Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN (PJOK)


TENIS MEJA DAN LEMPAR LEMBING

Makalah ini diajukan oleh kelompok Satu untuk memenuhi tugas yang diberikan
oleh Bapak Mualip sebagai guru mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan
kesehatan (PJOK)
Disusun oleh:

1. Ajeng Lintang Permata A.


2. Arya Dwiki
3. Bobi Pratama
4. Dina Rohmatika
5. Dinda Nopiani
6. Elza Khonita

SMA ISLAM TAALLUMUL HUDA BUMIAYU


TAHUN PELAJARAN 2017

1
2

KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang mana berkat rahmat dan
karunia-Nya lah kami dapat menyesaikan penulisan Makalah PJOK yang berjudul
TENIS MEJA DAN LEMPAR LEMBING yang penulis susun untuk memenuhi
salah satu tugas Mata Pelajaran Penjaskes. Tak lupa shalawat dan salam semoga
tetap tercurah pada Nabi akhir zaman Muhammad SAW, kepada keluarga, para
sahabat dan seluruh umatnya.
Penulis mengakui dalam makalah ini mungkin masih banyak terjadi
kekurangan sehingga hasilnya jauh dari kesempurnaan. Penulis sangat berharap
kepada semua pihak kiranya memberikan kritik dan saran yang sifatnya
membangun.
Besar harapan penulis dengan terselesaikannya makalah ini dapat
menjadi bahan tambahan bagi penilaian guru bidang studi Penjaskes dan mudah-
mudahan isi dari makalah penulis ini dapat di ambil manfaatnya oleh semua pihak
yang membaca makalah ini. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini sehingga
makalah ini terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya Penjaskes.
Penyusun

Kelompok satu
3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan merupakan program
pengajaran yang sangat penting dalam pembentukan kebugaran para siswa.
Pembelajaran olahraga dan kesehatan ini diharapkan dapat mengarahkan
siswa untuk dapat beraktivitas olahraga agar tercipta generasi muda yang
sehat dan kuat. Pendidikan jasmani dan kesehatan yang diajarkan di sekolah-
sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam berbagai hal
diantaranya : Memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung
dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktifitas jasmani, permainan, dan
cabang olahraga terpilih yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan
pengalaman belajar yang diarahkan untuk membina fisik, perkembangan
watak, keterampilan gerak, kepribadian yang harmonis dan sekaligus
membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat.
Pendidikan jasmani merupakan media untuk membina anak agar
kelak mereka mampu membuat keputusan terbaik tentang aktivitas jasmani
yang dilakukan dan menjalani pola hidup sehat di sepanjang hayatnya. Tujuan
ini tercapai jika melalui penyediaan pengalaman langsung dan nyata berupa
aktivitas jasmani. Aktivitas Jasmani itu dapat berupa permainan atau olahraga
yang terpilih. Penjasorkes merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan
aktivitas jasmani dan direncanakan secara sistematik bertujuan untuk
meningkatkan individu secara organik, neuromuscular, perseptual, kognitif,
social, dan emosional. (Adang Suherman 2000:22).
Pendidikan Jasmani, Olahraga,dan Kesehatan bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
1. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya
pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup
sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih.
2. Meningkatkan pertumbuhan fisik pengembangan psikis yang lebih baik.
3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar.
4

4. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-


nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan
kesehatan.
5. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab,
kerjasama, percaya diri dan demokratis.
6. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri
orang lain dan lingkungan.
Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang
bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna,
pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.
Salah satunya adalah olahraga tenis meja dan lempar lembing adalah salah
satu sarana yang dapat menunjang proses pencapaian pendidikan secara
integral. Menyadari akan hal itu, pelatih harus benar-benar mampu
menciptakan suatu pelatihan agar anak didik memiliki pengetahuan,
keterampilan dan potensi yang tinggi.
Permainan tenis meja adalah salah satu cabang olahraga yang banyak
digemari masyarakat luas, baik itu anak kecil, remaja, maupun dewasa. Pada
dasarnya olahraga tenis meja termasuk salah satu olahraga yang popular di
Indonesia selain olahraga yang lain seperti sepakbola dan bulutangkis, dari
kota hingga desa hampir selalu ada sarana bermain tenis meja. Sekarang ini,
perkembangan tenis meja makin pesat, sehingga persaingan prestasi makin
bertambah ketat.
Oleh karena itu, pemain tenis meja pada dasarnya membutuhkan
kemampuan untuk melakukan berbagai macam pukulan dan keterampilan
memainkan raket atau bed. Para pelatih diharapkan dapat memberikan latihan
berbagai macam pukulan dasar yang ada dalam permainan tenis meja agar
anak asuhnya dapat mencapai sukses dalam pertandingan. Komponen yang
penting dalam mempersiapkan atletnya adalah program latihan teknik
meliputi teknik pegangan, teknik pukulan dan teknik bermain. Latihan taktik
meliputi taktik bermain tunggal dan ganda, cukupkan latihan mental dengan
cara banyak melakukan uji tanding. Hal inilah yang disebut pendekatan
ilmiah dalam pembinaan tenis meja.
5

Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang tertua, yang telah
dilakukan manusia sejak jaman purba sampai dewasa ini. Bahkan boleh
dikatakan sejak adanya manusia di muka bumi ini atletik sudah ada, karena
gerakan-gerakan yang terdapat dalam cabang olahraga atletik, seperti
berjalan, berlari, melompat dan melempar adalah gerakan yang dilakukan
oleh manusia dalam kehidupannya sehari-hari. Atletik adalah suatu cabang
olahraga, bahkan disebut sebagai mother of sport atau ibu dari cabang-cabang
olahraga lainnya (Aip Syarifudin 1992:1), yang sudah diajarkan mulai dari
sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Dengan demikian cabang olahraga
atletik sudah sangat tidak asing lagi bagi para khalayak yang pernah
mengenyam pendidikan. Dalam atletik terdapat bemacam-macam nomor
yaitu jalan, lari, lempar dan lompat. Lempar adalah salah satu nomor yang
terdapat dalam cabang olahraga atletik yang selalu diperlombakan. Baik
didalam penyelenggaraan pesta-pesta olahraga yang bersifat nasional dan
internasional maupun dalam kejuaraan atletik sendiri. Lempar lembing adalah
salah satu nomor yang terdapat dalam nomor lempar pada cabang olahraga
atletik, sama seperti halnya tolak peluru. Lempar lembing diikutsertakan
dalam peserta Olimpiade sejak tahun 1908 sebagai nomor perorangan untuk
putra dan putri. (Aip Syarifuddin 1992:18).
6

BAB II
PEMBAHASAN

A. TENIS MEJA
1. Sejarah tenis meja
Permainan tenis meja mula-mula hanya dikenal sebagai pengisi
waktu senggang, sebagai hiburan atau hanya sebagai rekreasi saja. Permainan
ini sebenarnya berasal dari permainan tenis lapangan. Di abad kesembilan
belas ini, di mana permainan tenis meja, tenis lapangan, dan permainan bulu
tangkis sudah bermasyarakat di dataran Eropa terutama negara Inggris., Kita
mula-mula mengenal permainan ini dengan nama ping-pong, yaitu berasal
dari tiruan suara yang ditimbulkan oleh sentuhan bola dengan meja maupun
dengan raket yang lembut. Pada waktu itu biasanya dilakukan hanya sebagai
kegemaran yang tidak menentu. Kenyataan-kenyataan tersebut dijumpai pada
jangka waktu yang lama sehingga menandakan bahwa hal tersebut
merupakan gambaran atau ilustrasi mengenai kebiasaan yang dilakukan
dalam permainan ini di lingkungan rumah tangga atau di lingkungan keluarga
dalam kehidupan sehari-hari.
Pada permulaan abad kedua puluh, permainan ping-pong sedikit
demi sedikit mendapatkan beberapa bentuk permainan meskipun masih serba
kompleks. Orang-orang yang belum memahami benar permainan ini masih
menganggap bahwa permainan ping-pong hanya sekedar sebagai hiburan,
rekreasi atau hanya sebagai pengisi waktu luang. Jadi, pada waktu itu
permainan ping-pong belum dianggap sebagai salah satu cabang olahraga.
Pada tahun 1903 dikeluarkan suatu ketentuan mengenai pakaian yang
digunakan untuk pria dan wanita. Selain itu, diberikan juga beberapa
petunjuk teknis mengenai lapisan karet berbintik-bintik pada raket atau bet,
mengenai cara pegangan pena (penholder) pada raket serta teknik-teknik
permainan yang dilakukan.
Antara tahun 1905-1910 permainan ping-pong di Eropa Tengah
menjadi populer atau terkenal dan pada tahun-tahun tersebut permainan ping-
pong masuk di Asia, yaitu di Jepang kemudian menyebar pula ke Korea dan
ke Cina dengan bentuk yang lebih disempurnakan. Kemudian, dalam kurun
7

waktu tertentu permainan ini pernah berkurang penggemamya di Eropa, ini


terjadi pada permulaan tahun 1920 yang masih bertahan hanya di Wales dan
Inggris saja. Permainan ping-pong pada waktu itu telah terdaftar sebagai
nama resmi, kemudian selang beberapa waktu diberi nama "Table Tennis"
atau kita menyebutnya "Tenis Meja".
Setelah itu mulailah terbentuk persatuan-persatuan nasional,
standardisasi daripada peraturan-peraturan mulai disusun, baik di Eropa,
Asia, atau Timur Jauh. Enam puluh tahun kemudian tenis meja mulai
berkembang menjadi cabang olahraga yang banyak digemari di seluruh
dunia, jutaan pemain aktif mengikuti kompetisi yang teratur di seluruh dunia,
tidak termasuk pemain yang melakukan latihan tenis meja hanya sekedar
untuk menjaga kesegaran jasmani, pengisi waktu senggang, dan rekreasi.
Permainan tenis meja tidak banyak mengalami perubahan di tanah
air kita meskipun demikian di dalam perkembangannya dapat dirasakan
peningkatan, kecepatan, kelentukan, keterampilan serta daya tahan dari pada
para pemainnya yang menjadikannya lebih populer dalam jangka waktu 20
tahun terakhir ini. Sebuah organisasi yang mengatur tenis meja ialah
International Table Tennis Federation (ITTF) yang menjamin bahwa tenis
meja merupakan suatu cabang olahraga yang dipertandingkan.
Perkembangan teknologi modern akan bermanfaat dalam usaha
memajukan permainan ini sehingga dapat memberikan keuntungan-
keuntungan bagi para pemain yang berminat mendalaminya. Demikian juga
mengenai peralatan dan perlengkapan yang ada kaitanya dengan permainan,
misalnya permukaan raket yang telah ditentukan dengan mutlak dan tidak
dapat ditawar-tawar lagi. Aturan mengenai permukaan raket ini ditemukan
setelah mengadakan pertimbangan-pertimbangan yang dihasilkan dari
penelitian.
Perubahan-perubahan peraturan lain seperti halnya ukuran
tingginya jaring, peraturan untuk menghindari terjadi permainan yang lama
antar pemain bertahan dan peraturan yang menguntungkan bagi pembuka
bola telah ditetapkan sekitartahun 1930. Perubahan-perubahan mengenai
permainan tenis meja hanya bisa dilakukan oleh pertemuan umum Federasi
8

Tenis Meja Internasional yang diadakan setiap dua tahun sekali (ITTF
Biennial General Meeting), dengan persetujuan hasil musyawarah oleh
sebagian besar dari negara-negara peserta dalam pertemuan tersebut.
International Table Tennis Federation mempunyai anggota lebih dari seratus
dan setiap peserta mempunyai hak suara yang sama di dalam ITTF Biennial
General Meeting.
Permainan tenis meja pada taraf nasional maupun internasional
sama-sama memeras keringat seperti halnya dengan cabang olahraga lain.
Oleh karena itu, diperlukan tingkat kesegaran jasmani maupun konsentrasi
mental yang tinggi, ini hanya dapat dicapai melalui latihan-latihan berat yang
berguna untuk mengembangkan kemampuan serta keunggulan bakat-bakat
alamiah yang ada.
Fred Perry adalah juara tunggal tenis meja putra dunia pada tahun
1928 sampai 1929, dia mencapai prestasi yang sama di lapangan Law Tennis
(Tenis Lapangan) di Wimbledon; Inggris tahun 1929. Kepindahan Fred Perry
dari tenis meja ke tenis lapangan disebabkan kelambatan daya reaksi yang
menimpa dirinya untuk bergerak di belakang meja ping-pong. Meskipun
demikian, hendaknya kita bisa memaklumi bahwa suatu kenyataan di dalam
permainan tenis meja itu tidak seperti halnya pada cabang olahraga lain
karena bermain tenis meja memerlukan daya reaksi yang cepat dan
koordinasi kekuatan otot yang lebih halus serta akurat agar dapat mencapai
suatu permainan yang baik.
2. Pengertian Permainan Tenis Meja
Tenis meja merupakan sebuah permaian yang sederhana. Gerakan-
gerakan yang dilakukan dalam olahraga ini adalah konsisten memukul,
mengarahkan dan menempatkan bola ke meja lawan dan diharapkan pihak
lawan tidak dapat mengembalikan bola. Pada awalnya permainan ini
menggunakan bola karet, kemudian menggunakan gabus dan karet tiruan
(Salim, 2008: 9). Di Indonesia sendiri olahraga ini mulai di kenal sejak tahun
1930, pada waktu itu hanya orang-orang Belanda yang memainkan olahraga
ini di waktu luang dan rekreasi di balai-balai pertemuan.
9

Permainan tenis meja ini dimainkan di atas meja di mana bola dibolak-
balikkan sesegera mungkin dengan menggunakan pemukul (Hutasuhut, 1988:
4). Permainan tenis meja boleh dimainkan dengan ide menghidupkan bola
selama mungkin dan boleh dimainkan dengan ide secepat mungkin untuk
mematikan permainan lawan, tergantung dari tujuan permainan itu sendiri.
Permainan ini diawali dengan pukulan pembuka (service) yaitu, bola
dipantulkan di meja senditi lalu melewati atas net dan memantul di meja
lawan, sampai lawan tidak dapat mengembalikan bola. Pada permainan ini
pemain berusaha untuk mematikan pukulan lawan agar memperoleh angka
dari pukulannya. Permainan tenis meja dapat dimainkan baik orang tua,
remaja, maupun anak-anak. Olahraga ini mudah dimainkan, sarana dan alat
seperti raket, net, bola, bad dan meja sebagai tempat bermain tidaklah
membutuhkan biaya yang mahal dibanding olahraga lainnya. Menurut Salim
(2008: 15-25), permainan tenis meja memerlukan peralatan dan kostum
antara lain: bad atau raket (pemukul bola), net, meja, bola, kostum dan sepatu.
Tenis meja adalah suatu cabang permainan bola kecil yang dilakukan
di permukaan meja yang disebut tempat bermain, dengan bentuk empat
persegi panjang. Dengan ukuran panjang 2,74 m, lebar 1,525 m dan harus
terletak pada bidang horizontal dengan ketinggian 76 cm dari lantai.
Permukaan meja boleh terbuat dari apa saja namun harus menghasilkan
pantulan yang sama sekitar 23 cm ketika bola standart di jatuhkan dari
atasnya dengan ketinggian 30 cm. dengan tinggi net 15,25 dari permukaan
meja. Serta menggunakan bola bulat diameternya 40 mm dan berat bola 2,7
gram sebagai alat pemukul adalah bad (Hutasuhut, 1988: 11-13).
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
permainan tenis meja merupakan suatu permainan yang menggunakan meja
sebagai tempat untuk memantulkan bola yang dipukul oleh pemain dan harus
mampu menyeberangkan bola serta mengembalikan bola ke daerah lawan
setelah bola memantul di daerah permainan sendiri. Dengan demikian
pemanfaatan waktu dan kesempatan berlatih diharapkan anak-anak dapat
menjadi petenis meja yang berprestasi.
10

3. Teknik Bermain Tenis Meja


Agar dapat bermain tenis meja dengan baik dan berprestasi secara
optimal, pemain diwajibkan menguasai semua teknik pukulan dasar. Ada
beberapa macam teknik pukulan dasar tenis meja yang semua teknik tersebut
sangat mendukung dalam permainan. Sehubungan dengan hal itu diperlukan
keterampilan dasar yang baik dan benar selain didukung pula oleh faktor-
faktor lainnya. Menurut Achmad Damiri dan Nurlan Kusmaedi (1992: 30)
pada pokoknya teknik dasar permainan tenis meja dapat dibedakan menjadi:
(a) pegangan (Grip), (b) sikap atau posisi bermain (Stance).
a. Pegangan (Grip)
Teknik memegang bad merupakan langkah awal paling penting
dalam belajar olahraga tenis meja. Jika sejak awal cara memegang bad
sudah salah, kemungkinan seorang pemain tersebut akan menghadapi
kesulitan dalam latihan teknik bermain selanjutnya. Menurut Achmad
Damiri dan Nurlan Kusmaedi (1992: 30-35), dua pegangan yang sering
digunakan dalam permainan tenis meja, yaitu: 1) Shakehand grip, 2)
Penhold grip. Adapun cara memegang shakehand grip jari-jari tangan
tersusun seperti cukup berjabat tangan. Ibu jari dan telunjuk terletak
parallel menjepit daun raket, cukup jari lainnya secara bersamaan
memegang tangkai bad. Kedua cara memegang bad tersebut memp unyai
kelebihan dan kekuran gan, sehing ga sulit untuk memast ikan cara
memegang raket mana yang lebih baik.
b. Sikap atau Posisi Bermain (Stance)
Stance disini berarti posisi kaki, badan dan tangan pada saat siap
menunggu bola atau pada saat memukul bola. Menurut Achmad Damiri
(1992: 40-43), ada beberapa stance yang bisa digunakan dalam
permainan tenis meja, yaitu:
1) Square Stance
Square stance adalah posisi badan menghadap penuh ke meja,
biasanya posisi ini digunakan untuk siap menerima servis dari lawan
atau siap kembali setelah mengembalikan pukulan dari lawan. Pada
waktu melakukan square stance, berat badan seimbang, berada pada
11

kedua telapak kaki, kedua lutut bengkok, kedua lengan bawah


posisinya horizontal, cukupkan lengan atas vertical. Badan sedikit
dicondongkan kedepan. Dari stance ini di harapkan dapat
memungkinkan pemain bergerak cepat ke segala arah, kemudian dapat
mengembalikan bola lawan dengan baik, dengan forehand ataupun
backhand.
2) Side Stance
Side stance berarti posisi badan menyamping, baik kesamping
kiri maupun kesamping kanan. Pada side stance jarak antara salah satu
bahu ke meja (ke net) harus ada yang lebih dekat, misalnya: stance
untuk forehandstroke bagi pemain tangan kanan, bahu kirinya harus
lebih dekat ke net, begitu pula kaki kirinya harus lebih dekat dengan
net. Sebaliknya stance untuk backhand stroke bagi pemain tangan
kanan, bahu kanan beserta kaki kanannya harus lebih dekat dengan
net. Posisi ini hamper semua digunakan dalam posisi memukul,
kecuali pada saat menunggu bola.
3) Open Stance
Open Stance adalah modifikasi dari side stance. Stance ini
hanya digunakan untuk backhand block, kaki kiri agar terbuka keluar
dan agak ke depan (untuk pemain tangan kanannya).
4. Peralatan dan Perlengkapan Permainan
Peralatan dan perlengkapan permainan tenis meja diantaranya adalah
meja, net, tiang net, bola,dan bet atau raket. Selain peralatan tersebut juga
terdapan sarana lainnya yaitu tempat, penerangan dan Iain-lain.
a. Meja (Permainan tunggal dan ganda)
Permukaan meja berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang
274 cm, lebar 152,2 cm dan tingginya 76 cm. Meja terbuat dari bahan apapun
juga dan dapat memantulkan bola secara merata dan baik, sebuah bola yang
dijatuhkan dari atas permukaan meja setinggi 30,5 cm kembali ke atas tidak
kurang dari 22 cm dan tidak melewati 25 cm. Permukaan atas dinamakan
"bidang permainan" (playing surface), harus berwarna pudar (matt) dan
sangat gelap, sebaiknya hijau tua kehitam-hitaman, ditambah garis putih
12

selebar 2 cm sepanjang tiap sisi meja. Garis-garis pada sisi yang panjangnya
152,5 cm dinamakan "garis ujung" (end lines), sedangkan garis-garis pada
sisi yang panjangnya 274 cm dinamakan "garis tepi" (side lines).
Pada permainan ganda permukaan meja dibagi dua memanjang oleh
suatu garis putih yang tebalnya 3 mm dan melintang sejajar dengan kedua
garis tepi. Garis ini dinamakan "garis tengah" (centre line). Garis tengah
untuk permainan ganda ini dibuat secara permanen sepanjang meja. Ini
merupakan suatu kebijaksanaan untuk memudahkan kita saja karena tidak
ada pengaruh teknis atas permainan tunggal dan tetap sah.
Bagian permukaan meja untuk Service , terletak antara jaring, garis tepi
kanan dan garis tengah disebut "bagian pertengahan kanan si pembuka"
(server right half court). Bagian permukaan meja pembuka bola yang terletak
antara jaring, garis tepi kiri, garis ujung dan garis tengah disebut "bagian
pertengahan kiri si pembuka" (Service left half court). Bagian meja yang
letaknya di seberang pembuka bola, yaitu antara garis kiri, garis ujung, garis
tengah dan jaring (dilihat dari tempat pembuka bola) disebut "bagian
pertengahan kanan si penerima" (receiver's right half court) dan bagian
lainnya antara jaring; garis ujung dan garis tepi kanan (dilihat tempat
pembuka bola) dinamakan "bagian pertengahan kiri si penerima" (receiver's
left half court).
b. Jaring (Net)
Bidang permainan harus dibagi menjadi dua bagian yang sama
ukurannya oleh sebuah jaring yang dipasang sejajar dengan garis ujung,
jaraknya 137 cm dari tiap garis ujung. Jaring termasuk tali penggantungnya,
panjangnya 183 cm; tinggi jaring dan penggantungnya di atas permukaan
meja adalah 15,25 cm; bagian bawah jaring tersebut harus rapat menyentuh
bidang permainan sepanjang jaring itu. Jaring digantungkan, pada seutas tali
yang ujung-ujungnya dikaitkan pada tiang-tiang jaring yang kaki-kakinya
dipasang di atas garis tengah menonjol keluar dengan jarak 15,25 cm,
sedangkan tinggi kedua tiang itupun 15,25 cm.
13

c. Tiang Jaring
Diameter tiang jaring boleh melebibi 22 mm. Alat yang mengatur tinggi
dan ketegangan tali tempat bergantungnya jaring harus diproyeksikan di atas
meja pada tempat berdirinya tiang-tiang tersebut dengan jarak 7 mm dari pada
tiang-tiang itu.
d. Bola
Bola harus berbentuk bulat dan terbuat dari bacelluloid atau plastik
yang berwarna putih dan pudar. Diameter bola tersebut tidak boleh kurang
dari 37,2 mm dan tidak boleh lebih dari 38,2 mm, sedang beratnya tidak
boleh kurang dari 2,40 gr dan tidak boleh lebih dari 2,52 gr. Dengan ukuran
standar tersebut bola dapat memantul dengan baik.
e. Raket (Bet)
"Sandwich" (penyelipan), terdiri atas lapisan karet busa yang dilapisi
oleh karet berbintik biasa, menonjol keluar maupun ke dalam, dalam hal ini
tebal lapisan keseluruhannya pada tiap permukaan tidak melebihi 4 mm.
Bilamana karet mentah dipakai pada kedua belah bidang pemukul maka
warna dari karet tersebut kedua-duanya harus sama, bilamana kayu digunakan
untuk salah satu atau kedua bidang pemukulnya warnanya harus gelap atau
kedua-duanya warna asli (tidak dicat) demikian rupa sehingga tidak
mengubah keaslian permukaannya (zat kayu).

B. LEMPAR LEMBING
1. Pengertian Lempar lembing
Sebelum membahas teknik lempar lembing, terlebih dahulu perlu
kiranya diketahui adanya dari prinsip-prinsip dari pada semua nomor lempar.
Karena teknik lempar bola prinsipnya sama dengan lempar lainnya khususnya
lempar lembing. Adapun prinsip-prinsip tersebut: 1) Sudut lepas benda yang
dilemparkan/ditolakkan sekitar 40-45 derajat, 2) Titik lepas benda yang
dilemparkan/ditolakkan sejauh-jauhnya dari badan, 3) Kecepatan awalan
secepat mungkin dan tidak boleh adanya saat berhenti. 4) Pada saat
melempar/menolak harus ada tumpuan dari kaki dan tidak melompat, 5)
Kekuatan lemparan/tolakan datang dari belakang benda, yaitu kekuata yang
berasal sejak dari ujung kaki belakang, panggul, perut, bahu, lengan,
14

pergelangan tangan. Jadi kekuatan lemparan/tolakan terhadap udara harus


sekecil mungkin, 6) Gerakan melempar/menolak harus dilakukan explosis dan
dinamis.
Disamping prinsip-prinsip tersebut di atas, nomor lempar juga
mempunyai unsur-unsur pokok yang sama dengan nomor lompat, yaitu : 1)
Harus dapat membangun body momentum yang sebesar-besarnya, 2) Harus
dapat menggabungkan momentum-momentum tersebut dengan tenaga badan
yang sebesar-besarnya, melalui suatu jarak yang produktif. Jadi kecepatan yang
dilemparkan/ditolakkan sejauh-jauhnya dengan waktu yang sesingkat-
singkatnya. Konstruksi lembing terdiri dari tiga bagian, yaitu : 1) Mata
lembing, 2) Badan lembing, 3) Tali pegangan lembing. Dengan melihat
konstruksi lembing tersebut maka banyak teknik yang harus diketahui dan
dikuasai oleh seorang atlet lempar lembing yang ingin berprestasi maksimal
antar lain : (a) Cara memegang lembing (b) Awalan dalam melempar lembing
(c) Sikap irama langkah (d) Gerakan pelepasan dan badan setelah melempar
lembing.
2. Teknik Dasar Lempar Lembing
a. Teknik Pegangan Lembing
Telah dikemukakan di atas, bahwa kontruksi lembing terdiri dari
tiga bagian yang diantaranya terdapat tali pegangan lembing, yaitu tali
yang dilitkan di tengah-tengah badan lembing yang lebarnya untuk putra
150 mm sampai 160 mm, dan untuk putri 140 mm sampai 150 mm (Aip
Syarifuddin 1992:160). Selain dari faktor dari power dan kekuatan otot,
tehnik peganagan lembing yang baik akan berpengaruh kepada jauhnya
lemparan. Dalam lempar lembing ada tiga macam pegangan (grip)
lembing yaitu :
1) Cara Finlandia
Dalam pegangan ini ibu jari dan jari tengah, ibu jari dan ruas
jari tengah ada di belakang ikatan, sedang jari telunjuk memanjang
badan lembing. Pegangan ini paling umum digunakan oleh atlet-atlet
lempar lembing, karena pegangan ini paling mudah digunakan dan
memungkinkan pengontrolan yang baik terhadap lembing.
2) Cara Amerika
15

Dalam pegangan cara Amerika ini ibu jari dan telunjuk ada di
belakang tali ikatan lembing, jari-jari yang lain ada di tali ikatan.
Pegangan semacam ini dapat mengarah kesalah alur selama lembing
dilemparkan.
3) Cara tang/V
Dalam pegangan V atau cengkraman atau tang, lembing
dipegang diantara ibu jari telunjuk dari jari tengah. Pegangan ini
membantu mencegah terjadinya cedera siku karena ini mencegah sendi
siku dari diluruskan berlebihan. Ikatan tali yang tipis dapt juga
menciptkan kesukaran dalam melempar lembing, dan penting bagi
semua variasi bahwa posisi tangan adalah relaks dan semua jari-jari ada
dalam kontak dengan tali ikatan lembing. Pegangan lembing yang
digunakan dalam penelitian adalah pegangan cara Finlandia, karena
mudah digunakan dan pengontrolan lemparan yang baik. Pegangan ini
adalah pegangan yang umum digunakan oleh atlet Indonesia pada
umumnya.
b. Awalan dalam Lempar Lembing
Tidak seperti lempar cakram dan tolak peluru, lempar lembing
tidak ditentukan oleh tinggi, berat badan dan kekuatan maksimum. Kecuali
dari power dan kekuatan khusus lempar dari atlet sebagai hasil dari awalan
yang panjang/jauh. Berat lembing resmi yang ringan untuk lomba
membutuhkan kecepatan khusus yang luar biasa dan kekuatan lempar pada
otot-otot ekstensor kaki dan lengan dan utamanya pada otot-otot tubuh.
Hal ini karena lembing itu perlu diakselerasikan sampai 30-35m per detik.
Kecepatan lari awalan yang relative tinggi dan tambahan akselerasi irama
lima langkah membutuhkan pada suatu pihak suatu tingkat tinggi lari
sprint dan kecepatan gerak dan juga koordinasi yang luar biasa dalam
merubah dari bagian gerakan a-siklus (sumber : IAAF 2001:2). Lari
awalan sepanjang 8-12 langkah sesuai kecakapannya dala lari sprint,
adalah seperti suatu lari akselerasi cepat dan harus dalam garis lurus.
Lembing itu dibawa setinggi kepala dengan mata lembing menuju sedikit
kebawah. Punggung tangan menghadap kearah luar.selama lari awalan
lengan lempar bergerak hanya sedikit sedangkan lengan yang bebas
16

mengikuti irama lari (IAAF:2001:140). Dalam awalan melempar lembing


ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu :
Lembing dipegang horisontal/mendatar di atas bahu, bagian atas
lembing adalah setinggi kepala, lengan diupayakan tetap tenang stabil
(tidak bergerak kemuka atau ke belakang). Lari percepatan adalah relaks,
terkontrol dan berima, lari percepatan mencapai kecepatan optimum, yang
adalah di pertahankan dalam lari lima langkah. Dalam even lempar
lembing panjang minimum jalur ancang-ancang adalah 30 m dan
maximum 36,5 m. Apabila kondisi memungkinkan panjang minimum 33,5
m. Jalur lempar ini ditandai dengan dua garis putih selebar 5 cm dan 4 m
terpisah. Garis lempar itu dibuat dari belakang suatu garis batas
lengkungan dari sebuah srikel yang dibuat dengan radius 8 m (suyono
2001:158).
c. Run up (awalan lari)
Menghadap ke arah lemparan, bahu dan pinggul lurus ke depan,
lembing mengarah ke arah lemparan, gerakan lembing ke belakang, tangan
lurus, ujung lembing diangkat ke sudut lintasan, bahu diangkat 90 derajat
ke kanan.
d. Langkah Jingkat
Kaki kanan melangkah Jingkat di depan kaki kiri, memiringkan
tubuh dan membawa bahu dan tangan yang memegang lembing ke
belakang.
e. Posisi melempar
Kaki kiri melangkah keluar dengan posisi melempar yang lebar
dengan tumit menyentuh permukaan terlebih dahulu, pinggul berputar
kekanan, kaki kanan ditekuk pada lutut di putar ke samping luar, tubuh
miring ke belakang, tangan di luruskan sepenuhnya.

f. Lemparan

Lutut kanan diputar dengan kuat kearah lemparan, memaksa


pinggul bergerak kearah yang sama. Pinggul diikuti oleh dada, didorong
17

kedepan dengan paksa sehingga tubuh menjadi seperti busur. Tangan yang
memegang lembing ditarik ke depan pada kecepatan tinggi diatas bahu.
Tubuh digerakkan keatas kaki kiri yang lurus, dan lembing dilepaskan di
depan kepala pelempar.
g. Gerak lanjutan (follow through)
Setelah lembing dilepaskan, pelempar terus bergerak ke depan
dengan menempatkan kaki kanan di depan kaki kiri.

BAB III
PENUTUP
18

Demikian makalah ini kami kerjakan dengan sebaik-baiknya tentang


makalah PJOK tenis meja dan lempar lembing. Semoga apa yang kami tulis dapat
menjadi tambahan ilmu khususnya bagi kelompok kami, umumnya untuk kita
semua.

Anda mungkin juga menyukai