukar produk pertanian yang kian turun.
Hal ini yang menyebabkan petani menurunkan minat

untuk memproduksi lebih banyak, bahkan memilih untuk

berpindah ke sektor lain.


1) Pengertian Komunikasi Pembangunan
Pengertian Komunikasi Pembangunan menurut Everett

M. Rogers dan Shomaker tahun 1971, ialah Suatu jenis

perubahan sosial dimana ide-ide baru diperkenalkan

kepada suatu sistem sosial untuk menghasilkan

pendapatan per-kapita dan tingkat kehidupan yang lebih

tinggi melalui metode produksi yang lebih modern dan

organisasi sosial yang lebih baik. Pembangunan adalah

modernisasi pada tingkat sistem sosial


Sedangkan menurut Arief Budiman (1955), Komunikasi

Pembangunan adalah usaha untuk memajukan kehidupan

masyarakat melalui pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan

berkesinambungan (tidak merusak lingkungan sosial dan

alam).
Dari dua pengertian komunikasi pembangunan diatas,

dapat di tarik beberapa inti pokok permasalahan, yang

kami jadikan sebagai dasar dalam pembuatan makalah

Kontribusi Komunikasi Pembangunan di Bidang Pertanian,

Penggunaan Integrated Farming System dalam

Pengelolaan Pertanian di Yogyakarta, yaitu (1) adanya ide-

ide baru, yang membawa perubahan sosial dalam

masyarakat. (2) pertumbuhan ekonomi, yang diiringi

dengan peningkatan pendapatan masyarakat. (3)


Kehidupan yang lebih baik, serta berkontribusi dalam

kelestarian lingkungan sosial dan alam.


Tujuan (Goals) pembangunan merupakan proyeksi

terjauh dari harapan-harapan dan ide-ide manusia,

komponen-komponen dari yang terbaik. Atau masyarakat

ideal terbaik yang dapat dibayangkan.

2) Pengertian Integrated Farming System


Integrated Farming System didefinisikan sebagai

penggabungan semua komponen pertanian dalam suatu

sistem usaha pertanian yang terpadu. Sistem ini

mengedepankan ekonomi yang berbasis teknologi ramah

lingkungan dan optimalisasi semua sumber energi yang

dihasilkan.
Di Indonesia, model usaha ini masih sedikit yang

menerapkanya, karena masih kurangnya pengetahuan

masyarakat dan diperlukan modal yang cukup tinggi.

Padahal usaha ini sangat cocok digunakan di Indonesia

yang memiliki iklim tropis dengan limpahan sinar matahari

sepanjang tahun dan curah hujan tinggi.


Sistem ini memiliki satu pusat dan satu tujuan yaitu

manusia yang harus dipenuhi kebutuhannya. Pusat ini

dikelilingi dengan berbagai model kegiatan ekonomi

pertanian yang saling berkaitan satu sama lain misalnya


peternakan, perikanan, ladang/persawahan dan

pengelolaan limbah (waste treatment).

B. Keadaan Pertanian di Yogyakarta

Bidang pertanian di Yogyakarta memang bukan merupakan

komoditas utama, dikarenakan wilayah Yogyakarta tergolong

memiliki luas tanah yang relatif kecil dan tidak merata, yaitu

adanya dataran rendah, dan dataran tinggi. Namun, kesuburan

tanah di Yogyakarta tidak diragukan, meskipun ada sebagian

wilayah di Kabupaten Gunung Kidul yang tidak seseubur daerah

lainya. Selain itu, wilayah Kodya juga bukan merupakan wilayah

pertanian, karena memang tidak adanya lahan di daerah

tersebut. Sehingga pertanian banyak terpusat hanya di tiga

kabupaten di Yogyakarta, yaitu Kabupaten Sleman, Kabupaten

Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo.

C. Mentalitas Pembangunan Petani

Sebagian warga di Yogyakarta selalu menanam tanaman

yang sama di setiap tahunnya, tanpa variasi yang berarti. Seperti


yang sering terjadi, yaitu petani akan menanam padi di musim

hujan, dan kemudian akan menanam kacang pada musim

kemarau. Sistem seperti itu membuat tidak adanya hasil yang

maksimal dari pengelolaan tanah oleh petani di Yogyakarta.

Hanya yang didapat pun hanya sebatas untuk kebutuhan

sehari-hari, karena hasilnya relatif kecil. Karena mereka tidak

memikirkan cara untuk meningkatkan produksi yang lebih

optimal.

Selain hal tersebut, dari pihak pemerintah pun masih

kurang menyentuh bagian pertanian di Yogyakarta, karena kita

tahu bawa Yogyakarta adalah kota pelajar, sehingga pemerintah

lebih banyak menyentuh sektor pendidikan dibandingkan sektor

lainya, yaitu pertanian.

D. Pendekatan

Pendekatan yang sesuai dalam konteks pertanian yang

menggunakan teknik Integrated Farming System ialah

pendekatan 3.0.

Dimana pendekatan 3.0 adalah pendekatan yang

mencangkup nilai fungsional, emosional dan spiritual.


Nilai fungsional dalam Integrated Farming System ialah,

program yang dijalankan mempunyai manfaat yang jelas dan

dapat diterima oleh berbagai khalayak. Salah satunya yaitu

dengan meningkatkan pendapatan petani, serta meningkatkan

taraf hidup. Sehingga kebutuhan masyarakat pun menjadi

tepenuhi.

Sedangkan nilai emosional dari Integrated Farming System,

salah satunya yaitu dapat saling menghargai serta dapat

memupuk kelestarian nilai budaya lokal sejalan dengan

peningkatan kualitas hidup komunitas yang bersangkutan.

Yang terakhir yaitu berdasarkan spiritual Intellegent, petani

tentu akan secara tulus mau membantu masyarakat yang lainya.

Selain itu, karena Integrated Farming System tersebut tidak

membutuhkan pupuk buatan secara besar, maka tanah pun akan

terlindungi dari kikisan zat kimia yang ada dalam tanah.

Dengan pemahaman bahwa tanah ataupun lahan yang

sekarang kita miliki, adalah titipan dari nenek moyang terdahulu,

yang harus sampai ke anak cucu, tanpa rusak sedikitpun, itu

membuat munculnya kesadaran dalam diri masyarakat untuk

selalu menjaga. Salah satu cara untuk menjaganya yaitu dengan

tidak merusak keaslian tanah, dengan tidak secara berlebihan

memberikan pupuk buatan / pupuk kimia dalam pertanin


E. Strategi

Strategi yang digunakan dalam memperkenalkan serta

menerapkan Integrated Farming System kepada masyarakat

ialah:

1. Penyuluhan
Langkah awal yang dilakukan dalam pelaksanaan

Integrated Farming System ialah dengan penyuluhan

yang dilakukan di wilayah pertanian Yogyakarta.


Namun sebelumnya, tentu saja memberikan pemahaman

akan Integrated Farming System, serta manfaat bahkan

akibat yang akan diterima. Penyuluhan tersebut dilakukan

secara berkala, sehingga masyarakat benar-benar tahu

dan mengerti integrated farming, dan mampu untuk

menerapkanya.

2. Pelaksanaan Integrated Farming System


a. Pembuatan Integrated Farming System
Proses mendesain integrated farming system harus

mencakup faktor-faktor di bawah ini yaitu:


Modal
Penekanan faktor modal meliputi modal teknis dan

non teknis. Modal teknis meliputi biaya pembuatan

kandang, pembuatan kolam, harga tanah untuk

lahan persawahan/ ladang dan sebagainya.

Peternak dapat meninjau modal teknis dari kondisi


lingkungan seperti ketersediaan air bersih, agen

penyakit, suhu, kondisi tanah dan sebagainya.

Lakukan survei pendahuluan untuk memetakan

bagaimana desain integrated farming system yang

akan dibuat. Lalu perhitungkan berapa modal yang

dibutuhkan, kapan modal akan kembali, berapa

besar resiko yang akan dihadapi dan sebagainya.


Modal non teknis menyangkut perizinan usaha

tersebut. Dikarenakan integrated farming system

merupakan gabungan dari pertanian, peternakan

dan perikanan maka peternak wajib mengantongi

izin untuk ketiganya.


Tenaga Kerja
Teknologi
Pemakaian teknologi lebih baik tentu berakibat pada

dua hal yaitu modal dan tenaga kerja. Penggunaan

teknologi yang modern dalam budidaya buah dan

ikan tentunya akan menurunkan biaya untuk tenaga

kerja.

Pembuatan Integrated Farming System harus melihat

wilayah yang di gunakan. Dan tanah pertanian di

Yogyakarta tebilang kecil, sehingga integrated farming


yang mungkin di lakukan adalah integrasi dari Ayam-

Ikan-Padi

Komponen Integrated Farming:


Manusia
Manusia sebagai makhluk hidup membutuhkan energi

sebagai motor kehidupannya.


Peternakan
Peternakan memainkan peran sebagai sumber energi dan

penggerak ekonomi dalam integrated farming system.

Sumber energi berasal dari daging, susu, telur serta organ

tubuh lainnya bahkan kotoran hewan. Sedangkan fungsi

penggerak ekonomi berasal dari hasil penjualan ternak,

telur, susu dan hasil sampingan ternak (bulu dan kotoran).


Persawahan atau Ladang
Syarat tanaman yang bisa diusahakan adalah bernilai

ekonomi dan bisa menyediakan pakan untuk peternakan.

Padi, strawberi, apel, anggur, singkong, tomat, talas dan

jamur dapat digunakan dalam integrated farming system.

Hasil samping pertanian berupa jerami, sekam dan sisa

batang dapat digunakan sebagai pakan ternak dan ikan,

pembuatan biogas dan kompos.


Perikanan
Ikan yang digunakan untuk integrated farming system

adalah ikan air tawar yang dapat beradaptasi dengan

lingkungan air yang keruh, tidak membutuhkan perawatan


ekstra, mampu memanfaatkan nutrisi yang ada dan

memiliki nilai ekonomis. Ikan yang sering digunakan

adalah ikan nila, gurami, mas, tambakan dan lele. Ikan

dapat dipelihara secara tunggal (monoculture) atau

campuran (polyculture), asalkan jenis yang dipelihara

mempunyai kebiasaan makan berbeda agar tidak terjadi

perebutan pakan, misalnya ikan mas dengan gurami.


Nutrisi untuk ikan berasal dari jatuhan kotoran ternak

yang kering dan sisa pakan ternak. Selain yang kering,

kotoran ternak yang jatuh ke kolam juga memacu

perkembangan plankton yang menjadi makanan ikan.

Oleh karena itu, sebaiknya peternak juga memilih ikan

yang dapat memanfaatkan plankton di dalam kolam

seperti ikan tambangan.


Waste Treatment
Komponen ini berperan dalam penyediaan energi dan

penekan pencemaran lingkungan. Hasil dari pengolahan

limbah tersebut adalah:


Kompos dan pupuk kandang
Bahan pembuat kompos adalah kotoran sapi (80-83%),

jerami padi (bisa sekam, serbuk gergaji dan lain-lain

sebanyak 5%), abu dapur (10%), bakteri starter (0,25%)

dan kapur (2%). Bahan lain dapat digunakan asalkan

kotoran sapi minimal 40% dan kotoran ayam 25%.


Biogas
Biogas terbentuk dari hasil penguraian kotoran hewan

oleh mikroorganisme yang terdiri atas karbondioksida (30-

40%), hidrogen (1-5%), metana (50-70%), uap air (0,3%),

nitrogen (1-2%), dan hidrogen sulfat (endapan). Metana

sebagai komponen terbesar dapat dimanfaatkan untuk

memasak dan pemanas. Banyaknya metana yang

dihasilkan juga menentukan daya listrik yang dihasilkan.

Satu meter kubik (m3) metana yang setara dengan 10

kWh atau 0,6 liter bensin, mampu menghidupkan lampu

60-100 watt selama 6 jam. Cukup 3 ekor sapi untuk

memenuhi kebutuhan energi skala rumah tangga.


Pada dasarnya, biogas dapat diolah dari berbagai macam

feses. Hanya, tiap feses ternyata memiliki kelebihan dan

kekurangan. Contoh, feses sapi yang mudah dibuat biogas

karena sedikit mengandung unsur-unsur kimia. Selain itu,

perbandingan C/N (Carbon/Nitrogen) feses sapi adalah

yang paling baik sehingga bakteri pembentuk gas dapat

tumbuh lebih baik.


Lain halnya dengan feses ayam yang dipelihara secara

intensif. Feses ayam tersebut memiliki kandungan zat

kimia yang tinggi sehingga membutuhkan perhatian

khusus dalam pembuatannya. Terlepas dari itu, feses ini

juga mengandung lebih banyak nitrogen dan mekar lebih


banyak sehingga dapat menghasilkan biogas dan pupuk

lebih banyak.

Kelebihan dan Kelemahan Integrated Farming System

Tentunya sistem ini memiliki beberapa kelebihan antara lain:

1. Efisiensi energi, karena tidak ada energi yang terbuang

percuma

2. Meningkatkan efektivitas lahan, dengan luas lahan yang

sama, peternak bisa memiliki dua usaha sekaligus

3. Sumber dana terus menerus tanpa waktu kosong

Kelemahan Integrated Farming System

1. Daya tampung satu komponen terhadap komponen lain

agar tercipta keseimbangan. Contoh, populasi ayam harus

menyesuaikan populasi ikan di kolam agar ikan tidak

keracunan ammonia
2. Peningkatan resistensi antibiotik di lingkungan. Solusinya

adalah rolling antibiotik dilakukan lebih sering dan

mengikuti aturan pakai yang telah ditetapkan


BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan dalam makalah ini adalah:

1. Perlunya inovasi-inovasi baru dalam dunia pertanian.

Seperti pada makalha diatas, kami mengambil inovasi

berupa Integrated Farming System dalam dunia pertanian.

Karena dengan sistem tersebut kita dapat melakukan

berbagai macam usaha dengan menggunakan sedikit

media, dan dapat mengembangkan dalam media tersebut.

2. Memanfaatkan lahan sempit di tanah yang tidak begitu

luas.

Dengan luas tanah yang tidak begitu luas di daerah

Yogyakarta,

3.
Daftar Pustaka

www.fao.org integrated farming system

http://info.medion.co.id

Arsyad, Licolin, 2010, Ekonomi Pembangunan, Yogyakarta: Unit

Penerbit dan Percetakan STIM YKPN Yogyakarta.

Hakim, Agung, 2010, Ekonomi Pembangunan, Yogyakarta:

EKONISIA

Nasution, Zulkarimen, 2012, Komunikasi Pembangunan, Jakarta:

Rajawali Pers

Revisi:

Bagaimana cara mngkomunikasikan ke masyarakat

Misal: Penyuluhan dengan praktik secarang langsung, dan juga

menggandeng berbagai dinas, misal dinas pertanian, dinas

peternakan, dan juga berbagai instansi pendidikan.

Melakukan sosialisasi dengan berbagai perguruan tinggi

terutama di daerah Yogyakarta,


Mengambil benang merah dalam makalah, strategi masih

abstrak
Jangan mengambil terlalu panjang masalah integrated

farming, tp bagaimana cara mengkomunikasikan dengan

masyarakat/petani
Misal, dengan ILM, penyuluhan, pelatihan.
Pelatihan bagaimana, berapa hari, berapa kali

pertemuan/berapa jam, siapa pemateri, narasumber, apa

yang di dapat goal


Dijelaskan secara rinci, anggap aja kita yang bikin

proposal acara..... iyuuuuuuhh malesss beuud >,<

Anda mungkin juga menyukai