UNIVERSITAS TADULAKO
2014
Dalam masyarakat yang sudah maju, agama yang dianut bukan lagi animisme,
dinamisme, politeisme, atau henoteisme, tetapi agama monoteisme, agama tauhid. Dasar
ajaran agama monoteisme adalah Tuhan Satu, Tuhan Maha Esa, dengan demikian Tuhan
tidak lagi merupakan Tuhan Nasional akan tetapi Tuhan Internasional, tuhan semua
bangsa di dunia ini dan bahkan Tuhan alam semesta. Disinilah Islam mengambil posisi
sebagai agama tauhid yang hanya menhakui adanya satu tuhan yaitu Allah SWT, yang
merupakan inti dari ajaran agama Islam yang terumuskan dalam kalimat tauhid La
ilaha illallah. Dan keyakinan atau keimanan yang merupakan pengembangan dari
kalimat tauhid di atas sering disebut dengan Aqidah.
Aqidah dalam bahasa Arab (dalam bahasa Indonesia ditulis akidah), menurut
etimologi, adalah ikatan, sangkutan. Disebut demikian, karena ia mengikat dan menjadi
sangkutan atau gantungan segala sesuatu.
Dalam pengertian teknis artinya iman atau keyakinan. Akidah Islam (aqidah
Islamiyah), karena itu ditautkan dengan rukun iman yang menjadi asas seluruh ajaran
Islam. Kedudukannya sangan sentral dan fundamental, menjadi asas dan sekaligus
sangkutan atau gantungan segala sesuatu dalam Islam. Juga menjadi titik tolak kegiatan
seorang muslim.
Akidah Islam berawal dari keyakinan kepada Zat Mutlakk Yang Maha Esa yang
disebut Allah. Allah Maha Esa dalam zat, sifat, perbuatan wujud-Nya itu disebut tauhid.
Tauhid menjadi inti rukun iman dan prima causa seluruh keyakinan Islam.
Allah mempunyai kehendak, sebagai bagian dari sifat-Nya, maka orang yakin
pula adanya (para) Malaikat yang diciptakan Allah (melalui perbuatan-Nya) untuk
melaksanakan dan menyampaikan kehendak Allah yang dilakukan oleh malaikat Jibril
kepada para Rasul-Nya, yang kini dihimpun dalam kitab-kitab suci. Namun, perlu
segera dicatat dan diingat bahwa kitab suci yang masih murni dan asli memuat
kehendak Allah, hanyalah Al-Quran. Kehendak Allah itu disampaikan kepada manusia
melalui manusia pilihan Tuhan yang disebut Rasulullah atau utusan-Nya. Konsekuensi
logisnya adalah kita meyakini pula adanya para rasul yang menyampaikan dan
menjelaskan kehendak Allah kepada umat manusi, untuk dijadikan pedoman dalam
hidup dan kehidupan. Hidup dan kehidupan ini pasti akan berakhir pada suatu ketika,
sebagaimana dinyatakan dengan tegas oleh kitab-kitab suci dan oleh para rasul itu.
Akibat logisnya adalah kita yakin adanya Hari Akhir, tatkala seluruh hidup dan
kehidupan seperti yang ada sekarang ini akan berakhir. Pada waktu itu kelak Allah Yang
Maha Esa dalam perbuatan-Nya itu akan menyediakan suatu kehidupan baru yang
sifatnya baqa (abadi), tidak fana (sementara) seperti yang kita lihat dalam alam
sekarang.
Dalam uraian singkat tersebut di atas, tampak logis dan sistematisnya pokok-
poko keyakinan Islam terangkum dalam istilah Rukun Iman. Pokok-pokok keyakinan
atau Rukun Iman ini merupakan akidah Islam. Secara singkat, Rukun Iman akan
diuraikan sebagai berikut;
a. Keyakinan (Iman) Kepada Allah berarti yakin dan percaya dengan sepenuh hati
akan adanya Allah, keesaan-Nya serta sifat-sifat-Nya yang sempurna. Konsekuensi
dari pengakuan ini adalah mengikuti tanpa reserve petunjuk/tuntunan/bimbingan
Allah dan Rasul-Nya yang tersebut dalam Al-Quan dan Hadits Nabi, menjalankan
ibadah sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan As-Sunnah (Masjfuk Zuhdi; 1993:11)
b. Keyakinan pada para malaikat
Malaikat adalah makhluk gaib, tidak dapat ditangkap pancaindera manusia. Akan
tetapi, dengan izin Allah malaikat dapat menjelmakan dirinya seperti manusia,
seperti malaikat Jibril menjadi manusia dihadapan Maryam, ibu Nabi Isa as (Q.S.
Maryam (19): 16-17). Karena malaikat itu makhluk Allah yang gaib, maka yang
dituntut dari seorang yang beriman kepada Allah hanya wajib percaya adanya.
Tidak perlu untuk membuktikan adanya malaikat. Untuk mengetahui bahwa
malaikat itu ada dan diciptakan oleh Allah, seorang mukmin wajib percaya/yakin
pada keterangan-keterangan tentang malaikat ini dari sumber yang otentik yaitu Al-
Quran dan Al-Hadits. Di dalam Al-Qran tidak dijelaskan asal kejadian malaikat,
akan tetapi memberikan keterangan berupa tugas dan sifat malaikat, antara lain;
Selalu taat dan patuh kepada Allah, tidak pernah maksiat kepada Allah. Keterangan
ini dapat dibaca dalam Al-Quran ayat 6 Surat At-Thamrin.
Para malaikat mempunyai tugas tertentu di alam gaib dan di alam dunia. Tugas
malaikat di alam dunia antara lain:
- Menyampaikan wahyu Allah kepada manusia melalui para Rasul-Nya,
- Mengukuhkan hati orang-orang yang beriman,
- Memberi pertolongan kepada manusia,
- Membantu perkembangan rohani manusia,
- Mendorong manusia untuk berbuat baik,
- Mencatat perbuatan manusia, dan
- Melaksanakan hukuman Allah.
Kewajiban untuk percaya pada malaikat dinyatakan dengan tegas oleh Allah dalam
firman-Nya di dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 177:
Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap yang
menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh manusia.
Orang yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah (tuhan) di dalam Al-
Quran konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu Allah, dan selain Allah. Subjektif
(hawa nafsu) dapat menjadi ilah (tuhan). Benda-benda seperti : patung, pohon, binatang,
dan lain-lain dapat pula berperan sebagai ilah. Demikianlah seperti dikemukakan pada
surat Al-Baqarah (2) : 165, sebagai berikut:
Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai tandingan terhadap
Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai Allah.
Jika kepada mereka ditanyakan, Siapa yang menciptakan lagit dan bumi, dan
menundukkan matahari dan bulan? Mereka pasti akan menjawab Allah.