Anda di halaman 1dari 19

PEMBAHASAN

A. FILOSOFI DAN DEFINISI JUST IN TIME ( JIT )

Just In Time (JIT) merupakan integrasi dari serangkaian aktivitas desain untuk
mencapai produksi volume tinggi dengan menggunakan minimum persediaan untuk
bahan baku, WIP, dan produk jadi. Konsep dasar dari sistem produksi JIT adalah
memproduksi produk yang diperlukan, pada waktu dibutuhkan oleh pelanggan,
dalam jumlah sesuai kebutuhan pelanggan, pada setiap tahap proses dalam sistem
produksi dengan cara yang paling ekonomis atau paling efisien melalui eliminasi
pemborosan (waste elimination) dan perbaikan terus menerus (contionous process
improvement).

Dalam system Just In Time (JIT), aliran kerja dikendalikan oleh operasi berikut,
dimana setiap stasiun kerja (work station) menarik output dari stasiun kerja
sebelumnya sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan kenyataan ini, sering kali JIT
disebut sebagai Pull System (system tarik). Dalam system JIT, hanya final assembly
line yang menerima jadwalproduksi, sedangkan semua stasiun kerja yang lain dan
pemasok (supplier) menerima pesanan produksi dari subkuens operasi berikutnya.
Dengan kata lain, stasiun kerja sebelumya (stasiun kerja 1 ) menerima
pesananproduksi dari stasiun kerja berikutnya (stasiun kerja 2 ), kemudian
memasok produk itu sesuai kuantitas kebutuhan pada waktu yang tepatdengan
spesifiksai yang tepat pula. Dalam kasus seperti ini, stasiun kerja 2sering disebut
sebagai stasiun kerja pengguna (using work station). Apabila stasiun kerja pengguna
itu menghentikan produksi untuk suatu waktu tertentu, secara otomatis satisun kerja
pemasok (supplying wotk station) akan berhenti memasok produk, karena tidak
menerima pesanan produksi.
Dalam pengertian luas, JIT adalah suatu filosofi tepat waktu yang memusatkan pada
aktivitas yang diperlukan oleh segmen-segmen internal lainnya dalam suatu
organisasi.
JIT mempunyai empat aspek pokok sebagai berikut:

1. Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau jasa harus
di eliminasi.Aktivitas yang tidak bernilai tambah meningkatkan biaya yang
tidak perlu,misalnya persediaan sedapat mungkin nol.

2. Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan mutu yang lebih tinggi.


Sehingga produk rusak dan cacat sedapat mungkin nol,tidak memerlukan
waktu dan biaya untuk pengerjaan kembali produk cacat, dan kepuasan
pembeli dapat meningkat.

3. Selalu diupayakan penyempurnaan yang berkesinambungan (Continuous


Improvement)dalam meningkatkan efisiensi kegiatan.

4. Menekankan pada penyederhanaan aktivitas dan meningkatkan pemahaman


terhadap aktivitas yang bernilai tambah.

JIT dapat diterapkan dalam berbagai bidang fungsional perusahaan seperti


misalnya pembelian, produksi, distribusi, administrasi dan sebagainya.
Konsep Just In Time (JIT) adalah sistem manajemen fabrikasi modern yang
dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan terbaik yang ada di Jepang, sejak awal
tahun 1970an, JIT pertama kali dikembangkan dan disempurnakan di pabrik Toyota
Manufacturing oleh Taiichi Ohno, oleh karena itu Taiichi Ohno sering disebut
sebagai bapak JIT, Konsep JIT berprinsip hanya memproduksi jenis-jenis barang
yang diminta (what) sejumlah yang diperlukan (How much) dan pada saat
dibutuhkan (When) oleh konsumen.
Just In Time (JIT) merupakan keseluruhan filosofi dalam operasi manajemen
dimana segenap sumber daya, termasuk bahan baku dan suku cadang, personalia,
dan fasilitas dipakai sebatas dibutuhkan. Tujuannya adalah untuk mengangkat
produktifitas dan mengurangi pemborosan.
Fujio Cho dari Toyota mendefinisikan pemborosan (waste) sebagai: Segala sesuatu
yang berlebih, di luar kebutuhan minimum atas peralatan, bahan, komponen,
tempat, dan waktu kerja yang mutlak diperlukan untuk proses nilai tambah suatu
produk.
Dalam bahasa sederhanya pengertian pemborosan adalah segala sesuatu tidak
memberi nilai tambah itulah pemborosan.
Ada 7 (tujuh) jenis pemborosan disebabkan karena :

1. Over produksi ( OverProduction )

2. Waktu menunggu ( Waiting )

3. Transportasi ( Transportation )

4. Pemrosesan ( Process production )


5. Tingkat persediaan barang ( Unnecessary Inventory )

6. Gerak ( Unnecessary Motion )

7. Cacat produksi ( Defects )

Sasaran utama JIT adalah menngkatkan produktivitas system produksi atau opersi
dengan cara nenghilangkan semua macam kegiatan yang tidak menembah nilai bagi
suatu produk.Just in Time (JIT) mendasarkan pada delapan kunci utama, yaitu:

1. Menghasilkan produk yang sesuai dengan jadwal yang didasarkan pada


permintaan.

2. Memproduksi dengan jumlah kecil

3. Menghilangkan pemborodan

4. Memperbaiki aliran produksi

5. Menyempurnakan kualitas produk

6. Orang-orang yang tanggap

7. Menghilangkan ketidakpastian

8. Penekananan pada pemeliharaan jangka panjang.

Dalam pelaksanaan konsep JIT terdapat empat hal pokok yang harus
dipenuhi :pertama, Produksi Just In Time (JIT), adalah memproduksi apa yang
dibutuhkan hanya pada saat dibutuhkan dan dalam jumlah yang
diperlukan. kedua, Autonomasi merupakan suatu unit pengendalian cacat secara
otomatis yang tidak memungkinkan unit cacat mengalir ke proses
berikutnya. ketiga, Tenaga kerja fleksibel, maksudnya adalah mengubah-ubah
jumlah pekerja sesuai dengan fluktuasi permintaan. keempat, Berpikir kreatif,
inovatif serta selalu menerima masukan atau saran dari karyawan
Untuk mencapai empat konsep tersebut perlu diterapkan sistem dan metode
sebagai berikut :

a. Sistem kanban untuk mempertahankan produksi Just In Time (JIT).

b. Metode kelancaran dan kecepatan produksi untuk menyesuaikan diri dengan


perubahan permintaan.

c. Optimalisasi waktu penyiapan untuk mengurangi waktu pesanan produksi.

d. Tata letak proses dan pekerja fungsi ganda untuk konsep tenaga kerja yang
fleksibel.

e. Aktifitas perbaikan lewat kelompok kecil (small group) dan sistem saran
untuk meningkatkan skills tenaga kerja.
f. Sistem manajemen fungsional untuk mempromosikan pengendalian mutu ke
seluruh bagian perusahaan

Sedangkan elemen-elemen Just In Time (JIT) adalah :

Pengurangan waktu set up

Aliran produksi lancar (layout)

Produksi tanpa kerusakan mesin

Produksi tanpa cacat

Peranan dan support operator produksi

Hubungan yang harmonis dengan pemasok

Penjadwalan produksi yang stabil dan terkendali

Sistem Kanban

B. PRINSIP DASAR JUST IN TIME ( JIT )

Untuk mengaplikasikan metode JIT maka ada delapan prinsip yang harus dijadikan
dasar pertimbangan di dalam menentukan strategi sistem produksi, yaitu:

1. Berproduksi sesuai dengan pesanan Jadual Produksi Induk

Sistem manufaktur baru akan dioperasikan untuk menghasilkan produk menunggu


setelah diperoleh kepastian adanya order dalam jumlah tertentu masuk. Tujuan
utamanya untuk memproduksi finished goods tepat waktu dan sebatas pada jumlah
yang ingin dikonsumsikan saja (Just in Time), untuk itu proses produksi akan
menghasilkan sebanyak yang diperlukan dan secepatnya dikirim ke pelanggan yang
memerlukan untuk menghindari terjadinya stock serta untuk menekan biaya
penyimpanan (holding cost).

2. Produksi dilakukan dalam jumlah lot (Lot Size)

Yang kecil untuk menghindari perencanaan dan lead time yang kompleks seperti
halnya dalam produksi jumlah besar. Fleksibilitas aktivitas produksi akan bisa
dilakukan, karena hal tersebut memudahkan untuk melakukan penyesuaian-
penyesuaian dalam rencana produksi terutama menghadapi perubahan permintaan
pasar.

3. Mengurangi pemborosan (Eliminate Waste)

Pemborosan (waste) harus dieliminasi dalam setiap area operasi yang ada. Semua
pemakaian sumber-sumber input (material, energi, jam kerja mesin atau orang, dan
lain-lain) tidak boleh melebihi batas minimal yang diperlukan untuk mencapai target
produksi.

4. Perbaikan aliran produk secara terus menerus

(Continous Product Flow Improvement) Tujuan pokoknya adalah menghilangkan


proses-proses yang menimbulkan bottleneck dan semua kondisi yang tidak produktif
(idle, delay, material handling, dan lain-lain) yang bisa menghambat kelancaran
aliran produksi.

5. Penyempurnaan kualitas produk (Product Quality Perfection)

Kualitas produk merupakan tujuan dari aplikasi Just in Time dalam sistem produksi.
Disini selalu diupayakan untuk mencapai kondisi Zero Defect dengan cara
melakukan pengendalian secara total dalam setiap langkah proses yang ada. Segala
bentuk penyimpangan haruslah bisa diidentifikasikan dan dikoreksi sedini mungkin.

6. Respek terhadap semua orang/karyawan (Respect to People)

Dengan metode Just in Time dalam sistem produksi setiap pekerja akan diberi
kesempatan dan otoritas penuh untuk mengatur dan mengambil keputusan apakah
suatu aliran operasi bisa diteruskan atau harus dihentikan karena dijumpai adanya
masalah serius dalam satu stasiun kerja tertentu.

7. Mengurangi segala bentuk ketidak pastian (Seek to Eliminate Contigencies)

Inventori yang ide dasarnya diharapkan bisa mengantisipasi demand yang


berfluktuasi dan segala kondisi yang tidak terduga, justru akan berubah menjadi
waste bilamana tidak segera digunakan. Begitu pula rekruitmen tenaga kerja dalam
jumlah besar secara tidak terkendali seperti halnya yang umum dijumpai dalam
aktivitas proyek akan menyebabkan terjadinya pemborosan bilamana tidak
dimanfaatkan pada waktunya. Oleh karena itu dalam perencanaan dan penjadualan
produksi harus bisa dibuat dan dikendalikan secara teliti. Segala bentuk yang
memberi kesan ketidakpastian harus bisa dieliminir dan harus sudah dimasukkan
dalam pertimbangan dan formulasi model peramalannya.
Ketujuh prinsip pelaksanaan Just in Time dalam sistem produksi di atas bukanlah
suatu komitmen perusahaan yang diaplikasikan dalam jangka waktu pendek,
melainkan harus dibangun secara berkelanjutan dan merupakan komitmen semua
pihak dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek, ada kemungkinan aplikasi Just
in Time dalam sistem produksi justru akan menambah biaya produksi mengikuti
konsekuensi proses terbentuknya kurva belajar.
Selain prinsip dasar just in time, berikut adalah urutan penerapan teknik just in
time:

Menerapkan 5S dasar untuk perbaikan: Dasar perbaikan ditempat kerja


adalah konsep 5S yang terdiri dari Seiri (Pemilihan), Seiton (Penataan), Seiso
(Pembersihan), Seiketsu (Pemantapan), dan Shitsuke (Kebiasaan).

Penerapan produksi satu potong untuk mencapai pengimbangan lini.


Pelaksanaan produksi ukuran lot kecil dan perbaikan metode penyiapan.

Penerapan operasi baku.

Produksi lancer dengan merakit produk sesuai dengan kecepatan penjualan

Autonomasi (jidoka)

Penggunaan kartu kanban.

C. KRITIK TERHADAP JIT

Kritik terhadap JIT antara lain :

a. Sulit suatu perusahaan yang memproduksi secara massal hanya melayani


pesanan pelanggan saja, misalnya pabrik gula, kopi, sabun dan sebagainya,
dan hanya memproduksi satu jenis produk.

b. Dalam industri sulit sekali suatu tidak memiliki persediaan, khususnya yang
bahan bakunya impor.

c. Sulit dilakukan oleh pabrik-pabrik pada umumnya yang hanya memproduksi


satu macam komoditi dengan teknologi khusus.

d. Menempatkan karyawan pada keahlian khusus pada satu jenis produk tidak
mudah, dan mungkin biayanya mahal.

e. Pada umumnya perusahaan disibukkan oleh kegiatan rutin memproduksi


komoditi terus menerus tanpa menghiraukan peningkatan ketrampilan dan
pengetahuan karyawan; mereka lebih suka membajak karyawan lain yang
sudah ahli sehingga tidak perlu mendidik dan melatih; teknologi dan metode
kerja tidak begitu mudah diganti.

f. Karyawan pada umumnya bekerja atas dasar upah; mereka bekerja bukan
ingin merealisasikan bakat dan pengetahuannya tetapi mencari upah, jadi
mereka pada umumnya kurang peduli terhadap mutu produk.

D. MANFAAT JIT

a. Waktu set-up gudang dapat dikurangi. Mengatur waktu secara signifikan


berkurang dalam gudang yang akan memungkinkan perusahaan untuk
meningkatkan bottom line mereka untuk melihat lebih banyak waktu efisien
dan fokus menghabiskan di daerah lain.

b. Aliran barang dari gudang ke produksi akan meningkat. Beberapa pekerja


akan fokus pada daerah pekerjaannya untuk bekerja secara cepat. Arus barang
dari gudang ke rak ditingkatkan. Memiliki karyawan difokuskan pada area-
area tertentu dari sistem akan memungkinkan mereka untuk proses barang
lebih cepat daripada harus mereka rentan terhadap kelelahan dari melakukan
terlalu banyak pekerjaan sekaligus dan menyederhanakan tugas-tugas di
tangan.

c. Pekerja yang menguasai berbagai keahlian digunakan secara lebih


efisien. Karyawan yang memiliki multi-keterampilan yang digunakan lebih
efisien. Hal ini akan memungkinkan perusahaan untuk menggunakan pekerja
dalam situasi di mana mereka dibutuhkan bila ada kekurangan pekerja dan
permintaan yang tinggi untuk produk tertentu.

d. Penjadwalan produk dan jam kerja karyawan akan lebih konsisten.


Konsistensi yang lebih baik dari penjadwalan dan konsistensi dari jam kerja
karyawan yang mungkin. Hal ini dapat menghemat uang perusahaan dengan
tidak harus membayar pekerja untuk pekerjaan tidak selesai atau bisa minta
mereka fokus pada pekerjaan lain di sekitar gudang yang belum tentu
dilakukan pada hari normal.

e. Adanya peningkatan hubungan dengan suplyer. Peningkatan penekanan pada


hubungan pemasok / suplyer dicapai. Tidak ada perusahaan yang ingin
istirahat dalam sistem persediaan mereka yang akan menciptakan
kekurangan pasokan sementara tidak memiliki persediaan duduk di rak-rak.
Persediaan terus sekitar jam menjaga pekerja produktif dan bisnis terfokus
pada omset. Memiliki manajemen berfokus pada pertemuan tenggat waktu
akan membuat karyawan bekerja keras untuk memenuhi tujuan perusahaan
untuk melihat manfaat dalam hal kepuasan kerja, promosi atau lebih tinggi
bahkan membayar.

f. Perputaran Persediaan. Kecepatan dengan perputaran terjadi melibatkan


sumber daya perusahaan cair: tunai, akan ada peningkatan laba bersih.
Semakin pendek selang waktu antara penerimaan bahan baku dan
penggabungan dari mereka dalam proses manufaktur, semakin besar
profitabilitas. Filosofi persediaan diputar pada merancang sistem persediaan
yang sempurna memadukan dasar-dasar meminimalkan biaya dan
memaksimalkan keuntungan. Fundamental ini adalah laki-laki, material dan
mesin sering disebut 3ms operasi manufaktur atau persediaan, jika hasil
seimbang baik dalam filsafat JIT bisa diterapkan.

Kecerdasan, lebih relevan berguna bahwa manajer keuangan di ujung jari mereka
tentang bisnis mereka, pelanggan, pemasok atau mitra dan operasi mereka akan
memotivasi organisasi mereka untuk membuat keputusan yang lebih baik dan
meningkatkan keunggulan kompetitif mereka dengan menerapkan konsep JIT ke
persediaan atau manufaktur . JIT merupakan suatu konsep yang dapat diterapkan
pada banyak aspek dari bisnis selain persediaan atau manufaktur.
Sebagai alat inventaris, dapat diawasi oleh manajer keuangan untuk memonitor
biaya dalam rantai nilai. JIT merupakan paradigma baru dari strategi bisnis bergeser
dari manajemen persediaan tradisional ke manajemen rantai pasokan berbasis web
yang meningkatkan perputaran persediaan dan mengurangi memegang persediaan.
E. PERSYARATAN PERSYARATAN JUST IN TIME ( JIT )

Terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam penerapan JIT:

a. Organisasi Pabrik: Pabrik dengan sisitem JIT berusaha untuk mengatur


layout berdasarkan produk. Semua proses yang diperlukan untuk membuat
produk tertentu diletakkan dalam satu lokasi.

b. Pelatihan/Tim/keterampilan: JIT memerlukan tambahan pelatihan yang


lebih banyak bila dibandingkan dengan system tradisional. Karyawan diberi
pelatihan mengenai bagaimana menghadapi perubahanyang dilakukan dari
system tradisional dan bagaimana cara kerja JIT yaitu:

Membentuk Aliran/Penyederhanaan: Idealnya suatu lini produksi yang baru


dapat di setup sebagai batu ujian untuk membentuk aliran produksi,
menyeimbangkan aliran tersebut, dan memecahkan masalah awal.

Kanbal Pull System: Kanbal merupakan system manajemen suatu


pengendalian perusahaan, karena itu kanbal memiliki beberapa aturan yang
perlu diperhatikan.

Jangan mengirim produk rusak ke prosess berikutnya.

Proses berikutnya hanya mengambil apa yang dibutuhkan pada saat


dibutuhkan.

Memproduksi hanya sejumlah proses berikutnya.

Meratakan beban produksi.

Menaati instruktur kanban pada saat fine tuning.

Melakukan stabilisasi dan rasionalisasi proses.

c. Visibiltas/ pengendalian visual: Salah satu kekuatan JIT adalah sistemnya


yang merupakan system visual. Melacaknya apa yang terjadi dalam system
tradisional sulit dilakukan karena para karyawan mondar-mandir mengurus
kelebihan barang dalam prosess dan banyak rute produksi yang saling
bersilangan.

d. Eliminasi Kemacetan: Untuk menghapus kemcetan, baik dalam fase setup


maupun dalam masa produksi, perlu dilakukan beberapa pendekatan yang
melibatkan tim fungsi silang. Tim ini terdiri dari berabagi departemen, seperti
perekayasaan, manufaktur, keuangan dan departemen lainnya yang relevan.

e. Ukuran Lot Kecil Dan Pengurangan Waktu Setup: Ukuran lot yang ideal
bukan ukuran yang terbesar, tetapi ukuran lot yang terkecil. Pendekatan ini
pendekatan ini esuai bila nesin-mesin digunakan untuk menghasilkan
berbagai bagian atau komponen yang berbeda yang digunakan proses
berikutnya dalam tahap produksi.
f. Total Productive Maintance: TPM merupakan suatu keharusan dalam sisitem
JIT. Mesi-mesin membersihkan dan diberi pelumas secara rutin, biasanya
dilakukan oleh operator yang menjalankan mesin tersebut.

g. Kemampuan Proses, Statistical Proses Control (SPC), Dan Perbaikan


Berkesinambungan.

Kemampuan proses, SPC, dan perbaikan berkesinambungan harus ada dalam


pemanufakturan JIT, karena beberapa hal: Pertama, segala sesuatu harus bekerja
sesuai dengan harapan dan mendekati sempurna. Kedua, dalam JIt tidak ada bahan
cadangan untuk kemacetan perusahaan dan Ketiga, semua kondisi mesin harus
bekerja dengan prima.

F. PERUMUSAN JUST IN TIME (JIT)

Salah satu metode untuk mengendalikan persediaan yang modern adalah


metode Just In Time atau bisa disebut juga JIT. Metode ini bertujuan untuk
meminimalkan biaya persediaan karena menggunakan metode JIT setiap
pemesanan dari konsumen akan langsung di produksi. Dalam JIT diusahakan
persediaan nol (atau paling tidak pada tingkat yang tidak signifikan), sehingga
penilaian persediaan menjadi tidak relevan untuk tujuan pelaporan keuangan.
Rumusan JIT yang digunakan adalah:

Dimana:
X1 : Unit produk yang harus dijual untuk mencapai laba tertentu.
I : Laba sebelum pajak penghasilan
F1 : Total biaya tetap
X2 : Jumlah kuantitas berbasis nonunit
V2 : Biaya variable berbasis nonunit
P : Harga jual perunit
V1 : Biaya variable perunit

G. HUBUNGAN JUST IN TIME ( JIT ) DENGAN TQM

Untuk mengimplementasikan JIT diperlukan adanya sistem total quality secara


keseluruhan dalam organisasi. JIT mensyaratkan semua departemen dapat
menanggapi kebutuhan-kebutuhannya. Apabila departemen produksi melaksanakan
JIT, tetapi organisasi secara keseluruhan tidak mengupayakan TQM, maka personil
departemen produksi akan menghadapi hambatan yang besar. Selain itu JIT juga
mensyaratkan perubahan, sehingga sering kali timbul penolakan dari departemen
uang memiliki komitmen untuk berubah. Kaizen atau perbaikan secara terus
menerus selalu beriringan dengan Total Quality Management (TQM).
Bahkan sebelum filosofi TQM ini terlaksana atau sebelum sistem mutu dapat
dilaksanakan dalam suatu perusahaan maka filosofi ini tidak akan dapat
dilaksanakan sehingga perbaikan secara terus menerus (Kaizen) ini adalah usaha
yang melekat pada filosofi TQM itu sendiri. Sehingga Kaizen bisa juga merupakan
suatu kesatuan pandangan yang komprehensif dan terintegrasi.
Kaizen adalah suatu istilah dalam bahasa jepang yang dapat diartikan sebagai
perbaikan secara terus menerus (countinius improvement). Kaizen nerupakan suatu
kesatuan pandangan yang komperhensif dan terintegrasi yang meliputi:

Berorientasi pada pelanggan.

Pengendalian mutu secara menyeluruh

Robotic

Gugus kendali mutu

Sistem saran

Otomatisasi

Disiplin di temapt kerja

Pemeliharaan produktivitas secara menyeluruh

Kanban

Penyempurnaan perbaikan mutu, tepat waktu tanpa cacat

Kegiatan kelompok-kelompok kecil hubungan kerja sama dengan manajer


dan karyawan

Pengembangan produk baru

Kaizen mempunyai semangat mengadakan perbaikan secara terus-menerus dan


berkesinambungan dengan berpedoman pada semangat, hari ini harus lebih dari
hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini, tidak boleh ada hari tanpa
ada perbaikan. Adapun hirarki dalam kaizen adalah:

a. Manajemen Puncak Manajemen Madya Supervisor Karyawan

b. Mengkomunikasikan kaizen sebagai strategi perusahaan

c. Menyebarluakan dan mengimplementasikan sasaran kaizen sesuai


penghargaan manajemen puncak melalui menyebarluaskan kebijakan

d. Menggunakan kaizen dalam peranan fungsi

e. Melibatkan diri dalam sistem sasaran dan aktivitas kelompok kecil

H. STRATEGI IMPLEMENTASI JUST IN TIME ( JIT )


Ada beberapa strategi dalam mengimplementasikan JIT dalam perusahaan, antara
lain:

1. Startegi Penerapan pembelian Just in Time. Dukungan, yaitu dari semua


pihak terutama yang berkaitan dengan kegiatan pembelian, dan khususnya
dukungan dari pimpinan. Tanpa ada komitmen dari pinpinan tersebut JIt
tidak dapat terlaksana. Mengubah sistem, yaitu mengubah cara mengadakan
pembelian, yaitu dengan membuat kontrak jangka panjang dengan pemasok
sehingga perusahaan cukup hanya memesan sekali untuk jangka panjang,
selanjutnya barang akan dating sesuai kebutuhan atau proses produksi
perubahan kita.

2. Startegi penerapan Just in Time dalam sistem produksi. Penemuan sistem produksi yang
tepat, yaitu dengan sistem tarik yang bertujuan memenuhi kebutuhan dan harapan
pelanggan dengan menghilangkan sebanyak mungkin pemborosan. Penemuan lini
produksi yaitu dalam satu lini produksi harus dibuat bermacam-macam barang, sehingga
semua kebutuhanpelanggan yang berbeda-beda itu dapat terpenuhi. Selain itu lini
produksi tersebut dapat menghemat biaya, biaya bahan, persediaan, dan sebagainya. JIT
bukan hanya sekedar metode pengedalian persediaan, tetapi juga merupakan sistem
produksi system produksi yang saling berkaitan dengan semua fungsi dan aktivitas.

I. PEMBELIAN DENGAN KONSEP JUST IN TIME ( JIT )

Pembelian dengan Konsep JIT adalah sistem penjadwalan pengadaan barang dengan
cara sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan penyerahan segera untuk memenuhi
permintaan atau penggunaan. Pembelian JIT dapat mengurangi waktu dan biaya
yang berhubungan dengan aktivitas pembelian dengan cara:

a. Mengurangi jumlah pemasok sehingga perusahaan dapat mengurangi


sumber-sumber yang dicurahkan dalam negosiasi dengan pamasoknya.

b. Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan pemasok.

c. Memiliki pembeli atau pelanggan dengan program pembelian yang mapan.

d. Mengeliminasi atau mengurangi kegiatan dan biaya yang tidak bernilai


tambah.

e. Mengurangi waktu dan biaya untuk program-program pemeriksaan mutu.

Penerapan pembelian JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya
dan manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:

a. Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.

b. Perubahan cost pools yang digunakan untuk mengumpulkan biaya.


c. Mengubah dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya sehingga
banyak biaya tidak langsung dapat diubah menjadi biaya langsung.

d. Mengurangi perhitungan dan penyajian informasi mengenai selisih harga beli


secara individual

e. Mengurangi biaya administrasi penyelenggaraan sistem akuntansi.

J. PRODUKSI DENGAN KONSEP JUST IN TIME ( JIT )

Produksi JIT adalah sistem penjadwalan produksi komponen atau produk yang
tepat waktu, mutu, dan jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan oleh tahap
produksi berikutnya atau sesuai dengan memenuhi permintaan pelanggan.
Produksi JIT dapat mengurangi waktu dan biaya produksi dengan cara:

a. Mengurangi atau meniadakan barang dalam proses dalam setiap workstation


(stasiun kerja) atau tahapan pengolahan produk (konsep persediaan nol).

b. Mengurangi atau meniadakan Lead Time (waktu tunggu) produksi (konsep


waktu tunggu nol).

c. Secara berkesinambungan berusaha sekeras-kerasnya untuk mengurangi


biaya setup mesin-mesin pada setiap tahapan pengolahan produk
(workstation).

d. Menekankan pada penyederhanaan pengolahan produk sehingga aktivitas


produksi yang tidak bernilai tambah dapat dieliminasi.

Perusahaan yang menggunakan produksi JIT dapat meningkatkan efisiensi dalam


bidang:

a. Lead time (waktu tunggu) pemanufakturan

b. Persediaan bahan, barang dalam proses, dan produk selesai

c. Waktu perpindahan

d. Tenaga kerja langsung dan tidak langsung

e. Ruangan pabrik

f. Biaya mutu

g. Pembelian bahan

Penerapan produksi JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya
dan manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:
a. Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.

b. Mengeliminasi atau mengurangi kelompok biaya (cost pools) untuk aktivitas


tidak langsung.

c. Mengurangi frekuensi perhitungan dan pelaporan informasi selisih biaya


tenaga kerja dan overhead pabrik secara individual.

d. Mengurangi keterincian informasi yang dicatat dalam work tickets.

K. PERSEDIAAN JUST IN TIME ( JIT )

Just In Time didasarkan pada konsep arus produksi yang berkelanjutan dan
mensyaratkan setiap bagian proses produksi bekerja sama dengan komponen-
komponen lainnya. Tenaga kerja langsung dalam lingkungan Just In Time
dipertangguh dengan perluasan tanggung jawab yang berkontribusi pada
pemangkasan pemborosan biaya tenaga kerja, ruang dan waktu produksi.
Perusahaan-perusahaan pabrikasi menyimpan tiga jenis persediaan: bahan baku,
barang dalam proses, dan barang jadi. Persediaan-persediaan ini dirancang untuk
bertindak sebagai penyangga sehingga kegiatan-kegiatan perusahaan tetap dapat
berjalan mulus kendatipun para pemasok terlambat melakukan pengiriman atau
bilamana sebuah departemen tidak mampu beroperasi selama beberapa waktu
karena sesuatu atau hal lainnya. Persediaan-persediaan ini dirancang untuk
bertindak sebagai penyangga sehingga kegiatan-kegiatan perusahaan tetap dapat
berjalan mulus kendatipun para pemasok terlambat melakukan pengiriman atau
bilamana sebuah departemen tidak mampu beroperasi selama beberapa waktu
karena sesuatu atau hal lainnya. Namun penyimpanan persediaan-persediaan itu
sudah barang tentu memakan biaya besar. Sistem Just In Time merupakan upaya
untuk mengurangi atau menghilangkan persedian.
Perusahaan yang mengadopsi system Just In Time ke proses produksinya mestilah
merancang kembali fasilitas - fasilitas pabrikasinya dan kejadian - kejadian yang
memicu proses Produksi berdasarkan prediksi terhadap masa yang akan datang
dalam sistem tradisonal memiliki resiko kerugian yang lebih besar karena over
produksi daripada produksi berdasarkan permintaan yang sesungguhnya. Oleh
karena itu munculah ide Just In Time yang memproduksi apabila ada permintaan.
Suatu proses produksi hanya akan memproduksi apabila diisyaratkan oleh proses
berikutnya. Sebagai akibatnya pemborosoan dapat dihilangkan dalam skala besar,
yaitu berupa perbaikan kualitas dan biaya produksi yang lebih rendah. Kedua hal
tersebut menjadikan perusahaan lebih kooperatif. Tujuan utama Just In Time adalah
untuk meningkatkan laba dan posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui
usaha pengendalian biaya, peningkatan kualitas, serta perbaikan kinerja pengiriman.

L. MENGENAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU ( JUST IN TIME


SYSTEM )

1. Sistem Produksi Barat


Sistem produksi yang paling banyak dipakai saat ini adalah yang berasal dari Eropa
dan Amerika. Sistem produksi tersebut dikenal sebagai sistem produksi western.
Ciri-ciri dari sistem produksi ini antara lain:

Melakukan peramalan dalam menentukan kuantitas produksi,

Melakukan optimasi dalam penjadwalan produksi, penentuan kebutuhan


bahan, penentuan kebutuhan mesin, pekerja, dll.

Terdapatnya departemen pengendalian kualitas,

Terdapatnya gudang receiver dan gudang warehouse sebagai penyimpan


persediaan, dll.

Secara garis besarnya adalah masih terdapatnya unsur- unsur probabilistik dalam
melakukan keputusan untuk masalah-masalah sistem produksi. Filosofi dasar dari
sistem produksi western adalah bagaimana mengoptimalkan unsur-unsur sistem
produksi yang tersedia. Hal ini memungkinkan karena negara-negara barat waktu
itu masih memiliki resources yang cukup banyak.
Pada tahun 1970-an terjadi krisis minyak bumi yang sangat mempengaruhi industri-
industri barat sebagai consumer terbesar. Sedangkan Jepang tidak begitu
terpengaruh krisis tersebut karena Jepang sudah biasa hemat dalam menggunakan
resources khususnya minyak bumi. Akibatnya industri-industri barat mengalami
kemerosotan sedangkan sebaliknya di Jepang justru mulai muncul.
Pada tahun 1980-an sistem produksi jepang mulai menunjukkan keunggulan-
keunggulannya sedangkan barat justru baru mulai merekonstruksi dan
merestrukturisasi sistem produksinya baik melalui teknik-teknik produksinya
maupun manajemennya. Pada tahun 1990-an Jepang nampak berkembang pesat
dan jauh meninggalkan Eropa ataupun Amerika.

2. Sistem Produksi Jepang

Sistem produksi Jepang dikenal dengan nama Sistem Produksi Tepat-Waktu (Just In
Time). Filosofi dasar dari sistem produksi jepang (JIT) adalah memperkecil ke
mubadziran (Eliminate of Waste). Bentuk kemubadziran antara lain adalah:

a. Kemubadziran dalam Waktu, misalnya ada pekerja yang


menganggur (idle time), mesin yang menganggur, waktu transport
dalam pabrik tidak efisien, jadwal produksi yang tidak ditepati,
keterlambatan material, lintasan produksi yang tidak seimbang
sehingga terjadi bottle-neck, terlambatnya pengiriman barang, banyak-
nya karyawan yang absen, dsb.

b. Kemubadziran dalam Material, misalnya terlalu banyak buangan


(scraps, chips) akibat proses produksi, banyak terjadi kerusakan
material atau material dalam proses, banyaknya material yang hilang,
material yang usang, nilai material yang menurun akibat terlalu lama
disimpan, dll.
c. Kemubadziran dalam Manajemen, misalnya terlalu banyak
karyawan kantor, banyak terjadi mis-informasi antar departemen,
banyaknya overlapping dalam penugasan, pelaksanaan tugas yang
tidak efektif, sulit dalam koordinasi, dll. Jepang melakukan eliminate
of waste karena jepang tidak punya resources yang cukup. Jadi dalam
setiap melakukan pengambilan keputusan terutama untuk masalah
produksi selalu menganut kepada prinsip efisiensi, efektifitas dan
produktivitas.

Untuk dapat melaksanakan eliminate waste Jepang melakukan strategi sebagai


berikut:

a. Hanya memproduksi jenis produk yang diperlukan.

b. Hanya memproduksi produk sejumlah yang dibutuhkan.

c. Hanya memproduksi produk pada saat diperlukan.

M. KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN SISTEM JUST IN TIME

Keuntungan JIT antara lain:

a. Seluruh system yang ada dalam perusahaan dapat berjalan lebih efisien.

b. Pabrik mengeluarkan biaya yang lebih sedikit untuk memperkerjakan para


stafnya.

c. Barang produksi tidak harus selalu di cek, disimpan atau diretur kembali.

d. Kertas kerja dapat lebih simple.

e. Penghematan yang telah di lakukan dapat digunakan untuk mendapat profit


yang lebih tinggi misalnya, dengan mengadakan promosi tambahan.

Kelemahan JIT

Satu kelemahan sistem JIT adalah tingkatan order ditentukan oleh data
permintaan historis. Jika permintaan naik melebihi dari rata-rata perencanaan
historis maka inventori akan habis dan akan mempengaruhi tingkat pelayanan
konsumen.

N. PERBANDINGAN SISTEM JUST INTIME DENGAN SISTEM


TRADISIONAL

JIT TRADISIONAL
1. Sistem tarikan 1. Sistem dorongan

2. Persediaan tidak signifikan 2. Persediaan signifikan

3. Basis pemasok sedikit 3. Basis pemasok banyak

4. Kontrak jangka panjang 4. Kontrak jangka pendek


dengan pemasok dengan pemasok

5. Pemanufakturan 5. Pemanufakturan
berstruktur seluler berstruktur departemen

6. Karyawan berkeahlian 6. Karyawan terspesialisasi


ganda
7. Jasa tersentralisasi
7. Jasa terdesentralisasi
8. Keterlibatan karyawan
8. Keterlibatan karyawan rendah
tinggi
9. Gaya manajemen sebagai
9. Gaya manajemen sebagai pemberi perintah
penyedia fasilitas
10. Acceptable quality level
10. Total quality control (TQC) (AQL)

1. Sistem tarikan dibanding sistem dorongan

Sistem tarikan adalah system penentuan aktivitas-aktivitas berdasar atas


permintaan konsumen, baik konsumen internal maupun konsumen eksternal.
Sebagai contoh dalam perusahaan pemanufakturan permintaan konsumen
melalui aktivitas penjualan menentukan aktivitas produksi, dan aktivitas
produksi menentukan aktivitas pembelian.System dorongan adalah system
penentuan aktivitas-aktivitas berdasar dorongan aktivitas-aktivitas
sebelumnya. Pembelian bahan melalui aktivitas pembelian mendorong
aktivitas produksi, dan aktivitas produksi mendorong aktivitas penjualan.

2. Persediaan tidak signifikan dibanding persediaan signifikan

Karena JIT menggunakan system tarikan maka dapat mengurangi persediaan


menjadi tidak signifikan atau sangat sedikit dan bahkan mencita-citakan nol.
Sebaliknya, dalam system tradisional, karena menggunakan system dorongan
maka persediaan jumlanya signifikan sebagai akibat jumlah bahan yang dibeli
melebihi kebutuhan produksi, jumlah produk yang diproduksi melebihi
permintaan konsumen dan perlu adanya persediaan penyangga. Persediaan
penyangga diperlukan jika permintaan konsumen melebihi jumlah produksi
dan jumlah bahan yang digunakan untuk produksi melebihi jumlah bahan
yang dibeli.

3. Basis pemasok sedikit dibanding basis pemasok banyak

JIT hanya menggunakan pemasok dalam jumlah sedikit untuk mengurangi


atau mengeliminasi aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah, memperoleh
bahan yang bermutu tinggi dan berharga murah. Sedangkan system
tradisioanl menggunakan banyak pemasok untuk memperoleh harga yang
murah dan mutu yang baik, tapi akibatnya banyak aktivitas-aktivitas tidak
bernilai tambah dan untuk memperoleh harga yang lebih murah harus dibeli
bahan dalam jumlah yang banyak atau mungkin dengan mutu yang rendah.

4. Kontrak jangka panjang dibanding kontrak jangka pendek

JIT menerapkan kontrak jangka panjang dengan beberapa pemasoknya guna


membangun hubungan baik yang saling menguntungkan sehingga dapat
dipilih pemasok yang memasok bahan berharga murah, bermutu tinggi,
berkinerja pengiriman tepat waktu dan tepat jumlah serta dapat mengurangi
frekuensi pemesanan. Sedangkan tradisional menerapkan kontrak-kontrak
jangka pendek dengan banyak pemasok sehingga untuk memperoleh harga
murah harus dibeli dalam jumlah yang banyak atau mungkin mutunya
rendah.

5. Struktur seluler dibanding struktur departemen

Struktur seluler dalam JIT adalah pengelompokan mesin-mesin dalam satu


keluarga, biasanya kedalam struktur semilingkaran atau huruf U sehingga
satu sel tertentu dapat digunakan untuk melakukan pengolahan satu jenis
atau satu keluarga produk tertentu secara berurutan. Setiap sel
pemanufakturan pada dasarnya merupakan pabrik mini atau pabrik di dalam
pabrik. Penggunaan struktur seluler ini dapat mengeliminasi aktivitas, waktu,
dan biaya yang tidak bernilai tambah. Sedangkan struktur departemen dalam
system departemen adalah struktur pengolahan produk melalui beberapa
departemen produksi sesuai dengan tahapan-tahapannya dan memerlukan
beberapa departemen jasa yang memasok jasa bagi departemen produksi.
Akibatnya struktur departemen menimbulkan aktivitas-aktivitas serta waktu
dan biaya-biaya tidak bernilai tambah dalam jumlah besar.

6. Karyawan berkeahlian ganda dibanding karyawan terspesialisasi

System JIT yang menggunakan system tarikan waktu bebas harus


digunakan oleh karyawan struktur seluler untuk berlatih agar berkeahlian
ganda sehingga ahli dalam berproduksi dan dalam bidang-bidang jasa
tertentu misalnya pemeliharaan pencegahan, reparasi, setup, inspeksi mutu.
Sedangkan pada system tradisional system karyawan terspesialisasi
berdasarkan departemen tempat kerjanya misalnya departemen produksi
atau departemen jasa. Karyawan pada departemen jasa terspesialisasi pada
aktivitas penangan bahan, listrik, reparasi, dan pemeliharaan, karyawan pada
departemen produksi terspesialisasi pada aktivitas pencampuran, peleburan,
pencetakan, perakitan, dan penyempurnaan.

7. Jasa terdesentralisasi dibanding jasa tersentralisasi

System tradisional mendasarkan pada system spesialisasi sehingga jasa


tersentralisasi pada masing-masing departemen jasa. Sedangkan pada system
JIT jasa terdesentralisasi pada masing-masing struktur seluler, para karyawan
selain selain ditugaskan untuk berproduksi tapi juga harus ditugaskan pada
pekerjaan jasa yang secara langsung mendukung produksi si struktur
selulernya.

8. Keterlibatan tinggi dibanding keterlibatan rendah

Dalam system tradisional, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan relative


rendah karena karyawan fungsinya melaksanakan perintah atasan. Sedangkan
dalam system JIT manajemen harus dapat memberdayakan para
karyawannya dengan cara melibatkan mereka atau member peluang pada
mereka untuk berpartisipasi dalam manajemen organisasi. Menurut
pandangan JIT, peningkatan keberdayaan dan keterlibatan karyawan dapat
meningkatkan produktviitas dan efisiensi biaya secara menyeluruh. Para
karyawan dimungkinkan untuk membuat keputusan mengenai bagaimana
pabrik beroperasi.

9. Gaya pemberi fasilitas dibanding gaya pemberi perintah

System tradisional umumnya menggunakan gaya manajemen sebagai atasan


karena fungsi utamanya adalah memerintah para karyawannya untuk
melaksanakan kegiatan. Sedangkan pada system JIT memerlukan
keterlibatan karyawan sehingga mereka dapt diberdayakan, maka gaya
maanjemen yang cocok adalah sebagai fasilitator dan bukanlah sebagai
pemberi perintah.

10. TQC dibanding AQL

TQC (Total Quality Control) dalam JIT adalah pendekatan pengendalian mutu
yang mencakup seluruh usaha secara berkesinambungan dan tiada akhir
untuk menyempurnakan mutu agar tercapai kerusakan nol atau bebas dari
kerusakan. Produk rusak haruslah dihindari karena dapat mengakibatkan
penghentian produksi dan ketidakpuasan konsumen.AQL (Accepted Quality
Level) dalam system tradisional adalah pendekatan pengendalian mutu yang
memungkinkan atau mencadangkan terjadinya kerusakan namun tidak boleh
melebihi tingkat kerusakan yang telah ditentukan sebelumnya.

BAB III

PENUTUP
KESIMPULAN

Just In Time merupakan integrasi dari serangkaian aktivitas desain untuk mencapai
produksi volume tinggi dengan menggunakan minimum persediaan untuk bahan
baku, WIP, dan produk jadi. Dalam system Just In Time (JIT), aliran kerja
dikendalikan oleh operasi berikut, dimana setiap stasiun kerja (work station)
menarik output dari stasiun kerja sebelumnya sesuai dengan kebutuhan.
Berdasarkan kenyataan ini, sering kali JIT disebut sebagai Pull System (system
tarik). Dalam system JIT, hanya final assembly line yang menerima jadwalproduksi,
sedangkan semua stasiun kerja yang lain dan pemasok (supplier) menerima pesanan
produksi dari subkuens operasi berikutnya. Dengan kata lain, stasiun kerja
sebelumya (stasiun kerja 1 ) menerima pesananproduksi dari stasiun kerja
berikutnya (stasiun kerja 2 ), kemudian memasok produk itu sesuai kuantitas
kebutuhan pada waktu yang tepatdengan spesifiksai yang tepat pula.

Anda mungkin juga menyukai