Anda di halaman 1dari 95

Mikrobiologi adalah sebuah cabang dari ilmu biologi yang mempelajari mikroorganisme.

[1] Objek kajiannya biasanya


adalah semua makhluk (hidup) yang perlu dilihat dengan mikroskop, khususnya bakteri, fungi, alga mikroskopik, protozoa,
dan Archaea. Virus sering juga dimasukkan walaupun sebenarnya tidak sepenuhnya dapat dianggap sebagai makhluk hidup
[2].

Mikrobiologi dimulai sejak ditemukannya mikroskop dan menjadi bidang yang sangat penting dalam biologi setelah Louis
Pasteur dapat menjelaskan proses fermentasi anggur (wine) dan membuat serum rabies [2] Perkembangan biologi yang
pesat pada abad ke-19 terutama dialami pada bidang ini dan memberikan landasan bagi terbukanya bidang penting lain:
biokimia.

Penerapan mikrobiologi pada masa kini masuk berbagai bidang dan tidak dapat dipisahkan dari cabang lain karena
diperlukan juga dalam bidang farmasi, kedokteran, pertanian, ilmu gizi, teknik kimia, bahkan hingga astrobiologi dan
arkeologi.

Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat
bantuan. [1]Mikroorganisme disebut juga organisme mikroskopik [1]. Mikroorganisme seringkali bersel tunggal (uniseluler)
maupun bersel banyak (multiseluler) [1]. Namun, beberapa protista bersel tunggal masih terlihat oleh mata telanjang dan
ada beberapa spesies multisel tidak terlihat mata telanjang.[rujukan?]Virus juga termasuk ke dalam mikroorganisme
meskipun tidak bersifat seluler [1].
Ilmu yang mempelajari mikroorganisme disebut mikrobiologi [1]. Orang yang bekerja di bidang ini disebut mikrobiolog.
[rujukan?]Mikroorganisme biasanya dianggap mencakup semua prokariota, protista dan alga renik.[rujukan?] Fungi,
terutama yang berukuran kecil dan tidak membentuk hifa, dapat pula dianggap sebagai bagiannya meskipun banyak yang
tidak menyepakatinya.[rujukan?] Kebanyakan orang beranggapan bahwa yang dapat dianggap mikroorganisme adalah
semua organisme sangat kecil yang dapat dibiakkan dalam cawan petri atau inkubator di dalamlaboratorium dan mampu
memperbanyak diri secara mitosis.[rujukan?]Mikroorganisme berbeda dengan sel makrooganisme.[rujukan?] Sel
makroorganisme tidak bisa hidup bebas di alam melainkan menjadi bagian dari struktur multiselular yang membentuk
jaringan, organ, dan sistem organ.[rujukan?] Sementara itu, sebagian besar mikrooganisme dapat menjalankan proses
kehidupan dengan mandiri, dapat menghasilkan energi sendiri, dan bereproduksi secara independen tanpa bantuan sel lain

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus hanya dapat
bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena
virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Dalam sel inang, virus merupakan
parasit obligat dan di luar inangnya menjadi tak berdaya. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil
asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan
pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus menyandi
baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur
hidupnya.
Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota (organisme
multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara istilah bakteriofag atau fag digunakan untuk
jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel).
Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak dapat menjalankan fungsi
biologisnya secara bebas. Karena karakteristik khasnya ini virus selalu terasosiasi dengan penyakit
tertentu, baik pada manusia (misalnya virus influenza dan HIV), hewan (misalnya virus flu burung), atau
tanaman (misalnya virus mosaik tembakau/TMV).
Penelitian mengenai virus dimulai dengan penelitian mengenai penyakit mosaik yang menghambat
pertumbuhan tanaman tembakau dan membuat daun tanaman tersebut memiliki bercak-bercak. Pada
tahun 1883, Adolf Mayer, seorang ilmuwan Jerman, menemukan bahwa penyakit tersebut dapat menular
ketika tanaman yang ia teliti menjadi sakit setelah disemprot dengan getah tanaman yang sakit. Karena
tidak berhasil menemukan mikroba di getah tanaman tersebut, Mayer menyimpulkan bahwa penyakit
tersebut disebabkan oleh bakteri yang lebih kecil dari biasanya dan tidak dapat dilihat dengan mikroskop.
Pada tahun 1892, Dimitri Ivanowsky dari Rusia menemukan bahwa getah daun tembakau yang sudah
disaring dengan penyaring bakteri masih dapat menimbulkan penyakit mosaik. Ivanowsky lalu
menyimpulkan dua kemungkinan, yaitu bahwa bakteri penyebab penyakit tersebut berbentuk sangat kecil
sehingga masih dapat melewati saringan, atau bakteri tersebut mengeluarkan toksin yang dapat
menembus saringan. Kemungkinan kedua ini dibuang pada tahun 1897 setelah Martinus Beijerinck dari
Belanda menemukan bahwa agen infeksi di dalam getah yang sudah disaring tersebut dapat bereproduksi
karena kemampuannya menimbulkan penyakit tidak berkurang setelah beberapa kali ditransfer
antartanaman.Patogen mosaik tembakau disimpulkan sebagai bukan bakteri, melainkan merupakan
contagium vivum fluidum, yaitu sejenis cairan hidup pembawa penyakit.
Setelah itu, pada tahun 1898, Loeffler dan Frosch melaporkan bahwa penyebab penyakit mulut dan kaki
sapi dapat melewati filter yang tidak dapat dilewati bakteri. Namun demikian, mereka menyimpulkan
bahwa patogennya adalah bakteri yang sangat kecil.
Pendapat Beijerinck baru terbukti pada tahun 1935, setelah Wendell Meredith Stanley dari Amerika
Serikat berhasil mengkristalkan partikel penyebab penyakit mosaik yang kini dikenal sebagai virus
mosaik tembakau. Virus ini juga merupakan virus yang pertama kali divisualisasikan dengan mikroskop
elektron pada tahun 1939 oleh ilmuwan Jerman G.A. Kausche, E. Pfankuch, dan H. Ruska.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan virus?
2. Bagaimana struktur dan anatomi virus?
3. Bagaimana virus bereproduksi?
4. Apa saja contoh-contoh virus?
5. Bagaimana peranan virus dalam kehidupan?
6. Apakah yang dimaksud anti virus?
7. Bagaimana cara mencegah dan cara pengobatannya?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetehui devinisi virus
2. Untuk mengetahui struktur dan anatomi virus
3. Untuk mengetahui reproduksi virus
4. Untuk mengetahui contoh-contoh virus
5. Untuk mengetahui peranan virus dalam kehidupan
6. Untuk mengetahui anti virus
7. Untuk mengetahui pencegahan dan pengobatannya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEVINISI
Virus adalah parasit intraseluler obligat dan ukurannya 20-200 nm, bentuk dan komposisi kimianya
bervariasi, tetapi hanya mengandung RNA or DNA. Partikelnya secara utuh disebut VIRION yang
terdiri dari Capsid yang dapat terbungkus oleh sebuah Glycoprotein/membrane lipid. Virus resisten
terhadap antibiotics
Virus merupakan Partikel yang bersifat parasit obligat pada sel/makhluk hidup Aseluler (bukan
merupakan sel) Berukuran sangat renik Di dalam sel inang virus menunjukkan ciri makhluk hidup,
sedangkan di luar sel menunjukkan ciri bukan makhluk hidup.
Bentuk virus berbeda beda ada yang bula, batang, polihidris dan seperti huruf T.
B. STRUKTUR DAN ANATOMI VIRUS
Virus merupakan organisme subselular yang karena ukurannya sangat kecil, hanya dapat dilihat dengan
menggunakan mikroskop elektron. Ukurannya lebih kecil daripada bakteri sehingga virus tidak dapat
disaring dengan penyaring bakteri. Virus terkecil berdiameter hanya 20 nm (lebih kecil daripada
ribosom), sedangkan virus terbesar sekalipun sukar dilihat dengan mikroskop cahaya.
Asam nukleat genom virus dapat berupa DNA ataupun RNA. Genom virus dapat terdiri dari DNA untai
ganda, DNA untai tunggal, RNA untai ganda, atau RNA untai tunggal. Selain itu, asam nukleat genom
virus dapat berbentuk linear tunggal atau sirkuler. Jumlah gen virus bervariasi dari empat untuk yang
terkecil sampai dengan beberapa ratus untuk yang terbesar. Bahan genetik kebanyakan virus hewan dan
manusia berupa DNA, dan pada virus tumbuhan kebanyakan adalah RNA yang beruntai tunggal.
Bahan genetik virus diselubungi oleh suatu lapisan pelindung. Protein yang menjadi lapisan pelindung
tersebut disebut kapsid. Bergantung pada tipe virusnya, kapsid bisa berbentuk bulat (sferik), heliks,
polihedral, atau bentuk yang lebih kompleks dan terdiri atas protein yang disandikan oleh genom virus.
Kapsid terbentuk dari banyak subunit protein yang disebut kapsomer.
Untuk virus berbentuk heliks, protein kapsid (biasanya disebut protein nukleokapsid) terikat langsung
dengan genom virus. Misalnya, pada virus campak, setiap protein nukleokapsid terhubung dengan enam
basa RNA membentuk heliks sepanjang sekitar 1,3 mikrometer. Komposisi kompleks protein dan asam
nukleat ini disebut nukleokapsid. Pada virus campak, nukleokapsid ini diselubungi oleh lapisan lipid yang
didapatkan dari sel inang, dan glikoprotein yang disandikan oleh virus melekat pada selubung lipid
tersebut. Bagian-bagian ini berfungsi dalam pengikatan pada dan pemasukan ke sel inang pada awal
infeksi.
Kapsid virus sferik menyelubungi genom virus secara keseluruhan dan tidak terlalu berikatan dengan
asam nukleat seperti virus heliks. Struktur ini bisa bervariasi dari ukuran 20 nanometer hingga 400
nanometer dan terdiri atas protein virus yang tersusun dalam bentuk simetri ikosahedral. Jumlah protein
yang dibutuhkan untuk membentuk kapsid virus sferik ditentukan dengan koefisien T, yaitu sekitar 60t
protein. Sebagai contoh, virus hepatitis B memiliki angka T=4, butuh 240 protein untuk membentuk
kapsid. Seperti virus bentuk heliks, kapsid sebagian jenis virus sferik dapat diselubungi lapisan lipid,
namun biasanya protein kapsid sendiri langsung terlibat dalam penginfeksian sel.
Seperti yang telah dijelaskan pada virus campak, beberapa jenis virus memiliki unsur tambahan yang
membantunya menginfeksi inang. Virus pada hewan memiliki selubung virus, yaitu membran
menyelubungi kapsid. Selubung ini mengandung fosfolipid dan protein dari sel inang, tetapi juga
mengandung protein dan glikoprotein yang berasal dari virus. Selain protein selubung dan protein kapsid,
virus juga membawa beberapa molekul enzim di dalam kapsidnya. Ada pula beberapa jenis bakteriofag
yang memiliki ekor protein yang melekat pada kepala kapsid. Serabut-serabut ekor tersebut digunakan
oleh fag untuk menempel pada suatu bakteri.
Partikel lengkap virus disebut virion. Virion berfungsi sebagai alat transportasi gen, sedangkan komponen
selubung dan kapsid bertanggung jawab dalam mekanisme penginfeksian sel inang.
C. PARASITISME VIRUS
Jika bakteriofag menginfeksikan genomnya ke dalam sel inang, maka virus hewan diselubungi oleh
endositosis atau, jika terbungkus membran, menyatu dengan plasmalema inang dan melepaskan inti
nukleoproteinnya ke dalam sel. Beberapa virus (misalnya virus polio), mempunyai tempat-tempat
reseptor yang khas pada sel inangnya, yang memungkinkannya masuk. Setelah di dalam, biasanya genom
tersebut mula-mula ditrskripsi oleh enzim inang tetapi kemudian biasanya enzim yang tersandi oleh virus
akan mengambil alih. Sintesis sel inang biasanya berhenti, genom virus bereplikasi dan kapsomer
disintesis sebelum menjadi virion dewasa.
Virus biasanya mengkode suatu enzim yang diproduksi terakhir, merobek plasma membran inang (tahap
lisis) dan melepaskan keturunan infektif; atau dapat pula genom virus terintegrasi ke dalam kromsom
inang dan bereplikasi bersamanya (provirus). Banyak genom eukariota mempunyai komponen provirus.
Kadang-kadang hal ini mengakibatkan transformasi neoplastik sel melalui sintesis protein biasanya hanya
diproduksi selama penggandaan virus. Virus tumor DNA mencakup adenovirus dan papavavirus; virus
tumor DNA terbungkus dan mencakup beberapa retrovirus (contohnya virus sarkoma rous).
D. REPRODUKSI VIRUS
Reproduksi virus secara umum terbagi menjadi 2 yaitu siklus litik dan siklus lisogenik.
1. SIKLUS LITIK

Siklus litik dari bakteriofage (dimulai dari kanan bawah ke kiri):1. adsorbsi & penetrasi 2. Pengabungan
DNA virus dengan DNA sel 3. Replikasi DNA virus 4. Pembentukan kapsid 5. Pembentukan tubuh dan
ekor bakteriofage 6. Lisis
Siklus litik dalam virologi merupakan salah satu siklus reproduksi virus selain siklus lisogenik. Siklus
litik dianggap sebagai cara reproduksi virus yang utama karena menyangkut penghancuran sel inangnya.
Siklus litik, secara umum mempunyai 3 tahap yaitu adsorbsi & penetrasi, replikasi (biosintesis) dan lisis.
Setiap siklus litik dalam prosesnya membutuhkan waktu dari 10-60 menit.
Tahapan siklus:
Adsorbsi & penetrasi
Tahap adsorbsi yaitu penempelan virus pada inang. Virus mempunyai reseptor protein untuk menempel
pada inang spesifik.
Setelah menempel, virus kemudian akan melubangi membran dari sel inang dengan enzim lisozim.
Setelah berlubang, virus akan menyuntikkan DNA virusnya kedalam sitoplasma sel inang.
Replikasi (Biosintesis)
Setelah disuntikkan kedalam sel inang, DNA dari virus akan menonaktifkan DNA sel inangnya dan
kemudian mengambil alih kerja sel inang, lalu menggunakan sel tersebut untuk memperoleh energi dalam
bentuk ATP untuk melanjutkan proses reproduksinya.
DNA dari virus, akan menjadikan sel inang sebuah tempat pembentukan virus baru, kemudian DNA akan
mengarahkan virus untuk menghasilkan protein dan mereplikasi DNA virus untuk dimasukkan ke dalam
virus baru yang sedang dibuat.
Molekul-molekul protein (DNA) yang telah terbentuk kemudian diselubungi oleh kapsid, kapsid dibuat
dari protein sel inang dan berfungsi untuk memberi bentuk tubuh virus.
Lisis
Tahap lisis terjadi ketika virus-virus yang dibuat dalam sel telah matang. Ratusan virus-virus kemudian
akan berkumpul pada membran sel dan menyuntikkan enzim lisosom yang menghancurkan membran sel
dan menyediakan jalan keluar untuk virus-virus baru. Sel yang membrannya hancur itu akhirnya akan
mati dan virus-virus yang bebas akan menginvasi sel-sel lain dan siklus akan berulang kembali.
2. SIKLUS LISOGENIK
Siklus lisogenik dalam virologi merupakan siklus reproduksi virus selain siklus litik. Tahapan dari siklus
ini hampir sama dengan siklus litik, perbedaannya yaitu sel inangnya tidak hancur tetapi disisipi oleh
asam nukleat dari virus. Tahap penyisipan tersebut kemudian membentuk provirus.
Siklus lisogenik secara umum mempunyai tiga tahap, yaitu adsorpsi dan penetrasi, penyisipan gen virus
dan pembelahan sel inang.
Tahap siklus:
Adsorpsi dan penetrasi
Virus menempel pada permukaan sel inang dengan reseptor protein yang spesifik lalu menghancurkan
membran sel dengan enzim lisozim, virus melakukan penetrasi pada sel inang dengan menyuntikkan
materi genetik yang terdapat pada asam nukleatnya kedalam sel.
Penyisipan gen virus
Asam nukleat dari virus yang telah menembus sitoplasma sel inang kemudian akan menyisip kedalam
asam nukleat sel inang, tahap penyisipan tersebut kemudian akan membentuk provirus (pada bakteriofage
disebut profage). Sebelum terjadi pembelahan sel, kromosom dan provirus akan bereplikasi.
Pembelahan sel inang
Sel inang yang telah disisipi kemudian melakukan pembelahan, provirus yang telah bereplikasi akan
diberikan kepada sel anakan dan siklus inipun akan kembali berulang sehingga sel yang memiliki profage
menjadi sangat banyak.
Hubungan dengan siklus litik
Provirus yang baru dapat memasuki keadaan Litik dalam kondisi lingkungan yang tepat tetapi
kemungkinannya sangat kecil. Kemungkinan akan bertambah besar apabila diberi agen penginduksi.
E. KLASIVIKASI VIRUS
Virus dapat diklasifikasi menurut kandungan jenis asam nukleatnya. Pada virus RNA, dapat berunting
tunggal (umpamanya pikornavirus yang menyebabkan polio dan influenza) atau berunting ganda
(misalnya revirus penyebab diare); demikian pula virus DNA (misalnya berunting tunggal oada fase
174 dan parvorirus berunting ganda pada adenovirus, herpesvirus dan pokvirus). Virus RNA terdiri atas
tiga jenis utama: virus RNA berunting positif (+), yang genomnya bertindak sebagai mRNA dalam sel
inang dan bertindak sebagai cetakan untuk intermediat RNA unting minus (-); virus RNA berunting
negatif (-) yang tidak dapat secara langsung bertindak sebagai mRNA, tetapi sebagai cetakan untuk
sintesis mRNA melalui virion transkriptase; dan retrovirus, yang berunting + dan dapat bertindak sebagai
mRNA, tetapi pada waktu infeksi segera bertindak sebagai cetakan sintesis DNA berunting ganda (segera
berintegrasi ke dalam kromosom inang ) melalui suatu transkriptase balik yang terkandung atau tersandi.
Setiap virus imunodefisiensi manusia (HIV) merupakan bagian dari subkelompok lentivirus dari
kelompok retrovirus RNA. Virus ini merupakan penyebab AIDS pada manusia, menginfeksi setiap sel
yang mengekspresikan tanda permukaan sel CD4, seperti pembentuk T-sel yang matang.
Tingkat klasifikasi virus:
ordo famili subfamili genus species strain/tipe

Untuk saat ini, klasifikasi virus yang penting hanya dari tingkat famili ke bawah. Semua famili virus
memiliki akhiran viridae , misalnya
Poxviridae
Herpesviridae
Parvoviridae
Retroviridae
Anggota-anggota famili Picornaviridae umumnya ditularkan melalui jalur faecal/oral dan melalui udara.
Genus memiliki nama dengan akhiran virus . Misalnya, famili Picornaviridae terdiri dari 5 genus:
Genus Enterovirus misalnya poliovirus 1, 2, 3
Genus Cardiovirus misalnya mengovirus
Genus Rhinovirus misalnya Rhinovirus 1a
Genus Apthovirus misalnya FMDV-C
Genus Hepatovirus misalnya virus Hepatitits A
Definisi `spesies merupakan hal yang paling penting, namun sulit dilakukan untuk virus. Penentuan
spesies virus mengandung unsur subyektif. Sebagai contoh, genus Lentivirus terdiri dari banyak spesies
yang berbeda, termasuk:
HIV-1, Human Immunodeficiency Virus 1
HIV-2, Human Immunodeficiency Virus 2
SIV, Simian Immunodeficiency Virus
FIV, Feline Immunodeficiency Virus
BIV, Bovine Immunodeficiency Virus
Visna (domba)
EIAV (kuda)
CAEV (kambing)
Dasar-dasar klasifikasi secara taksonomi.
Ciri khas seperti morfologi (ukuran, bentuk, ada tidaknya selubung), sifat-sifat fisika-kimia (berat
molekul, densitas, pH, stabilitas terhadap temperatur dan konsentrasi ion), genom (RNA, DNA, urutan
materi genetik yang tersegmentasi ( segmented sequence ), pemetaan posisi restriksi ( restriction map ),
modifikasi, dsb.), makromolekul (komposisi dan fungsi protein), sifat-sifat antigenik, sifat-sifat biologis
(organisme apa saja yang menjadi inangnya, cara penularan, cara perpindahan, dsb.), semuanya
dipertimbangkan dalam menentukan klasifikasi virus.
F. CONTOH CONTOH VIRUS
1. HIV (Human Immunodeficiency Virus)

Termasuk salah satu retrovirus yang secara khusus menyerang sel darah putih (sel T). Retrovirus adalah
virus ARN hewan yang mempunyai tahap ADN. Virus tersebut mempunyai suatu enzim, yaitu enzim
transkriptase balik yang mengubah rantai tunggal ARN (sebagai cetakan) menjadi rantai ganda kopian
ADN (cADN). Selanjutnya, cADN bergabung dengan ADN inang mengikuti replikasi ADN inang. Pada
saat ADN inang mengalami replikasi, secara langsung ADN virus ikut mengalami replikasi.
2. Virus herpes
Virus herpes merupakan virus ADN dengan rantai ganda yang kemudian disalin menjadi mARN.
3. Virus influenza

Siklus replikasi virus influenza hampir sama dengan siklus replikasi virus herpes. Hanya saja, pada virus
influenza materi genetiknya berupa rantai tunggal ARN yang kemudian mengalami replikasi menjadi
mARN.
4. Paramyxovirus
Paramyxovirus adalah semacam virus ARN yang selanjutnya mengalami replikasi menjadi mARN.
Paramyxovirus merupakan penyebab penyakit campak dan gondong.
G. PERANAN VIRUS DALAM KEHIDUPAN
Beberapa virus ada yang dapat dimanfaatkan dalam rekombinasi genetika. Melalui terapi gen, gen jahat
(penyebab infeksi) yang terdapat dalam virus diubah menjadi gen baik (penyembuh). Baru-baru ini David
Sanders, seorang profesor biologi pada Purdues School of Science telah menemukan cara pemanfaatan
virus dalam dunia kesehatan. Dalam temuannva yang dipublikasikan dalam Jurnal Virology, Edisi 15
Desember 2002, David Sanders berhasil menjinakkan cangkang luar virus Ebola sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai pembawa gen kepada sel yang sakit (paru-paru). Meskipun demikian, kebanyakan
virus bersifat merugikan terhadap kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan.
Virus sangat dikenal sebagai penyebab penyakit infeksi pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Sejauh ini
tidak ada makhluk hidup yang tahan terhadap virus. Tiap virus secara khusus menyerang sel-sel tertentu
dari inangnya. Virus yang menyebabkan selesma menyerang saluran pernapasan, virus campak
menginfeksi kulit, virus hepatitis menginfeksi hati, dan virus rabies menyerang sel-sel saraf. Begitu juga
yang terjadi pada penyakit AIDS (acquired immune deficiency syndrome), yaitu suatu penyakit yang
mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh penderita penyakit tersebut disebabkan oleh virus HIV
yang secara khusus menyerang sel darah putih. Tabel berikut ini memuat beberapa macam penyakit yang
disebabkan oleh virus.
Selain manusia, virus juga menyebabkan kesengsaraan bagi hewan dan tumbuhan. Tidak sedikit pula
kerugian yang diderita peternak atau petani akibat ternaknya yang sakit atau hasil panennya yang
berkurang.
1. Penyakit hewan akibat virus
Penyakit tetelo, yakni jenis penyakit yang menyerang bangsa unggas, terutama ayam. Penyebabnya
adalah new castle disease virus (NCDV). Penyakit kuku dan mulut, yakni jenis penyakit yang menyerang
ternak sapi dan kerbau. Penyakit kanker pada ayam oleh rous sarcoma virus (RSV). Penyakit rabies,
yakni jenis penyakit yang menyerang anjing, kucing, dan monyet. Penyebabnya adalah virus rabies.
2. Penyakit tumbuhan akibat virus
Penyakit mosaik, yakni jenis penyakit yang menyerang tanaman tembakau. Penyebabnya adalah tobacco
mosaic virus (TMV) Penyakit tungro, yakni jenis penyakit yang menyerang tanaman padi. Penyebabnya
adalah virus Tungro. Penyakit degenerasi pembuluh tapis pada jeruk. Penyebabnya adalah virus citrus
vein phloem degeneration (CVPD).
3. Penyakit manusia akibat virus
Contoh paling umum dari penyakit yang disebabkan oleh virus adalah
Pilek (yang bisa saja disebabkan oleh satu atau beberapa virus sekaligus)
Cacar
AIDS (yang disebabkan virus HIV)
Demam herpes (yang disebabkan virus herpes simpleks)
Kanker leher rahim juga diduga disebabkan sebagian oleh papilomavirus (yang menyebabkan papiloma,
atau kutil)
Yang memperlihatkan contoh kasus pada manusia yang memperlihatkan hubungan antara kanker dan
agen-agen infektan. Juga ada beberapa kontroversi mengenai apakah virus borna, yang sebelumnya
diduga sebagai penyebab penyakit saraf pada kuda, juga bertanggung jawab kepada penyakit psikiatris
pada manusia.
Potensi virus untuk menyebabkan wabah pada manusia menimbulkan kekhawatiran penggunaan virus
sebagai senjata biologis. Kecurigaan meningkat seiring dengan ditemukannya cara penciptaan varian
virus baru di laboratorium.
Kekhawatiran juga terjadi terhadap penyebaran kembali virus sejenis cacar, yang telah menyebabkan
wabah terbesar dalam sejarah manusia, dan mampu menyebabkan kepunahan suatu bangsa. Beberapa
suku bangsa Indian telah punah akibat wabah, terutama penyakit cacar, yang dibawa oleh kolonis Eropa.
Meskipun sebenarnya diragukan dalam jumlah pastinya, diyakini kematian telah terjadi dalam jumlah
besar. Penyakit ini secara tidak langsung telah membantu dominasi bangsa Eropa di dunia baru Amerika.
Salah satu virus yang dianggap paling berbahaya adalah filovirus. Grup Filovirus terdiri atas Marburg,
pertama kali ditemukan tahun 1967 di Marburg, Jerman, dan ebola. Filovirus adalah virus berbentuk
panjang seperti cacing, yang dalam jumlah besar tampak seperti sepiring mi. Pada April 2005, virus
Marburg menarik perhatian pers dengan terjadinya penyebaran di Angola. Sejak Oktober 2004 hingga
2005, kejadian ini menjadi epidemi terburuk di dalam kehidupan manusia.
H. ANTI VIRUS
Pengembangan obat anti virus atau obat anti viral sebagai pencegahan atau pengobatan belum mencapai
hasil seperti yang diinginkan oleh umat manusia. Karena obat anti virus atau obat anti viral yang dapat
menghambat atau membunuh virus juga akan dapat merusak sel hospes dimana virus itu berada dalam hal
ini manusia.
Pemilihan obat anti virus / obat anti viral pada infeksi virus tertentu
1. Infeksi HIV atau AIDS
Pengobatan anti-viral pada dasarnya menyerang virus HIV di salah satu dari dua tempat:
a). menjaga virus tetap berada di luar sel-T yang sehat
b). mencegah sel-T yang terinfeksi untuk melepaskan sel virus baru.
Perawatan lain adalah termasuk meningkatkan sistem kekebalan alami, supaya bisa melawan HIV. Ini
disebut modulasi kekebalan.
Alasan mengapa gejala HIV tidak muncul selama beberapa tahun, itu karena sistem kekebalan dalam
menjalankan tugas yang hebat selama melawan HIV. Obat-obat anti-viral terutama diperuntukkan bagi
mereka yang sistem kekebalannya sudah kewalahan terhadap virus.
Obat anti virus / anti viral untuk HIV atau AIDS terbagi 4 kelas yaitu :
Penghambat Fusi seperti Enfuvirtide
Penghambat Nukleosida pengubah transcriptase seperti Didanosine, Lamivudine, Stavudine, Zidovudine
Penghambat HIV Protease seperti Ritonavir
Penghambat Non-Nukleosida pengubah Transciptase seperti Nevirapine
Terapi tunggal dari obat virus untuk HIV dan AIDS sangat tidak direkomendasikan. Kombinasi terapi dari
obat anti viral adalah sangat mendasar dan penting.
Gunakanlah selalu obat anti virus ganda (tiga macam obat anti irus), termasuk penghambat HIV
protease. Strategi ini disebut HAART, singkatan dari highly active anti-retroviral therapy (pengobatan
anti-retroviral yang sangat aktif).
Ada beberapa kombinasi yaitu :
3 macam obat anti virus kelas Penghambat Nukleosida pengubah transcriptase.
2 obat anti virus kelas Penghambat Nukleosida pengubah transcriptase dan 1 macam obat anti virus kelas
Penghambat HIV Protease
2 obat anti virus kelas Penghambat Nukleosida pengubah transcriptase dan 1 macam obat anti virus kelas
Penghambat Non-Nukleosida pengubah Transciptase
Penghambat Fusi boleh ditambahkan untuk mengoptimalkan kerja dari tiga kelas di atas.
2. Infeksi virus Herpes
Infeksi HSV(virus herpes simpleks) tipe 1 : obat anti virus Asiklovir memberikan hasil yang baik untuk
infeksi oral-labial. Pada HSV ensefalitis, pemberian anti virus asikovir injeksi dapat meningkatkan
survival rate.
Untuk HSV tipe 1 yang menimbulkan kerato-konjungtivitis, dapat diberikan an virus lokal pada mata
seperti idoksuridin 0.15.
Infeksi HSV tipe 2 ; tipe ini biasanya menimbulkan herpes genitalis. Bentuk primer dari herpse genitalis
dapat diobati dengan obat anti virus asiklovir yang menghasilkan penyembuhan dan hilangnya rasa nyeri
lebih cepat.
Bentuk herpes genitalis kambuhan/rekuren tidak dapat dihambat oleh obat anti virus asikovir. Pemberian
oral memberikan efek sedang.
3. Infeksi virus Varicella-zoster
Bentuk lazim pada anak-anak biasanya ringan dan tidak membutuhkan obat anti virus. Ada kalanya
penyakitnya memberat, tertutama pada pasien yang disertai defisiensi imunologis. Untuk ini diberikan
obat nti virus asiklovir secara injeksi selama 5-7 hari.
4. Infeksi Cytomegalovirus (CMV)
Retinitis karena CMV pada pasieAIDS diberi obat anti virus gansikovir.
5. Hepatitis
Untuk infeksi hepatitis B kronis digunakan obat anti virus Entecavir untuk perawatannya.
Untuk infeksi kronis hepatitis C menggunakan obat anti virus interferon-a. Yang sekarang sudah
berkembang dengan penambahan PEG agar lebih efektif PEG interferon dan pemakaiannya dipermudah
dengan peralatan khusus pula.
Untuk pemilihan obat anti virus yang tepat ada baiknya anda harus periksakan diri dan konsultasi ke
dokter.
I. DIAGNOSIS DI LABORATORIUM
Deteksi, isolasi, hingga analisis suatu virus biasanya melewati proses yang sulit dan mahal. Karena itu,
penelitian penyakit akibat virus membutuhkan fasilitas besar dan mahal, termasuk juga peralatan yang
mahal dan tenaga ahli dari berbagai bidang, misalnya teknisi, ahli biologi molekular, dan ahli virus.
Biasanya proses ini dilakukan oleh lembaga kenegaraan atau dilakukan secara kerjasama dengan bangsa
lain melalui lembaga dunia seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
J. PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN
Karena biasanya memanipulasi mekanisme sel induknya untuk bereproduksi, virus sangat sulit untuk
dibunuh. Metode pengobatan sejauh ini yang dianggap paling efektif adalah vaksinasi, untuk merangsang
kekebalan alami tubuh terhadap proses infeksi, dan obat-obatan yang mengatasi gejala akibat infeksi
virus.
Penyembuhan penyakit akibat infeksi virus biasanya disalah-antisipasikan dengan penggunaan antibiotik,
yang sama sekali tidak mempunyai pengaruh terhadap kehidupan virus. Efek samping penggunaan
antibiotik adalah resistansi bakteri terhadap antibiotik. Karena itulah diperlukan pemeriksaan lebih lanjut
untuk memastikan apakah suatu penyakit disebabkan oleh bakteri atau virus.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus hanya dapat
bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena
virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Dalam sel inang, virus merupakan
parasit obligat dan di luar inangnya menjadi tak berdaya. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil
asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan
pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Istilah virus biasanya
merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota (organisme multisel dan banyak jenis
organisme sel tunggal), sementara istilah bakteriofag atau fag digunakan untuk jenis yang menyerang
jenis-jenis sel prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel).
Penelitian mengenai virus dimulai dengan penelitian mengenai penyakit mosaik. Pada tahun 1883, Adolf
Mayer menemukan bahwa penyakit tersebut dapat menular. Mayer menyimpulkan bahwa penyakit
tersebut disebabkan oleh bakteri yang lebih kecil dari biasanya dan tidak dapat dilihat dengan mikroskop.
Pada tahun 1892, Dimitri Ivanowsky menemukan bahwa getah daun tembakau yang sudah disaring
dengan penyaring bakteri masih dapat menimbulkan penyakit mosaik. Ivanowsky lalu menyimpulkan dua
kemungkinan, yaitu bahwa bakteri penyebab penyakit tersebut berbentuk sangat kecil sehingga masih
dapat melewati saringan, atau bakteri tersebut mengeluarkan toksin yang dapat menembus saringan.
Wendell Meredith Stanley dari Amerika Serikat berhasil mengkristalkan partikel penyebab penyakit
mosaik yang kini dikenal sebagai virus.
Struktur dan anatomi virus. Model skematik virus berkapsid heliks (virus mosaik tembakau): 1. asam
nukleat (RNA), 2. kapsomer, 3. kapsid. Virus merupakan organisme subselular yang karena ukurannya
sangat kecil, hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron. Virus terkecil berdiameter
hanya 20 nm (lebih kecil daripada ribosom), sedangkan virus terbesar sekalipun sukar dilihat dengan
mikroskop cahaya. Asam nukleat genom virus dapat berupa DNA ataupun RNA. Genom virus dapat
terdiri dari DNA untai ganda, DNA untai tunggal, RNA untai ganda, atau RNA untai tunggal. Bahan
genetik kebanyakan virus hewan dan manusia berupa DNA, dan pada virus tumbuhan kebanyakan adalah
RNA yang beruntai tunggal. Reproduksi virus secara umum terbagi menjadi 2 yaitu siklus litik dan siklus
lisogenik.
Klasifikasi Virus diantaranya : Virus Penyerang Bakteri (Bakteriofage), Virus Protista Virus Tumbuhan,
dan Virus Hewan/Manusia. Selain itu juga, virus dapat diklasifikasi menurut kandungan jenis asam
nukleatnya yaitu pada RNA dan DNA. Pada virus RNA, dapat berunting tunggal (umpamanya
pikornavirus yang menyebabkan polio dan influenza) atau berunting ganda (misalnya revirus penyebab
diare); demikian pula virus DNA (misalnya berunting tunggal oada fase 174 dan parvorirus berunting
ganda pada adenovirus, herpesvirus dan pokvirus).
Contoh-contoh virus yaitu : HIV (Human Immunodeficiency Virus) Termasuk salah satu retrovirus yang
secara khusus menyerang sel darah putih (sel T), Virus herpes merupakan virus ADN dengan rantai ganda
yang kemudian disalin menjadi mARN. Virus influenza dan Paramyxovirus adalah semacam virus ARN
yang selanjutnya mengalami replikasi menjadi mARN penyebab penyakit campak dan gondong.
Beberapa virus ada yang dapat dimanfaatkan dalam rekombinasi genetika. Melalui terapi gen, gen jahat
(penyebab infeksi) yang terdapat dalam virus diubah menjadi gen baik (penyembuh). David Sanders
berhasil menjinakkan cangkang luar virus Ebola sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pembawa gen
kepada sel yang sakit (paru-paru). Meskipun demikian, kebanyakan virus bersifat merugikan terhadap
kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan.
Penyakit pada manusia akibat virus yang menyebabkan selesma menyerang saluran pernapasan, virus
campak menginfeksi kulit, virus hepatitis menginfeksi hati, dan virus rabies menyerang sel-sel saraf.
Begitu juga yang terjadi pada penyakit AIDS (acquired immune deficiency syndrome), yaitu suatu
penyakit yang mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh penderita penyakit tersebut disebabkan oleh
virus HIV yang secara khusus menyerang sel darah putih. Selain itu, penyakit hewan akibat virus yaitu
penyakit tetelo penyebabnya adalah new castle disease virus (NCDV), penyakit kuku dan mulutPenyakit
kanker pada ayam oleh rous sarcoma virus (RSV) dan penyakit rabies. Sedangkan penyakit tumbuhan
akibat virus diantaranya : penyakit mosaik, penyakit degenerasi pembuluh tapis pada jeruk, dan vein
phloem degeneration (CVPD).
Virus sangat sulit untuk dibunuh. Metode pengobatan sejauh ini yang dianggap paling efektif adalah
vaksinasi, untuk merangsang kekebalan alami tubuh terhadap proses infeksi, dan obat-obatan yang
mengatasi gejala akibat infeksi virus. Selain itu, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan
apakah suatu penyakit disebabkan oleh bakteri atau virus.
A. PENGERTIAN

Bakteri pertama ditemukan oleh Anthony van Leeuwenhoek pada 1674 dengan menggunakan mikroskop
buatannya sendiri. Istilah bacteriumkemudian diperkenalkan oleh Ehrenberg pada tahun 1828, diambil
dari kata Yunani baktnpiov yang memiliki arti "small stick". Bakteri, dari kata
Latin bacterium (jamak, bacteria), adalah kelompok terbanyak dari organisme hidup. Mereka sangatlah
kecil (mikroskopik) dan kebanyakan uniselular (bersel tunggal), dengan struktur sel yang relatif
sederhana tanpa nukleus/inti sel, cytoskeleton, dan organel lain seperti mitokondria dan
kloroplas. biasanya hanya berukuran 0,5-5 m, meski ada jenis dapat menjangkau 0,3 mm dalam diameter
(Thiomargarita). Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan
komposisi sangat berbeda (peptidoglikan).

B. CIRI-CIRI BAKTERI
Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannnya dengan mahluk hidup lain yaitu :
1. Organisme multiselluler
2. Prokariot (tidak memiliki membran inti sel )
3. Umumnya tidak memiliki klorofil
4. Memiliki ukuran tubuh yang bervariasi antara 0,12 s/d ratusan mikron umumnya memiliki ukuran rata-rata
1 s/d 5 mikron.
5. Memiliki bentuk tubuh yang beraneka ragam
6. Hidup bebas atau parasit
7. Yang hidup di lingkungan ekstrim seperti pada mata air panas,kawah atau gambut dinding selnya tidak
mengandung peptidoglikan
8. Yang hidupnya kosmopolit diberbagai lingkungan dinding selnya mengandung peptidoglikan

C. STRUKTUR BAKTERI
Struktur bakteri terbagi menjadi dua yaitu:
Struktur dasar (dimiliki oleh hampir semua jenis bakteri)
Meliputi: dinding sel, membran plasma, sitoplasma, ribosom, DNA, dan granula penyimpanan
Struktur tambahan (dimiliki oleh jenis bakteri tertentu) Meliputi kapsul, flagelum, pilus, fimbria,
klorosom, Vakuola gas dan endospora.
1. Struktur Dasar
Struktur dasar bakteri :
a. Dinding sel tersusun dari peptidoglikan yaitu gabungan protein dan polisakarida (ketebalan
peptidoglikan membagi bakteri menjadi bakteri gram positif bila peptidoglikannya tebal dan bakteri gram
negatif bila peptidoglikannya tipis).
b. Membran plasma adalah membran yang menyelubungi sitoplasma tersusun atas lapisan fosfolipid dan
protein
c. Sitoplasma adalah cairan sel.
d. Ribosom adalah organel yang tersebar dalam sitoplasma, tersusun atas protein dan RNA.
e. Granula penyimpanan, karena bakteri menyimpan cadangan makanan yang dibutuhkan.
2. Struktur Tambahan
a. Kapsul atau lapisan lendir adalah lapisan di luar dinding sel pada jenis bakteri tertentu, bila lapisannya
tebal disebut kapsul dan bila lapisannya tipis disebut lapisan lendir. Kapsul dan lapisan lendir tersusun
atas polisakarida dan air
b. Flagelum atau bulu cambuk adalah struktur berbentuk batang atau spiral yang menonjol dari dinding
sel.
c. Pilus dan fimbria adalah struktur berbentuk seperti rambut halus yang menonjol dari dinding sel, pilus
mirip dengan flagelum tetapi lebih pendek, kaku dan berdiameter lebih kecil dan tersusun dari protein dan
hanya terdapat pada bakteri gram negatif. Fimbria adalah struktur sejenis pilus tetapi lebih pendek
daripada pilus.
d. Klorosom adalah struktur yang berada tepat dibawah membran plasma dan mengandung pigmen
klorofil dan pigmen lainnya untuk proses fotosintesis. Klorosom hanya terdapat pada bakteri yang
melakukan fotosintesis.
e. Vakuola gas terdapat pada bakteri yang hidup di air dan berfotosintesis.
f. Endospora adalah bentuk istirahat (laten) dari beberapa jenis bakteri gram positif dan terbentuk didalam sel
bakteri jika kondisi tidak menguntungkan bagi kehidupan bakteri. Endospora mengandung sedikit
sitoplasma, materi genetik, dan ribosom. Dinding endospora yang tebal tersusun atas protein dan
menyebabkan endospora tahan terhadap kekeringan, radiasi cahaya, suhu tinggi dan zat kimia. Jika
kondisi lingkungan menguntungkan endospora akan tumbuh menjadi sel bakteri baru.

D. BENTUK-BENTUK BAKTERI

Bentuk dasar bakteri terdiri atas bentuk bulat (kokus), batang (basil),dan spiral (spirilia).

Berbagai macam bentuk bakteri :

1. Bakteri Kokus :
a. Monokokus
yaitu berupa sel bakteri kokus tunggal
b. Diplokokus
yaitu dua sel bakteri kokus berdempetan
c. Tetrakokus yaitu empat sel bakteri kokus berdempetan berbentuk segi empat.
d. Sarkina yaitu delapan sel bakteri kokus berdempetan membentuk kubus
e. Streptokokus yaitu lebih dari empat sel bakteri kokus berdempetan membentuk rantai.
f. Stapilokokus yaitu lebih dari empat sel bakteri kokus berdempetan seperti buah anggur.
2. Bakteri Basil
a. Monobasil
yaitu berupa sel bakteri basil tunggal
b. Diplobasil yaitu berupa dua sel bakteri basil berdempetan
c. Streptobasil yaitu beberapa sel bakteri basil berdempetan membentuk rantai
3. Bakteri Spirilia
a. Spiral yaitu bentuk sel bergelombang
b. Spiroseta yaitu bentuk sel seperti sekrup
c. Vibrio yaitu bentuk sel seperti tanda baca koma

E. ALAT GERAK BAKTERI


Alat gerak pada bakteri berupa flagellum atau bulu cambuk adalah struktur berbentuk batang atau
spiral yang menonjol dari dinding sel. Flagellum memungkinkan bakteri bergerak menuju kondisi
lingkungan yang menguntungkan dan menghindar dari lingkungan yang merugikan bagi kehidupannya.
Flagellum memiliki jumlah yang berbeda-beda pada bakteri dan letak yang berbeda-beda pula
yaitu :
1. Atrik : bakteri yang tidak mempunyai flagel / alat gerak
2. Monotrik : bakteri yang mempunyai satu flagel / alat gerak pada salah satu ujung tubuhnya.
3. Lofotrik : bakteri yang memiliki sejumlah flagel / alat gerak pada satu ujung tubuh bakteri.
4. Amfitrik : bakteri yang mempunyai sejumlah flagel / alat gerak pada kedua ujungnya.
5. Peritrik : bakteri yang mempunyai flagel / alat gerak pada seluruh permukaan tubuhnya.

F. FASE-FASE PERUTMBUHAN BAKTERI


Fase pertumbuhan bakteri adalah sebagai berikut :
a. Fase lag adalah fase dimana bakteri beradapatasi dengan lingkungannya dan mulai bertambah sedikit demi
sedikit.

b. Fase logaritmik adalah fase dimana pembiakan bakteri berlangsung paling cepat. Jika ingin mengadakan
piaraan yang cepat tumbuh, maka bakteri dalam fase ini baik sekali untuk dijadikan inokulum.

c. Fase stationer adalah fase dimana jumlah bakteri yang berkembang biak sama dengan jumlah bakteri yang
mengalami kematian.

d. Fase autolisis (kematian) adalah fase dimana jumlah bakteri yang mati semakin banyak, melebihi jumlah
bakteri yang berkembang biak.

Fase kematian ditandai dengan cepat merananya koloni dan jumlah bakteri yang mati
senantiasa bertambah. Keadaan ini dapat berlangsung beberapa minggu bergantung pada spesies dan
keadaan medium serta faktor-faktor lingkungan
G. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN BAKTERI
Pertumbuhan pada bakteri mempunyai arti perbanyakan sel dan peningkatan ukuran populasi. Faktor
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri atau kondisi untuk pertumbuhan optimum adalah :
1. Suhu
Suhu dapat mempengaruhi mikroba dalam dua cara yangberlawanan :
a. Apabila suhu naik maka kecepatan metabolisme naik dan pertumbuhan dipercepat. Sebaliknya apabila suhu
turun, maka kecepatan metabolisme akan menurun dan pertumbuhandiperlambat.
b. Apabila suhu naik atau turun secara drastis, tingkat pertumbuhanakan terhenti, kompenen sel menjadi tidak
aktif dan rusak, sehingga sel-sel menjadi mati.
Berdasarkan hal di atas, maka suhu yang berkaitan denganpertumbuhan mikroorganisme
digolongkan menjadi tiga, yaitu :
Suhu minimum yaitu suhu yang apabila berada di bawahnya makapertumbuhan terhenti.
Suhu optimum yaitu suhu dimana pertumbuhan berlangsung paling cepat dan optimum. (Disebut juga
suhu inkubasi)
Suhu maksimum yaitu suhu yang apabila berada di atasnya makapertumbuhan tidak terjadi.
2. Derajat keasaman atau Ph
Setiap organisme memiliki kisaran pH masing-masing dan memiliki pH optimum yang berbeda-beda.
Kebanyakan mikroorganisme dapat tumbuh pada kisaran ph 8,0 8,0 dan nilai pH di luar kisaran 2,0
sampai 10,0 biasanya bersifat merusak.
3. Konsentrasi garam
4. Sumber nutrisi
Unsur-unsur dasar adalah : karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan sejumlah kecil
logam lainnya.
Kondisi tidak bersih dan higinis pada lingkungan adalah kondisiyang menyediakan sumber nutrisi
bagi pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat tumbuh berkembang di lingkungan seperti ini.
5. Zat-zat sisa metabolisme
6. Zat kimia
Hal tersebut diatas bervariasi menurut spesies bakterinya.
BAKTERI
shaviena28@yahoo.co.id
1.1 Latar Belakang
Bakteri, dari kata Latin bacterium (jamak, bacteria), adalah kelompok
terbanyak dariorganisme hidup. Mereka sangatlah kecil (mikroskopik) dan
kebanyakan uniselular (bersel tunggal), dengan struktur sel yang relatif
sederhana tanpa nukleus/inti sel, cytoskeleton, dan organel lain
sepertimitokondria dan kloroplas. Struktur sel mereka dijelaskan lebih lanjut
dalam artikel mengenaiprokariota, karena bakteri merupakan prokariota,
untuk membedakan mereka dengan organisme yang memiliki sel lebih
kompleks, disebut eukariota. Istilah "bakteri" telah diterapkan untuk semua
prokariota atau untuk kelompok besar mereka, tergantung pada gagasan
mengenai hubungan mereka.
Bakteri adalah yang paling berkelimpahan dari semua organisme.
Mereka tersebar (berada di mana-mana) di tanah, air, dan
sebagai simbiosis dari organisme lain. Banyak patogen merupakan bakteri.
Kebanyakan dari mereka kecil, biasanya hanya berukuran 0,5-5 m, meski
ada jenis dapat menjangkau 0,3 mm dalam diameter (Thiomargarita).
Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur,
tetapi dengan komposisi sangat berbeda (peptidoglikan). Banyak yang
bergerak menggunakan flagela, yang berbeda dalam strukturnya dari flagela
kelompok lain.

2.2 Tujuan

2.1 Sejarah
Bakteri pertama ditemukan oleh Anthony van Leeuwenhoek pada 1674 dengan
menggunakan mikroskop buatannya sendiri. Istilah bacterium diperkenalkan di kemudian hari
oleh Ehrenberg pada tahun 1828, diambil dari kata Yunani yang memiliki arti "small
stick".
2.2 Struktur Sel
Struktur sel prokariota
Seperti prokariota (organisme yang tidak memiliki selaput inti) pada umumnya, semua
bakteri memiliki struktur sel yang relatif sederhana. Struktur bakteri yang paling penting
adalah dinding sel. Bakteri dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu Gram positif dan
Gram negatif didasarkan pada perbedaan struktur dinging sel. Bakteri Gram positif memiliki
dinding sel yang terdiri atas lapisan peptidoglikan yang tebal dan asam teichoic. Sementara
bakteri Gram negatif memiliki lapisan luar, lipopolisakarida - terdiri atas membran dan lapisan
peptidoglikan yang tipis terletak pada periplasma (di antara lapisan luar dan membran
sitoplasmik).
Banyak bakteri memiliki struktur di luar sel lainnya seperti flagela dan fimbria yang
digunakan untuk bergerak, melekat dan konjugasi. Beberapa bakteri juga memiliki kapsul atau
lapisan lendir yang membantu pelekatan bakteri pada suatu permukaan dan biofilm formation.
Bakteri juga memiliki kromosom, ribosomdan beberapa spesies lainnya memiliki granula
makanan, vakuola gas dan magnetosom.
Beberapa bakteri mampu membentuk endospora yang membuat mereka mampu bertahan
hidup pada lingkungan ekstrim.
2.3 Morfologi/bentuk Bakteri

Berbagai bentuk tubuh bakteri


Berdasarkan berntuknya, bakteri dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu:
Kokus (Coccus) dalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola, dan mempunyai
beberapa variasi sebagai berikut:
o Mikrococcus, jika kecil dan tunggal
o Diplococcus, jka bergandanya dua-dua
o Tetracoccus, jika bergandengan empat dan membentuk bujursangkar
o Sarcina, jika bergerombol membentuk kubus
o Staphylococcus, jika bergerombol
o Streptococcus, jika bergandengan membentuk rantai
Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder, dan
mempunyai variasi sebagai berikut:
o Diplobacillus, jika bergandengan dua-dua
o Streptobacillus, jika bergandengan membentuk rantai
Spiril (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai variasi sebagai
berikut:
o Vibrio, (bentuk koma), jika lengkung kurang dari setengah lingkaran
o Spiral, jika lengkung lebih dari setengah lingkaran
Bentuk tubuh/morfologi bakteri dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, medium dan usia. Oleh
karena itu untuk membandingkan bentuk serta ukuran bakteri, kondisinya harus sama. Pada
umumnya bakteri yang usianya lebih muda ukurannya relatif lebih besar daripada yang sudah
tua.

2.4 Alat Gerak Bakteri


Banyak spesies bakteri yang bergerak menggunakanflagel. Hampir semua bakteri yang
berbentuk lengkung dan sebagian yang berbentuk batang ditemukan adanya flagel. Sedangkan
bakteri kokus jarang sekali memiliki flagel. Ukuran flagel bakteri sangat kecil, tebalnya 0,02
0,1 mikro, dan panjangnya melebihi panjang sel bakteri. Berdasarkan tempat dan jumlah flagel
yang dimiliki, bakteri dibagi menjadi lima golongan, yaitu:
Atrik, tidak mempunyai flagel.
Monotrik, mempunyai satu flagel pada salah satu ujungnya.
Lofotrik, mempunyai sejumlah flagel pada salah satu ujungnya.
Amfitrik, mempunyai satu flagel pada kedua ujungnya.
Peritrik, mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.

2.5 Pengaruh Lingkungan Terhadap Bakteri


Kondisi lingkungan yang mendukung dapat memacu pertumbuhan dan reproduksi bakteri.
Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi bakteri
adalah suhu, kelembapan, dancahaya.
2.5.1 Suhu
Berdasarkan kisaran suhu aktivitasnya, bakteri dibagi menjadi 3 golongan:
Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada daerah suhu antara 0 30 C, dengan suhu
optimum 15 C.
Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang hidup di daerah suhu antara 15 55 C, dengan suhu
optimum 25 40 C.
Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup di daerah suhu tinggi antara 40 75 C, dengan
suhu optimum 50 - 65 C
Pada tahun 1967 di Yellow Stone Park ditemukan bakteri yang hidup dalam sumber air
panas bersuhu 93 500 C.
2.5.2 Kelembapan
Pada umumnya bakteri memerlukan kelembapan yang cukup tinggi, kira-kira 85%.
Pengurangan kadar air dari protoplasma menyebabkan kegiatan metabolisme terhenti, misalnya
pada proses pembekuan dan pengeringan.

2.5.3 Cahaya
Cahaya sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan bakteri. Umumnya cahaya merusak
selmikroorganisme yang tidak berklorofil. Sinar ultraviolet dapat menyebabkan
terjadinya ionisasi komponen sel yang berakibat menghambat pertumbuhan atau menyebabkan
kematian. Pengaruh cahaya terhadap bakteri dapat digunakan sebagai dasar sterilisasi atau
pengawetan bahan makanan.
Jika keadaan lingkungan tidak menguntungkan seperti suhu tinggi, kekeringan atau zat-
zat kimia tertentu, beberapa spesies dari Bacillus yang aerob dan beberapa spesies
dari Clostridium yanganaerob dapat mempertahankan diri dengan spora. Spora tersebut dibentuk
dalam sel yang disebut endospora. Endospora dibentuk oleh penggumpalan protoplasma yang
sedikit sekali mengandung air. Oleh karena itu endospora lebih tahan terhadap keadaan
lingkungan yang tidak menguntungkan dibandingkan dengan bakteri aktif. Apabila keadaan
lingkungan membaik kembali, endospora dapat tumbuh menjadi satu sel bakteri biasa. Letak
endospora di tengah-tengah sel bakteri atau pada salah satu ujungnya.
2.6 Peranan Bakteri
2.6.1 Bakteri menguntungkan
a. Bakteri pengurai
Bakteri saprofit menguraikan tumbuhan atau hewan yang mati, serta sisa-sisa atau
kotoran organisme. Bakteri tersebut menguraikan protein, karbohidrat dan senyawa organik lain
menjadi CO2, gas amoniak, dan senyawa-senyawa lain yang lebih sederhana. Oleh karena itu
keberadaan bakteri ini sangat berperan dalam mineralisasi di alam dan dengan cara ini bakteri
membersihkan dunia dari sampah-sampah organik.
b. Bakteri nitrifikasi
Bakteri nitrifikasi adalah bakteri-bakteri tertentu yang mampu menyusun senyawa nitrat
dari amoniak yang berlangsung secara aerob di dalam tanah. Nitrifikasi terdiri atas dua tahap
yaitu:
Oksidasi amoniak menjadi nitrit oleh bakteri nitrit. Proses ini dinamakan nitritasi.
Reaksi nitritasi
Oksidasi senyawa nitrit menjadi nitrat oleh bakteri nitrat. Prosesnya dinamakan nitratasi.

Reaksi nitratasi
Dalam bidang pertanian, nitrifikasi sangat menguntungkan karena menghasilkan senyawa
yang diperlukan oleh tanaman yaitu nitrat. Tetapi sebaliknya di dalam air yang disediakan untuk
sumber air minum, nitrat yang berlebihan tidak baik karena akan menyebabkan
pertumbuhan ganggang di permukaan air menjadi berlimpah.
c. Bakteri nitrogen
Bakteri nitrogen adalah bakteri yang mampu mengikat nitrogen bebas dari udara dan
mengubahnya menjadi suatu senyawa yang dapat diserap oleh tumbuhan. Karena
kemampuannya mengikat nitrogen di udara, bakteri-bakteri tersebut berpengaruh terhadap nilai
ekonomi tanah pertanian. Kelompok bakteri ini ada yang hidup bebas maupun simbiosis. Bakteri
nitrogen yang hidup bebas yaitu Azotobacter chroococcum, Clostridium pasteurianum,
dan Rhodospirillum rubrum. Bakteri nitrogen yang hidup bersimbiosis dengan tanaman polong-
polongan yaitu Rhizobium leguminosarum, yang hidup dalam akar membentuk nodul atau bintil-
bintil akar. Tumbuhan yang bersimbiosis dengan Rhizobium banyak digunakan sebagai pupuk
hijau seperti Crotalaria,Tephrosia, dan Indigofera. Akar tanaman polong-polongan tersebut
menyediakan karbohidrat dan senyawa lain bagi bakteri melalui kemampuannya mengikat
nitrogen bagi akar. Jika bakteri dipisahkan dari inangnya (akar), maka tidak dapat mengikat
nitrogen sama sekali atau hanya dapat mengikat nitrogen sedikit sekali. Bintil-bintil akar
melepaskan senyawa nitrogen organik ke dalam tanah tempat tanaman polong hidup. Dengan
demikian terjadi penambahan nitrogen yang dapat menambah kesuburan tanah.
d. Bakteri usus
Bakteri Eschereria coli hidup di kolon (usus besar) manusia, berfungsi membantu
membusukkan sisa pencernaan juga menghasilkan vitamin B12, dan vitamin K yang penting
dalam proses pembekuan darah. Dalam organ pencernaan berbagai hewan ternak dan kuda,
bakteri anaerobik membantu mencernakan selusosa rumput menjadi zat yang lebih sederhana
sehingga dapat diserap oleh dinding usus.
e. Bakteri fermentasi
Beberapa makanan hasil fermentasi dan mikroorganisme yang berperan:
No Nama produk atau Bahan
Bakteri yang berperan
. makanan baku

Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus


1. Yoghurt susu
thermophilus

2. Mentega susu Streptococcus lactis

3. Terasi ikan Lactobacillus sp.

buah-
4. Asinan buah-buahan Lactobacillus sp.
buahan

5. Sosis daging Pediococcus cerevisiae

6. Kefir susu Lactobacillus bulgaricus dan Srteptococcus lactis

f. Bakteri penghasil antibiotik


Antibiotik merupakan zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan mempunyai daya
hambat terhadap kegiatan mikroorganisme lain. Beberapa bakteri yang menghasilkan antibiotik
adalah:
Bacillus brevis, menghasilkan terotrisin
Bacillus subtilis, menghasilkan basitrasin
Bacillus polymyxa, menghasilkan polimixin
2.6.2 Bakteri merugikan
a. Bakteri perusak makanan
Beberapa spesies pengurai tumbuh di dalam makanan. Mereka mengubah makanan dan
mengeluarkan hasil metabolisme yang berupa toksin (racun). Racun tersebut berbahaya bagi
kesehatan manusia. Contohnya:
Clostridium botulinum, menghasilkan racun botulinin, seringkali terdapat pada makanan
kalengan
Pseudomonas cocovenenans, menghasilkan asam bongkrek, terdapat pada tempe bongkrek
Leuconostoc mesenteroides, penyebab pelendiran makanan
b. Bakteri denitrifikasi
Jika oksigen dalam tanah kurang maka akan berlangsung denitrifikasi, yaitu nitrat
direduksi sehingga terbentuk nitrit dan akhirnya menjadi amoniak yang tidak dapat dimanfaatkan
oleh tumbuhan. Contoh bakteri yang menyebabkan denitrifikasi adalah Micrococcus
denitrificans danPseudomonas denitrificans.
c. Bakteri patogen
Merupakan kelompok bakteri parasit yang menimbulkan penyakit
pada manusia, hewan dantumbuhan.
Bakteri penyebab penyakit pada manusia:
No. Nama bakteri Penyakit yang ditimbulkan

1. Salmonella typhosa Tifus

2. Shigella dysenteriae Disentri basiler

3. Vibrio comma Kolera

4. Haemophilus influenza Influensa

5. Diplococcus pneumoniae Pneumonia (radang paru-paru)

6. Mycobacterium tuberculosis TBC paru-paru

7. Clostridium tetani Tetanus

8. Neiseria meningitis Meningitis (radang selaput otak)

9. Neiseria gonorrhoeae Gonorrhaeae (kencing nanah)

10. Treponema pallidum Sifilis atau Lues atau raja singa

11. Mycobacterium leprae Lepra (kusta)

12. Treponema pertenue Puru atau patek

Bakteri penyebab penyakit pada hewan:


No. Nama bakteri Penyakit yang ditimbulkan

1. Brucella abortus Brucellosis pada sapi

2. Streptococcus agalactia Mastitis pada sapi (radang payudara)

3. Bacillus anthracis Antraks

4. Actinomyces bovis Bengkak rahang pada sapi

5. Cytophaga columnaris Penyakit pada ikan


Bakteri penyebab penyakit pada tumbuhan:
No. Nama bakteri Penyakit yang ditimbulkan

1. Xanthomonas oryzae Menyerang pucuk batang padi


2. Xanthomonas campestris Menyerang tanaman kubis

3. Pseudomonas solanacaerum Penyakit layu pada famili terung-terungan

4. Erwinia amylovora Penyakit bonyok pada buah-buahan


2.7 Dekomposisi
Bakteri bekerja secara terstruktur dalam proses degradasi organisme atau proses
pembusukan mayat. Proses pembusukan berawal dari mikroorganisme, misalnya bakteri-bakteri
yang hidup di dalam usus besar manusia. Bakteri tersebut mulai mendegradasi protein yang
terdapat dalam tubuh. Jika seluruh jenis ikatan protein sudah terputus, beberapa jaringan tubuh
menjadi tidak berfungsi. Proses ini disempurnakan bakteri yang datang dari luar tubuh mayat,
dan dapat pula berasal dari udara, tanah, ataupun air. Seluruh jenis bakteri ini menyerang hampir
seluruh sel di tubuh dengan cara menyerang sistem pertahanan tubuh yang tidak lagi aktif,
menghancurkan jaringan otot, atau menghasilkan enzim penghancur sel yang disebut protease.
Kemudian dengan berbagai jenis metabolisme, mikroorganisme mulai memakan jaringan mati
dan mencernanya. Tak jarang kerja proses ini dibantu reaksi kimia alami yang terjadi dalam
organisme mati.
2.7.1 Bakteri heterotrof
Tidak semua mikroorganisme mampu mendegradasi mayat. Kebanyakan mereka berasal
dari jenis bakteri heterotrof. Bakteri ini membutuhkan molekul-molekul organik dari organisme
lain sebagai nutrisi agar ia dapat bertahan hidup dan berkembang biak. Berbeda dengan bakteri
autotrof yang mampu menghasilkan makanan sendiri dengan CO2 sebagai nutrisi makro serta
bantuan dari cahaya matahari atau sumber energi kimia lainnya.
Jenis bakteri heterotrof biasanya hidup dan berkembang biak pada organisme mati. Mereka
mendapatkan energi dengan menguraikan senyawa organik pada organisme mati. Molekul-
molekul besar seperti protein, karbohidrat, lemak, atau senyawa organik lain didekomposisi
metabolisme tubuh bakteri tersebut menjadi molekul-molekul tunggal seperti asam
amino, metana, gas CO2, serta molekul-molekul lain yang mengandung enam nutrisi utama
bakteri, yaitu senyawa-senyawa karbon(C), hidrogen (H), nitrogen (N), oksigen (O), fosfor (P),
serta sulfur (S).
2.7.2 Kumpulan unsur organik
Tubuh mayat adalah tempat hidup, sumber makanan, serta tempat berkembang biak
bakteri-bakteri tersebut, karena tubuh terdiri dari kumpulan protein, karbohidrat, lemak, atau
senyawa organik dan anorganik lain. Secara biologis, tubuh makhluk hidup (khususnya manusia)
kumpulan dari unsur-unsur organik seperti C, H, N, O, P, S, atau unsur anorganik seperti K, Mg,
Ca, Fe, Co, Zn, Cu, Mn, atau Ni. Keseluruhan unsur tersebut dibutuhkan bakteri heterotrof
sebagai sumber nutrisi alias makanan utama mereka. Sementara cairan-cairan dengan pH (tingkat
keasaman suatu larutan) tertentu yang berada dalam tubuh manusia adalah media kultur
(lingkungan) pertumbuhan yang baik bagi bakteri-bakteri tersebut.
2.7.3 Bau busuk
Bau busuk dari tubuh mayat tidak hanya mengganggu, namun juga membahayakan.
Pembusukan dimulai dengan pemutusan ikatan protein-protein besar pada jaringan tubuh oleh
bakteri fermentasi menggunakan enzim protease. Kumpulan hasil pemutusan ikatan protein yang
disebut asam amino ini dicerna berbagai jenis bakteri, misalnya bakteri acetogen. Bakteri ini
mereaksikan asam amino dengan oksigen dalam tubuhnya untuk menghasilkan asam asetat,
hidrogen, nitrogen, serta gas karbon dioksida. Produk asam asetat ini menimbulkan bau.
Asam asetat yang dihasilkan ini diproses kembali oleh bakteri jenis methanogen,
misalnyaMethanothermobacter thermoautotrophicum yang biasa hidup di lingkungan kotor
seperti selokan dan pembuangan limbah (septic tank). Asam asetat direaksikan dalam sel
methanogen dengan gas hidrogen dan karbon dioksida untuk menghasilkan metana, air, dan
karbon dioksida. Metana dalam bentuk gas juga menghasilkan bau busuk.
Selain asam asetat dan gas metana, beberapa bakteri menghasilkan gas hidrogen sulfida
yang baunya seperti telur busuk. Lebih dari itu, bau busuk mayat di lautan yang bercampur
dengan uap garam bersifat racun, karena mampu mereduksi konsentrasi elektrolit dalam tubuh.
Produk berbahaya selain gas yang dihasilkan adalah cairan asam dan cairan lain yang
mengandung protein toksik. Jika cairan-cairan ini sempat menginfeksi kulit yang luka atau
terkena makanan, bukan hanya produk beracun yang dapat masuk ke dalam tubuh tetapi juga
bakteri heterotrof patogen seperti clostridium.
Bakteri serta produk beracun ini dapat menginfeksi manusia lewat kontaminasi makanan,
minuman, atau luka di kulit. Karena adanya saluran masuk ini, maka berbagai penyakit
sepertimalaria, diare, degradasi sel darah merah, lemahnya sistem pertahanan tubuh, infeksi pada
luka (tetanus), bengkak, atau infeksi pada alat kelamin menjadi ancaman yang serius.
Cara mengatasi serangan mikroorganisme ini adalah dengan menjaga makanan dan
minuman tetap steril, yaitu dengan dipanaskan. Mencuci tangan dan kaki dengan sabun
antiseptik cair sebelum makan. Menjaga lingkungan agar steril dengan cara menyemprotkan obat
pensteril.
Bakteri-bakteri tersebut juga dapat dicegah pertumbuhannya dengan cara meminum obat
antibiotik atau suntik imunitas. Sifat-sifat inilah yang harus dipahami dengan cara mengikuti
prosedur standar penanganan mayat. Antara lain menggunakan masker standar
minimal WHO (tipe N-95), memakai sarung tangan khusus, serta mencuci tangan sebelum dan
sesudah mengangkat satu mayat. Langkah terbaik adalah segera menguburkan mayat.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pembelajaran biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam sekitar
secara sistematis, sehingga ilmu biologi bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta konsep, penemuan pendidikan biologi diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk
mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitar beserta isinya yang terdiri dari dua macam yaitu makhluk hidup
(biotik) dan makhluk tidak hidup (abiotik).

Ruang lingkup yang dipelajari dalam biologi sangat luas, agar mudah mepelajarinya biologi dibagi menjadi
berbagai cabang ilmu berdasarkan bidang yang dipelajari seperti mikologi, dimana mikologi yaitu ilmu yang
mempelajari tentang jamur serta peranannya bagi kehidupan manusia. Kata jamur atau fungi mungkin akan
selalu kita maknai sebagai cendawan, yaitu organisme yang pendek, seperti serbuk atau spons, tubuhnya
berwarna-warni, dan tumbuh di atas tanah seperti tumbuhan. Meskipun cendawan adalah organisme yang
umum kita sebut sebagai jamur (jamur yang sebenarnya), dan sebagian besar jamur tersebut terlihat hidup
di atas tanah, tetapi kata fungi memiliki makna yang lebih luas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan suatu permasalahan
dalam makalah ini antara lain sebagai berikut :

Pengertian mikologi secara umum ?

Bagaimana cir-ciri dari jamur/fungi ?

Bagaimana struktur tubuh jamur/fungi ?

Bagaimana cara hidup dan habitat fungi?

Reproduksi jamur/fungi ?

Klasifikasi fungi dan peranannya ?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penulis dapat memahami tujuan dari penyusunan makalah ini
adalah :

Untuk mengetahui mengetahui pengertian mikologi sebagai ilmu

Untuk mengetahui ciri-ciri jamur

Untuk mengetahui struktur tubuh jamur/fungi

Untuk mengetahui cara hidup dan habitat fungi

Reproduksi jamur/fungi

Klasifikasi fungi dan perananya dalam kehidupan manusia.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Mikologi

Mikologi Berasal dari bahasa Yunani Mykes yang berarti Jamur dan Logos yang berarti Ilmu. Mikologi
merupakan ilmu yang mempelajari tentang jamur. Dalam bahasa Inggris Jamur disebut Fungi / Fungus.
Kajian dalam mikologi antara lain meliputi klasifikasi fungi, kerugian dan peranan jamur dam kehidupan
manusia. Seiring perkembangan teknologi jambur banyak digunakan dalam bioteknogi, misalnya pembuatan
tempe, pembuatan pesellin.

B. Ciri-Ciri Jamur

Kata jamur atau fungi mungkin akan selalu kita maknai sebagai cendawan, yaitu organisme yang pendek,
seperti serbuk atau spons, tubuhnya berwarna-warni, dan tumbuh di atas tanah seperti tumbuhan. Meskipun
cendawan adalah organisme yang umum kita sebut sebagai jamur (jamur yang sebenarnya), dan sebagian
besar jamur tersebut terlihat hidup di atas tanah, tetapi kata fungi memiliki makna yang lebih luas. Fungi
atau jamur didefinisikan sebagai kelompok organism eukariotik, tidak berpindah tempat (nonmotile),
bersifat uniselular atau multiselular, memiliki dinding sel dari glukan, mannan, dan kitin, tidak berklorofi l,
memperoleh nutrien dengan menyerap senyawa organik, serta berkembang biak secara seksual dan
aseksual.

Di alam ada sekitar 100.000 jenis jamur yang sudah dikenal dan lebih dari 1.000 jenis baru yang berhasil
dideskripsikan oleh para ahli setiap tahunnya. Bahkan mungkin masih ada sekitar 200.000 jenis lain yang
sampai saat ini belum ditemukan atau dideskripsikan. Sementara itu, kegiatan manusia dalam
mengeksploitasi alam berpeluang mengancam keberlangsungan hidup organisme tersebut. Perusakan hutan
hujan tropis yang hampir terjadi setiap hari atau perusakan habitat jamur yang lain tidak diragukan lagi
berpotensi membawa jenis- jenis organisme berspora tersebut kepada kepunahan, bahkan sebelum mereka
sempat ditemukan dan dipelajari oleh para ahli.

Jamur atau fungi memiliki beberapa sifat umum, yaitu hidup di tempat-tempat yang lembab, sedikit asam,
dan tidak begitu memerlukan cahaya matahari. Jamur tidak berfotosintesis, sehingga hidupnya bersifat
heterotrof. Jamur hidup dari senyawa-senyawa organik yang diabsorbsi dari organisme lain.

Jamur yang prinsip nutrisinya adalah heterotrof menyebabkannya memiliki kemampuan hidup sebagai
pemakan sampah (saprofi t) maupun sebagai penumpang yang mencuri makanan dari inangnya (parasit).
Jamur saprofit adalah jamur yang makanannya berupa senyawa organik yang telah diuraikan. Jamur ini
memiliki enzim-enzim tertentu yang dapat merombak senyawa-senyawa organik. Biasanya jamur ini hidup
dibagian organisme yang telah mati, misalnya pada serasah atau batang kayu yang telah lapuk.

Jamur parasit adalah jamur yang menyerap makanan dari organisme yang ditumpanginya. Sifat parasit ini
masih dapat dibedakan lagi menjadi parasit obligat dan parasit fakultatif.

Jamur parasit obligat adalah jamur yang hanya bisa hidup sebagai parasit. Bila ia berada di luar inangnya,
maka ia akan mati. Contohnya adalah Pneumonia carinii (parasit pada paru-paru penderita AIDS),
Epidermophyton fl oocosum (penyebab penyakit kaki atlet), dan Ustilago maydis (jamur parasit pada
tanaman jagung). Sedangkan jamur parasit fakultatif adalah jamur yang di samping hidup parasit, ia juga
bisa hidup sebagai saprofi t. Jamur tersebut akan bersifat parasit ketika mendapatkan hospes. Jamur
memiliki kemampuan hidup yang sangat mengesankan. Jamur juga dapat hidup pada suhu sekitar 22oC
30oC. Bahkan ada beberapa jenis jamur yang dapat tumbuh dengan subur pada temperatur sekitar -5oC.
Jamur juga dapat hidup pada tempat yang mengan dung gula atau garam. Dan sifat umum lainnya adalah
jamur mampu memanfaatkan berbagai bahan makanan untuk memenuhi keperluan hidupnya, tetapi tidak
dapat menggunakan senyawa karbon anorganik, seperti halnya bakteri.

C. Struktur Tubuh Jamur

Dilihat dari struktur tubuhnya, jamur memiliki ciri-ciri yang berguna untuk mengenal apakah suatu
organisme merupakan jamur atau bukan. Organisme yang termasuk jamur bisa terdiri atas satu sel maupun
terdiri atas banyak sel. Jamur yang bersel tunggal (uniseluler), misalnya adalah ragi (Saccharomyces
cerevisiae). Sedangkan jamur yang tubuhnya bersel banyak (multiseluler) bisa berupa jamur mikroskopis
maupun jamur makroskopis. Jamur mikroskopis adalah jamur yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop,
karena memiliki ukuran tubuh yang sangat kecil. Contoh jamur mikroskopis multiseluler adalah Aspergillus
sp. dan Penicillium sp. Jamur multiseluler juga ada yang bersifat makroskopis, mudah diamati dengan mata
telanjang, yang berukuran besar. Contoh jamur makroskopis adalah jamur merang (Volvariella valvacea) dan
jamur kuping (Auricularia polytricha).

Jamur merupakan organisme eukariotik (eu: sejati dan cariyon: inti), yaitu organisme yang inti selnya
memiliki selaput inti atau karioteka yang lengkap. Di dalam sel jamur terdapat sitoplasma dan nucleus
yang kecil. Jamur memiliki bentuk tubuh bervariasi, ada yang bulat, bulat telur, maupun memanjang. Pada
jamur bersel banyak (multiseluler) banyak terdapat deretan sel yang membentuk benang, disebut hifa. Pada
jamur yang sifat hidupnya parasit, hifa mengalami modifi kasi, disebut haustoria. Haustoria merupakan
organ untuk menyerap makanan dari substrat tempat hidup jamur, dan organ ini memiliki kemampuan untuk
menembus jaringan substrat.

Beberapa jaringan hifa akan membentuk miselium. Miselium merupakan tempat pembentukan spora dan
juga sebagai alat reproduksi serta alat untuk mendapatkan makanan. Hifa juga bisa membentuk struktur
yang disebut badan buah. Badan buah merupakan kumpulan hifa yang muncul dari dalam tanah atau kayu
yang lapuk. Badan buah dijumpai pada kelompok jamur tertentu.

Berdasarkan ada tidaknya sekat atau septa dikenal adanya hifa aseptat, hifa septat uninukleus, dan hifa
septat multinukleus. Beberapa jenis jamur memiliki hifa yang tidak bersekat. Didalam hifa tersebut terdapat
banyak intisel (multinukleus) yang menyebar didalam sito- plasmanya. Bentuk hifa yang demikian disebut
soenositik.. Hifa jamur bercabang-cabang membentuk miselium. Kita mengenal ada 2 macam miselium,
yaitu miselium vegetatif (berfungsi sebagai alat penyerap makanan) dan miselium generatif (berfungsi
sebagai alat reproduksi).

1. Hifa aseptat atau hifa tidak bersepta

yaitu hifa yang tidak mempunyai sekat atau septum. Istilah lain dari hifa tipe ini adalah soenositik. Hifa
tersebut dapat dijumpai misalnya pada Rhizopus oryzae dan Mucor mucedo.

2. Hifa septat uninukleus atau hifa bersepta berinti tunggal


yaitu hifa yang disusun oleh sel-sel berinti tunggal dan memiliki sekat yang membagi hifa menjadi ruang-
ruang, dan setiap ruang memiliki satu inti sel. Meskipun demikian, inti sel dan sitoplasma dari ruang yang
satu dapat berpindah ke ruang lainnya. Hal ini dimungkinkan oleh adanya pori pada sekat-sekat tersebut.
Hifa tipe ini dapat dijumpai misalnya pada Puccinia graminis.

3. Hifa septat multinukleus atau hifa bersepta berinti banyak

yaitu hifa yang disusun oleh sel-sel berinti banyak dan memiliki sekat yang membagi hifa menjadi ruang-
ruang, dan setiap ruang memiliki inti sel lebih dari satu. Nectria cinnabarina merupakan contoh jamur yang
memiliki tipe hifa seperti ini.

D. Cara Hidup dan Habitat jamur

Cara hidup jamur bervariasi, ada yang hidup secara soliter dan ada yang hidup berkelompok (membentuk
koloni). Pada umumnya jamur hidup secara berkelompok atau berkoloni, karena hifa dari jamur tersebut
saling bersambungan atau berhubungan. Cara hidup ini dijumpai misalnya pada jamur tempe (Rhizopus
oryzae), jamur roti (Mucor mucedo), dan Aspergillus fl avus. Jadi, kalau kalian melihat jamurjamur tersebut
yang nampak adalah koloninya, sedangkan individu yang menyusunnya berukuran sangat kecil. Perhatikan
Gambar 5.8. Habitat jamur juga bermacam-macam. Berbagai jamur hidup di tempat-tempat yang basah,
lembab, di sampah, pada sisa-sisa organisme, atau di dalam tubuh organisme lain. Bahkan banyak pula
jenis-jenis jamur yang hidup pada organisme atau sisa-sisa organisme di laut atau air tawar. Jamur juga
dapat hidup di lingkungan asam, misalnya pada buah yang asam, atau pada pada lingkungan dengan
konsentrasi gula yang tinggi, misalnya pada selai. Bahkan, jamur yang hidup bersimbiosis dengan ganggang
(lumut kerak), dapat hidup di habitat ekstrim dimana organisme lain sulit untuk bertahan hidup, seperti di
daerah gurun, gunung salju, dan di kutub. Jenis jamur lainnya juga dijumpai hidup pada tubuh organisme
lain, baik secara parasit maupun simbiosis.

E. Cara Memperoleh Makanan

Jamur bersifat heterotrof, artinya tidak dapat menyusun atau mensintesis makanan sendiri. Jamur tidak
memiliki klorofi l, sehinggatidak bisa berfotosintesis. Jamur hidup dengan memperoleh makanan dari
organisme lain atau dari materi organik yang sudah mati. Untuk memenuhi kebutuhan makanannya, jamur
dapat hidup secara saprofi t, parasit, dan simbiotik.

Kebanyakan jamur adalah bersifat saprofi t. Jamur tersebut memperoleh makanannya dari materi organik
yang sudah mati atau sampah. Untuk memperoleh makannya, hifa jamur mengeluarkan enzim pencernaan,
yang dapat merombak materi organik, menjadi materi yang sederhana (anorganik) sehingga mudah diserap
oleh jamur. Jamur paying, jamur ragi (Saccharomyces cerevisiae), dan jamur tempe (Rhizopus oryzae)
termasuk dalam kelompok jamur ini.

Beberapa jenis jamur, ada yang mendapatkan makanannya langsung dari tubuh inangnya. Jamur tersebut
hidup sebagai parasit yang menyerang tumbuhan, biasanya mempunyai hifa khusus, yang disebut haustoria.
Bentuk hifa tersebut dapat menembus sel inang dan menyerap zat makanan yang dihasilkan inang. Jamur
parasit tersebut sering menimbulkan penyakit pada tanaman, sehingga di bidang pertanian menyebabkan
penurunan hasil panen. Pada manusia, jamur juga menyebabkan penyakit, misalnya penyakit kaki atlit
(athletes foot) dan penyakit panu. Lihat Gambar 5.10. Beberapa jenis jamur ada yang membentuk
hubungan simbiosis mutualisme dengan akar tumbuhan. Dalam hal ini, jamur menyediakan materi organik
bagi tumbuhan dan sebaliknya, jamur memperoleh materi organik dari tumbuhan. Selain itu beberapa jenis
jamur ada juga yang bersimbiosis dengan ganggang hijau (Chlorophyta) atau ganggang hijau-biru
(Cyanobacteria) membentuk lumut kerak atau Lichens.

F. Cara Reproduksi Jamur

Cara reproduksi jamur sangat bervariasi. Meskipun demikian, reproduksi jamur umumnya terjadi dalam 2
cara, yaitu secara seksual (perkembangbiakan generatif ) dan secara aseksual (perkembangbiakan
vegetatif ).

Perkembangbiakan jamur secara generatif adalah perkembangbiakan yang diawali dengan peleburan
gamet (sel-sel kelamin), yang didahului dengan penyatuan 2 hifa yang berbeda, yang disebut konjugasi.
Berdasarkan gametnya, proses ini dapat dikelompokkan sebagai isogami, anisogami, oogami,
gametangiogami, somatogami, dan spermatisasi. Perhatikanlah Gambar 5.12.

Isogami yaitu peleburan 2 gamet yang sama bentuk dan ukuran nya, bila gamet-gamet tersebut tidak sama
ukurannya disebut anisogami. Apabila peleburan 2 gamet tersebut yang berbeda adalah bentuk dan
ukurannya, maka disebut oogami. Pada oogami, ovum yang dihasilkan dalam oogoium dibuahi oleh
spermatozoid yang dibentuk dalam anteridium. Sedangkan yang disebut dengan gametangiogami adalah
bila peleburan isi 2 gametangium yang berbeda jenisnya tersebut menghasilkan zigospora.

Pada somatogami, yang terjadi yaitu peleburan 2 sel hifa. Dua sel hifa yang tidak berdeferensiasi inti
selnya berpasangan, kemudian terbentuk hifa diploid yang selanjutnya akan dibentuk askospora. Sedangkan
spermatisasi yaitu peleburan antara spermatium (gamet jantan) dengan gametangium betina (hifa) yang
kemudian berkembang membentuk hifa baru (diploid) dan menghasilkan askospora.

Seperti halnya reproduksi seksual, reproduksi aseksual juga dapat terjadi melalui beberapa cara. Cara
reproduksi yang paling sederhana adalah dengan pembentukan tunas (budding) yang biasa terjadi pada
jamur uniseluler, misalnya ragi (Saccharomyces cerevisiae). Pada reproduksi dengan cara ini, jamur
membentuk semacam sel berukuran kecil yang kemudian tumbuh menjadi sel ragi dengan ukuran sempurna
yang akhirnya terlepas dari sel induknya menjadi individu baru.

Selain dengan tunas, reproduksi aseksual juga dapat terjadi dengan fragmentasi dan spora aseksual.
Fragmentasi adalah pemotongan bagian-bagian hifa dan setiap potongan tersebut dapat tumbuh menjadi
hifa baru. Reproduksi jamur secara fragmentasi diawali dengan terjadinya pemisahan hifa dari sebuah
miselium. Selanjutnya hifa tersebut akan tumbuh dengan sendirinya menjadi miselium baru. Pada kondisi
tertentu, hifa akan terdegeneralisasi menjadi sporangia (penghasil spora aseksual).

Cara reproduksi aseksual yang lain adalah dengan spora yang disebut spora aseksual. Spora aseksual
adalah spora yang dihasilkan dari pembelahan secara mitosis. Pembentukan spora aseksual pada jamur
terjadi melalui spora yang dihasilkan oleh hifa tertentu. Spora tersebut merupakan sebuah sel reproduksi
yang dapat tumbuh langsung menjadi jamur. Hal ini mirip dengan perkecambahan biji pada tumbuhan
tingkat tinggi.

G. Klasifikasi Jamur

Jamur atau fungi dipelajari secara spesifi k di dalam cabang biologi yang disebut mikologi. Para ahli mikologi
(mycologist) mengelompokkan kingdom ini ke dalam 4 divisi. Dasar yang digunakan dalam klasifi kasi ini
adalah persamaan ciri-ciri. Salah satu ciri jamur adalah bereproduksi dengan spora, baik spora berfl agela
maupun spora tidak berfl agela. Jenis-jenis jamur yang sporanya berflagela dikelompokan dalam Dunia
Protista yaitu Myxomycotina dan Oomycotina. Sedangkan yang memiliki spora tidak berfl agela dimasukkan
ke dalam Dunia Fungi dan dibagi menjadi 3 divisi, yaitu Divisi Zygomycotina, Divisi Ascomycotina, dan
Divisi Basidiomycotina. Dasar klasifi kasi ketiga divisi tersebut adalah cara reproduksi seksual. Sedangkan
jamur-jamur yang reproduksi seksualnya belum diketahui, diklasifi kasikan ke dalam satu divisi, yang diberi
nama Divisi Deuteromycotina.

1. Zygomycotina

Zygomycotina disebut juga sebagai the coenocytic true fungi. Jenis jamur yang terkenal dari kelompok ini
adalah jamur hitam pada roti (black bread mold) atau Rhizopus sp. Divisi Zygomycotina memiliki anggota
yang hampir semuanya hidup pada habitat darat, kebanyakan hidup sebagai saprofi t. Tubuhnya bersel
banyak, berbentuk benang (hifa) yang tidak bersekat, dan tidak menghasilkan spora yang berflagella.

Reproduksi Zygomycotina terjadi secara aseksual dan seksual. Pada reproduksi seksual, jamur ini
menghasilkan zigospora. Sedangkan reproduksi aseksualnya dengan perkecambahan (germinasi) spora.
Spora tersebut tersimpan di dalam sporangium (kotak spora). Jika spora matang, sporangium akan pecah,
sehingga spora menyebar terbawa angin. Apabila spora tersebut jatuh di tempat yang sesuai, maka spora
akan tumbuh menjadi hifa baru.

Reproduksi seksual atau generatif dilakukan dengan cara konjugasi. Proses ini diawali ketika dua hifa yang
berlainan jenis, yakni hifa (+) dan hifa (-), saling berdekatan. Masing-masing hifa pada sisi-sisi tertentu
mengalami pembengkakan dan perpanjangan pada bagian- bagian tertentu, disebut gametangium.
Kemudian, kedua gametangium tersebut bertemu dan kedua intinya melebur membentuk zigot. Zigot
kemudian berkembang menjadi zigospora (diploid). Pada tahapan berikutnya, zigospora tumbuh, dindingnya
menebal dan berwarna hitam. Inti diploid (2n) mengalami meisosis, menghasilkan inti haploid (n). Pada
lingkungan yang sesuai, zigospora akan tumbuh dan membentuk sporangium. Sporangium ini memiliki
struktur penopang yang disebut sporangiofora. Selanjutnya, reproduksi secara aseksual dimulai lagi yaitu
ditandai dengan pematangan sporangium hingga sporangium tersebut pecah dan spora tersebar keluar.

Zygomycotina memiliki beberapa jenis yang mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa
diantaranya merupakan jamur pada makanan. Jenis-jenis jamur tersebut antara lain:

a. Rhizophus stolonifera

Jamur ini tampak sebagai benang-benang berwarna putih, memiliki rizoid dan stolon. Merupakan saprofi t
yang hidup pada bungkil kedelai dan bermanfaat dalam pembuatan tempe.

b. Rhizophus nigricans

Jamur ini dapat menghasilkan asam fumarat.

c. Mucor mucedo

Jamur ini hidup secara saprofi t. Sering dijumpai pada roti, sisa-sisa makanan dan kotoran ternak. Miselium
jamur ini berkembang di dalam substrat. Memiliki sporangium yang dilengkapi oleh sporangiofor.

Pilobolus sp.

Jamur ini sering disebut pelempar topi atau cap thrower, karena bila sporangiumnya telah masak, jamur ini
bisa melontarkannya sampai sejauh 8 meter. Spora tersebut kemudian melekat pada rumput atau
tumbuhan lain. Ketika tumbuhan tersebut dimakan hewan, spora jamur yang melekat tersebut akan
berkecambah di dalam saluran pencernaan dan akan tumbuh pada kotoran yang dikeluarkan hewan
tersebut.

2. Ascomycotina

Ascomycotina disebut juga sebagai the sac fungi. Merupakan fungi yang reproduksi seksualnya dengan
membuat askospora di dalam askus (ascus = sac atau kantung/pundi-pundi). Askus adalah semacam
sporangium yang menghasilkan askospora. Beberapa askus biasanya mengelompok dan berkumpul
membentuk tubuh buah yang disebut askorkarp atau askoma (kalau banyak disebut askomata). Askomata
bisa berbentuk mangkok, botol, atau seperti balon). Hifa dari Ascomycotina umumnya monokariotik
(uninukleat atau memiliki inti tunggal) dan sel-sel yang dipisahkan oleh septa sederhana.

Jadi, askus merupakan struktur umum yang dimiliki oleh anggota Divisi Ascomycotina. Tubuhnya ada yang
berupa uniseluler dan ada pula yang multiseluler. Hidup sebagai saprofi t dan parasit. Beberapa jenis
diantaranya dapat juga bersimbiosis dengan makhluk hidup ganggang hijau-biru dan ganggang hijau bersel
satu membentuk lumut kerak.

Siklus hidup Ascomycotina dimulai dari askospora yang tumbuh menjadi benang (hifa) yang bercabang-
cabang. Kemudian, salah satu dari beberapa sel pada ujung hifa berdiferensiasi menjadi askogonium, yang
ukurannya lebih lebar dari hifa biasa. Sedangkan ujung hifa yang lainnya membentuk Anteridium. Anteridium
dan Askogonium tersebut letaknya berdekatan dan memiliki sejumlah inti yang haploid.

Pada askogonium tumbuh trikogin yang menghubungkan askogonium dengan anteredium. Melaui trikogin
ini inti dari anteredium pindah ke askogonium dan kemudian berpasangan dengan inti pada askogonium.
Selanjutnya pada askogonium tumbuh sejumlah hifa yang disebut hifa askogonium. Inti-inti membelah
secara mitosis dan tetap berpasangan. Hifa askogonium tumbuh membentuk septa bercabang. Bagian
askogonium berinti banyak, sedangkan pada bagian ujungnya berinti 2. Bagian ujung inilah yang akan
tumbuh menjadi bakal askus.

Hifa askogonium ini kemudian berkembang disertai pertumbuhan miselium vegetatif yang kompak,
membentuk tubuh buah. Dua inti pada bakal askus membentuk inti diploid yang kemudian membelah secara
meiosis untuk menghasilkan 8 spora askus (askospora). Apabila askospora tersebut jatuh pada lingkungan
yang sesuai maka ia akan tumbuh membentuk hifa atau miselium baru.

Reproduksi aseksual pada Ascomycotina adalah dengan cara membentuk tunas dan spora aseksual.
Pembentukan tunas terjadi pada jamur uniseluler dan spora aseksual pada jamur terjadi pada jamur
multiseluler. Spora aseksual tersebut terbentuk pada ujung hifa khusus yang disebut konidiofor dan
sporanya disebut konidia. Konidia merupakan spora yang dihasilkan secara eksternal, yaitu di luar kotak
spora atau sporangium.

Berikut adalah beberapa contoh jamur anggota Divisi Ascomycotina.

a. Saccharomyces cerevisiae

Saccharomyces cerevisiae merupakan jamur mikroskopis, bersel tunggal dan tidak memiliki badan buah,
sering disebut sebagai ragi, khamir, atau yeast. Reproduksi vegetatifnya adalah dengan membentuk kuncup
atau tunas (budding). Pada kondisi optimal, khamir dapat membentuk lebih dari 20 tunas. Tunas-tunas
tersebut semakin membesar dan akhirnya terlepas dari sel induknya. Tunas yang terlepas ini kemudian
tumbuh menjadi individu baru.

Reproduksi generatif terjadi dengan mem ben tuk askus dan askospora. Askospora dari 2 tipe aksus yang
berlainan bertemu dan menyatu menghasilkan sel diploid. Selanjutnya terjadi pembelahan secara meiosis,
sehingga beberapa askospora (haploid) dihasilkan lagi. Askospora haploid tersebut berfungsi secara
langsung sebagai sel ragi baru. Cara reproduksi seksual ini terjadi saat reproduksi aseksual tidak bisa
dilakukan, misalnya bila suplai makanan terganggu atau lingkungan hidupnya tidak mendukung.

Dalam kehidupan manusia, S. cerevisiae dimanfaatkan dalam pembuatan roti, tape, peuyeum, minuman
anggur, bir, dan sake. Proses yang terjadi dalam pembuatan makanan tersebut adalah fermentasi.
Perhatikan

b. Penicillium spp.

Penicillium hidup sebagai saprofi t pada substrat yang banyak mengandung gula, seperti nasi, roti, dan buah
yang telah ranum. Pada substrat gula tersebut, jamur ini tampak seperti noda biru atau kehijauan.
Perhatikan Gambar 5.18. Reproduksi jamur Penicillium berlangsung secara vegetatif (konidia) dan secara
generatif (askus). Beberara contoh jamur anggota genus Penicillium antara lain:

Penicillium notatum dan Penicillium chrysogenum

Kedua jenis Penicillium ini menghasilkan zat antibiotik (penisilin)

Penicillium roquefortii dan Penicillium camemberti

Kedua jenis jamur ini biasa dimanfaatkan dalam memberti cita rasa atau mengharumkan keju.

c. Aspergillus spp.

Jamur ini biasanya tumbuh berkoloni pada makanan, pakaian, dan alat-alat rumah tangga. Koloni Aspergillus
berwarna abu-abu, hitam, coklat, dan kehijauan. Distribusinya luas, dapat tumbuh di daerah beriklim dingin
maupun daerah tropis. Reproduksi secara vegetatif dengan konidia yang disebarkan oleh angin. Beberapa
jenis jamur anggota marga Aspergillus adalah:

Aspergillus oryzae

Jamur ini biasa digunakan untuk mengempukkan adonan roti, dan jamur tersebut dapat menghasilkan enzim
protease.

Aspergillus wentii

Aspergilus jenis ini berperan dalam dalam pembuatan sake, kecap, tauco, asam sitrat, asam oksalat, dan
asam format, serta penghasil enzim protease.

Aspegillus niger

Jenis ini dimanfaatkan untuk menghilangkan gas O2 dari sari buah, dan dapat menjernihkannya. Jamur
tersebut juga dapat menghasilkan enzim glukosa oksidase dan pektinase.
Apergillus fl avus

Jenis Aspergilus ini menghasilkan afl atoksin, penyebab kanker pada manusia.

Apergillus nidulans

Jamur ini hidup sebagai parasit pada telinga, menyebabkan automikosis.

Aspergillus fumigates

A. fumigatus merupakan jamur yang dapat menyebabkan penyakit kanker pada paru-paru burung.

d. Neurospora crassa

N. crassa dikenal sebagai jamur oncom karena sering digunakan untuk membuat oncom. Warna merah muda
atau jingga yang muncul pada oncom merupakan warna konidia jamur tersebut. Awalnya jenis ini
dikelompokkan ke dalam Divisi Deuteromycota, dengan nama Monilia sitophila. Tetapi setelah ditemukan
alat reproduksi generatifnya, berupa askus, sekarang jamur ini dimasukkan ke dalam kelompok
Ascomycotina.

e. Morchella deliciosa dan Morchella esculenta

Kedua jenis jamur ini merupakan jamur makroskopis, hidup di tanah. Karena rasanya yang lezat, jamur ini
menjadi konsumsi manusia. Dalam dunia perdagangan jamur ini dikenal dengan nama morel, ukuran
tubuhnya sedang, berwarna coklat kemerahmerahan, tubuhnya seperti spons dan sering dijual dalam bentuk
awetan.

3. Basidiomycotina

Divisi Basidiomycotina sering disebut juga sebagai the club fungi atau yang sering disebut jamur pada
umumnya (cendawan atau mushrooms). Jamur ini bereproduksi secara seksual dengan membentuk basidia
yang kemudian menghasilkan basidiospora di dalam tubuh buah yang disebut basidioma atau basidiokarp
(Gambar 5.22). Basidia tersebut bisa berkembang dalam bentuk seperti insang, pori-pori, seperti gigi, atau
struktur lain. Hifa dari Basiomycotina umumnya dikaryotik (binukleat, dengan 2 inti) dan terkadang memiliki
hubungan yang sa ling mengapit. Sel-sel tersebut dipisahkan oleh septa yang kompleks. Anggota nya
kebanyakan berupa jamur makroskopis. Kelompok ini memiliki miselium yang bersekat dan memiliki tubuh
buah (basi diokarp) yang panjang, berupa lembaran- lembaran, yang berliku-liku atau bulat. Jamur ini
umumnya hidup saprofi t dan parasit, umumnya berkembang biak secara aseksual dengan konidium.

Siklus hidup Basidiomycota dimulai dari spora basidium atau konidium yang tumbuh menjadi hifa yang
bersekat dengan 1 inti (monokariotik). Hifa tersebut kemudian tumbuh membentuk miselium. Hifa-hifa yang
berbeda, hifa (+) dan hifa (-), bersinggungan pada masing- masing ujungnya dan melebur diikuti dengan
larutnya masingmasing dinding sel. Kemudian inti sel dari salah satu sel pindah ke sel yang lainnya,
sehingga sel tersebut memiliki 2 inti sel (dikariotik). Sel dikariotik tersebut akhirnya tumbuh menjadi
miselium dikariotik dan selanjutnya menjadi tubuh buah (basidiokarp).

Basidiokarp memiliki bentuk seperti payung. Pada bagian bawahnya terdapat basidium yang terletak pada
bilah-bilah (lamela). Masingmasing basidium memiliki 2 inti (2n). Kemudian 2 inti tersebut mengalami
meiosis dan akhirnya terbentuk 4 inti haploid. Dan apabila mendapatkan lingkungan yang sesuai, inti haploid
tersebut akan tumbuh menjadi spora basidium, atau disebut juga spora seksual. Begitu seterusnya
membentuk siklus hidup Basidiomycotina. Untuk lebih jelasnya, perhatikan Gambar 5.23.

Berbagai jenis jamur yang dikonsumsi kita konsumsi dalam kehidupan sehari-hari adalah anggota
Basidiomycotina. Jenis-jenis tersebut antara lain:

Volvariella volvacea (jamur merang)

Jamur ini mempunyai tubuh buah berbentuk seperti payung, terdiri atas lembaran-lembaran (bilah), yang
berisi basidium. Tubuh buahnya berwarna putih kemerah-merahan. Jamur ini merupakan sumber protein,
kadar kalorinya tinggi, tetapi kadar kolesterolnya rendah. Karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi, jamur
ini banyak dibudidayakan.
Auricularia polythrica (jamur kuping)

Jamur kuping merupakan jamur saprofi t pada kayu yang mati. Tubuh buahnya berbentuk seperti daun
telinga (kuping), berwarna merah kecoklat-coklatan. Rasanya enak dan bisa dimakan seperti sayuran. Jamur
ini pun sekarang sudah banyak dibudidayakan.

c. Amanita phalloides

Amanita phalloides merupakan salah satu anggota suku Amanitaceae. Amanita, merupakan cendawan yang
indah, tetapi juga merupakan anggota daftar cendawan yang mematikan di bumi, mengandung cukup racun
untuk membunuh seorang dewasa hanya dengan sepotong tubuhnya. Jamur ini hidup sebagai saprofi t pada
kotoran hewan ternak, memiliki tubuh buah berbentuk seperti payung. Perhatikan Gambar 5.24.

Puccinia graminis (jamur karat)

Jamur ini hidup parsit pada daun rumput-rumputan (Graminae), tubuhnya makroskopik, tidak memiliki tubuh
buah, dan sporanya berwarna merah kecoklatan seperti warna karat.

4. Deuteromycotina

Beberapa jamur yang belum diketahui alat reproduksi generatifnya dimasukkan ke dalam Deuteromycotina.
Kelompok jamur ini juga sering disebut sebagai jamur tidak sempurna atau the imperfect fungi. Jamur ini
tidak mengalami reproduksi seksual atau mereka menunjukkan tahap aseksual (anamorph) dari jamur yang
memiliki tahap seksual (teleomorph). Jamur ini menyerupai Ascomycotina (septanya sederhana). Jadi,
kelompok ini bisa dikatakan sebagai keranjang sampah, tempat sementara untuk menampung jenis-jenis
jamur yang belum jelas statusnya. Apabila pada penelitian berikutnya ditemukan cara reproduksi
seksualnya, maka suatu jenis jamur anggota Deuteromycotina akan bisa dikelompokkan ke dalam Divisi
Ascomycotina atau Divisi Basidiomycotina. Contohnya adalah Neurospora crassa yang saat ini dimasukkan
ke dalam kelompok Ascomycotina.

Semua jamur anggota divisi artifi sial ini bereproduksi secara aseksual dengan konidia. Konidia dibentuk
diujung konidiosfora, secara langsung pada hifa yang bebas. Beberapa jenis hidup pada dedaunan dan sisa-
sisa tumbuhan yang tenggelam di dasar sungai yang berarus deras. Beberapa kelompok yang lain
merupakan parasit pada protozoa dan hewan-hewan kecil lainnya dengan berbagai cara. Beberapa jenis juga
ditemui pada semut dan sarang rayap.

Beberapa jamur parasit pada hewan-hewan kecil mengembangkan unbranched body di dalam tubuh
korbannya, kemudian secara perlahan- lahan menyerap nutrien sampai korbannya mati. Setelah itu jamur
tersebut memproduksi rantai spora yang mungkin menempel atau termakan oleh hewan-hewan lain yang
akan menjadi korbannya. Cara lain adalah dengan menangkap mangsanya dengan hifa yang dapat
menusuk, dengan menumpangi dan melekat pada amuba. Salah satu kelompok jamur penghuni tanah ada
yang mampu menangkap cacing nematoda dengan membentuk cincin hifa atau hyphal loop. Ukuran cicin
hifa tersebut lebih kecil dari ukuran tubuh nematode dan run cing pada kedua ujungnya. Ketika nematoda
memasukkan kepalanya ke dalam cincin hifa, cacing tersebut cenderung berusaha keluar dengan bergerak
maju, bukan mundur, sehingga cacing tersebut justru terjebak pada kumparan hifa jamur tersebut.
Perhatikan Gambar 5.26. Setelah berhasil menjerat korbannya, jamur tersebut kemudian membentuk
haustoria yang tumbuh menembus ke dalam tubuh cacing dan mencernanya.

Pada manusia, jamur anggota Divisi Deuteromycotina umumnya menyebabkan penyakit. Epidermophyton fl
oocosum menyebabkan penyakit kaki atlet, sedangkan Microsporum sp. dan Trichophyton sp. menyebabkan
penyakit kurap atau panu. Karena hidup dikulit, kedua jamur tersebut sering disebut juga sebagai
dermatophytes. Jenis lain yang merupakan penyebab penyakit pada manusia adalah Candida albicans. Jamur
mikroskopis ini memiliki bentuk tubuh mirip ragi, tetapi sifat hidupnya adalah parasit. Penyakit yang
ditimbulkannya adalah penyakit keputihan yang terjadi karena adanya infeksi pada vagina.

Deuteromycotina juga memiliki beberapa anggota yang merupakan penyebab penyakit pada tanaman.
Sclerotium rolfsie adalah jamur yang menyebabkan penyakit busuk pada tanaman budidaya. Sedangkan
Helminthosporium oryzae adalah contoh jamur parasit yang dapat merusak kecambah dan buah serta dapat
menimbulkan noda-noda berwarna hitam pada daun inangnya.
5. Oomycotina (Jamur Air)

Oomycotina berarti fungi telur. Istilah ini didasarkan pada cara reproduksi seksual pada jamur air. Beberapa
anggota Oomycotina bersifat uniseluler dan tidak memiliki kloroplas.

Jamur air memiliki dinding sel terbuat dari selulosa, yang berbeda dengan dinding sel jamur sejati yang
terbuat dari polisakarida yang disebut kitin. Yang membedakan jamur air dengan jamur sejati adalah adanya
sel bifl agellata yang terjadi pada daur hidup jamur air. Sementara jamur sejati tidak memiliki fl agella.

Sebagian besar jamur air hidup secara bebas atau melekat pada sisa-sisa tumbuhan di kolam, danau, atau
aliran air. Meraka hidup sebagai pengurai dan berkoloni. Walaupun begitu, ada juga yang hidup pada sisik
atau insang ikan yang terluka sebagai parasit. Contoh anggota Oomycotina adalah Saprolegnia, dan
Phytoptora infestans. Selain bersifat parasit, jamur air juga bersifat patogen (dapat menimbulkan penyakit),
seperti menyebabkan pembusukan kayu pada kentang dan tomat.

Jamur air dapat bereproduksi secara seksual atau aseksual. Secara aseksual, jamur air menghasilkan
sporangium di ujung hifa. Di dalam sporangium tersebut, dihasilkan spora yang berfl agella yang disebut
zoospora. Ketika zoospora matang dan jatuh di tempat yang sesuai, maka akan berkecambah dan tumbuh
menjadi mycelium baru. Adapun reproduksi secara seksual terjadi melalui penyatuan gamet jantan dan
gamet betina. Gamet jantan dihasilkan oleh antheredium dan gamet betina dihasilkan dari oogonium.
Penggabungan gamet jantan dan gamet betina menghasilkan zigot diploid. Zigot ini nantinya akan
berkembang menjadi spora, yang berdinding tebal. Saat spora berkecambah, akan dihasilkan mycelium
baru.

6. Myxomycotina

Pada umumnya, jamur lendir berwarna (berpigmen) kuning atau orange, walaupun ada sebagian yang
berwarna terang. Jamur ini bersifat heterotrof dan hidup secara bebas. Tahapan memperoleh makan dalam
siklus hidup jamur lendir merupakan suatu massa ameboid yang disebut plasmodium. Plasmodium ini
dapat tumbuh besar hingga diameternya mencapai beberapa sentimeter. Walaupun berukuran besar,
plasmodium bukan multiseluler. Plasmodium merupakan massa tunggal sitoplasma yang mengandung
banyak inti sel. Plasmodium menelan makanan melalui fagositosis. Mereka melakukan ini sambil
menjulurkan pseudopodia melalui tanah yang lembab, daun-daunan, atau kayu yang membusuk. Jika habitat
jamur lendir mulai mongering atau tidak ada makanan yang tersisa, plasmodium akan berhenti tumbuh dan
berdiferensiasi menjadi tahapan siklus hidup yang berfungsi dalam tahapan reproduksi seksual. Contoh
jamur lendir adalah jenis Dyctystelum discridium.

H. Peranan Jamur dalam Kehidupan

Peranan jamur atau fungi dalam kehidupan sangat luas. Jamur berperan dalam keseimbangan lingkungan
yaitu sebagai dekomposer. Sebagai dekomposer, jamur menguraikan sisa-sisa organisme yang telah mati
sehingga bisa dimanfaatkan oleh organisme lain. Hal ini sangat penting dalam keberlanjutan ekosistem di
bumi, karena yang menjadi kunci keberlangsungan ekosistem adalah adanya keseimbangan antara produksi
biomasa oleh organisme fotosintetik dan perombakan-perombakan atau daur ulang nutrien yang
dikandungnya. Dalam proses daur ulang senyawa organik ini, fungi memiliki peran yang menonjol di semua
ekosistem utama.

Jamur juga bisa bersimbiosis dengan organisme lain. Dengan akar tumbuhan tertentu jamur bersimbiosis
membentuk mikoriza. Mikro riza merupakan struktur yang berperan penting dalam suplai unsur hara.
Kalian bisa membaca kembali bagian awal dari bab ini yang membicarakan cara jamur memperoleh
makanan. Berdasarkan posisi jamur terhadap akar tumbuhan, dikenal adanya endomikoriza (bila hifa
menembus korteks akar) dan ektomikoriza (bila hifa hanya menem bus epidermis akar). Kelompok jamur
yang sering bersimbiosis dengan akar tumbuhan umumnya termasuk anggota Divisi Zygomycotina,
Ascomycotina, dan Basidiomycotina.

Jamur juga berperan sangat penting dalam fermentasi makanan dan obat-obatan. Sebagai contoh, pada
Divisi Zygomycotina, sedikitnya ada 2 jenis Rhizopus yang digunakan secara komersial dalam industri pil
kontrasepsi dan anestesi, yaitu R. arrhizus dan R. nigricans. Beberapa jenis lain juga dimanfaatkan dalam
industri alkohol dan untuk mengempukkan daging. Ada pula jenis lain yang mampu memproduksi pigmen
kuning yang digunakan untuk memberi warna pada margarin.

Beberapa jenis jamur dan peranannya yang menguntungkan adalah sebagai berikut :

Rhizopus stolonifera : untuk membuat tempe

Rhizophus nigricans: menghasilkan asam fumarat

Saccharomyces cerevisiae : untuk membuat tape, roti, minuman sake, dan bir

Aspergillus oryzae : mengempukkan adonan roti

Aspergillus wentii : untuk membuat sake, kecap, tauco, asam sitrat, asam oksalat, dan asam formiat

Aspergillus niger : untuk menghilangkan O2 dari sari buah, dan menjernihkan sari buah

Penicillium notatum dan P. chrysogenum : menghasilkan penicillin (antibiotik)

Ganoderma lucidum : bahan obat

Penicillium roquefortii dan P. camemberti : meningkatkan kualitas (aroma) keju

Trichoderma sp. : menghasilkan enzim selulose

Neurospora crassa (jamur oncom) : untuk membuat oncom

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas penyusun dapat menarik sesimpulan bahwa :

Fungi adalah nama regnum dari sekelompok besar makhluk hidup eukariotik heterotrof yang mencerna
makanannya di luar tubuh lalu menyerap molekul nutrisi ke dalam sel-selnya. Fungi memperbanyak diri
secara seksual dan aseksual. Perbanyakan seksual dengan cara :dua hifa dari jamur berbeda melebur lalu
membentuk zigot lalu zigot tumbuh menjadi tubuh buah, sedangkan perbanyakan aseksual dengan cara
membentuk spora, bertunas atau fragmentasi hifa. Jamur memiliki kotak spora yang disebut sporangium. Di
dalam sporangium terdapat spora. Jamur juga berperan dalam kehidupan yaitu sebagai pengurai atau
dekompuser jasad yang sudah mati dan membebaskan zat zat kimia kea lam selain itu jamur juga berperan
dalam kehidupan manusia seperti pembuatan temped an sebagainya.
B. Saran

Bagi seluruh Civitas Akademik untuk terus menambah wawasan pengetahuan mengenai fungi/jamur

Sebagai manusia, kita perlu membudidayakan jamur yang bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan pangan.

Semoga dengan adanya Makalah ini baik penyusun maupun pembaca dapat memahami akan pentingnya
jamur dalam kehiduan sehari-hari.

Apa bila pembaca menemukan kata-kata yang kuran berkenan, penyusun mengucapkan mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

DAFTAR PUSTAKA

1Moore RT. 1980. "Taxonomic proposals for the classification of marine yeasts and other yeast-like fungi
including the smuts". Botanica Marine 23: 36173 The classification system presented here is based on the
2007 phylogenetic study by Hibbett et all

http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&id=98263&src=a

Entjang. Indan.2003. Mikrobiologi & Parasitologi. PT.Citra Aditya bakti. Bandung.

Gould. Dinah.2003. Mikrobiologi Terapan Untuk Perawat. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Melnick. Jawetz. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Mikrobiologi adalah salah satu cabang biologi yang membahas mengenai organisme
hidup berukuran mikrokopis yang meliputi virus, bakteri, archaea, protozoa, alga dan
fungi.

VIRUS.
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis.
Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya dapat
bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel
makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi
sendiri.

Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak
kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas
protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genomvirus akan diekspresikan
menjadi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein
yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.
Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota
(organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara istilah
bakteriofage atau fagedigunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota
(bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel).

Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak dapat
menjalankan fungsi biologisnya secara bebas jika tidak berada dalam sel inang. Karena
karakteristik khasnya ini virus selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada
manusia (misalnya virus influenzadan HIV), hewan (misalnya virus flu burung), atau
tanaman (misalnya virus mosaik tembakau/TMV).

Macam-macam infeksi virus.


Virus dapat menginfeksi inangnya dan menyebabkan berbagai akibat bagi inangnya. ada
yang berbahaya, namun juga ada yang dapat ditangani oleh sel imun dalam tubuh
sehingga akibat yang dihasilkan tidak terlalu besar.

1. Infeksi Akut.
infeksi akut merupakan infeksi yang berlangsung dalam jangka waktu cepat namun
dapat juga berakibat fatal. Akibat dari infeksi akut adalah :
Sembuh tanpa kerusakan (Sembuh total)
Sembuh dengan kerusakan/cacat, misalnya : polio
Berlanjut kepada infeksi kronis
Kematian
2. Infeksi Kronis.
Infeksi kronis merupakan infeksi virus yang berkepanjangan sehingga ada resiko gejala
penyakit muncul kembali Contoh dari infeksi kronis adalah :
Silent subclinical infection seumur hidup.
Periode diam yang cukup lama sebelum munculnya penyakit.
Reaktivasi yang menyebabkan infeksi akut.
Penyakit kronis yang berulang (kambuh).
Kanker.
BAKTERI.
Bakteri (dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria) adalah kelompok organisme yang
tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota
dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam kehidupan
di bumi. Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan
penyakit, sedangkan kelompok lainnya dapat memberikan manfaat dibidang pangan,
pengobatan, dan industri.

Struktur sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-
organel lain seperti mitokondria dankloroplas. Hal inilah yang menjadi dasar perbedaan
antara sel prokariot dengan sel eukariot yang lebih kompleks.

Bakteri dapat ditemukan di hampir semua tempat: di tanah, air, udara, dalam simbiosis
dengan organisme lain maupun sebagai agen parasit (patogen), bahkan dalam tubuh
manusia. Pada umumnya, bakteri berukuran 0,5-5 m, tetapi ada bakteri tertentu yang
dapat berdiameter hingga 700 m, yaitu Thiomargarita. Mereka umumnya memiliki
dinding sel, seperti sel tumbuhan danjamur, tetapi dengan bahan pembentuk sangat
berbeda (peptidoglikan). Beberapa jenis bakteri bersifat motil (mampu bergerak) dan
mobilitasnya ini disebabkan oleh flagel.

STRUKTUR SEL.
Seperti prokariot (organisme yang tidak memiliki membran inti) pada umumnya,
semua bakteri memiliki struktur sel yang relatif sederhana. Sehubungan dengan
ketiadaan membran inti, meteri genetik (DNA dan RNA) bakteri melayang-layang di
daerah sitoplasma yang bernama nukleoid. Salah satu struktur bakteri yang penting
adalah dinding sel. Bakteri dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok besar
berdasarkan struktur dinding selnya, yaitu bakteri gram negatif dan bakteri gram
positif.

Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tersusun dari lapisan peptidoglikan
(sejenis molekul polisakarida) yang tebal dan asam teikoat, sedangkan bakteri gram
negatif memiliki lapisan peptidoglikan yang lebih tipis dan mempunyai struktur
lipopolisakarida yang tebal. Metode yang digunakan untuk membedakan kedua jenis
kelompok bakteri ini dikembangkan oleh ilmuwan Denmark, Hans Christian Gram pada
tahun 1884.

Banyak bakteri memiliki struktur di luar sel lainnya seperti flagel dan fimbria yang
digunakan untuk bergerak, melekat dan konjugasi. Beberapa bakteri juga memiliki
kapsul yang beperan dalam melindungi sel bakteri dari kekeringan dan fagositosis.
Struktur kapsul inilah yang sering kali menjadi faktor virulensi penyebab penyakit,
seperti yang ditemukan pada Escherichiacoli dan Streptococcuspneumoniae. memiliki
kromosom, ribosom, dan beberapa spesies lainnya memiliki granula makanan, vakuola
gas, dan magnetosom.

Beberapa bakteri mampu membentuk diri menjadi endospora yang membuat mereka
mampu bertahan hidup pada lingkungan ekstrim. Clostridium botulinum merupakan
salah satu contoh bakteri penghasil endospora yang sangat tahan suhu dan tekanan
tinggi, dimana bakteri ini juga termasuk golongan bakteri penyebab keracunan pada
makanan kaleng.

ALAT GERAK.
Banyak spesies bakteri yang bergerak menggunakan flagel. Bakteri yang tidak memiliki
alat gerak biasanya hanya mengikuti pergerakan media pertumbuhannya atau
lingkungan tempat bakteri tersebut berada. Sama seperti struktur kapsul, flagel juga
dapat menjadi agen penyebab penyakit pada beberapa spesies bakteri. Berdasarkan
tempat dan jumlah flagel yang dimiliki, bakteri dibagi menjadi lima golongan, yaitu:

1. Atrik, tidak mempunyai flagel.


2. Monotrik, mempunyai satu flagel pada salah satu ujungnya.
3. Lofotrik, mempunyai sejumlah flagel pada salah satu ujungnya.
4. Amfitrik, mempunyai satu flagel pada kedua ujungnya.
5. Peritrik, mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.
FUNGI (jamur).
Jamur atau cendawan adalah tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga
bersifatheterotrof. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari
benang-benang yang disebut hifa. Hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang
yang disebut miselium. Reproduksi jamur, ada yang dengan cara vegetatif ada juga
dengan cara generatif.
Jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya untuk
memperoleh makanannya. Setelah itu, menyimpannya dalam bentuk glikogen. Jamur
merupakan konsumen, maka dari itu jamur bergantung pada substrat yang
menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu
diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit
obligat, parasit fakultatif, atau saprofit.

Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme. Jamur yang hidup
bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat
tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis mutualisme jamur dengan
tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang hidup di akar tanaman kacang-
kacangan atau pada liken. Jamur berhabitat pada bermacammacam lingkungan dan
berasosiasi dengan banyak organisme. Meskipun kebanyakan hidup di darat, beberapa
jamur ada yang hidup di air dan berasosiasi dengan organisme air. Jamur yang hidup di
air biasanya bersifat parasit atau saprofit, dan kebanyakan dari kelas Oomycetes.

KHAMIR.
Khamir adalah fungi ekasel (uniselular) yang beberapa jenis spesiesnya umum
digunakan untuk membuat roti, fermentasi minuman beralkohol, dan bahkan
digunakan percobaan sel bahan bakar. Kebanyakan khamir merupakan anggota divisi
Ascomycota, walaupun ada juga yang digolongkan dalam Basidiomycota. Beberapa jenis
khamir, seperti Candida albicans, dapat menyebabkan infeksi pada manusia
(kandidiasis).

Lebih dari seribu spesies khamir telah diidentifikasi. Khamir yang paling umum
digunakan adalah Saccharomyces cerevisiae, yang di manfaatkan untuk produksi
anggur, roti, tape, dan bir sejak ribuan tahun yang silam dalam bentuk ragi.
DODI'S BLOG
WEBS FOR BIOLOGY TEACHER
Langsung ke isi

BERANDA
BIO YOU TUBE
BLOGROLL BIOLOGI
DOWNLOAD LINK
KEPUSTAKAAN
MATERI BIOLOGI
SOAL-SOAL BIOLOGI
TIPS DAN TRIK WEBS

Virus , Bakteri , Algae, Jamur


Virus
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari


Untuk kegunaan lain dari Virus, lihat Virus (disambiguasi).

?
Virus

Rotavirus

Klasifikasi virus

Kelas: IVII

Groups

I: Virus dsDNA
II: Virus ssDNA
III: Virus dsRNA
IV: Virus (+)ssRNA
V: Virus ()ssRNA
VI: Virus ssRNA-RT
VII: Virus dsDNA-RT

Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis.
Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya
dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel
makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi
sendiri. Biasanya virus mengandung sejumlah kecilasam nukleat (DNA atau RNA, tetapi
tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri
atas protein, lipid,glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus akan
diekspresikan menjadi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik
maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.

Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-


seleukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara
istilah bakteriofage atau fage digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis
sel prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel).

Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak dapat
menjalankan fungsi biologisnya secara bebas jika tidak berada dalam sel inang. Karena
karakteristik khasnya ini virus selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada
manusia (misalnya virus influenza dan HIV), hewan (misalnya virus flu burung), atau
tanaman (misalnya virus mosaik tembakau/TMV).
Daftar isi
[sembunyikan]

1 Etimologi
2 Sejarah penemuan
3 Struktur dan anatomi virus
4 Patogenesis Virus
4.1 Macam-macam infeksi virus
5 Replikasi virus
5.1 Pelekatan Virus
5.2 Penetrasi
5.3 Pelepasan Mantel
5.4 Replikasi Genom dan Ekspresi Gen
5.5 Perakitan
5.6 Pematangan
5.7 Pelepasan
6 Klasifikasi virus
7 Contoh-contoh virus
7.1 Virus RNA
7.1.1 Retroviridae
7.1.2 Picornaviridae
7.1.3 Orthomixoviridae
7.1.4 Arboviruses
7.2 Virus DNA
7.2.1 Herpesviridae
7.2.2 Parvoviridae
7.2.3 Poxviridae
8 Peranan Virus dalam Kehidupan
8.1 Penyakit hewan akibat virus
8.2 Penyakit tumbuhan akibat virus
8.3 Penyakit manusia akibat virus
9 Diagnosis di laboratorium
10 Pencegahan dan pengobatan
11 Referensi
12 Lihat pula
13 Pranala luar

[sunting] Etimologi
Kata virus adalah kata bahasa Latin untuk racun dan substansi beracun lainnya, yang
pertama kali digunakan di Bahasa Inggris tahun 1392.[1] Definisi agen yang
menyebabkan infeksi penyakit pertama kali digunakan tahun 1728,[1]sebelum
ditemukannya virus sendiri oleh Dmitry Iwanovsky tahun 1892.
[sunting] Sejarah penemuan

Virus mosaik tembakau merupakan virus yang pertama kali divisualisasikan


dengan mikroskop elektron.

Virus telah menginfeksi sejak jaman sebelum masehi, hal tersebut terbukti
dengan adanya beberapa penemuan-penemuan yaitu laporan mengenai infeksi
virus dalam hieroglyph di Memphis, ibu kota Mesir kuno (1400SM) yang
menunjukkan adana penyakit poliomyelitis, selain itu, Raja Firaun Ramses
V meninggal pada tahun 1196 SM dan dipercaya meninggal karena terserang
virus Smallpox.
Pada jaman sebelum masehi, virus endemik yang cukup terkenal adalah virus
Smallpox yang menyerang masyarakat cina pada tahun 1000. Akan tetapi pada
pada tahun 1798 , Edward Jenner menemukan bahwa beberapa pemerah susu
memiliki kekebalan terhadap virus pox. Hal tersebut diduga karena Virus Pox yang
terdapat pada sapi, melindungi manusia dari Pox. Penemuan tersebut yang
dipahami kemudian merupakan pelopor penggunaan vaksin.
Pada tahun 1880, Louis Pasteur dan Robert Koch mengemukakan suatu germ
theory yaitu bahwa mikroorganisme merupakan penyebab penyakit. Pada saat
itu juga terkenal Postulat Koch yang sangat terkenal hingga saat ini yaitu :
1. Agen penyakit harus ada di dalam setiap kasus penyakit
2. Agen harus bisa diisolasi dari inang dan bisa ditumbuhkan secara in vitro
3. Ketika kultur agen muri diinokulasikan ke dalam sel inang sehat yang rentan
maka ia bisa menimbulkan penyakit
4. Agen yang sama bisa di ambil dan diisolasi kembali dari inang yang terinfeksi
tersebut
Penelitian mengenai virus dimulai dengan penelitian mengenai penyakit mosaik
yang menghambat pertumbuhan tanaman tembakau dan membuat daun
tanaman tersebut memiliki bercak-bercak. Pada tahun 1883, Adolf Mayer, seorang
ilmuwan Jerman, menemukan bahwa penyakit tersebut dapat menular ketika
tanaman yang ia teliti menjadi sakit setelah disemprot dengan getah tanaman
yang sakit. Karena tidak berhasil menemukan mikroba di getah tanaman tersebut,
Mayer menyimpulkan bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri yang lebih
kecil dari biasanya dan tidak dapat dilihat dengan mikroskop.
Pada tahun 1892, Dimitri Ivanowsky dari Rusia menemukan bahwa getah daun
tembakau yang sudah disaring dengan penyaring bakteri masih dapat
menimbulkan penyakit mosaik. Ivanowsky lalu menyimpulkan dua kemungkinan,
yaitu bahwa bakteri penyebab penyakit tersebut berbentuk sangat kecil sehingga
masih dapat melewati saringan, atau bakteri tersebut mengeluarkan toksin yang
dapat menembus saringan.[2] Kemungkinan kedua ini dibuang pada
tahun 1897 setelah Martinus Beijerinck dariBelanda menemukan bahwa agen
infeksi di dalam getah yang sudah disaring tersebut dapat bereproduksi karena
kemampuannya menimbulkan penyakit tidak berkurang setelah beberapa kali
ditransfer antartanaman.[2] Patogen mosaik tembakau disimpulkan sebagai bukan
bakteri, melainkan merupakan contagium vivum fluidum, yaitu sejenis cairan
hidup pembawa penyakit.[2]
Setelah itu, pada tahun 1898, Loeffler dan Frosch melaporkan bahwa
penyebab penyakit mulut dan kaki sapi dapat melewati filter yang tidak dapat
dilewati bakteri. Namun demikian, mereka menyimpulkan bahwa patogennya
adalah bakteri yang sangat kecil.[2]
Pendapat Beijerinck baru terbukti pada tahun 1935, setelah Wendell Meredith
Stanley dari Amerika Serikat berhasil mengkristalkan partikel penyebab penyakit
mosaik yang kini dikenal sebagai virus mosaik tembakau.[3] Virus ini juga
merupakan virus yang pertama kali divisualisasikan dengan mikroskop
elektron pada tahun 1939 oleh ilmuwan Jerman G.A. Kausche, E. Pfankuch, dan H.
Ruska.[4]
Pada tahun 1911, Peyton Rous menemukan jika ayam yang sehat diinduksi
dengan sel tumor dari ayam yang sakit, maka pada ayam yang sehat tersebut
juga akan terkena kanker.[5] Selain itu, Rous juga mencoba melisis sel tumor dari
ayam yang sakit lalu menyaring sari-sarinya dengan pori-pori yang tidak dapat
dilalui oleh bakteri, lalu sari-sari tersebut di suntikkan dalam sel ayam yang sehat
dan ternyata hal tersebut juga dapat menyebabkan kanker. [5] Rous menyimpulkan
kanker disebabkan karena sel virus pada sel tumor ayam yang sakit yang
menginfeksi sel ayam yang sehat.[5] Penemuan tersebut merupakan penemuan
pertama virus onkogenik, yaitu virus yang dapat menyebabkan tumor. Virus yang
ditemukan oleh Rous dinamakan Rous Sarcoma Virus(RSV).[5]
Pada tahun 1933, Shope papilloma virus atau cottontail rabbit papilloma
virus (CRPV)yang ditemukan oleh Dr Richard E Shope merupakan
modelkanker pertama pada manusia yag disebabkan oleh virus. [6] Dr Shope
melakukan percobaan dengan mengambil filtrat dari tumor pada hewan lalu
disuntikkan pada kelinci domestik yang sehat, dan ternyata timbul tumor pada
kelinci tersebut.[6]
Wendell Stanley merupakan orang pertama yang berhasil mengkristalkan virus
pada tahun 1935.[7] Virus yang dikristalkan merupakan Tobacco Mozaic
Virus (TMV).[7] Stanley mengemukakan bahwa virus akan dapat tetap aktif
meskipun setelah kristalisasi.[7]
Martha Chase dan Alfred Hershey pada tahun 1952 berhasil menemukan
bakteriofage.[8] Bakterofage merupakan virus yang memiliki inang bakteri
sehingga hanya dapat bereplikasi di dalam sel bakteri.[8]

[sunting] Struktur dan anatomi virus


Model skematik virus berkapsid heliks (virus mosaik tembakau): 1. asam nukleat (RNA),
2. kapsomer, 3. kapsid.

Virus adalah organisme subselular yang karena ukurannya sangat kecil, hanya dapat
dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron. Ukurannya lebih kecil
daripada bakteri sehingga virus tidak dapat disaring dengan penyaring bakteri. Virus
terkecil berdiameter hanya 20 nm (lebih kecil daripada ribosom), sedangkan virus
terbesar sekalipun sukar dilihat dengan mikroskop cahaya.[9]

Genom virus dapat berupa DNA ataupun RNA.[10] Genom virus dapat terdiri dari DNA
untai ganda, DNA untai tunggal, RNA untai ganda, atau RNA untai tunggal. [10] Selain itu,
asam nukleat genom virus dapat berbentuk linear tunggal atau sirkuler. [10] Jumlah gen
virus bervariasi dari empat untuk yang terkecil sampai dengan beberapa ratus untuk
yang terbesar.[10][9] Bahan genetik kebanyakan virus hewan dan manusia berupa DNA,
dan pada virus tumbuhan kebanyakan adalah RNA yang beruntai tunggal.[10]

Bahan genetik virus diselubungi oleh suatu lapisan pelindung. [10] Protein yang menjadi
lapisan pelindung tersebut disebut kapsid.[10] Bergantung pada tipe virusnya, kapsid
bisa berbentuk bulat (sferik), heliks, polihedral, atau bentuk yang lebih kompleks dan
terdiri atas protein yang disandikan oleh genomvirus.[10] Kapsid terbentuk dari banyak
subunit protein yang disebutkapsomer.[9][10]

Bakteriofag terdiri dari kepala polihedral berisi asam nukleat dan ekor untuk
menginfeksi inang.

Untuk virus berbentuk heliks, protein kapsid (biasanya disebut protein nukleokapsid)
terikat langsung dengan genom virus.[11] Misalnya, pada virus campak, setiap protein
nukleokapsid terhubung dengan enam basa RNA membentuk heliks sepanjang sekitar
1,3 mikrometer.[11] Komposisi kompleks protein dan asam nukleat ini disebut
nukleokapsid.[11] Pada virus campak, nukleokapsid ini diselubungi oleh lapisan lipid yang
didapatkan dari sel inang, dan glikoprotein yang disandikan oleh virus melekat pada
selubung lipid tersebut.[11] Bagian-bagian ini berfungsi dalam pengikatan pada dan
pemasukan ke sel inang pada awal infeksi.[11]
Virus cacar air memiliki selubung virus.

Kapsid virus sferik menyelubungi genom virus secara keseluruhan dan tidak terlalu
berikatan dengan asam nukleat seperti virus heliks. [12] Struktur ini bisa bervariasi dari
ukuran 20 nanometer hingga 400 nanometer dan terdiri atas protein virus yang
tersusun dalam bentuk simetri ikosahedral.[12] Jumlah protein yang dibutuhkan untuk
membentuk kapsid virus sferik ditentukan dengan koefisien T, yaitu sekitar 60t protein.
[12] Sebagai contoh, virus hepatitis B memiliki angka T=4, butuh 240 protein untuk
membentuk kapsid.[12] Seperti virus bentuk heliks, kapsid sebagian jenis virus sferik
dapat diselubungi lapisan lipid, namun biasanya protein kapsid sendiri langsung terlibat
dalam penginfeksian sel.[12]

Beberapa jenis virus memiliki unsur tambahan yang membantunya menginfeksi


inang.Virus pada hewan memiliki selubung virus, yaitu membran menyelubungi kapsid.
[13] Selubung ini mengandung fosfolipid dan protein dari sel inang, tetapi juga
mengandung protein dan glikoprotein yang berasal dari virus.[13] Selain protein
selubung dan protein kapsid, virus juga membawa beberapa molekul enzim di dalam
kapsidnya. Ada pula beberapa jenis bakteriofag yang memiliki ekor protein yang
melekat pada kepala kapsid. Serabut-serabut ekor tersebut digunakan oleh fag untuk
menempel pada suatu bakteri.[14] Partikel lengkap virus disebut virion. Virion berfungsi
sebagai alat transportasi gen, sedangkan komponen selubung dan kapsid bertanggung
jawab dalam mekanisme penginfeksian sel inang.[14]

[sunting] Patogenesis Virus


[SUNTING ] MACAM-MACAM INFEKSI VIRUS

Virus dapat menginfeksi inangnya dan menyebabkan berbagai akibat bagi inangnya.
[15] ada yang berbahaya, namun juga ada yang dapat ditangani oleh sel imun dalam
tubuh sehingga akibat yang dihasilkan tidak terlalu besar.[15]

1. Infeksi Akut
infeksi akut merupakan infeksi yang berlangsung dalam jangka waktu cepat
namun dapat juga berakibat fatal.[15] Akibat dari infeksi akut adalah :
* Sembuh tanpa kerusakan (Sembuh total) [15]
* Sembuh dengan kerusakan/cacat, misalnya : polio[15]
* Berlanjut kepada infeksi kronis [15]
* Kematian[15]
2. Infeksi Kronis
Infeksi kronis merupakan infeksi virus yang berkepanjangan sehingga ada resiko
gejala penyakit muncul kembali.[15] Contoh dari infeksi kronis adalah :
* Silent subclinical infection seumur hidup, contoh : cytomegalovirus( CMV)[15]
* Periode diam yang cukup lama sebelum munculnya penyakit, contoh :HIV [15]
* Reaktivasi yang menyebabkan infeksi akut, contoh : shingles[15]
* Penyakit kronis yang berulang (kambuh), contoh : HBV, HCV
* Kanker contoh : HTLV-1, HPV, HBV, HCV, HHV.[15]

[sunting] Replikasi virus


Replikasi virus terdiri atas beberapa tahapan-tahapan yaitu pelekatan virus, penetrasi,
pelepasan mantel, replikasi genom dan ekspresi gen, perakitan, pematangan, dan
pelepasan.

[SUNTING ] PELEKATAN VIRUS

Pelekatan virus merupakan proses interaksi awal antara partikel virus dengan
molekul reseptor pada permukaan sel inang.[16] Pada tahap ini, terjadi ikatan spesifik
antara molekul reseptor seluler dengan antireseptor pada virus.[16]Beberapa jenis virus
memerlukan molekul lainnya untuk proses pelekatan yaitukoreseptor.[16]

Molekul reseptor yang target pada permukaan sel dapat berbentuk protein(biasanya
glikoprotein) atau residu karbohidrat yang terdapat pada glikoproteinatau glikolipid.[16]

Beberapa virus kompleks seperti poxvirus dan herpesvirus memiliki lebih dari satu
reseptor sehingga mempunyai beberapa rute untuk berikatan dengan sel. [16]

Reseptor virus mempunyai beberapa kelas yang berbeda :

molekul immunoglobulin-like superfamily


reseptor terkait membran
saluran dan transporter transmembran[16]

Beberapa contoh virus beserta reseptor yang dimiliki :

Human Rhinovirus (HRV)


Human Rhinovirus memiliki reseptor ICAM-1(Intracelluler adhesion molecule-
1).[17] Molekul tersebut merupakan molekul adhesi yang fungsi normalnya
adalah untuk mengikatkan sel kepada substratnya.[17]struktur ICAM-1 mirip
dengan molekul imunoglobulin dengan domain C dan V sehingga digolongkan
sebagai protein supefamily immunoglobulin[17]

Struktur ICAM-1 memiliki lima Ig-like domain untuk berikatan denganLfa-


1 (Leukocite function antigen-1), Mac-1 (Macrofage antigen-
1),Rhinovirus (HRV), fibrinogen, dan PFIE (malaria infected erythocytes).[17]
10 serotipe dari HRV menggunakan ICAM-1 sebagai reseptor, sepuluh
serotipe lainnya menggunakan protein yang beruhubungan dengan LDL
reseptor.[17]

Poliovirus
mempunyai reseptor virus berupa protein membran integral yang juga
anggota dari molekul superfamily immunoglobulin.[18] Reseptor ini memiliki
tiga domain yaitu satu berupa variabel dan dua konstan.[18]

Virus influenza
Virus ini mempunyai dua tipe spike glikoprotein pada permukaan partikel
virus yaitu hemagglutinin (HA) dan neuraminidase.[19] HA akan berikatan
dengan reseptor virus influenza yang berupa asam sialat (N-asetil neuraminic
acid).[19]

virus ini berikatan dengan muatan negatif dari moieties asam sialat yang ada
pada rantai oligosakarida yang secara kovalen berikatan dengan glikoprotein
pada permukaan sel.[19]

adanya asam sialat pada hampir semua jenis sel menyebabkan


virusinfluenza bisa berikatan dengan banyak tipe sel.[19]

[SUNTING ] PENETRASI

Penetrasi terjadi pada waktu yang sangat singkat setelah pelekatan virus pada reseptor
di membran sel.[20] Proses ini memerlukan energi Tiga mekanisme yang terlibat:

Translokasi partikel virus


Proses translokasi relatif jarang terjadi di antara virus dan mekanisme belom
sepenuhnya dipahami benar, kemungkinan diperantarai olehprotein di dalam
virus kapsid dan reseptor membran spesifik.[21]

Endositosis virus ke dalam vakuola intraseluler


proses endositosis merupakan mekanisme yang sangat umum sebagai jalan
masuk virus ke dalam sel.[22] Tidak diperlukan protein virus spesifik selain
yang telah digunakan untuk pengikatan reseptor.[22]

fusi dari envelope dengan membran sel (untuk virus yang berenvelope)
Proses fusi virus berenvelop dengan membran sel baik secara langsung
maupun dengan permukaan sel maupun mengikuti endositosis dalam
sitoplasma.[22] Diperlukan adanya protein fusi spesifik dalam envelop virus,
misalnya : HA influenza dan glikoprotein transmembran (TM) Rhinovirus.[22]

[SUNTING ] PELEPASAN MANTEL

Tahap ini terjadi setelah proses penetrasi dimana kapsid virus baik seluruhnya maupun
sebagian dipindahkan ke dalam sitoplasma sel inang. [20] Pada tahap ini genom virus
terekspos dalam bentuk kompleks nukleoprotein. [20] Dalam beberapa kasus, tahap ini
berlangsung cukup sederhana dan terjadi selama fusipada membran virus
dengan membran plasma.[20] untuk virus lainnya, tahap ini merupakan proses multistep
yang melibatkan jalur endositosis dan membrannukleus.[20]
[SUNTING ] REPLIKASI GENOM DAN EKSPRESI GEN

7 Klasifikasi Baltimore.[23]

Strategi replikasi dari beberapa virus tergantung pada material genetik alami dari virus
tersebut.[24] Dalam hal ini, virus dibagi dalam 7 kelompok seperti pengelompokan
[[David Baltimore].[24] Proses ekspresi gen akan menentukan semua proses infeksi virus
(akut, kronis, persisten, atau laten).[24]

Kelas I : DNA Utas Ganda


Kelompok ini dibagi menjadi dua kelompok :

1. Replikasi terjadi di inti dan relatif tergantung kepada faktor-faktor


seluler (Adenoviridae, Polyomaviridae,Herpesviridae)[24]
2. Replikasi terjadi di sitoplasma (Poxviridae). virus ini melibatkan
semua faktor-faktor yang penting untuk transkripsi dan replikasi
dari genomnya, dan kebanyakan tidak tergantung pada perangkat
replikasi dari inangnya[24].
Kelas II : DNA Utas Tunggal
Replikasi terjadi di dalam nukleus, melibatkan bentuk utas ganda
intermediate sebagai cetakan untuk sintesis utas tunggal DNA turunannya
(Parvoviridae)[24]

Kelas III : RNA Utas Ganda


Virusnya memiliki genom yang tersegmentasi. masing-masing segmennya
ditranskripsi secara terpisah untuk menghasilkan monosistronik mRNA
individual. contoh : Reoviridae[24]

Kelas IV : RNA Utas Tunggal (+)


Virus dengan polisistronik mRNA dimana kelas ini genom RNA membentuk
mRNA yang ditranslasikan untuk membentuk suatu polyprotein yang dipecah
membentuk protein matang. Contoh :Picornaviridae[24]

Kelas V : RNA Utas Tunggal (-)


Genom pada kelas ini dibagi menjadi dua tipe :
1. Genom tidak bersegmen (Rhabdoviridae), Tahap pertama dalam
replikasi adalah transkripsi dari genom RNA utas (-) oleh virion RNA-
dependent RNA polimerase untuk menghasilkan monosistronik mRNA
yang juga sebagai cetakan untuk replikasi genom.[24]
2. Genom bersegmen (Orthomixoviridae), replikasi terjadi di dalam
nukleus dimana monosistronik mRNA untuk masing-masing gen virus
dihasilkan oleh transkriptase virus.[24]
Kelas VI : RNA Utas Tunggal (+) dengan DNA Intermediate
Genom Retrovirus RNA utas tunggal (+) bersifat diploid dan tidak dipakai
secara langsung sebagai mRNA tetapi sebagi template untuk reverse
transkriptase menjadi DNA.[24]

Kelas VII : DNA Utas Ganda dengan RNA Intermediate


Virus kelompok ini bergantung kepada reverse transkriptase, tetapi berbeda
dengan retrovirus, prosesnya terjadi di dalam partikel virus selama maturasi
(Hepadnaviridae).[24]

[SUNTING ] PERAKITAN

Perakitan merupakan proses pengumpulan komponen-komponen virion pada bagian


khusus di dalam sel.[20] Selama proses ini, terjadi pembentukan struktur partikel virus.
[20] Proses ini tergantung kepada proses replikasi di dalam sel dan tempat di mana virus
melepaskan diri dari sel.[20] mekanisme perakitan bervariasi untuk virus yang berbeda-
beda. Contoh : proses perakitanPicornavirus, Poxvirus, dan Reovirus terjadi
di sitoplasma, sementara itu proses perakitan Adenovirus , Poliovirus,
dan Parvovirus terjadi di nukleus.[20]

[SUNTING ] PEMATANGAN

Pematangan merupakan tahap dari siklus hidup virus dimana virus bersifatinfeksius.
[20] pada tahap ini terjadi perubahan struktur dalam partikel virus yang kemungkinan
dihasilkan oleh pemecahan spesifik protein kapsid untuk menghasilkan produk yang
matang.[20] protease virus dan enzim seluler lainnya biasanya terlibat dalam proses ini.
[20]

[SUNTING ] PELEPASAN

Semua virus kecuali virus tanaman melepaskan diri dari sel inang melalui dia
mekanisme :

untuk virus litik (semua virus non-selubung), pelepasan merupakan proses yang
sederhana, dimana sel yang terinfeksi terbuka dan virus keluar.[20]
untuk virus berselubung, diperlukan membran lipid ketika virus keluar dari sel
melewati membran , proses ini dikenal sebagai budding.[20]

Proses pelepasan partikel virus kemungkinan bisa merusak


sel(Paramyxovirus,Rhabdovirus, dan Togavirus) , dan kemungkinan sebagian lagi tidak
merusak sel (Retrovirus).[20]
[sunting] Klasifikasi virus
Virus dapat diklasifikasi menurut morfologi, tropisme dan cara penyebaran, dan
genomik fungsional.[25]

Klasifikasi virus berdasarkan morfologi


Berdasarkan morfologi, virus dibagi berdasarkan jenis asam nukleat dan
juga protein membran terluarnya (envelope) menjadi 4 kelompok, yaitu :[25]

1. Virus DNA
2. Virus RNA
3. Virus berselubung
4. Virus non-selubung
Klasifikasi virus berdasarkan tropisme dan cara penyebaran
Berdasarkan tropisme dan cara penyebaran, virus dibagi menjadi:[25]

1. Virus Enterik
2. Virus Respirasi
3. Arbovirus
4. Virus onkogenik
5. Hepatitis virus
Klasifikasi virus berdasarkan genomik fungsional
Virus di klasifikan menjadi 7 kelompok berdasarkan alur fungsigenomnya.
Klasifikasi ini disebut juga klasifikasi Baltimore yaitu:[25]

1. Virus Tipe I = DNA Utas Ganda


2. Virus Tipe II = DNA Utas Tunggal
3. Virus Tipe III = RNA Utas Ganda
4. Virus Tipe IV = RNA Utas Tunggal (+)
5. Virus Tipe V = RNA Utas Tunggal (-)
6. Virus Tipe VI = RNA Utas Tunggal (+) dengan DNA perantara
7. Virus Tipe VII = DNA Utas Ganda dengan RNA perantara

[sunting] Contoh-contoh virus


[SUNTING ] VIRUS RNA

Virus RNA merupakan virus yang memiliki materi genetik berupa RNA, kelompok yang
tergolong dalam kelompok ini adalah virus kelas III, IV, V, dan VI. Beberapa
contoh familia virus yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah Retroviridae,
Picornaviridae, Orthomixoviridae, dan Arbovirus.[26]

[sunting] Retroviridae

Retroviridae merupakan virus berbentuk ikosahedral. Virus ini memiliki


genomRNA berjumlah dua buah yang keduanya identik dan memiliki polaritas positif
yang nantinya akan diekspresikan menjadi enzim polimerase yang unik yaitureverse
traskriptase yang berguna untuk mengubah RNA menjadi DNA. [26][27]DNA yang
dihasilkan nantinya akan berintegrasi ke dalam DNA sel inang sebagai provirus.[26] Virus
ini termasuk ke dalam virus yang ganas, dapat menyebabkan penekanan sistem
kekebalan tubuh dan juga tumor.[26] Sifatnya yang ganas tersebut disebabkan salah
satunya karena virus ini mudah mengalami mutasi.[26]

Salah satu genus dari famili ini yang paling terkenal adalah genus Lentivirus, yang
contoh spesiesnya adalah HIV 1 dan 2.[26]

[sunting] Picornaviridae

Picornaviridae merupakan berukuran kecil. Virus ini memiliki genom RNA dengan
polaritas positif sehingga termasuk virus kelas IV dalam klasifikasi Baltimore. [28] Virus
dalam famili ini mampu menyebabkan banyak penyakit pada manusia, di antaranya
adalah penyakit polio yang disebabkan oleh Poliovirus dan flu ringan yang disebabkan
oleh Rhinovirus.[28]

[sunting] Orthomixoviridae

Orthomoxoviridae merupakan virus yang memiliki selubung dengan materi


genetik RNA bersegmen berpolaritas negatif sehingga virus ini termasuk dalam kelas V
dalam klasifikasi Baltimore.[29] Ciri khan dari virus ini adalah virus ini
memiliki protein permukaan yang merupakan antigen utama yaituHemmaglutinin (HA)
dan Neuraminidase (NA).[29] Hemmaglutinin merupakan bagian virus yang menempel
pada sel target oleh sebab itu antibodi terhadap hemmaglutinin dapat melindung dari
infeksi virus.[29] Neuraminidase berperan untuk melepaskan virion dari sel oleh sebab
itu antibodi terhadap NA dapat menekan tingkat keparahan infeksi virus. [29]

Virus ini di klasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu :

1. Influenza tipe A
Influenza tipe A merupakan virus yang menginfeksi berbagai spesies baik
manusia, burung (burung liar, ternak, domestik), babi, kuda, anjing, dan mamalia
air(anjing laut dan paus).[29] Virus influenza tipe A dapat mengalami antigenic
drift dan antigenic shift. [29]
Antigenic drift adalah terjadinya mutasi pada gen yang menyandikan protein
Hemmaglutinin. Hal tersebut menyebabkan antibodi yang ada tidak dapat
mengenalinya lagi. Kejadian tersebut menyebabkan terjadinyaendemik musiman.
[29]
Antigenic shift adalah munculnya subtipe barus virus influenza yang disebabkan
karena penggabunggan genetik antara manusia dengan virus hewan atau dengan
transmisi langsung dari hewan unggas ke manusia. karena tidak ada atau
sedikitnya imunitas terhada virus baru, maka pandemik dapat terjadi.[29]
2. Influenza tipe B
3. Influenza tipe C
4. Tick-Borne Influenza
virus ini merupakan virus yang berasal dari kutu.[29]

[sunting] Arboviruses

Arbovirus merupakan singkatan dari ARthropoda-BOrne virus yaitu virus yang berasal
dari kelompok Arthropoda.[30] Arbovirus dibagi menjadi empat famili yaitu :

1. Togaviridae
contoh virus yang termasuk dalam kelompok ini adalah Rubellavirus.[30]
2. Flaviviridae
contoh virus yang termasuk dalam kelompok ini adalah Hepatitis C virus
dan Denguevirus yang penyebabkan penyakit demam berdarah dengue.[30]
3. Bunyaviridae
contoh virus yang termasuk dalam kelompok ini adalah California encephalitis
virus (CE) yang menyebabkan penyakit encephalitis pada manusia.[30]
4. Reoviridae
contoh virus yang termasuk dalam kelompok ini adalah reovirus yang
menyebabkan Colorado tick fever dan Rotavirus yang
menyebabkan diareepidemik pada anak-anak.[30]

[SUNTING ] VIRUS DNA

Virus DNA merupakan virus yang memiliki materi genetik berupa DNA, kelompok yang
tergolong dalam kelompok ini adalah virus kelas I, II, VII. Beberapa contoh familia virus
yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah Herpesviridae, Parvoviridae, dan
Poxviridae.[31]

[sunting] Herpesviridae

Herpesviridae merupakan kelompok virus berukuran besar dengan materi genetik DNA
utas ganda sehingga dikelompokkan ke dalam kelas 1 dalam klasifikasi baltimore. Virus
dalam kelompok ini dapat menyebabkan penyakit ganas dan juga dapat menyebabkan
kelainan pasca kelahiaran pada bayi.[31]Herpesviridae terbagi ke dalam beberapa
genus, yaitu :

1. Alpha Herpesvirus
Virus yang termasuk dalam kelompok Alpha herpesvirus biasanya menyebabkan
penyakit yang akut dengan gejala yang muncul saat itu juga. [31] infeksi virus ini
bersifat laten persisten disebabkan karena kemampuan genom virus ini untuk
berintergrasi dengan sel inang.[31] jika kondisi inang sedang lemah, maka ada
kemungkinan penyakit dapat muncul kembali pada tempat yang sama. [31]
contoh dari virus ini adalah Herpes simplex tipe 1 dan 2 dan Varicella zoster(VZ)
virus.[31]
2. Beta Herpesvirus
Virus yang termasuk dalam kelompok beta herpesvirus biasanya menyebabkan
penyakit yang akut akan tetapi tidak ditemukan gejala padacarrier.[31] virus ini
menyebabkan infeksi pada bayi dan perkembangan abnormal (penyakit
kongenital).[31]
contoh dari virus ini adalah Cytomegalovirus.[31]
3. Gamma Herpesvirus
Virus yang termasuk dalam kelompok ini mampu menyebabkan
penyakitlimphopoliperatif jinak dan ganas.[31]
contoh dari virus ini adalah Epstein-Barr virus.[31]

[sunting] Parvoviridae

Parvoviridae merupakan virus dengan DNA utas tunggal polaritas positif atau negatif
sehingga termasuk dalam kelas II dalam klasifikasi Baltimore. [32] Virus ini tidak
memiliki selubung virus dan merupakan virus manusia yang berukuran paling kecil.
[32] Virus merupakan virus yang tidak sempurna sehingga perlu berasosiasi
dengan adenovirus sehingga sering disebut Adeno-Associated Virus(AAV).[32] Salah satu
contoh kelompok ini adalah virus B-19 yang dapat menyebabkan cacat atau keguguran
pada janin.[32]

[sunting] Poxviridae

Poxviridae merupakan virus dengan materi genetik DNA untai ganda sehingga virus ini
di termasuk dalam kelas I dalam klasifikasi Baltimore.[33] Ciri khas dari virus ini adalah
virus ini memiliki morfologi besar dan kompleks. [33] Virus yang terkenal dalam kelompok
ini adalah Smallpox.[33] Smallpox cukup terkenal karena menimbulkan pandemik yang
sangat besar diseluruh dunia.[33] sekarang virus Smallpox sudah dimusnahkan.[33]

[sunting] Peranan Virus dalam Kehidupan


Beberapa virus ada yang dapat dimanfaatkan dalam rekombinasi genetika.[15]Melalui
terapi gen, gen jahat (penyebab infeksi) yang terdapat dalam virus diubah menjadi gen
baik (penyembuh).[15] Baru-baru ini David Sanders, seorang profesor biologi pada
Purdues School of Science telah menemukan cara pemanfaatan virus dalam dunia
kesehatan.[15] Dalam temuannva yang dipublikasikan dalam Jurnal Virology, Edisi 15
Desember 2002, David Sanders berhasil menjinakkan cangkang luar virus Ebola
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pembawa gen kepada sel yang sakit (paru-paru).
[15] Meskipun demikian, kebanyakan virus bersifat merugikan terhadap kehidupan
manusia, hewan, dan tumbuhan.[15]

Virus sangat dikenal sebagai penyebab penyakit infeksi pada manusia, hewan, dan
tumbuhan.[15] Sejauh ini tidak ada makhluk hidup yang tahan terhadap virus. [15] Tiap
virus secara khusus menyerang sel-sel tertentu dari inangnya. Virus yang menyebabkan
selesma menyerang saluran pernapasan, virus campak menginfeksi kulit, virus hepatitis
menginfeksi hati, dan virus rabies menyerang sel-sel saraf. Begitu juga yang terjadi
pada penyakit AIDS (acquired immune deficiency syndrome), yaitu suatu penyakit yang
mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh penderita penyakit tersebut disebabkan
oleh virus HIV yang secara khusus menyerang sel darah putih. [15] Tabel berikut ini
memuat beberapa macam penyakit yang disebabkan oleh virus.[15]

Selain manusia, virus juga menyebabkan kesengsaraan bagi hewan dan tumbuhan.
[15] Tidak sedikit pula kerugian yang diderita peternak atau petani akibat ternaknya
yang sakit atau hasil panennya yang berkurang.[15]

[SUNTING ] PENYAKIT HEWAN AKIBAT VIRUS

Penyakit tetelo, yakni jenis penyakit yang menyerang bangsa unggas, terutama ayam.
Penyebabnya adalah new castle disease virus (NCDV). [15] Penyakit kuku dan mulut,
yakni jenis penyakit yang menyerang ternak sapi dan kerbau. [15]Penyakit kanker pada
ayam oleh rous sarcoma virus (RSV). [15] Penyakit rabies, yakni jenis penyakit yang
menyerang anjing, kucing, dan monyet, disebabkan oleh virus rabies.[15]

[SUNTING ] PENYAKIT TUMBUHAN AKIBAT VIRUS

Penyakit mosaik, yakni jenis penyakit yang menyerang tanaman tembakau.


[2]Penyebabnya adalah tobacco mosaic virus (TMV) Penyakit tungro, yakni jenis penyakit
yang menyerang tanaman padi.[2] Penyebabnya adalah virus Tungro.[2] Penyakit
degenerasi pembuluh tapis pada jeruk. Penyebabnya adalah virus citrus vein phloem
degeneration (CVPD).[2]

[SUNTING ] PENYAKIT MANUSIA AKIBAT VIRUS

Contoh paling umum dari penyakit yang disebabkan oleh virus adalah pilek(yang bisa
saja disebabkan oleh satu atau beberapa virus sekaligus), cacar, AIDS(yang disebabkan
virus HIV), dan demam herpes (yang disebabkan virus herpes simpleks).[34] Kanker leher
rahim juga diduga disebabkan sebagian olehpapilomavirus (yang menyebabkan
papiloma, atau kutil), yang memperlihatkan contoh kasus pada manusia yang
memperlihatkan hubungan antara kanker dan agen-agen infektan.[34] Juga ada
beberapa kontroversi mengenai apakah virus borna, yang sebelumnya diduga sebagai
penyebab penyakit saraf pada kuda, juga bertanggung jawab kepada
penyakit psikiatris pada manusia.[34]

Potensi virus untuk menyebabkan wabah pada manusia menimbulkan kekhawatiran


penggunaan virus sebagai senjata biologis. Kecurigaan meningkat seiring dengan
ditemukannya cara penciptaan varian virus baru di laboratorium. [34]

Kekhawatiran juga terjadi terhadap penyebaran kembali virus sejenis cacar, yang telah
menyebabkan wabah terbesar dalam sejarah manusia, dan mampu menyebabkan
kepunahan suatu bangsa.[34] Beberapa suku bangsa Indian telah punah akibat wabah,
terutama penyakit cacar, yang dibawa oleh kolonis Eropa. [34] Meskipun sebenarnya
diragukan dalam jumlah pastinya, diyakini kematian telah terjadi dalam jumlah besar.
[34] Penyakit ini secara tidak langsung telah membantu dominasi bangsa Eropa di dunia
baru Amerika.[34]

Salah satu virus yang dianggap paling berbahaya adalah filovirus.[34] Grup Filovirus
terdiri atas Marburg, pertama kali ditemukan tahun 1967 di Marburg,Jerman, dan ebola.
[34] Filovirus adalah virus berbentuk panjang seperti cacing, yang dalam jumlah besar
tampak seperti sepiring mi.[34] Pada April 2005, virus Marburg menarik perhatian pers
dengan terjadinya penyebaran di Angola. Sejak Oktober 2004 hingga 2005, kejadian ini
menjadi epidemi terburuk di dalam kehidupan manusia. [34]

[sunting] Diagnosis di laboratorium


Deteksi, isolasi, hingga analisis suatu virus biasanya melewati proses yang sulit dan
mahal.[35] Karena itu, penelitian penyakit akibat virus membutuhkan fasilitas besar dan
mahal, termasuk juga peralatan yang mahal dan tenaga ahli dari berbagai bidang,
misalnya teknisi, ahli biologi molekular, dan ahli virus.[35]Biasanya proses ini dilakukan
oleh lembaga kenegaraan atau dilakukan secara kerjasama dengan bangsa lain melalui
lembaga dunia seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).[35]

[sunting] Pencegahan dan pengobatan


Karena biasanya memanipulasi mekanisme sel induknya untuk bereproduksi, virus
sangat sulit untuk dibunuh.[36] Metode pengobatan sejauh ini yang dianggap paling
efektif adalah vaksinasi, untuk merangsang kekebalan alami tubuh terhadap proses
infeksi, dan obat-obatan yang mengatasi gejala akibat infeksi virus. [36]
Penyembuhan penyakit akibat infeksi virus biasanya disalah-antisipasikan dengan
penggunaan antibiotik, yang sama sekali tidak mempunyai pengaruh terhadap
kehidupan virus.[36] Efek samping penggunaan antibiotik adalah resistansi bakteri
terhadap antibiotik.[36] Karena itulah diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk
memastikan apakah suatu penyakit disebabkan oleh bakteri atau virus. [36]

Bakteri
Bakteri (dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria) adalah kelompokorganisme yang
tidak memiliki membran inti sel.[2] Organisme ini termasuk ke dalam
domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besar
dalam kehidupan di bumi.[2] Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen
penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan kelompok lainnya dapat memberikan
manfaat dibidang pangan, pengobatan, danindustri.[3] Struktur sel bakteri relatif
sederhana: tanpa nukleus/inti sel,kerangka sel, dan organel-organel lain
seperti mitokondria dan kloroplas.[4] Hal inilah yang menjadi dasar perbedaan
antara sel prokariot dengan sel eukariotyang lebih kompleks.[5]

Bakteri dapat ditemukan di hampir semua tempat: di tanah, air, udara,


dalamsimbiosis dengan organisme lain maupun sebagai agen parasit (patogen), bahkan
dalam tubuh manusia.[6][7][8][9] Pada umumnya, bakteri berukuran 0,5-5 m, tetapi ada
bakteri tertentu yang dapat berdiameter hingga 700 m, yaituThiomargarita.[10] Mereka
umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhandan jamur, tetapi dengan bahan
pembentuk sangat berbeda (peptidoglikan).[11]Beberapa jenis bakteri bersifat motil
(mampu bergerak) dan mobilitasnya ini disebabkan oleh flagel.[12]
Daftar isi
[sembunyikan]

1 Sejarah
2 Struktur sel
3 Morfologi bakteri
4 Alat gerak
5 Habitat
6 Pengaruh lingkungan terhadap bakteri
6.1 Suhu
6.2 Kelembaban relatif
6.3 Cahaya
6.4 Radiasi
7 Peranan
7.1 Bidang lingkungan
7.2 Bidang pangan
7.3 Bidang kesehatan
8 Dekomposisi
9 Referensi
10 Pranala luar

[sunting] Sejarah

Model mikroskop awal yang dirancang oleh Robert Hooke; dimuat dalamMicrographia.

Bakteri merupakan organisme mikroskopik.[13] Hal ini menyebabkan organisme ini


sangat sulit untuk dideteksi, terutama sebelum ditemukannya mikroskop.[13]Barulah
setelah abad ke-19 ilmu tentang mikroorganisme, terutama bakteri (bakteriologi), mulai
berkembang.[13] Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, berbagai hal tentang
bakteri telah berhasil ditelusuri.[13] Akan tetapi, perkembangan tersebut tidak terlepas
dari peranan berbagai tokoh penting seperti Robert Hooke, Antoni van
Leeuwenhoek, Ferdinand Cohn, danRobert Koch.[13] Istilah bacterium diperkenalkan di
kemudian hari olehEhrenberg pada tahun 1828, diambil dari kata Yunani
(bakterion) yang memiliki arti batang-batang kecil.[13] Pengetahuan tentang bakteri
berkembang setelah serangkaian percobaan yang dilakukan oleh Louis Pasteur, yang
melahirkan cabang ilmu mikrobiologi.[13] Bakteriologi adalah cabang mikrobiologi yang
mempelajari biologi bakteri.[5]

Robert Hooke (1635-1703), seorang ahli matematika dan sejarahwan


berkebangsaan Inggris, menulis sebuah buku yang berjudul Micrographia pada
tahun 1665 yang berisi hasil pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan
mikroskop sederhana.[13]Akan tetapi, Robert Hooke masih belum dapat menumukan
struktur bakteri.[13] Dalam bukunya tersebut, tergambar hasil penemuannya mengenai
tubuh buah kapang.[13] Walau demikian, buku inilah yang menjadi sumber deskripsi
awal dari mikroorganisme.[13]

Antoni van Leeuwenhoek (16321723) hidup di era yang sama dengan Robert Hooke di
mana pengamatan dengan mikroskop masih sangat sederhana. [13]Terinspirasi dari kerja
Robert Hooke, ia membuat mikroskop rancangannya sendiri dengan sangat baik untuk
mengamati makhluk mikroskopik ini pada berbagai media alami pada tahun 1684.
[13] Antoni van Leeuwenhoek berhasil menemukan bakteri untuk pertama kalinya di
dunia pada tahun 1676.[13] Hasil temuannya dikirimkan ke Royal Society of London yang
kemudian dipublikasikan pada tahun 1684.[13] Penemuan ini segera mendapat banyak
konfirmasi dari ilmuwan lainnya.[13] Sejak saat itulah, tidak hanya ilmu tentang bakteri
tetapi juga mikroorganisme pada umumnya pun mulai berkembang.[13]

Ferdinand Cohn (1828-1898) merupakan seorang botanis berkebangsaan Breslau


(sekarang Polandia).[13] Hasil penemuannya banyak berkisar tentang bakteri yang
resisten terhadap panas.[13] Ketertarikannya pada kelompok bakteri ini
mengarahkannya pada penemuan kelompok bakteri penghasilendospora yang resisten
terhadap suhu tinggi.[13] Ferdinand Cohn juga berhasil menjelaskan siklus hidup
bakteri Bacillus yang sekaligus menjelaskan mengapa bakteri ini bersifat tahan panas.
[13] Selanjutnya, ia juga membuat dasar klasifikasi bakteri sederhana dan
mengembangkan beberapa metode untuk mencegah kontaminasi pada kultur bakteri,
seperti penggunaan kapas sebagai penutup pada labu takar, erlenmeyer, dan tabung
reaksi. Metode ini kemudian digunakan oleh ilmuwan lain, Robert Koch. [13]

Robert Koch (1843-1910), seorang ahli fisika berkebangsaan Jerman, banyak melakukan
penelitian mengenai penyakit yang disebabkan oleh infeksibakteri.[13] Ilmuwan pada
awalnya mempelajari penyakit antraks yang banyak menyerang hewan ternak.
[14] Penyakit ini disebabkan oleh Bacillus anthracis, salah satu bakteri penghasil
endospora.[14] Robert Koch juga merupakan orang pertama yang berhasil mendapatkan
isolat murni Mycobacterium tuberculosis, bakteri penyebab penyakit tuberkulosis.[13]
[15] Berdasarkan dua penelitian mengenai penyakit ini, Robert Koch berhasil membuat
Postulat Koch, sebuah teori mengenai mikroorganisme spesifik untuk penyakit yang
spesfik.[13] Beliau juga berhasil menemukan metode untuk mendapatkan isolat murni
dari bakteri.[13] Penemuan lainnya adalah penggunaan media kultur padat untuk
menumbuhkan bakteri di luat habitat aslinya.[13] Pada awalnya ia menggunakan
potongan kentang dan kemudian dikembangkan dengan menggunakan nutriengelatin.
[13] Penggunaan nutrien gelatin masih memiliki banyak kekurangan yang pada akhirnya
penggunaanya digantikan dengan agar (sejenis polisakarida) yang digagas oleh
istri Walter Hesse yang juga bekerja bersama Robert Koch.[13]

Robert Hooke

Antoni van Leeuwenhoek

Ferdinand Cohn

Robert Koch

[sunting] Struktur sel


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Struktur sel bakteri
Struktur sel bakteri

Seperti prokariot (organisme yang tidak memiliki membran inti) pada umumnya, semua
bakteri memiliki struktur sel yang relatif sederhana.[16]Sehubungan dengan ketiadaan
membran inti, meteri genetik (DNA dan RNA) bakteri melayang-layang di daerah
sitoplasma yang bernama nukleoid.[16] Salah satu struktur bakteri yang penting
adalah dinding sel.[17] Bakteri dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok besar
berdasarkan struktur dinding selnya, yaitu bakteri gram negatif dan bakteri gram positif.
[16] Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tersusun dari
lapisan peptidoglikan (sejenis molekul polisakarida) yang tebal dan asam teikoat,
sedangkan bakteri gram negatif memiliki lapisan peptidoglikan yang lebih tipis dan
mempunyai strukturlipopolisakarida yang tebal.[16][5] Metode yang digunakan untuk
membedakan kedua jenis kelompok bakteri ini dikembangkan oleh ilmuwan
Denmark, Hans Christian Gram pada tahun 1884.[16]

Banyak bakteri memiliki struktur di luar sel lainnya seperti flagel dan fimbriayang
digunakan untuk bergerak, melekat dan konjugasi.[17] Beberapa bakteri juga memiliki
kapsul yang beperan dalam melindungi sel bakteri dari kekeringan dan fagositosis.
[16] Struktur kapsul inilah yang sering kali menjadi faktor virulensi penyebab penyakit,
seperti yang ditemukan pada Escherichia coli danStreptococcus pneumoniae.[16] Bakteri
juga memiliki kromosom, ribosom, dan beberapa spesies lainnya
memiliki granula makanan, vakuola gas, danmagnetosom.[16] Beberapa bakteri mampu
membentuk diri menjadi endosporayang membuat mereka mampu bertahan hidup
pada lingkungan ekstrim.[18]Clostridium botulinum merupakan salah satu contoh bakteri
penghasil endospora yang sangat tahan suhu dan tekanan tinggi, dimana bakteri ini
juga termasuk golongan bakteri pengebab keracunan pada makanan kaleng.[18]
[sunting] Morfologi bakteri

Berbagai bentuk tubuh bakteri

Berdasarkan bentuknya, bakteri dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu:

Kokus (Coccus) dalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola dan mempunyai
beberapa variasi sebagai berikut:[19][20]
Mikrococcus, jika kecil dan tunggal
Diplococcus, jka berganda dua-dua
Tetracoccus, jika bergandengan empat dan membentuk bujur sangkar
Sarcina, jika bergerombol membentuk kubus
Staphylococcus, jika bergerombol
Streptococcus, jika bergandengan membentuk rantai
Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder,
dan mempunyai variasi sebagai berikut:[19][20]
Diplobacillus, jika bergandengan dua-dua
Streptobacillus, jika bergandengan membentuk rantai
Spiral (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai variasi
sebagai berikut:[19][20]
Vibrio, (bentuk koma), jika lengkung kurang dari setengah lingkaran
(bentuk koma)
Spiral, jika lengkung lebih dari setengah lingkaran
Spirochete, jika lengkung membentuk struktur yang fleksibel. [20]

Bentuk tubuh/morfologi bakteri dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, medium, dan


usia. Walaupun secara morfologi berbeda-beda, bakteri tetap merupakan sel tunggal
yang dapat hidup mandiri bahkan saat terpisah dari koloninya.[20]
[sunting] Alat gerak

Gambar alat gerak bakteri: A-Monotrik; B-Lofotrik; C-Amfitrik; D-Peritrik;

Banyak spesies bakteri yang bergerak menggunakan flagel.[21] Bakteri yang tidak
memiliki alat gerak biasanya hanya mengikuti pergerakan media pertumbuhannya atau
lingkungan tempat bakteri tersebut berada.[21] Sama seperti struktur kapsul, flagel juga
dapat menjadi agen penyebab penyakit pada beberapa spesies bakteri. [21] Berdasarkan
tempat dan jumlah flagel yang dimiliki, bakteri dibagi menjadi lima golongan, yaitu: [22]
[21]

Atrik, tidak mempunyai flagel.[22][21]


Monotrik, mempunyai satu flagel pada salah satu ujungnya.[22][21]
Lofotrik, mempunyai sejumlah flagel pada salah satu ujungnya. [22][21]
Amfitrik, mempunyai satu flagel pada kedua ujungnya.[22][21]
Peritrik, mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.[22][21]

[sunting] Habitat
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Habitat bakteri

Bakteri merupakan mikroorganisme ubikuotus, yang berarti melimpah dan banyak


ditemukan di hampir semua tempat.[2] Habitatnya sangat beragam; lingkungan
perairan, tanah, udara, permukaan daun, dan bahkan dapat ditemukan di dalam
organisme hidup.[2] Diperkirakan total jumlah sel mikroorganisme yang mendiami muka
bumi ini adalah 51030.[2] Bakteri dapat ditemukan di dalam tubuh manusia, terutama di
dalam saluran pencernaan yang jumlah selnya 10 kali lipat lebih banyak dari jumlah
total sel tubuh manusia. [23]Oleh karena itu, kolonisasi bakteri sangatlah mempengaruhi
kondisi tubuh manusia.[24]
Thermus aquatiqus, bakteri termofilik yang banyak diaplikasikan dalambioteknologi.

Terdapat beragam jenis bakteri yang mampu menghabitasi daerah saluran pencernaan
manusia, terutama pada usus besar, diantaranya adalah bakteri asam laktat dan
kelompok enterobacter .[5] Contoh bakteri yang biasa ditemukan adalah Lactobacillus
acidophilus.[5][25] Di samping itu, terdapat pula kelompok bakteri lain, yaitu probiotik,
yang bersifat menguntungkan karena dapat menunjang kesehatan dan bahkan mampu
mencegah terbentuknya kankerusus besar.[26] Selain di dalam saluran pencernaan,
bakteri juga dapat ditemukan di permukaan kulit, mata, mulut, dan kaki manusia.[24] Di
dalam mulut dan kaki manusia terdapat kelompok bakteri yang dikenal dengan
namametilotrof, yaitu kelompok bakteri yang mampu menggunakan
senyawa karbontunggal untuk menyokong pertumbuhannya.[27][28][29] Di dalam rongga
mulut, bakteri ini menggunakan senyawa dimetil sulfida yang berperan dalam
menyebabkan bau pada mulut manusia.[30][31]

Beberapa kelompok mikroorganisme ini mampu hidup di lingkungan yang tidak


memungkinkan organisme lain untuk hidup.[32] Kondisi lingkungan yang ekstrim ini
menuntut adanya toleransi, mekanisme metabolisme, dan daya tahan sel yang unik. [2]
[33][34] Sebagai contoh, Thermus aquatiqus merupakan salah satu jenis bakteri yang
hidup pada sumber air panas dengan kisaran suhu 60-80oC.[2] Tidak hanya di lingkungan
bersuhu tinggi, bakteri juga dapat ditemukan pada lingkungan dengan suhu yang
sangat dingin.[35] Pseudomonas extremaustralis ditemukan pada Antartika dengan suhu
di bawah 0 oC.[35] Di samping pengaruh ekstrim temperatur, bakteri juga dapat hidup
pada berbagai lingkungan lain yang hampir tidak memungkinkan adanya kehidupan
(lingkungan steril).[36] Halobacterium salinarum dan Halococcus sp. adalah contoh dari
bakteri yang dapat hidup pada kondisi garam (NaCl) yang sangat tinggi (15-30%).[36]
[37] Tedapat pula beberapa jenis bakteri yang mampu hidup pada kadar gula tinggi
(kelompok osmofil), kadar air rendah (kelompok xerofil), derajat keasaman pH sangat
tinggi, dan rendah.[2]

[sunting] Pengaruh lingkungan terhadap


bakteri
Kondisi lingkungan yang mendukung dapat memacu pertumbuhan
danreproduksi bakteri.[38] Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan reproduksi bakteri adalah suhu, kelembapan, dan cahaya.[38]Secara
umum, terdapat beberapa alat yang dapat digunakan untuk melakukan pengamatan sel
bakteri terhadap berbagai parameter tersebut, sepertimikroskop optikal,
mikroskop elektron, dan atomic force microscope(AFM).[38]

[SUNTING ] SUHU

Suhu berperan penting dalam mengatur jalannya reaksi metabolisme bagi semua
makhluk hidup.[2] Khususnya bagi bakteri, suhu lingkungan yang berada lebih tinggi dari
suhu yang dapat ditoleransi akan menyebabkan denaturasi proteindan
komponen sel esensial lainnya sehingga sel akan mati.[2] Demikian pula bila suhu
lingkungannya berada di bawah batas toleransi, membran sitoplasma tidak akan
berwujud cair sehingga transportasi nutrisi akan terhambat dan proses kehidupan sel
akan terhenti.[2] Berdasarkan kisaran suhu aktivitasnya, bakteri dibagi menjadi 4
golongan:

Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada daerah suhu antara 0 30 C,
dengan suhu optimum 15 C.
Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang hidup di daerah suhu antara 15 55 C,
dengan suhu optimum 25 40 C.
Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup di daerah suhu tinggi antara 40
75 C, dengan suhu optimum 50 65 C
Bakteri hipertermofil, yaitu bakteri yang hidup pada kisaran suhu 65 114 C,
dengan suhu optimum 88 C.[2]

[SUNTING ] KELEMBABAN RELATIF

Pada umumnya bakteri memerlukan kelembaban relatif (relative humidity, RH) yang
cukup tinggi, kira-kira 85%.[2] Kelembaban relatif dapat didefinisikan sebagai kandungan
air yang terdapat di udara.[2] Pengurangan kadar air dariprotoplasma menyebabkan
kegiatan metabolisme terhenti, misalnya pada proses pembekuan dan pengeringan.
[2] Sebagai contoh, bakteri Escherichia coliakan mengalami penurunan daya tahan dan
elastisitas dinding selnya saat RH lingkungan kurang dari 84%.[38] Bakteri gram positif
cenderung hidup pada kelembaban udara yang lebih tinggi dibandingkan dengan
bakteri gram negatif terkait dengan perubahan struktur membran selnya yang
mengandung lipidbilayer.[39]

Deinococcus radiodurans, hasil pencitraan dengan transmission electron


microgragh (TEM)

[SUNTING ] CAHAYA

Cahaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri.


[40] Secara umum, bakteri dan mikroorganisme lainnya dapat hidup dengan baik pada
paparan cahaya normal.[40] Akan tetapi, paparan cahaya dengan intensitas sinar
ultraviolet (UV) tinggi dapat berakibat fatal bagi pertumbuhan bakteri.[40] Teknik
penggunaan sinar UV, sinar x, dan sinar gamma untuk mensterilkan suatu lingkungan
dari bakteri dan mikroorganisme lainnya dikenal dengan teknik iradiasi yang mulai
berkembang sejak awal abad ke-20.[40][5]. Metode ini telah diaplikasikan secara luas
untuk berbagai keperluan, terutama pada sterilisasi makanan untuk meningkatkan
masa simpan dan daya tahan.[5] Beberapa contoh bakteri patogen yang mampu
dihambat ataupun dihilangkan antara lain Escherichia coli 0157:H7 and Salmonella.[5]

[SUNTING ] RADIASI

Radiasi pada kekuatan tertentu dapat menyebabkan kelainan dan bahkan dapat bersifat
letal bagi makhluk hidup, terutama bakteri.[41] Sebagai contoh padamanusia, radiasi
dapat menyebabkan penyakit hati akut, katarak, hipertensi, dan bahkan kanker.
[41] Akan tetapi, terdapat kelompok bakteri tertentu yang mampu bertahan dari paparan
radiasi yang sangat tinggi, bahkan ratusan kali lebih besar dari daya tahan manusia
tehadap radiasi, yaitu kelompokDeinococcaceae. [42] Sebagai perbandingan, manusia
pada umumnya tidak dapat bertahan pada paparan radiasi lebih dari 10 Gray (Gy, 1 Gy
= 100 rad), sedangkan bakteri yang termasuk dalam kelompok ini dapat bertahan
hingga 5.000 Gy.[42][43]

Pada umumnya, paparan energi radiasi dapat menyebabkan mutasi gen dan putusnya
rantai DNA.[44] Apabila terjadi pada intensitas yang tinggi, bakteri dapat mengalami
kematian.[44] Deinococcus radiodurans memiliki kemampuan untuk bertahan terhadap
mekanisme perusakan materi genetik tersebut melalui sistem adaptasi dan adanya
proses perbaikan rantai DNA yang sangat efisien.[44]

[sunting] Peranan
[SUNTING ] BIDANG LINGKUNGAN

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Bakteri pengurai, Bakteri nitrifikasi,Bakteri
denitrifikasi, dan Bakteri nitrogen

Keanekaragaman bakteri dan jalur metabolismenya menyebabkan bakteri memiliki


peranan yang besar bagi lingkungan.[5] Sebagai contoh, bakterisaprofit menguraikan
tumbuhan atau hewan yang telah mati dan sisa-sisa atau kotoran organisme. [5] Bakteri
tersebut menguraikan protein, karbohidrat dan senyawa organik lain menjadi CO2, gas
amoniak, dan senyawa-senyawa lain yang lebih sederhana. [5] Contoh bakteri saprofit
antara lain Proteus danClostridium.[5] Tidak hanya berperan sebagai pengurai senyawa
organik, beberapa kelompok bakteri saprofit juga merupakan patogen oportunis.[5]
Frankia alni, salah satu bakteri pengikat N2 yang berasosiasi dengan tanaman
membentuk bintil akar.

Kelompok bakteri lainnya berperan dalam siklus nitrogen, seperti bakteri nitrifikasi.
[2] Bakteri nitrifikasi adalah kelompok bakteri yang mampu menyusun senyawa nitrat
dari senyawa amonia yang pada umumnya berlangsung secara aerob di dalam tanah.
[45] Kelompok bakteri ini bersifat kemolitotrof. [45] Nitrifikasi terdiri atas dua tahap yaitu
nitritasi (oksidasi amonia (NH4) menjadi nitrit (NO2-)) dan nitratasi (oksidasi senyawa
nitrit menjadi nitrat (NO3)).[45] Dalam bidang pertanian, nitrifikasi sangat
menguntungkan karena menghasilkan senyawa yang diperlukan oleh tanaman yaitu
nitrat.[45] Setelah reaksi nitrifikasi selesai, akan terjadi proses dinitrifikasiyang dilakukan
oleh bakteri denitrifikasi.[45] Denitrifikasi sendiri merupakan reduksi anaerobik
senyawa nitrat menjadi nitrogen bebas (N2) yang lebih mudah diserap dan
dimetabolisme oleh berbagai makhluk hidup.[2] Contoh bakteri yang mampu melakukan
metabolisme ini adalah Pseudomonas stutzeri,Pseudomonas aeruginosa,
and Paracoccus denitrificans.[46] Di samping itu, reaksi ini juga menghasilkan nitrogen
dalam bentuk lain, seperti dinitrogen oksida (N2O).[2] Senyawa tersebut tidak hanya
dapat berperan penting bagi hidup berbagai organisme, tetapi juga dapat berperan
dalam fenomena hujan asam dan rusaknya ozon.[2] Senyawa N2O akan dioksidasi
menjadi senyawa NO dan selanjutnya bereaksi dengan ozon (O3) membentuk NO2- yang
akan kembali ke bumi dalam bentuk hujan asam (HNO2).[2]

Di bidang pertanian dikenal adanya suatu kelompok bakteri yang mampu


bersimbiosis dengan akar tanaman atau hidup bebas di tanah untuk membantu
penyuburan tanah.[5] Kelompok bakteri ini dikenal dengan istilah bakteri pengikat
nitrogen atau singkatnya bakteri nitrogen. Bakteri nitrogen adalah kelompok bakteri
yang mampu mengikat nitrogen (terutaman N2) bebas di udara dan mereduksinya
menjadi senyawa amonia (NH4) dan ion nitrat (NO3-) oleh bantuan enzim nitrogenase.[47]
[48] Kelompok bakteri ini biasanya bersimbiosis dengan tanaman kacang-kacangan dan
polong untuk membentuk suatu simbiosis mutualisme berupa nodul atau bintil
akar untuk mengikat nitrogen bebas di udara yang pada umumnya tidak dapat
digunakan secara langsung oleh kebanyakan organisme.[48][2] Secara umum, kelompok
bakteri ini dikenal dengan istilah rhizobia, termasuk di
dalamnya genus bakteri Rhizobium,Bradyrhizobium, Mesorhizobium, Photorhizobium,
dan Sinorhizobium.[2]Contoh bakteri nitrogen yang hidup bersimbiosis dengan tanaman
polong-polongan yaitu Rhizobium leguminosarum, yang hidup di akar membentuk nodul
atau bintil-bintil akar.[2]

[SUNTING ] BIDANG PANGAN

Terdapat beberapa kelompok bakteri yang mampu melakukan prosesfermentasi dan hal
ini telah banyak diterapkan pada pengolahan berbagi jenismakanan.
[5] Bahan pangan yang telah difermentasi pada umumnya akan memiliki masa simpan
yang lebih lama, juga dapat meningkatkan atau bahkan memberikan cita rasa baru dan
unik pada makanan tersebut.[5] Beberapa makanan hasil fermentasi dan
mikroorganisme yang berperan:

No Nama produk atau


. makanan Bahan baku Bakteri yang berperan
Lactobacillus
bulgaricus danStreptococcus
1. Yoghurt susu thermophilus

2. Mentega susu Streptococcus lactis

3. Terasi ikan Lactobacillus sp.

Asinan buah- buah-


4. buahan buahan Lactobacillus sp.

5. Sosis daging Pediococcus cerevisiae

Lactobacillus
6. Kefir susu bulgaricus danStreptococcus lactis

Beberapa spesies bakteri pengurai dan patogen dapat tumbuh di dalam makanan.
[49] Kelompok bakteri ini mampu memetabolisme berbagai komponen di dalam makanan
dan kemudian menghasilkan metabolit sampingan yang bersifat racun.[49] Clostridium
botulinum, menghasilkan racun botulinin, seringkali terdapat pada makanan kalengan
dan kini senyawa tersebut dipakai sebagai bahan dasar botox.[49] Beberapa contoh
bakteri perusak makanan:

Burkholderia gladioli (sin. Pseudomonas cocovenenans), menghasilkanasam


bongkrek, terdapat pada tempe bongkrek[50]
Leuconostoc mesenteroides, penyebab pelendiran makanan, penurunan pH, dan
pembentukkan gas.[51]

[SUNTING ] BIDANG KESEHATAN

Tidak hanya di bidang lingkungan dan pangan, bakteri juga dapat memberikan manfaat
dibidang kesehatan. Antibiotik merupakan zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan
mempunyai daya hambat terhadap kegiatan mikroorganisme lain dan senyawa ini
banyak digunakan dalam menyembuhkan suatu penyakit.[5] Beberapa bakteri yang
menghasilkan antibiotik adalah:

Streptomyces griseus, menghasilkan antibiotik streptomycin[2]


Streptomyces aureofaciens, menghasilkan antibiotik tetracycline[2]
Streptomyces venezuelae, menghasilkan antibiotik chloramphenicol[2]
Penicillium, menghasilkan antibiotik penisilin[5]
Bacillus polymyxa, menghasilkan antibiotik polymixin.[5]
Terlepas dari peranannya dalam menghasilkan antibiotik, banyak jenis bakteri yang
justru bersifat patogen.[52] Pada manusia, beberapa jenis bakteri yang sering kali
menjadi agen penyebab penyakit adalah Salmonella entericasubspesies I serovar Typhi
yang menyebabkan penyakit tifus, Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan
penyakit TBC, dan Clostridium tetani yang menyebabkan penyakit tetanus.[53]
[54] Bakteri patogen juga dapat menyerang hewan ternak, seperti Brucella abortus yang
menyebabkan brucellosis pada sapi dan Bacillus anthracis yang menyebabkan antraks.
[55] Untuk infeksi pada tanaman yang umum dikenal adalah Xanthomonas oryzae yang
menyerang pucuk batang padi dan Erwinia amylovora yang menyebabkan busuk
padabuah-buahan.[56]

[sunting] Dekomposisi

Dekomposisi buah persik setelah 6 hari.

Proses degradasi jasad makhluk hidup dilakukan oleh banyak organisme, salah satunya
adalah bakteri. Beberapa jenis bakteri, terutama bakteri heterotrof, mampu
mendegradasi senyawa organik dan menggunakannya untuk menunjang
pertumbuhannya.[57] Proses dekomposisi ini dibantu oleh beberapa jenis enzimuntuk
memecah makromolekul, seperti karbohidrat, protein, dan lemak, untuk dipecah
menjadi senyawa yang lebih sederhana. Sebagai contoh, enzim proteasedigunakan
untuk memecah protein menjadi senyawa lebih sederhana, sepertiasam amino.
[57] Proses dekomposisi ini juga berperan dalam pengembalian unsur-unsur,
terutama karbon dan nitrogen, ke alam untuk masuk ke dalam siklus lagi.[58]

Dekomposisi jasad makhluk hidup dimulai oleh bakteri yang hidup di dalam tubuh
manusia, dimulai dari jaringan-jaringan otot.[58] Proses ini dipercepat saat tubuh telah
dikuburkan. Reaksi pertama dalam dekomposisi ini adalah hidrolisisprotein
oleh protease membentuk asam amino.[58] Selanjutnya, asam amino akan diubah
menjadi asam asetat, gas hidrogen, gas nitrogen, dan karbon dioksida sehingga pH
lingkungan akan turun menjadi 4-5.[58] Reaksi ini dilakukan oleh bakteri acetogen. Pada
tahap akhir, semua senyawa tersebut diubah menjadi gas metana oleh metanogen.[58]

[sunting] Referensi
1. ^ Bacteria (eubacteria). Taxonomy Browser. NCBI. Diakses pada 10 September
2008.
2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z Madigan MT (2009). Brock Biology of
Microorganisms Twelfth Edition.
3. ^ Berg JM, Tymoczko JL Stryer L (2002). Molecular Cell Biology (edisi ke-5th). WH
Freeman. ISBN 0-7167-4955-6.
4. ^ Berg JM, Tymoczko JL Stryer L (2002). Molecular Cell Biology (edisi ke-5th). WH
Freeman. ISBN 0-7167-4955-6.
5. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s Todar K. 2008. Online Textbook of
Bacteriology. http://www.textbookofbacteriology.net/index.html[diakses pada 21
Juni 2011].
6. ^ Anesti V, McDonald IR, Ramaswamy M, Wade WG, Kelly DP, Wood AP. 2005.
Isolation and molecular detection of methylotrophic bacteria occurring in the
human mouth. Environ Microbiol 7(8):1227-38.
7. ^ Gallego V, Garcia MT, Ventosa A. 2005.Methylobacteriumvariabile sp. nov., a
methylotrophic bacterium isolated froman aquatic environment. Int J Syst Evol
Microbiol 55:1429-33.
8. ^ Pasamba EM, Demigillo RM, Lee AC. 2007. Antibiograms of pink pigmented
facultative methylotrophic bacterial isolates fromvarious sources. Philipp Scient
44:47-56.
9. ^ Sorokin DY, Trotsenko YA, Doronina NV, Tourova TP, Galinski EA, Kolganova TV,
Muyzer G. 2005. Methylohalomonas lacus gen. nov., sp. nov.and Methylonatrum
kenyense gen. nov., sp. nov., methylotrophic gamma proteobacteria
fromhypersaline lakes. Int J Syst Evol Microbiol 57: 276269.
10. ^ Gray ND dan Head IM (2005). Microorganisms and Earth Systems; Advances in
Geomicrobiology. ISBN 0-521-86222-1.
11. ^ Koch A (2003). Bacterial wall as target for attack: past, present, and future
research. Clin Microbiol Rev 16 (4): 67387.doi:10.1128/CMR.16.4.673-
687.2003. PMID 14557293.
12. ^ Bardy SL, Ng SY, Jarrell KF (February 2003). Prokaryotic motility
structures. Microbiology (Reading, Engl.) 149 (Pt 2): 295
304.doi:10.1099/mic.0.25948-0. PMID 12624192.
13. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac Madigan MT (2009). Brock Biology of
Microorganisms Twelfth Edition.
14. ^ a b Welkos S, Little S, Friedlander A, Fritz D, Fellows P. 2001. The role of
antibodies to Bacillus anthracis and anthrax toxin components in inhibiting the
early stages of infection by anthrax spores. Microbiol147(6):1677-85.
15. ^ Cole ST, et al.1998. Deciphering the biology of Mycobacterium
tuberculosis from the complete genome sequence. Nat 393:537-544.
doi:10.1038/31159
16. ^ a b c d e f g h Davidson MW. 2009. Bacteria Cell
Structure.http://micro.magnet.fsu.edu/cells/bacteriacell.html. Diakses pada 22 Juni
2011.
17. ^ a b Carl. The Bacteria
Cell.http://www.lanesville.k12.in.us/lcsyellowpages/tickit/carl/bacteria.html.
Diakses pada 22 Juni 2011.
18. ^ a b Margosch D, Ehrmann MA, Buckow R, Heinz V, Vogel RF, Ganzle MG. 2006.
High-Pressure-Mediated Survival of Clostridium botulinum and Bacillus
amyloliquefaciens Endospores at High Temperature. Appl Environ Microbiol
72(5):3476-81. doi:10.1128/AEM.72.5.3476-3481.2006
19. ^ a b c Wellmeyer B. 2009. Bacterial
Morphology.http://nhscience.lonestar.edu/biol/wellmeyer/bacteria/bacmorph.htm.
Diakses pada 22 Juni 2011.
20. ^ a b c d e Kaiser GE. 2006. The Prokaryotic Cell:
Bacteria.http://faculty.ccbcmd.edu/courses/bio141/lecguide/unit1/shape/shape.htm
l. Diakses pada 22 Juni 2011.
21. ^ a b c d e f g h i Heritage J. 2006. Medical Microbiology A Brief Introduction. Diakses
pada 22 Juni 2011.
22. ^ a b c d e f Rollins DM, Joseph SW. 2004. Arrangement of Bacterial Flagella. Diakses
pada 22 Juni 2011.
23. ^ Wenner M. 2007. Humans Carry More Bacterial Cells than Human
Ones. http://www.scientificamerican.com/article.cfm?id=strange-but-true-humans-
carry-more-bacterial-cells-than-human-ones. Diakses pada 22 Juni 2011.
24. ^ a b Science Daily. 2008. Humans Have Ten Times More Bacteria Than Human
Cells: How Do Microbial Communities Affect Human
Health?.http://www.sciencedaily.com/releases/2008/06/080603085914.htm.
Diakses pada 22 Juni 2011.
25. ^ Heilig HGHJ. Zoetendal EG, Vaughan EE, Marteau P, Akkermans ADL, de Vos
WM. 2001. Molecular Diversity of Lactobacillus spp. and Other Lactic Acid Bacteria
in the Human Intestine as Determined by Specific Amplification of 16S Ribosomal
DNA. Appl Environ Microbiol 68(1):114-123. DOI: 10.1128/AEM.68.1.114-123.2002
26. ^ Rafter JJ. 1995. The role of lactic acid bacteria in colon cancer
prevention. Scandinavian Journal of Gastroenterology 30(6):497-502.
27. ^ Hanson RS, Hanson TE. 1996. Methanotrophic bacteria. Microbiol Rev 60:439-
471.
28. ^ Lengeler JW, DrewsGerhart, Schlegel HG. 1999. Biology of the Prokaryotes.
Stuttgart: Blackwell Science.
29. ^ Trotsenko YA, Doronina NV, Govorukhina NI. 1985. Metabolism of non-motile
obligately methylotrophic bacteria. FEMS Microbiol Letters 33:293-297.
30. ^ Anesti V, McDonald IR, Ramaswamy M, Wade WG, Kelly DP, Wood AP. 2005.
Isolation and molecular detection of methylotrophic bacteria occurring in the
human mouth. Environ Microbiol 7(8):1227-38.
31. ^ Liu Q, Kirchhoff JR, Faehnle CR, Viola RE, Hudson RA. 2005. A rapid method for
the purification of methanol dehydrogenase from Methylobacterium
extorquens. Prot Exp Pur 46:316-320.
32. ^ Wassenaar TM. 2009.
Extremophiles.http://www.bacteriamuseum.org/cms/Evolution/extremophiles.html.
Diakses pada 22 Juni 2011.
33. ^ Cavicchioli R, Siddiqui KS, Andrews D, Sowers K. 2002. Low-temperature
extremophiles and their applications. Current Opinion Biotechnol 13(3)253-261.
doi:10.1016/S0958-1669(02)00317-8.
34. ^ NIehaus F, Bertoldo, Kahler M, Antranikian G. 1999. Extremophiles as a source
of novel enzymes for industrial application. Appl Microbiol Biotechnol 51(6)711-
729. DOI: 10.1007/s002530051456
35. ^ a b Tribelli PM, Lopez NI. 2011. Poly(3-hydroxybutyrate) influences biofilm
formation and motility in the novel Antarctic species Pseudomonas extremaustralis
under cold conditions. Extremophiles. DOI: 10.1007/s00792-011-0384-1.
36. ^ a b Cohen Krausz S, Trachtenberg S. 2002. The Structure of the Archeabacterial
Flagellar Filament of the Extreme Halophile Halobacterium salinarum R1M1 and Its
Relation to Eubacterial Flagellar Filaments and Type IV Pili. J Mol Biol 321(3):383-
395.
37. ^ Valera FR, Berraquero FR, Cormenzana AR. 1979. Isolation of Extreme
Halophiles from Seawater. Appl Environ Microbiol 38(1):164-165.
38. ^ a b c d Nikiyan H, Vasilchencko A, Deryabin D. 2010. Humidity-Dependent
Bacterial Cells Functional Morphometry Investigations Using Atomic Force
Microscope. Int J Microbiol. Vol 2010. doi:10.1155/2010/704170.
39. ^ Maier RM, Pepper IL, Gerba CP (2009). Environmental Microbiology, 2nd
Edition. ISBN 978-0-12-370519-8.
40. ^ a b c d Caldwell A. 2011. The Effects of Ultraviolet Light on Bacterial
Growth. http://www.ehow.com/facts_5871403_effects-ultraviolet-light-bacterial-
growth.html. Diakses pada 24 Juni 2011.
41. ^ a b Shrieve DC, Loeffler JS. 2010. Human Radiation Injury. Halaman 105.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. ISBN 978-1-60547-011-5
42. ^ a b Mattimore V, Battista JR. 1995. Radioresistance of Deinococcus radiodurans:
Functions Necessary To Survive Ionizing Radiation Are Also Necessary To Survive
Prolonged Desiccation. J Bacteriol 178(3): 633-637.
43. ^ Madigan MT (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition. hlm. 480-
481.
44. ^ a b c Battista JR, Cox MM. 2005. Deinococcus radiodurans the consummate
survivor. Nat Rev Microbiol 3:882-892. doi:10.1038/nrmicro1264
45. ^ a b c d e Madigan MT (2009). Brock Biology of Microorganisms Twelfth Edition.
hlm. 403-404.
46. ^ Carlson CA, Ingraham JL. 1983. Comparison of denitrification by Pseudomonas
stutzeri, Pseudomonas aeruginosa, and Paracoccus denitrificans. Appl Environ
Microbiol 45(4):12471253.
47. ^ Nitrogen Fixing Bacteria. 2011. Diakses pada 26 Juli 2011.
48. ^ a b Deacon J. The Microbial World: The Nitrogen cycle and Nitrogen
fixation Diakases pada 26 Juli 2011.
49. ^ a b c Marler B. 2010. Clostridium Botulinum
(Botulism).http://www.foodborneillness.com/botulism_food_poisoning/. Diakses
pada 24 Juni 2011.
50. ^ Welling W, Cohen JA, Berends W. 1960. Disturbance of oxidative
phosphorylation by an antibioticum produced by pseudomonas
cocovenenans. Biochem Pharmacol 3(2):122-135. doi:10.1016/0006-
2952(60)90028-9.
51. ^ Bacterial Fermentation. Diakses pada 24 Juni 2011.
52. ^ Parry CM, Hien TT, Dougan G, White NJ, Farrar JJ. 2002. Typhoid fever. N Engl J
Med 347:17701782.
53. ^ Parry CM, Hien TT, Dougan G, White NJ, Farrar JJ. 2002. Typhoid fever. N Engl J
Med 347:17701782.
54. ^ Medie FM, Salahi IB, Drancourt M, Henrissat B. 2010. Paradoxical conservation
of a set of three cellulose-targeting genes in Mycobacterium tuberculosis complex
organisms. Microbiol 156:1468-1475. doi: 10.1099/mic.0.037812-0.
55. ^ Rodriguez MC, Froger A, Rolland JP, Thomas D, Aguerol J, Delamarche C, Garcia-
Lobo JM. A functional water channel protein in the pathogenic bacterium Brucella
abortus. Microbiol 146(12):3251-3257. doi: 3251-3257.
56. ^ Feng JX, Song ZZ, Duan CJ, Zhao S, Wu YQ, Wang C, Dow JM, Tang JL. 2009. The
xrvA gene of Xanthomonas oryzae pv. oryzae, encoding an H-NS-like protein,
regulates virulence in rice. Microbiol 155(9):3033-44.
57. ^ a b Decomposition by bacteria. Diakses pada 24 Juni 2011.
58. ^ a b c d e Decomposition of Organic Matter. Diakses pada 24 Juni 2011.

[sunting] Referensi
1. ^ a b
Templat:Vcite web
2. ^ a b c d e f g h Akin, H.M. (2005) (Didigitalisasi oleh Google Penelusuran
Buku). Virologi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius. hlm. hlm. 17. ISBN9792111808,
9789792111804. Diakses pada 13 Maret 2009.
3. ^ Campbell et al. (2002), hlm. 341. Diakses pada 26 Maret 2009.
4. ^ Creager, A.N.H. (2002) (Didigitalisasi oleh Google Penelusuran Buku).The life of
a virus: tobacco mosaic virus as an experimental model, 1930-1965 (edisi ke-Edisi
ke-2). Chicago: University of Chicago Press. hlm. hlm. 119. ISBN 0226120260,
9780226120263. Diakses pada 26 Maret 2009.
5. ^ a b c d Rous P (1911). A sarcoma of the fowl transmissible by an agent separable
from the tumor cells (pdf). J Exp Med 13: 397-399.
6. ^ a b Shope RE (1933). Infectious papillomatosis of rabbits; with a note on the
histopathology (pdf). J Exp Med 58: 607.
7. ^ a b c Stanley WM (1933). Isolation of a crystalline protein possessing the
properties of tobacco mosaic virus (pdf). Science 81: 644-645.
8. ^ a b Hershey AD, Chase M (1952). Independent Function of Viral Protein and
Nucleic Acid in Growth of Bacteriophage (pdf). Journal of General Physiology 36:
39-56.
9. ^ a b c Campbell et al. (2002), hlm. 342. Diakses pada 26 Maret 2009.
10. ^ a b c d e f g h i Wagner (2008), Basic Virology, Australia: Blackwell
Publishing, ISBN 2007019839 (lihat di Penelusuran Buku Google)
11. ^ a b c d e Wagner (2008), Basic Virology, Australia: Blackwell
Publishing,ISBN 2007019839 (lihat di Penelusuran Buku Google)
12. ^ a b c d e Mahy, BWJ.; van Regenmortel, MHW. (2010), Desk Encyclopedia of
General Virology, San Diego: Elsevier, ISBN 978-0-12-375145-1 (lihat di
Penelusuran Buku Google)
13. ^ a b Mahy, BWJ.; van Regenmortel, MHW. (2010), Desk Encyclopedia of General
Virology, San Diego: Elsevier, ISBN 978-0-12-375145-1 (lihat di Penelusuran Buku
Google)
14. ^ a b Strauss, JH.; Strauss, EG. (2008), Viruses and Human Disease, London:
Elsevier, ISBN 978-0-12-375145-1 (lihat di Penelusuran Buku Google)
15. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa Evans, AS.; Kaslow, RA. (1997),Viral Infections of
Humans:epidemiology and Control, New York: Plenum Publishing
Corporation, ISBN 0-306-44856-4 (lihat di Penelusuran Buku Google)
16. ^ a b c d e f Schneider-Schaulies J (2000). Cellular receptors for viruses: links to
tropism and pathogenesis (pdf). Journal of General Virology 81: 1413-1429.
17. ^ a b c d e Olson NH (1992). Structure of a human rhinovirus complexed with its
receptormolecule (pdf). Proc. Natl. Acad. Sci. USA 90: 507-511.
18. ^ a b Yongning H. (2000). Interaction of the poliovirus receptor with
poliovirus (pdf). PNAS 97: 79-84.
19. ^ a b c d Hidari KIPJ (2010). Glycan Receptor for Influenza Virus (pdf).The Open
Antimicrobial Agents Journal 2: 26-33.
20. ^ a b c d e f g h i j k l m n o Mahy, BWJ.; van Regenmortel, MHW. (2010),Desk Encyclopedia
of General Virology, San Diego: Elsevier, ISBN 978-0-12-375145-1 (lihat di
Penelusuran Buku Google)
21. ^ Cossart, P (2005), Cellular Microbiology, Washington DC: American Society for
Microbiology Press, ISBN 1-55581-302-X (lihat di Penelusuran Buku Google)
22. ^ a b c d Cheng, H.; Hammar, L. (2004), Cellular Microbiology, Singapore: World
Scientifis Publishing Co. Pte. Ltd., ISBN 981-238-614-9 (lihat di Penelusuran Buku
Google)
23. ^ Carter, JB.; Saunders, VA. (2007), Virology: Principles and Applications,
England: John Wiley & Sons, Ltd., ISBN 978-0-470-023860-0 (lihat di Penelusuran
Buku Google)
24. ^ a b c d e f g h i j k l Wagner (2008), Basic Virology, Australia: Blackwell
Publishing, ISBN 2007019839 (lihat di Penelusuran Buku Google)
25. ^ a b c d Carter, JB.; Saunders, VA. (2007), Virology: Principles and Application,
England: John Wiley & Sons Ltd., ISBN 978-0-470-02386-0(lihat di Penelusuran
Buku Google)
26. ^ a b c d e f Cheville, NF. (1994), Ultrastructural Pathology : an Introduction to
Interpretion, Iowa: Iowa State University Press, ISBN 0-8138-2398-6 (lihat di
Penelusuran Buku Google)
27. ^ Breeze, R.; Budowle, B.; Schutzer, SE. (2005), Microbial Forensics, London:
Elsevier Inc, ISBN 0-12-088483-6 (lihat di Penelusuran Buku Google)
28. ^ a b Rapley, R. (2005), Medical Biomedical Handbook, New Jersey: Humana
Press, ISBN 978-1-58829-288-9 (lihat di Penelusuran Buku Google)
29. ^ a b c d e f g h i White, DO.; Fenner, F. (1994), Medical virology, California: Academic
Press, ISBN 978-0-12-746642-2 (lihat di Penelusuran Buku Google)
30. ^ a b c d e Oxford, JS.; Oberg, B. (1985), Conquest of viral diseases: a topical review
of drugs and vaccines, Netherlands: Elsevier Science Publisher B.V, ISBN 0-444-
80566-4 (lihat di Penelusuran Buku Google)
31. ^ a b c d e f g h i j k Cheville, NF. (1994), Ultrastructural Pathology : an Introduction to
Interpretion, Iowa: Iowa State University Press, ISBN 0-8138-2398-6 (lihat di
Penelusuran Buku Google)g
32. ^ a b c d Nermut, MV.; Steven, AC. (1987), Animal Virus Structure, New York:
Elsevier Science Publishing Company, ISBN 0-444-80879-5 (lihatdi Penelusuran
Buku Google)
33. ^ a b c d e White, DO.; Fenner, F. (1994), Medical virology, California: Academic
Press, ISBN 978-0-12-746642-2 (lihat di Penelusuran Buku Google)
34. ^ a b c d e f g h i j k l Crowley, LV. (2010), An Introduction to Human Disease: Pathology
and Pathophysiology, Sudburry: Jones and Bartlett Publishers, ISBN 978-0-7637-
6591-0 (lihat di Penelusuran Buku Google)
35. ^ a b c Zuckerman, AJ.; Banatvala, JE.; Griffiths, P. (2009), Principles and Practice of
Clinical Virology, England: John Wiley & Sons Ltd., ISBN 978-0-470-51799-
4 (lihat di Penelusuran Buku Google)
36. ^ a b c d e Singh, M. (2007), Vaccine Adjuvants and Delivery Systems, New Jersey:
John Wiley & Sons Ltd., ISBN 978-0-471-73907-4 (lihat di Penelusuran Buku
Google)

Alga
Alga (jamak Algae) adalah sekelompok organisme autotrof yang tidak memiliki organ
dengan perbedaan fungsi yang nyata. Alga bahkan dapat dianggap tidak memiliki
organ seperti yang dimiliki tumbuhan (akar, batang, daun, dan sebagainya). Karena
itu, alga pernah digolongkan pula sebagai tumbuhanbertalus.

Istilah ganggang pernah dipakai bagi alga, namun sekarang tidak dianjurkan karena
dapat menyebabkan kekacauan arti dengan sejumlah tumbuhan yang hidup di air
lainnya, seperti Hydrilla.

Dalam taksonomi yang banyak didukung para pakar biologi, alga tidak lagi dimasukkan
dalam satu kelompok divisi atau kelas tersendiri, namun dipisah-pisahkan sesuai
dengan fakta-fakta yang bermunculan saat ini. Dengan demikian alga bukanlah satu
kelompok takson tersendiri.
Daftar isi
[sembunyikan]

1 Kelompok-kelompok alga
1.1 Alga prokariotik
2 Alga eukariotik
3 Pranala luar

[sunting] Kelompok-kelompok alga


Dalam pustaka-pustaka lama, alga selalu gagal diusahakan masuk dalam satu
kelompok, baik yang bersel satu maupun yang bersel banyak. Salah satu contohnya
adalah pemisahan alga bersel satu (misalnya Euglena ke dalamProtozoa) dari alga
bersel banyak (ke dalam Thallophyta).

Belakangan disadari sepenuhnya bahwa pengelompokan sebagai satu klad tidak


memungkinkan bagi semua alga, bahkan setelah dipisahkan berdasarkan organisasi
selnya, karena sebagian alga bersel satu lebih dekat berkerabat dengan alga bersel
banyak tertentu.

Saat ini, alga hijau dimasukkan ke dalam kelompok (klad) yang lebih berdekatan
dengan semua tumbuhan fotosintetik (membentuk klad Viridiplantae). Alga merah
merupakan kelompok tersendiri (Rhodophycophyta atau Rhodophyceae); demikian juga
alga pirang (Phaeophycophyta atau Phaeophyceae) dan alga keemasan
(Chrysophyceae).

[SUNTING ] ALGA PROKARIOTIK

Alga biru-hijau kini dimasukkan sebagai bakteri sehingga


dinamakanCyanobacteria (bakteri biru-hijau, dulu disebut Cyanophyceae, alga biru-
hijau) Dengan demikian, sebutan alga menjadi tidak valid. Cyanobacteriamemiliki
struktur sel prokariotik seperti halnya bakteri, namun mampu
melakukan fotosintesis langsung karena memiliki klorofil.

Sebelumnya, alga ini bersama bakteri masuk ke dalam kerajaan Monera. Akan tetapi
dalam perkembangan selanjutnya diketahui bahwa ia lebih banyak memiliki
karakteristik bakteri sehingga dimasukkan ke dalam kelompok bakteri benar
(Eubacteria). Sebagai tambahan, beberapa kelompok organisme yang sebelumnya
dimasukkan sebagai bakteri, sekarang malah dipisahkan menjadi kerajaan
tersendiri, Archaea.
[sunting] Alga eukariotik

Diagram yang menggambarkan teori mengenai evolusi alga (dan tumbuhan) masa kini
yang banyak didukung.

Jenis-jenis alga lainnya memiliki struktur sel eukariotik dan mampu berfotosintesis,
entah dengan klorofil maupun dengan pigmen-pigmen lain yang membantu dalam
asimilasi energi.

Dalam taksonomi paling modern, alga-alga eukariotik meliputi filum/divisio berikut ini.
Perlu disadari bahwa pengelompokan semua alga eukariotik sebagaiProtista dianggap
tidak valid lagi karena sebagian alga (misalnya alga hijau dan alga merah) lebih dekat
kekerabatannya dengan tumbuhan daripada eukariota bersel satu lainnya.

Archaeplastida : Regnum Viridiplantaeatau Plantae (tumbuhan):


Filum Chlorophyta (alga hijau)
Filum Charophyta (alga hijau berkarang)
Archaeplastida : Regnum incertae sedis
Filum Rhodophyta (alga merah)
Archaeplastida : Regnum incertae sedis
Filum Glaucophyta
Superregnum Cabozoa: Regnum Rhizaria:
Filum Cercozoa
Kelas Chlorarachnia
Superregnum Cabozoa: Regnum Excavata:
Filum Euglenozoa
Regnum Chromalveolata: Superfilum Chromista
Filum Heterokontophyta(atau Heterokonta)
Kelas Bacillariophyceae (Diatomae)
Kelas Axodina
Kelas Bolidomonas
Kelas Eustigmatophyceae
Kelas Phaeophyceae (alga coklat)
Kelas Chrysophyceae (alga keemasan)
Kelas Raphidophyceae
Kelas Synurophyceae
Kelas Xanthophyceae (alga pirang)
Filum Cryptophyta
Filum Haptophyta
Regnum Chromalveolata: Superfilum Alveolata
Filum Dinophyta (atau Dinoflagellata)

Jamur
Jamur atau cendawan adalah tumbuhan yang tidak mempunyai klorofilsehingga
bersifat heterotrof.[1] Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler.[1]Tubuhnya terdiri dari
benang-benang yang disebut hifa.[1] Hifa dapat membentuk anyaman bercabang-
cabang yang disebut miselium.[1] Reproduksi jamur, ada yang dengan
cara vegetatif ada juga dengan cara generatif.[1] Jamur menyerap zat organik dari
lingkungan melalui hifa dan miseliumnya untuk memperoleh makanannya.[2] Setelah
itu, menyimpannya dalam bentuk glikogen.[2] Jamur merupakan konsumen, maka dari
itu jamur bergantung padasubstrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin,
dan senyawa kimia lainnya.[2] Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya.[2] Sebagai
makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atausaprofit.
[2]

Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme.[2] Jamur yang hidup
bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat
tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya.[2] Simbiosis mutualisme jamur dengan
tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang hidup di akar tanaman kacang-
kacangan atau pada liken.[2] Jamur berhabitat pada bermacammacam lingkungan dan
berasosiasi dengan banyak organisme.[2] Meskipun kebanyakan hidup di darat,
beberapa jamur ada yang hidup di air dan berasosiasi dengan organisme air. [2] Jamur
yang hidup di air biasanya bersifat parasit atau saprofit, dan kebanyakan dari
kelas Oomycetes.[2]

Kita telah mengenal jamur dalam kehidupan sehari-hari meskipun tidak


sebaik tumbuhan lainnya. Hal itu disebabkan karena jamur hanya tumbuh
pada waktu tertentu, pada kondisi tertentu yang mendukung, dan lama
hidupnya terbatas. Sebagai contoh, jamur banyak muncul pada musim
hujan di kayu-kayu lapuk, serasah, maupun tumpukan jerami. namun,
jamur ini segera mati setelah musim kemarau tiba. Seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia telah mampu
membudidayakan jamur dalam medium buatan, misalnya jamur merang,
jamur tiram, dan jamur kuping.
CIRI-CIRI UMUM JAMUR
Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk
dunia jamur atau regnum fungi. Jamur pada umumnya multiseluler
(bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam
hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan, dan reproduksinya.

1. Struktur Tubuh

Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya.


Ada jamur yang satu sel, misalnyo khamir, ada
pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh
buah besar yang ukurannya mencapai satu meter,
contohnyojamur kayu. Tubuh jamur tersusun dari
komponen dasar yang disebut hifa. Hifa
membentuk jaringan yang
disebut miselium.Miselium menyusun jalinan- Gbr. Hifa yang membentuk
jalinan semu menjadi tubuh buah. miselium dan tubuh buah

Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding


berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan
sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik.
Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa
mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria,
dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi,
adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik.
Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali
yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma.
Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi
menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari
substrat; haustoria dapat menembus jaringan substrat.

2. Cara Makan dan Habitat Jamur


Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan
organisme lainnya, jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan.
Clntuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat organik dari
lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya
dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka
jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein,
vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari
lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit
obligat, parasit fakultatif, atau saprofit. Lihat Gambar 5.3.

a. Parasit obligat
merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya,

sedangkan di luar inangnya tidak dapat hidup. Misalnya, Pneumonia

carinii (khamir yang menginfeksi paru-paru penderita AIDS).

b. Parasit fakultatif
adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang

sesuai, tetapi bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang

cocok.

c. Saprofit
merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang

mati. Jamur saprofit menyerap makanannya dari organisme yang

telah
mati seperti kayu tumbang dan buah jatuh. Sebagian besar jamur

saprofit mengeluar-kan enzim hidrolase pada substrat makanan

untuk
mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana

sehingga
mudah diserap oleh hifa. Selain itu, hifa dapat juga langsung

menyerap bahanbahan organik dalam bentuk sederhana yang


dikeluarkan oleh inangnya.

Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme. Jamur


yang hidup bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain
juga menghasilkan zat tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya.
Simbiosis mutualisme jamur dengan tanaman dapat dilihat
padamikoriza, yaitu jamur yang hidup di akar tanaman kacang-kacangan
atau pada liken.

Jamur berhabitat pada bermacammacam lingkungan dan berasosiasi


dengan banyak organisme. Meskipun kebanyakan hidup di darat,
beberapa jamur ada yang hidup di air dan berasosiasi dengan organisme
air. Jamur yang hidup di air biasanya bersifat parasit atau saprofit, dan
kebanyakan dari kelas Oomycetes.

3. Pertumbuhan dan Reproduksi


Reproduksi jamur dapat secara seksual (generatif) dan aseksual
(vegetatif). Secara aseksual, jamur menghasilkan spora. Spora jamur
berbeda-beda bentuk dan ukurannya dan biasanya uniseluler, tetapi
adapula yang multiseluler. Apabila kondisi habitat sesuai, jamur
memperbanyak diri dengan memproduksi sejumlah besar spora aseksual.
Spora aseksual dapat terbawa air atau angin. Bila mendapatkan tempat
yang cocok, maka spora akan berkecambah dan tumbuh menjadi jamur
dewasa.

Reproduksi secara seksual pada jamur melalui kontak


gametangiumdan konjugasi. Kontak gametangium mengakibatkan
terjadinya singami, yaitu persatuan sel dari dua individu. Singami terjadi
dalam dua tahap, tahap pertama adalah plasmogami (peleburan
sitoplasma) dan tahap kedua adalah kariogami (peleburan inti). Setelah
plasmogami terjadi, inti sel dari masing-masing induk bersatu tetapi tidak
melebur dan membentuk dikarion. Pasangan inti dalam sel dikarion atau
miselium akan membelah dalam waktu beberapa bulan hingga beberapa
tahun. Akhimya inti sel melebur membentuk sel diploid yang segera
melakukan pembelahan meiosis.

4. Peranan Jamur
Peranan jamur dalam kehidupan manusia sangat banyak, baik peran yang
merugikan maupun yang menguntungkan. Jamur yang menguntungkan
meliputi berbagai jenis antara lain sebagai berikut.
a. Volvariella volvacea (jamur merang) berguna sebagai bahan pangan
berprotein tinggi.

b. Rhizopus dan Mucor berguna dalam industri bahan makanan, yaitu


dalam pembuatan tempe dan oncom.

c. Khamir Saccharomyces berguna sebagai fermentor dalam industri


keju, roti, dan bir.

d. Penicillium notatum berguna sebagai penghasil antibiotik.


e. Higroporus dan Lycoperdon perlatum berguna sebagai dekomposer.

Di samping peranan yang menguntungkan, beberapa jamur juga


mempunyai peranan yang merugikan, antara lain sebagai berikut.
a. Phytium sebagai hama bibit tanaman yang menyebabkan penyakit
rebah semai.

b. Phythophthora infestan menyebabkan penyakit pada daun tanaman


kentang.

c. Saprolegnia sebagai parasit pada tubuh organisme air.


d. Albugo merupakan parasit pada tanaman pertanian.
e. Pneumonia carinii menyebabkan penyakit pneumonia pada paru-paru
manusia.

f. Candida sp. penyebab keputihan dan sariawan pada manusia.

Jamur merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga


bersifat heterotrof, tipe sel: sel eukarotik. Jamur ada yang uniseluler
dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa,
hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang
disebutmiselium. Reproduksi jamur, ada yang dengan cara vegetatif
adapula dengan cara generatif.

JAMUR DIBAGI MENJADI 6 DIVISI :


MYXOMYCOTINA (Jamur lendir)
Myxomycotina merupakan jamur yang paling sederhana.
Mempunyai 2 fase hidup, yaitu:
- fase vegetatif (fase lendir) yang dapat bergerak seperti
amuba, disebut plasmodium
- fase tubuh buah
Reproduksi : secara vegetatif dengan spora, yaitu spora
kembara yang disebut myxoflagelata.
1 Contoh spesies : Physarum polycephalum

OOMYCOTINA
Tubuhnya terdiri atas benang/hifa tidak bersekat, bercabang-
cabang dan mengandung banyak inti.
Reproduksi:
- Vegetatif : yang hidup di air dengan zoospora yang hidup di
darat dengan sporangium dan konidia.
- Generatif : bersatunya gamet jantan dan betina membentuk
oospora yang selanjutnya tumbuh menjadi individu baru.

Contoh spesies:
a. Saprolegnia sp. : hidup saprofit pada bangkai ikan, serangga
darat maupun serangga air.

b. Phytophora infestans: penyebab penyakit busuk pada


2 kentang.

ZYGOMYCOTINA
Tubuh multiseluler.
Habitat umumnya di darat sebagai saprofit.
Hifa tidak bersekat.
Reproduksi:
- Vegetatif: dengan spora.
- Generatif: dengan konyugasi hifa (+) dengan hlifa (-) akan
menghasilkan zigospora yang nantinya akan tumbuh menjadi
individu baru.

Contoh spesies:
a. Mucor mucedo : biasa hidup di kotoran ternak dan roti.
3 b. Rhizopus oligosporus : jamur tempe.
4 ASCOMYCOTINA
Tubuh ada yang uniseluler dan ada yang multi se lul er.
Ascomycotina, multiseluler, hifanya bersekat dan berinti banyak.
Hidupnya: ada yang parasit, saprofit, ada yang bersimbiosis
dengan ganggang membentuk Lichenes (Lumut kerak).
Reproduksi:
- Vegetatif : pada jamur uniseluler membentuk tunas-tunas,
pada yang multiseluler membentuk spora dari konidia.
- Generatif: Membentuk askus yang
menghasilkanaskospora.

Contoh spesies:
1. Sacharomyces cerevisae:
sehari-hari dikenal sebagai ragi.

- berguna untuk membuat bir, roti maupun alkohol.

- mampu mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2

dengan
proses fermentasi.

2. Neurospora sitophila:
jamur oncom.

3. Peniciliium noJaJum dan Penicillium chrysogenum


penghasil antibiotika penisilin.

4. Penicillium camemberti dan Penicillium roqueforti


berguna untuk mengharumkan keju.

5. Aspergillus oryzae
untuk membuat sake dan kecap.

6. Aspergillus wentii
untuk membuat kecap

7. Aspergillus flavus
menghasilkan racun aflatoksin hidup pada biji-
bijian. flatoksin salah satu penyebab kanker

hati.
8. Claviceps purpurea
hidup sebagai parasit padabakal buah Gramineae.

BASIDIOMYCOTINA
Ciri khasnya alat repoduksi generatifnya berupa basidium sebagai
badan penghasil spora.
Kebanyalcan anggota spesies berukuran makroskopik.

Contoh spesies:
1. Volvariella volvacea :
jamur merang, dapat dimakan dan sudah dibudidayakan

2. Auricularia polytricha :
jamur kuping, dapat dimakan dan sudah dibudidayakan

3. Exobasidium vexans :
parasit pada pohon teh penyebab penyakit cacar daun teh

atau
blister blight.

4. Amanita muscaria dan Amanita phalloides:


jamur beracun, habitat di daerah subtropis

5. Ustilago maydis :
jamur api, parasit pada jagung.

6. Puccinia graminis :
jamur karat, parasit pada gandum
5

6. DEUTEROMYCOTIN
Nama lainnya Fungi Imperfecti (jamur tidak sempurna) dinamakan
demikian karena pada jamur ini belum diketahui dengan pasti cara
pembiakan secara generatif.
Contoh : Jamur Oncom sebelum diketahui pembiakan
generatifnya dinamakan Monilia sitophila tetapi setelah
diketahui pembiakan generatifnya yang berupa askusnamanya
diganti menjadi Neurospora sitophiladimasukkan ke dalam
Ascomycotina.

Banyak penyakit kulit karena jamur (dermatomikosis)


disebabkan oleh jamur dari golongan ini,
misalnya :Epidermophyton fluocosum penyebab penyakit
kaki atlit, Microsporum sp., Trichophyton sp. penyebab
penyakit kurap.

MIKORHIZA
Mikorhiza adalah simbiosis antara jamur dengan tumbuhan
tingkat tinggi, jamur yang dari Divisio Zygomycotina,
Ascomycotina dan Basidiomycotina.

LICHENES / LIKENES
Likenes adalah simbiosis antara ganggang dengan jamur,
ganggangnya berasal dari ganggang hijau atau ganggang biru,
jamurnya berasal dari Ascomycotina atau Basidiomycotina.
Likenes tergolong tumbuhan pionir/vegetasi perintis karena
mampu hidup di tempat-tempat yang ekstrim.

Contoh :
Usnea dasypoga
Parmelia acetabularis

Share this:

Twitter

Facebook

Like this:
Suka

Be the first to like this.

TINGGALKAN BALASAN

DAFTAR ISI

BIO YOU TUBE


BLOGROLL BIOLOGI
Animasi flash bio
animasi gif
Biologi WEb links
blogroll biologi
Situs penting animasi flash
DOWNLOAD LINK
Referensi download yang lain
KEPUSTAKAAN
About Food in English
Biology in English:
buku 2
buku elektronik
buku5
Gambar aneka tumbuhan
MATERI BIOLOGI
FOTOSINTESIS
Klasifikasi
MITOSIS dan MEIOSIS
Organ2 panca indera
Paku dan Lumut
Protozoa dan Echinodermata
SEL
Virus , Bakteri , Algae, Jamur
SOAL-SOAL BIOLOGI
TIPS DAN TRIK WEBS
animasi flash untuk widget
Tulisan Sebelumnya

MY FACEBOOK FANS
MY GUEST

ANIMASI BIOLOGI LIVE

Animasi sel
Animasi sel tumbuhan
Animasi tubuh manusia
Animasi badan golgi
Animasi live model enzim
Animasi live model enzim
Animasi live makanan
Animasi live proses absorpsi
Animasi live fotosintesis
Wordpress.com
Animasi live kerja auksin
Animasi pergerakan air
animasi Tentang tekanan turgor
Animasi live transpirasi
Animasi live Plasmolis
Animasi live Photolab
Animasi live Phothosintesis persamaan reaksi
Animasi live Ginjal
Animasi live Hormon ADH
Animasi live Potensial air
Animasi live Transpor membran
Animasi live Jantung
Animasi liveBagian-bagian jantung
Animasi live Sirkulasi darah
Animasi live Virus
Animasi live Limfosit
Animasi live Phagosit
Animasi live Question game
Animasi live Monohibrid
Animasi live Respirasi
Animasi live Paru2 game
Animasi live Perdaran darah ikan
Animasi live Pembuatan Insulin
Animasi live Skinner box
Animasi live Sinapsis
Animasi live Siklus Carbon
Animasi live Siklus Nitrogen
Animasi live Penurunan sifat pada mata
Animasi live Segregasi bebas
Animasi live Penurunan sifat pada drosophila
Animasi live Segregasi bebas
Animasi live Klasifikasi game
Animasi live Hewan
Animasi live tipe2 hewan
Animasi live Mineral
Animasi live Struktur mata2
Animasi live Struktur mata
Animasi live Fungsi mata
Animasi live Penurunan sifat kelamin
Animasi live linkage pada drosophila
Animasi live Transfer Energi
Animasi live Transpiration proses

MY BLOG

BLOGROLL

Discuss
Get Inspired
Get Polling
Get Support
Learn WordPress.com
Theme Showcase
WordPress Planet
WordPress.com News

BLOG STATS

852 hits

Tema: Coraline by Automattic. Blog pada WordPress.com.


Ikuti

Follow DODI'S BLOG

Get every new post delivered to your Inbox.

Enter your e

Sign me up
Powered by WordPress.com

Anda mungkin juga menyukai