PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesungguhnya Islam adalah syarat keselamatan di sisi Allah. Islam tidak tegak dan
tidak akan ada kecuali dengan ilmu. Tidak ada cara dan jalan untuk mengenal Allah dan
sampai kepada-Nya kecuali dengan ilmu. Allah lah yang telah menunjukan jalan yang paling
dekat dan mudah untuk sampai kepada-Nya. Barangsiapa yang menempuh jalan tersebut,
tidak akan menyimpang dari tujuan yang dicita-citakannya.
Mencari ilmu merupakan kewajiban setiap manusia. Tanpa ilmu kita tidak bisa
menjalani hidup ini dengan baik. Orang yang tidak memiliki ilmu biasanya akan di
manfaatkan oleh orang lain. Bahkan, orang yang tak berilmu itu akan dibodohi oleh orang
lain. Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang diberi akal dan pikiran carilah ilmu demi
kelangsungan hidup yang lebih baik. Menuntut ilmu dalam Islam hukumnya wajib (fardhu).
Para ahli fiqih mengelompokannya dua bagian, yaitu 1). Fardhu ain; dan 2). Fardhu kifayah.
Orang yang berilmu sangat dimuliakan oleh Allah SWT dan akan diangkat derajatnya oleh
Allah SWT.
Dalam Islam, ilmu memiliki aksiologis yang sangat agung. Karena dengan ilmu-lah
semuanya berawal dalam meniti jalan suci ini. Selain itu, ilmu juga dapat mengangkat derajat
bagi siapa saja yang memilikinya.
Begitulah nikmatnya islam sehingga segala tingkah laku kita diatur oleh Islam.
Sampai pada ilmu pun Islam mengaturnya, mulai dari kewajiban menuntut ilmu,
mengamalkan ilmu dan ancaman bagi orang yang tidak mengamlakan ilmu. hal tersebut
harus kita pelajari secara mendetail sehingga kita tidak termasuk orang yang salah dalam
memahami ilmu.
Ilmu yang telah kita peroleh membutuhkan lahan agar ilmu tersebut dapat menjadi
penolong bagi kita yaitu dengan cara mengamalkannya, baik dengan mengajarkannya
maupun yang lainnya. Ilmu tersebut berpotensi menjadi boomerang bagi kita jika kita tidak
mengamalkan ilmu tersebut,
diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asyary bahwa Rasulullah bersabda:
Al-Quran adalah hujjah untukmu dan juga dapat menghujatmu [HR.
Muslim 3/101, ini adalah bagian dari hadits yang panjang.]
Mungkin kita bisa mengatakan dengan kalimat ini:
jangan biarkan satu orang pun tersesat karena ilmu yang kita peroleh tidak diamalkan
Begitulah pentingnya mengamalkan ilmu sehingga ada pahala yang menanti kita jika
kita mengamlakan ilmu tersebut, namun disana juga telah menanti kehancuran yang sedang
mengendap-mengendap di balik layar untuk menjerumuskan kita jikalah kita tidak
mengamalkan apa yang telah kita pelajari.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana perintah menuntut ilmu dalam islam ?
2. Bagaimana keutamaan orang yang berilmu dalam islam ?
3. Bagaimanakah urgensi mengamalkan ilmu?
4. apa ayat-ayat didalam al-Quran yang berkaitan dengan pentingnya mengamalkan ilmu!
5. Bagaimanakah hukum dan ancaman-ancaman bagi seorang muslim yang tidak mengamalkan
ilmunya?
C. Tujuan
Sesungguhnya Islam adalah syarat keselamatan di sisi Allah. Islam tidak tegak
dan tidak akan ada kecuali dengan ilmu. Tidak ada cara dan jalan untuk
mengenal Allah dan sampai kepada-Nya kecuali dengan ilmu. Allah lah yang
telah menunjukan jalan yang paling dekat dan mudah untuk sampai kepada-
Nya. Barangsiapa yang menempuh jalan tersebut, tidak akan menyimpang dari
tujuan yang dicita-citakannya.
Jumhur ulama sepakat, tidak ada dalil yang lebih tepat selain wahyu pertama
yang disampaikan Allah SWT kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad saw sebagai
landasan utama perintah untuk menuntut ilmu. Dijelaskannya pula sarana untuk
mendapatkannya, disertai bagaimana nikmatnya memiliki ilmu, kemuliaannya,
dan urgensinya dalam mengenal ke-Maha Agung-an Sang Khalik dan
mengetahui rahasia penciptaan serta menunjukkan tentang hakikat ilmiah yang
tetap. Sebagaimana firman-Nya :Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu
yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia)
dengan perantara kalam (baca tulis). Dia mengajarkan kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya.
Dalam ayat yang lain, Allah SWT juga berfirman : Katakanlah : Adakah
sama orang-orang yang mengetahui (ilmu agama Islam) dengan orang-orang
yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran. (Q.S. Az Zumar [39]: 9).
Para mufasir menyimpulkan firman Allah di atas, bahwa : 1). Tidaklah sama
antara hamba Allah yang memahami ilmu agama Allah, yaitu yang menyadari
dirinya, memahami tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mentaati segala perintah
dan larangan-Nya, dengan orang-orang yang mendustakan nikmat-nikmat Allah,
yang tidak mau mempelajari ilmu agama Allah; 2). Hanya orang-orang yang
berakal sehatlah yang dapat mengambil hikmah atau pelajaran dari tanda-tanda
kekuasaan Allah.
Menuntut ilmu dalam Islam hukumnya wajib (fardhu). Para ahli fiqih
mengelompokannya dua bagian, yaitu 1). Fardhu ain; dan 2). Fardhu kifayah.
1). Fardhu ain, adalah setiap ilmu yang harus dipelajari oleh setiap muslim
tentang Ilmu Agama Islam, agar akidahnya selamat, ibadahnya benar,
muamalahnya lurus dan sesuai dengan yang disyariatkan Allah Azza wa Jalla,
yang tertuang dalam Al Quran dan Sunah Nabi-Nya yang sahih. Inilah yang
diperintahkan Allah dalam firman-Nya, Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya
tidak ada Tuhan (yang hak) Melainkan Allah. (Q.S. Muhammad [47]: 19). Juga
yang dimaksudkan oleh Rasulullah Saw dalam haditsnya, Mencari ilmu itu
wajib bagi setiap muslim. (H.R. Ibnu Majah). Pengertian mencari ilmu di sini,
adalah mencari ilmu agama Islam, hukumnya wajib bagi laki-laki dan
perempuan.
2). Fardhu kifayah : adalah ilmu yang memperdalam ilmu-ilmu syariat dengan
mempelajari, menghafal, dan membahasnya. Misalnya spesialisasi dalam ilmu-
ilmu yang dibutuhkan umat Islam, seperti sistem pemerintahan, hukum,
kedokteran, perekonomian, dan lain-lain. Tapi jika sebagian dari mereka ada
yang mengerjakannya, maka gugurlah kewajiban dari yang lainnya. Sedangkan
jika tidak ada seorang pun yang melakukannya, maka semua menanggung
resikonya.
Inilah yang diserukan Allah SWT dalam firman-Nya, Tidak sepatutnya bagi
orang-orang mukmin pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi
dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya. (Q.S. At-Taubah [9]: 122).
Bahwa tidak ada jalan untuk mengenal Allah, meraih ridha-Nya serta menggapai
keuntungan dan kedekatan dengan-Nya, kecuali dengan ilmu. Ilmu adalah
cahaya yang dengannya Allah mengutus para Rasul, menurunkan kitab-kitab,
dan dengannya pula memberi petunjuk dari kesesatan dan kebodohan. Dengan
ilmu terungkaplah seluruh keraguan, khurafat dan kerancuan. (Q.S. Al Maidah
[5]: 15-16) dan (Q.S. Al-Araf [7] : 157).
Allah SWT dan Rasul-Nya telah pula menentukan pedoman bagi kita hingga
akhir zaman, barangsiapa yang berpegang teguh kepada Al Quran dan As
Sunnah (Hadis) Sahih, tidak akan sesat selamanya. Sebagaimana firman Allah
SWT :
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Taatilah Rasul(Nya), dan ulil
amri di antara kamu, kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rosul (sunnahnya), jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya . (Q.S. An Nisa [4] : 59). Dan
hadits nabi Saw.
Banyak jalan untuk menuntut ilmu agama. Antara lain mengikuti majelis taklim
yang istiqomah mengkaji Al Quran dan As Sunnah sahih di berbagai tempat dan
media. Ilmu agama ada di Quran , Tafsir Quran, juga hadis-hadis sahih, yang
sudah diterjemahkan. Jika kita tidak memahami ilmu agama Islam, bagaimana
kita bisa tahu mana perintah dan larangan Allah ? Bagaimana kita bisa tahu
ibadah yang kita lakukan itu sah dan diterima Allah ? Tapi umat Islam juga
jangan sembarangan menimba ilmu. Salah-salah memilih sumber ilmu, maka
kelak ilmu yang dimiliki itu akan tersesat.
Mencari ilmu merupakan kewajiban setiap manusia. Tanpa ilmu kita tidak bisa
menjalani hidup ini dengan baik. Orang yang tidak memiliki ilmu biasanya akan
di manfaatkan oleh orang lain. Bahkan, orang yang tak berilmu itu akan
dibodohi oleh orang lain. Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang diberi akal
dan pikiran carilah ilmu demi kelangsungan hidup yang lebih baik.
Dari keduanya ada yang berupa Ilmiah Teoritis, dan ada yang Ilmiah Praktis
1. Ilmu Syariat
2. Ilmu Akal
5. Orang berilmu adalah orang yang takut Allah SWT, sebagaimana dalam
firmannya: (. sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hambanya
hanyalah orang-orangyang berilmu). (QS. Fathir 25).
7. Ilmu merupakan tanda kebaikan Allah kepada seseorang Barang siapa yang
Allah menghendaki kebaikan padanya, maka Allah akan membuat dia paham
dalam agama, (HR Bukhari dan Muslim).
Meninggalkan beramal dengan ilmu bisa jadi mubah. Seperti tidak mengikuti
Rasulullah dalam perkara-perkara yang merupakan kebiasaan Rasulullah yang tidak
disunnahkan atau diwajibkan bagi kita untuk menirunya, seperti tatacara berjalan, warna
suara dan semisalnya.
(
)
Ucapan ini mengandung makna yang dalam. Seseorang mempunyai ilmu namun tidak
diamalkan maka ia tetap dikatakan jahil (bodoh). Mengapa? Karena tidak ada yang
membedakan antara dirinya dengan orang yang jahil (bodoh) jika dia memiliki ilmu tapi dia
tidak mengamalkan ilmunya. Seseorang yang berlimu tidak dikatakan alim / ulama yang
tulen kecuali jika ia mengamalkan ilmunya.
:
Seorang hamba tidak akan beranjak dari tempatnya pada hari kiamat nanti hingga
ia ditanya tentang empat hal -diantaranya-: tentang ilmunya, apa yang telah ia amalkan
darinya. [Hadits dikeluarkan oleh At-Tirmidzy beliau berkata: "hadits hasan shahih.[6]
Setelah kita mengkaji bersama, maka kita dapati betapa urgennya hal ini. Bisa
dikatakan sebagai sebuah determinasi yang menyebabkan manusia mendapat kemuliaan yang
besar ataukah kehinaan yang sangat rendah.
Adakalanya seorang hamba memperoleh suatu nilai dan kedudukan yang sangat tinggi
disisi Robb-Nya karena ilmu yang telah ia amalkan di dalam kehidupannya. Dan adapula
seorang hamba yang merugi, tertimbun dalam api penyesalan lantaran tidak mengamalkan
ilmunya.
Maka sebagai tholabul ilm, hendaknya kita harus lebih berhati-hati. Jangan sampai
ilmu yang kita dapatkan saat ini kelak akan menjadi sebuah bumerang mengerikan yang
menyeret kita ke dalam api neraka.Naudzu billahi min dzalik
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
bersabda:
(Riwayat Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari
Anas bin Malik)
Tidak samar bagi setiap muslim akan kedudukan ulama dan tokoh agama,
serta tingginya kedudukan, martabat dan kehormatan mereka dalam hal
kebaikan mereka sebagai teladan dan pemimpin yang diikuti jalannya
serta dicontoh perbuatan dan pemikiran mereka. Para ulama bagaikan
lentera penerang dalam kegelapan dan menara kebaikan, juga pemimpin
yang membawa petunjuk dengan ilmunya, mereka mencapai kedudukan
al-Akhyar (orang-orang yang penuh dengan kebaikan) serta derajat orang-
orang yang bertaqwa. Dengan ilmunya para ulama menjadi tinggi
kedudukan dan martabatnya, menjadi agung dan mulia kehormatannya.
B. Saran