PERCOBAAN IV
ISOLASI KAFEIN DARI TEH (Camelia sinensis L.)
OLEH :
LABORATORIUM FARMASI
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
2017
PERCOBAAN IV
ISOLASI KAFEIN DARI TEH (Camelia sinensis L.)
A. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini yaitu :
1. Menjelaskan konsep dan jenis ekstraksi, yaitu ekstraksi padat-cair, cair-cair dan
asam-basa, serta terampil dalam melakukan teknik ekstraksi.
2. Mengetahui karakteristik alkaloid dan yang terkandung dalam teh.
B. PENDAHULUAN
Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah
dilakukan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad yang lalu. Indonesia
dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa, memiliki lebih kurang 30.000
spesies tumbuhan dan 940 spesies diantaranya termasuk tumbuhan berkhasiat.
Tumbuhan tersebut menghasilkan metabolit sekunder dengan struktur molekul
dan aktifitas biologi yang beraneka ragam serta memiliki potensi yang sangat baik
untuk dikembangkan menjadi obat berbagai macam penyakit.[1]
Teh merupakan salah satu minuman yang paling banyak dikonsumsi di
dunia yang dibuat dari tanaman Camelia sinensis. Teh memiliki manfaat
diantaranya dalam pencegahan dan pengobatan penyakit karena bersifat
antibakteri dan antioksidan. Selain manfaat teh, terdapat pula za dalam teh yang
berakibat kurang baik untuk tubuh. Zat tersebut adalah kafein. Meskipun kafein
aman dikonsumsi, zat tersebut dapat menimbulkan reaksi yang tidak dikehendaki
jika dikonsumsi secara berlebihan seperti insomnia, gelisah, delirium, takikardia,
ekstrasistole, pernapasan meningkat, tremor otot dan diuresis.[2]
Komposisi senyawa kimia yang terkandung dalam teh sangat kompleks,
terdiri atas polifenol (katekin dan turunannya), senyawa-senyawa ksantin (kafein,
teofilin, dan teobromin), asam amino, karbohidrat, protein, klorofil, senyawa-
senyawa volatil, fluor, mineral, dan senyawa-senyawa kelumit. Turunan polifenol
terdapat dalam jumlah yang paling banyak dan memiliki potensi aktivitas
antioksidan, baik in vitro maupun in vivo.[3]
Kafein adalah salah satu jenis alkaloid yang banyak terdapat dalam biji
kopi, daun teh, dan biji coklat. Kafein memiliki efek farmakologis yang
bermanfaat secara klinis, seperti menstimulasi susunan syaraf pusat, relaksasi otot
polos terutama otot polos bronkus dan stimulasi otot jantung. Berdasarkan efek
farmakologis tersebut, kafein ditambahkan dalam jumlah tertentu ke minuman.
Efek berlebihan (over dosis) mengkonsumsi kafein dapat menyebabkan gugup,
gelisah, tremor, insomnia, hipertensi, mual dan kejang. Berdasarkan FDA (Food
Drug Administration) yang diacu dalam Liska (2004), dosis kafein yang diizinkan
100- 200mg/hari, sedangkan menurut SNI 01- 7152-2006 batas maksimum kafein
dalam makanan dan minuman adalah 150 mg/hari dan 50 mg/sajian. Kafein
sebagai stimulan tingkat sedang (mild stimulant) memang seringkali diduga
sebagai penyebab kecanduan. Kafein hanya dapat menimbulkan kecanduan jika
dikonsumsi dalam jumlah yang banyak dan rutin. Namun kecanduan kafein
berbeda dengan kecanduan obat psikotropika, karena gejalanya akan hilang hanya
dalam satu dua hari setelah konsumsi.[4]
Ekstraksi adalah metode pemisahan zat terlarut dengan menggunakan
pelarut. Ekstraksi cair-cair merupakan proses pemisahan komponen dari fase cair
ke fase cair lainnya. ekstraksi cair-cair terdiri dari beberapa tahap yaitu (1) kontak
antara pelarut (solvent) dengan zat telarut (solute), kemudian zat terlarut akan
pindah ke zat pelarut (2) pemisahan antara zat yang tidak saling larut yaitu fase
yang mengandung banyak pelarut disebut fase ekstrak dan fase yang mengandung
banyak zat pelarut asal disebut zat rafinat. Aplikasi ekstraksi cair-cair telah
digunakan secara luas dalam industry kimia organik dan industri kimia anorganik.
[5]
Perlakuan Gambar
Pada dasarnya jalur biosintesis terdiri dari empat proses yang terdiri dari
tiga proses metilasi dan satu proses reaksi nukleosid. Kerangka dari senyawa
santin diturunkan dari nukleosid purin. Proses awal dari biosintesis kafein adalah
proses metilasi dari xanthosine oleh SAM yang tergantung pada enzim N-
metiltransferase. Jalur umum dalam biosntesis kafein adalah 7-methylxanthosine
7-metilsantin teobromin kafein. Jalur biosintesis pada dasarnya ini sama
dengan bentuk alkaloid purin lainnya, seperti pada mate (Ilex paraguariensis) dan
kakao (Theobroma cacao).
Pertama-tama dilakukan preparasi sampel dengan menggunakan 10
kantung teh yang disobek untuk mendapatkan ekstrak kering daun teh, lalu
didihkan air sebanyak 250 ml. setelah air didihkan maka dilakukan
G. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1 Ekstraksi merupakan proses pemisahan antara fase pelarut dan fase zat terlarut.
ekstraksi terdiri atas :
a. Ekstraksi cair-cair.
Merupakan proses pemisahan komponen dari fase cair ke fase cair lainnya.
ekstraksi cair-cair terdiri dari beberapa tahap yaitu (1) kontak antara pelarut
(solvent) dengan zat telarut (solute), kemudian zat terlarut akan pindah ke
zat pelarut (2) pemisahan antara zat yang tidak saling larut yaitu fase yang
mengandung banyak pelarut disebut fase ekstrak dan fase yang
mengandung banyak zat pelarut asal disebut zat rafinat.
b. Ekstraksi padat-cair atau leaching
Merupakan proses pengambilan komponen terlarut dalam suatu padatan
dengan menggunakan pelarut. Interaksi diantara komponen terlarut dari
padatan ini sangat berpengaruh pada proses ekstraksi. Pada proses ekstraksi
ini, komponen terlarut yang terperangkap di dalam padatan, bergerak
melalui pori-pori padatan. Zat terlarut berdifusi keluar permukaan partikel
padatan dan bergerak ke lapisan film sekitar padatan dan selanjutnya ke
larutan.
2 Setelah dilakukan pemisahan dan pemurnian hasil isolasi dari bahan tumbuhan
(ekstrak daun teh) didapatkan kristal kafein berbentuk jarum berwarna putih
kehijauan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Martunus dan Zuchra H., 2007, Ekstraksi Dioksin Dalam Limbah Air
Buangan Industry Pulp Dan Kertas Dengan Pelarut N-Heksana, Jurnal
ITENAS, Vol.10(4).
[2] Ramadhan A.E., dan Haries A.P., 2010, Pengaruh Konsentrasi Etanol, Suhu
Dan Jumlah Stage Pada Ekstraksi Oleoresin Jahe (Zingiber Officinale Rosc)
Secara Batch, Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang.
[3] Artanti, dkk., 2016, Perbedaan Kadar Kafein Daun Teh (Camellia Sinensis
(L.) Kuntze) Berdasarkan Status Ketinggian Tempat Tanam Dengan Metode
HPLC, Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research, Hal.37-38.
[4] Putri D.,D., dan Ita U., 2015, Pengaruh Suhu dan Waktu Ekstraksi terhadap
Kadar Kafein dalam Teh, Jurnal Sains Dan Seni ITS, Vol. 4(2).
[5] Maramis D.,K.,, dkk., 2013, Analisis Kafein Dalam Kopi Bubuk Di Kota
Manado Menggunakan Spektrofotometri Uv-Vis, Jurnal PHARMACON,
Vol.2(4).
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Tugas Pendahuluan Setelah Praktikum:
1. Jelaskan mekanisme kafein sebagai stimulan sistem saraf pusat! Mengapa
kafein dapat memberikan efek adiktif?
Jawab :
Kafein adalah antagonis reseptor sistem saraf pusat yaitu neurotransmitter
adenosine. Pada seseorang yang secara teratur mengkonsumsi kafein secara terus
menerus dengan secara substansial akan meningkatkan jumlah reseptor adenosin
dalam sistem saraf pusat. Peningkatan jumlah reseptor adenosin membuat tubuh
lebih sensitif terhadap adenosin, dengan dua konsekuensi utama. Pertama, efek
stimulasi kafein secara substansial berkurang, sebuah fenomena yang dikenal
sebagai adaptasi toleransi. Kedua, karena respon adaptif untuk membuat kafein
individu jauh lebih sensitif terhadap adenosin, pengurangan konsumsi kafein
secara efektif akan meningkatkan efek fisiologis normal adenosin, yang
mengakibatkan gejala penghentian (withdrawal symptoms).
Umumnya, adenosin memiliki efek penghambatan dalam sistem saraf
pusat (SSP). Efek stimulasi kafein, terutama (walaupun tidak seluruhnya)
berhubungan dengan penghambatan atas adenosin dengan mengikat pada reseptor
yang sama, dan karenanya secara efektif memblokir reseptor adenosin dalam SSP.
Penurunan aktivitas adenosin menyebabkan meningkatnya aktivitas
neurotransmitter dopamin dan glutamat.