DAFTAR ISI
Halaman
Kata pengantar ....................................................................................... 2
Pendahuluan ............................................................................................ 3
Penggolongan gulma ............................................................................... 7
Reproduksi dan penyebaran gulma .......................................................... 17
Perkecambahan dan penguasaan ruang ................................................... 23
Taksonomi dan identifikasi gulma .......................................................... 27
Dasar teori dan metode ............................................................................ 31
Gulma invasive ....................................................................................... 34
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang memberikan kesehatan dan
keselamatan kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas resum mata
kuliah ilmu gulma ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Sebagai dosen pembimbing
dalam mata kuliah Ilmu Gulma ini.
Kepada seluruh rekan rekan yang banyak membantu tim penulis di dalam
menyelesaikan tugas ini, penulis mengucapkan terima kasih semoga Allah
membalas semuanya dan di beri kemudahan untuk masa depan nanti.
Akhirnya, penulis sangat mengharapkan agar tugas ini bermanfaat bagi kita semua
baik masa kini maupun masa yang akan datang. Amin.
Penulis
1. PENDAHULUAN
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
Memahami pengertian gulma
Memahami penggolongan gulma
Memahami reproduksi dan penyebaran gulma
Memahami perkecambahan dan penguasaan ruang
Mengetahui Taksonomi dan identifikasi gulma
Mengetahui dasar teori dan metode
Mengetahui gulma invasive
Pengertian Gulma
Gulma: tumbuhan yang mampu beradaptasi (liar atau sengaja ditanam) dan
menyebabkan gangguan pada pertanaman secara langsung atau tidak langsung
terhadap tanaman dan aktivitas manusia dalam pengelolaan tanaman
Penilaian Kerusakan
Kerusakan dan kerugian akiibat gulma tidak sepanjang waktu kelihatan dan mudah
dikenal. Jika dihitung, kerugian yang disebabkan oleh gulma diperlukan suatu
persamaan yang memerlukan: 1) nilai kerugian tanaman budidaya, 2) biaya
pengendalian, kerusakan lingkungan, 2) pengaruh terhadap kesehatan manusia, 3)
kerugian ternak, 4) pengaruh terhadap kualitas kehidupan dan lingkungan, dan 5)
faktor-faktor lain.
2. PENGGOLONGAN GULMA
A. Defenisi Gulma
Definisi gulma secara umum adalah semua vegetasi tumbuhan yang menyebabkan
gangguan pada lokasi tertentu, menimbulkan kerugian terhadap keinginan manusia
serta dapat menurunkan produksi secara kualitas dan kuantitas.
Sedangkan menurut pendapat masyarakat menganggap bahwa gulma itu
merupakan tumbuhan yang tidak dikehendaki manusia atau semua tumbuhan dari
tanaman budidaya dan masih banyak lagi pendapat- pendapat lain.
Morfologi
Biokimia Fisiologi
Persaingan Alelopati
Variabel
Grasses
(famili Graminase)
Sedges
(famili Cyperaceae)
Batang
Bulat/pipih
Segitiga/pipih
Pelepah daun
Ada
Tidak ada
Kondisi pelepah daun
Robek
Bila ada utuh
Lidah daun
Ada
Tidak ada
Telinga daun
Ada
Tidak ada
Kedudukan daun
Berseling
Berjejal pada pangkal
Kedudukan bunga
Pada butir
Pada anak bulir
Variabel
Broadleaf weeds
Grasses dan sedges
Kenampakan titik tumbuh
Muncul/tampak
Tidak selalu
Macam titik tumbuh
Apikal dan lateral
Apikal,lateral dan interkalar
Tipe akar
Tunggang
Serabut
Percabangan batang
Bercabang/tidak
Umumnya tidak
Tipe daun
Tunggal/majemuk
Tunggal
Kedudukan daun
Bertangkai/tidak
Tidak bertangkai/duduk
Tumbuhan
Dikotil/ferm
Monokotil
Contoh
Typhonium trilobatum
Cyperus difformis
Bantuan alam
a. Anemochory (angin)
Terjadi pada biji gulma yang memiliki organ khusus seperti sayap, perasut, bulu-
bulu halus dll. Biji berukuran kecil dan mudah terbawa angin. Ex : Imperata
ccylindrica, Chromonaela odorata, Erectites valenrianifolla dll.
b. Hydrochory
Organ vegetatifatau generatif dapat terbawa oleh air baik air hujan, irigasi, sungai
dll. Memiliki organ khusus sehingga mudah terapung. Biji tipis dan ringan, ex :
Limnocharis flava. Fragmentasi batang, ex: Salvinia molesta, Pista stratiotes.
b. Ornithochory
Daging buah manis dan lekat, ex : Lorantus pentapetales, Ficus benghalensis.
c. zoochory
Endozoochory
Melalui bagian perut pencernaan namun biji tidak bisa dicerna. Ex: Paspalum
conjegatum, Hypericum perforatum, Cynodon dactylon.
Extozoochory / epizoochory
Menempel pada bagian luar (bulu, kaki, mulut) biji ada alat pengait. Ex :
Andropogon aciculatus, Triumfetta laputa dll.
Antropochory
Secara sengaja dimasukkan atau sengaja dibawa. Ex : Lantana camara, Eichhornia
crassipes, Salvinia molesta, Mimosa invisa. Tidak sengaja dibawa melalui hasil
tanaman, benih, makanan ternak, jerami.
4. PERKECAMBAHAN DAN PENGUASAAN RUANG
A. Pengertian Perkecambahan
Perkecambahan adalah proses pertumbuhan dan perkembangan embrio pada
tumbuhan. Perkecambahan merupakan permulaan atau awal pertumbuhan embrio
di dalam biji. Biji yang berkecambah dapat membentuk plumula karena di dalamnya
mengandung embrio. Embrio mempunyai 3 bagian, yaitu radikula (akar lembaga),
kotiledon (daun lembaga), dan kaulikalus (batang lembaga).
B. Tipe Perkecambahan
Terdapat dua tipe pertumbuhan awal dari suatu kecambah tanaman yaitu :
1. Tipe Epigeal (epigous) dimana munculnya radikal diikuti dengan
memanjangnya hipokotil secara keseluruhan dan membawa serta kotiledon dan
flumula keatas permukaan tanah.contoh nya Ceri (Prunus Cerasus), Kacang merah
(Phaseous vulgaris), Jarak (Rhicinus comunnis), dll.
2. Hipogeal (hipogeous), dimana munculnya radikel diikuti dengan
pemanjangan plumula, hipokotil tidak memenjang keatas permukaan tanah
sedangkan kotiledon tetap berada didalam kulit biji dibawah permukaan tanah.
Contoh : Peach (Prunus presica), Ercis ( Pisums ativum), Palem ( Palmae sp) dan
semua famili graninae seprti jagung (Zea mays).
Nomenklatur (Nomenclature):
penamaan group organisme menurut tata nama baku
Taksonomi: proses pengidentifikasian, pengenalan, penelitian, atau menentukan
kembali sebuah takson organisme untuk publikasi secara ilmiah menurut ketentuan
tata nama yang berlaku dalam bidang biologi.
Simpson, 2006
Identifikasi:
Mengenal karakter/ciri-ciri yang dapat untuk menentukan takson, Menentukan
jenis, sehingga dapat digunakan untuk proses kegiatan ilmiah selanjutnya.
Istilah-istilah:
Ciri-ciri/Feature= karakter/character
Dua atau lebih karakter disebut character state
Contoh:
character _ bentuk daun
character state _ elliptic, lanceolate, and ovate
3. Acak Bertingkat
Dilakukan apabila gulma sangat beragam
Areal Lahan dibagi menjadi strata dengan fisionomi yang sama
Pengambilan sampel secara proporsional
Stratumnya luas sampel banyak
Stratumnya sempit sampel sedikit
Pengambilan sampel dapat secara langsung dan tidak langsung
4. Beraturan / Sistematis
Meletakkan petak contoh secara beraturan, jarak yang sama
Lebih memiliki kondisi lahan yang diamati
METODE ANALISIS
1. Estimasi Visual
Subjektif ditentukan kemampuan visual
Untuk penghitungan dominansi gulma dalam % penyebaran
Penyebaran spesies dapat dikategorikan:
Kelas 1 = penyebaran sangat jarang
Kelas 2 = penyebaran jarang
Kelas 3 = penyebaran setempat-setempat
Kelas 4 = penyebaran melimpah
Kelas 5 = penyebaran sangat melimpah
2. Kuadrat
ukuran luas (kuadrat, misalnya cm2, m2)
bentuk petak contoh: bujursangkar, persegi panjang, lingkaran
berdasarkan penggunaannya:
Kuadrat permanen untuk mempelajari suksesi
Kuadrat tidak permanen.
3. Garis
petak contohnya memanjang
tali panjang dengan sinpul-simpul yang berjarak sama
gulma yang terdapat di sekitar simpul dicatat kerapatan, dominansi, dan
frekuensinya
4. Titik
kerangka dengan skala yang teratur 5-10 cm
\ skala teratur tersebut berlubang dapat dimasuki jarum
gulma yang terkena jarum dicatat
Data
1. Kualitatif
Data kualitatif meliputi, Life span (daur hidup), Sosiobilitas , Stratifikasi, Periodisitas
, Vitalitas.
2. Kuantitatif
Data kuantitatif meliputi, Kerapatan Mutlak (KM), Dominasi Mutlak (DM), Frekuensi
Mutlak (FM), Summed Dominance Ratio (SDR), Koefisien Komunitas (C) atau Indeks
Kesamaan (IS), Indeks Shannon-Weaver (H).
5. GULMA INVASIVE
Perkembangan ilmu gulma saat ini tidak hanya terfokus pada gulma yang sudah
umum terjadi di lingkungan pertanian, namun juga pada gulma-gulma yang baru
dan memiliki pertumbuhan yang cepat sehingga mendominasi suatu wilayah
tertentu. Gulma tersebut diberi istilah Invasive Alien Species. Menurut CBD
(Convention on Biological Diversity), gulma dikategorikan Invasieve Alien Species
(IAS) apabila memiliki criteria sebagai berikut:
1. Spesies yang diintroduksi secara sengaja maupun tidak disengaja di luar
habitatnya
2. Memiliki kemampuan membentuk diri, menyerang, berkompetisi dengan
spesies asli dan mengambil alih lingkungan barunya
3. Penyebarannya merupakan ancaman bagi upaya konservasi dan
pemanfaatan berkelanjutan keanekaragaman hayati pada skala lokal, regional dan
global
Gulma yang tergolong invasive alien spesies yang dijumpai di Indonesia
antara lain sebagai berikut:
1. Acasia nilotica
Gulma Acasia nilotica merupakan spesies asli dari Africa yang pada tahun1850
diintroduksi ke Jawa. Pada tahun 1900 spesies ini sudah dijumpai di Bogor dan
Jakarta, pada tahun 1931 dijumpai di Pasuruan, dan pada tahun 1985 sudah
dijumpai di Pulau Timor. Pada tahun 1969, spesies ini diintroduksi di Taman Nasional
Baluran sebagai tanaman pagar untuk hutan jati dari api di savanna.
Pada tahun 1980 invasi kecil sudah dilaporkan dan dalam waktu singkat menjadi
ekspansive. Dampak ekologi yang terjadi antara lain spesies tersebut menginvasi
hampir seluruh areal savana yang merupakan sumber pakan utama bagi satwa
mamalia terestrial (banteng, rusa, dan kerbau liar) sehingga terjadi kompetisi antar
satwa yang mengakibatkan populasi banteng menurun. Pada tahun 1993 dilaporkan
12000 ha savanna terinvasi oleh spesies tersebut dan pada tahun 1996 telah
meluas sampai 5000 ha. Kondisi tersebut menimbulkan dampak ekonomi yaitu
adanya biaya tinggi untuk menanggulangi penyebaran Acacia niloticadan untuk
memulihkan kembali fungi ekologis yang telah berubah.
2. Austroepatorium inulifolium
Gulma A. inulifolium merupakan spesies asli Amerika tropik yang didatangkan ke
Kebun Raya Bogor. Saat ini gulma ini banyak dijumpai Jawa Barat, umumnya di
kebun teh, banyak juga dijumpai di Cibodas, Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango. Gulma A. inulifoliumdi Bengkulu dijumpai dan mengganggu tanaman
kehutanan, perkebunan, tanaman tahunan dan sisi kanan kiri jalan raya.
3. Chromolaena odorata
Gulma C. odorata merupakan spesies asli Amerika Selatan dan Tengah. Gulma
tersebut secara agresif menginfasi ladang penggembalaan dan tanaman
perkebunan, merupakan gulma utama pada berbagai lingkungan yang dapat
menekan vegetasi lain. Gulma C. odorata di Indonesia pertama kali dilaporkan di
Lubuk Pakam, Sumatra Utara pada tahun 1934. Gulma ini menyebar sangat cepat
dan saat ini menyebar ke seluruh pulau dari Aceh sampai Papua. Gulma C. odorata
menginvasi taman nasional Pananjang, Pangandaran, Ujung Kulon, dan padang
rumput Nusa Tenggara.
4. Clibadium surinamense
Gulma C. surinamense merupakan spesies asli Amerika tropik. Spesies tersebut
ternaturalisasi sejak lama di Jawa dan koleksi pertama kali dijumpai pada tahun
1888. Di Sumatera dilaporkan dijumpai tahun 1931. Saat ini spesies C.
surinamense umum dijumpai di Sumatera, juga dicatat dari Gimpu, Sulawesi
Tengah. Gulma C. surinamense dijumpai kelimpahannya di lahan pertanian, sisi
jalan, dan hutan sekunder muda.
5. Eichornia crassipes
Gulma eceng gondok (E. crassipes) diintroduksi dari pesisir Amazone sebagai
tanaman hias di danau Kebun Raya Bogor padatahun 1886. Dalam waktu cepat,
spesies tersebut menyebar ke seluruh Indonesia. Hampir semua perairan di
Indonesia terinvasi oleh eceng gondok. Di Jawa Tengah, gulma ini menginvasi
hampir seluruh permukaan rawa pening.
6. Eupatorium sordidum
Gulma E. sordidum merupakan spesies asli Meksiko yang diintroduksi ke Jawa
Barat sebagai tanaman hias. Spesies ini berkembang sangat cepat dan saat ini
menjadi masalah di Taman Nasional Gede Pangrango pada ketinggian 1400-17000
m dpl.
7. Hydrilla verticillata
Gulma spesies H. verticillata merupakan gulma perairan. Gulma ini dilaporkan
dijumpai pada daerah perairan terbuka ditiga pulau yaitu pulau Jawa, Sulawesi, dan
Sumatera.
8. Mikania micrantha
Spesies M. micrathapada tahun 1949 diimpor dari Paraguay dan ditanam di Kebun
Raya Bogor. Pada tahun 1956 spesies ini diintroduksi sebagai tanaman penutup
tanah non legum di perkebunan karet. Pada tahun 1976 spesies M. micranthatelah
menjadi gulma dan mengokupasi sebagaian besar kebun karet dan tersebar luas di
lahan pertanian di Jawa Timur dan Barat serta Sumatera Selatan.
9. Mimosa diplotrica
Spesies M. invisa merupakan spesies asli Brasil dan menyebar luas diIndonesia.
Saat ini spesies M. invisa banyak dijumpai pada daerah terbuka maupun lahan
ternaungi, di daerah irigasi, sisi jalan, padang rumput, lahan pertanian, perkebunan
tebu dan kelapa.