Malu dan takut kepada Allah Subhanahu wa Taala tatkala ada keinginan atau kecenderungan untuk melakukan dosa dan
maksiyat.
Bukan termasuk adab kalau tidak ada rasa malu dan takut seorang hamba dalam melakukan kedurhakaan kepada Rabb-Nya dan
menentang-Nya dengan melakukan dosa dan maksiyat kepada-Nya, sedangkan Allah Subhanahu wa Taala Maha Mengetahui,
mengawasi apa yang dilakukan hamba-Nya. Allah Subhanahu wa Taala: Ia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang
kamu nyatakan. (QS. at-Taghabun: 4)
Merenungi rahmat Allah yang telah dilimpahkannya dan kepada seluruh makhluk
Maka tatkala ia menginginkan rahmat yang lebih besar dari sebelumnya, ia tunduk merendah kepada Allah Subhanahu wa Taala
dan berdoa dengan penuh ketulusan dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan kata-kata yang baik dan melakukan amal shalih.
Dan bukan termasuk adab kalau seseorang berputus asa dari rahmat Allah Subhanahu wa Taala. Allah Taala berfirman : Dan
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. (QS. Yusuf: 87)
Berhusnuzhan kepada Allah terhadap janji yang pasti akan ditepati dan ancaman yang pasti dipenuhi
Karena tidaklah beradab jika seseorang berburuk sangka kepada Allah Azza wa Jalla lalu ia melakukan kemaksiatan dan
kedurhakaan kepada-Nya, lalu ia mengira bahwa Allah Subhanahu wa Taala tidak melihatnya dan tidak akan memberi balasan
terhadap dosa-dosanya. Oleh karena itu wajib bagi seorang muslim untuk berbaik sangka kepada Allah karena janji Allah
Subhanahu wa Taala itu benar dan sekali-kali Allah Azza wa Jalla tidak akan mengingkari janji-Nya. Allah Taala
berfirman: Barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya maka mereka
adalah orang-orang yang mendapatkan kemenangan. (QS. an-Nur: 52)