Anda di halaman 1dari 6

Farmakodinamik Amoksisilin

Mekanisme Kerja Obat Amoksisilin

Amoksisilin merupakan turunan dari penisilin semi sintetik dan stabil dalam suasana
asam lambung. Amoksilin diabsorbsi dengan cepat dan baik pada saluran perncernaan, tidak
tergantung adanya makanan. Amoksisilin terutama dieksresikan dalam bentuk tidak berubah
di dalam urin. Eksreksi amoksisilin dihambat saat pemberian bersamaan dengan probenesid
sehingga memperpanjang efek terapi. Beberapa keuntungan amoksisilin absorbsi obat dalam
saluran cerna lebih sempurna sehinnga kadar darah dalam plasma dan saluran seni lebih
tinggi.(Kurnia,Risha M. 2011) . Obat ini stabil dalam suasana asam dan dirancang untuk
penggunaan oral. Absorbsinya dari saluran gastrointestinal lebih cepat dan lebih sempurna
daripada ampicillin . (Ratna, Anita N. September 2011).

Mekanisme kerja antibiotic beta lactam dengan mengikat trans penicillin binding protein
(PBP) dan karboksi peptidase yang terdapat dalam formasi rantai peptidoglikan pada
membrane dalam bakteri. Hasil interaksi antara PBP dengan antibiotic beta lactam dapat
mengganggu sintesis peptidoglikan, menghentikan pembelahan sel, dan sel mati. Ikatan
antibiotic dengan PBP dipengaruhi oleh afinitas dari beta lactam terhadap active site PBP.
Dalam hal ini dapat diketahui bahwa yang memberikan aktivitas anti bakteri dari antibiotic
beta lactam adalah cincin beta lactam.(Rubstova, et. al. 2010)

Mekanisme kerja amoksisilin dengan menghambat pembentukan mukopeptida yang


diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba. (Sulistyaningsih.2007)

Daftar Pustaka

Kurnia,Risha M. 2011.Studi Aktifitas Antibakteri Dan Identifikasi Fraksi Teraktif Daun Mimba.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Ratna, Anita N. September 2011. Skring Panjang Gelombang SerapanMaksimum Tablet


Amoksisilin Yang Dijual di Pasar Pramuka Dengan Spektrofometer UV-UIS. Universitas Islam
Negeri Syarief Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Jakarta.
Sulistyaningsih.2007. Pengujian Potensi Sediaan Injeksi Kering Amoksisilin Dalam Aqua Pro
Injeksi Pada Variasi Suhu Penyimpanan Dan Konsentrasi. Universitas Pandjajaran Bandung.

Rubstova,M. Yu., M.M. Ulyashova, T.T Bachmann, R.D. Schmid, dan A.M.Egorov. 2010.
Multiprametrik Determination Of Genes And Their Point Mutations For Identification Of Beta
Laktamases. Biochemetry (Moscow). Vol.75, No. 13, Hal: 1628-1649
BAB VI

Analisis Penggunaan Obat Antibiotik pada Pasien Faringitis

Dalam pengobatan faringitis sangat penting untuk memastikan penyebabnya dalam


menentukan pengobatan yang tepat. Antibiotika diberikan pada pasien dengan faringitis yang
disebabkan oleh bakteri. Penggunaan antibiotika yang kurang tepat dalam pengobatan faringitis
juga dapat menyebabkan terjadinya resistensi. Antibiotika yang digunakan dalam terapi faringitis
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pada Tabel 2 diketahui bahwa penggunaan antibiotik terbanyak yaitu antibiotik golongan
sefalosporin sebesar 89,29%. Sefalosporin generasi ke I sebesar 28,58% dan sefalosporin
generasi ke III sebesar 60,71%. Obat-obat yang digunakan pada sefalosporin generasi ke I adalah
sefadroksil dan sefaleksin, dan pada sefalosporin generasi ke III yaitu sefiksim. Hal ini
disebabkan karena faringitis yang paling umum disebabkan oleh bakteri Streptococcus pyogenes
yang merupakan Streptococcus group A -Haemolytic. Bakteri lain yang mungkin terlibat adalah
Streptocci Grup C, Corynebacterium diphteriae, Neisseria Gonorrhoeae.

Seperti halnya antibiotik betalaktam lain, mekanisme kerja sefalosporin yaitu


menghambat sintesis dinding sel mikroba. Yang dihambat ialah reaksi transpeptidase tahap
ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel. Sefalosporin aktif terhadap kuman gram
positif maupun gram negatif, tetapi spektrum antimikroba masing-masing derivate bervariasi.

Sefalosporin mempunyai aktifitas bakterisid dalam fase pertumbuhan kuman dengan


menghambat sintesa peptidoglikan yang diperlukan kuman untuk ketangguhan dinding sel
sehingga bakteri akan mengalami lisis. Mempunyai kepekaan terhadap beta laktamase yang lebih
rendah dari pada penisilin. Spektrum antibakterinya lebih luas. Sefalosporin terdiri dari 4
generasi.

Golongan yang lain yang digunakan untuk pasien faringitis yaitu antibiotik golongan
penisilin dan makrolida. Golongan penisilin yang digunakan yaitu amoksisilin, yang memiliki
mekanisme kerja menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis
dinding mikroba. Golongan ini terhadap bakteri yang sensitif penisilin akan menghasilkan efek
bakterisid (membunuh kuman) pada mikroba yang sedang aktif membelah sedangkan pada
mikroba dalam keadaan metabolic tidak lengkap tidak aktif (tidak membelah) praktis tidak
dipengaruhi oleh penisilin kalau pun ada pengaruhnya hanyak bersifat bakteriostatik

Daftar Pustaka :

Ida Lisni dkk. 2011. Evaluasi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Faringitis Di Suatu Rumah
Sakit Di Kota Bandung. Bandung
Uji Sensitivitas Amoksisilin dan Eritromisin terhadap Infeksi Sekunder dari Spesimen
Pasien Infeksi Saluran Pernafasan Akut.

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia
yang banyak disebabkan oleh virus. Amoksisilin dan eritromisin banyak dipilih sebagai obat lini
pertama dan kedua pada pasien ISPA menyebabkan tingginya resistensi pada keduanya.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik, menggunakan uji beda Mann-Whitney
dan penentuan Kadar Hambat Minimal (KHM) antibiotika menggunakan regresi logaritmik.
Sampel penelitian didapatkan dari spesimen pasien ISPA yang berkunjung ke UPT Pelayanan
Kesehatan Universitas Jember. Lima dari dua puluh dua spesimen berhasil dikultur dalam media
Agar Darah Manusia (ADM).

Hasil dari penelitian di rumah sakit perbedaan sensitivitas amoksisilin dan eritromisin:

Pada kelompok bakteri basil dan coccus, masing-masing dilakukan uji senstivitas. Hasil
uji sensitivitas pada bakteri basil ditemukan tidak ada perbedaan sensitivitas antara
amoksisilin dan eritromisin. Amoksisilin merupakan antibiotika berspektrum luas,
sehingga wajar jika pertumbuhan dari bakteri basil Gram negative pada penelitian ini
juga mampu di hambat.

Pada kelompok bakteri coccus, hasil uji sensitivitas menunjukkan perbedaan yang
bermakna antara amoksisilin dan eritromisin. Secara kualitatif, tampak semua bakteri
coccus resisten terhadap amoksisilin. Sebaliknya pada eritromisin, hanya 2 bakteri yang
tampak resisten.

Eritromisin banyak menjadi obat lini ke-2 pada kasus ISPA, dimana lini pertamanya adalah
amoksisilin. Hal ini mungkin yang menyebabkan resisitensi pada amoksisilin lebih tinggi dalam
penelitian ini.

Diketahui Kadar Hambat Minimal amoksisilin terhadap bakteri coccus Gram positif adalah
0,0080,12 mg/mL . Pada penelitian ini Kadar Hambat Minimal amoksisilin adalah 7,48 mg/L
dan 9,02 mg/L. Peningkatan ini jauh di atas Kadar Hambat Minimal yang seharusnya.
Peningkatan Kadar Hambat Minimal amoksisilin dikarenanakan bakteri telah mengalami
resistensi. Resistesi terhadap amoksisilin disebabkan bakteri membentuk sebuah enzim
betalaktamse yang dapat mengdegradasi obat menyebabkan kadar obat yang seharusnya dapat
menghambat sistensis dinding sel bakteri berkurang, sehingga efek hambatan antibiotik terhadap
bakteri pun berkurang

Daftar Pustaka :

Olyvia Yulyani Khaerul Putri, dkk. 2015. Uji Sensitivitas Amoksisilin dan Eritromisin terhadap
InfeksiSekunder dari Spesimen Pasien Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Fakultas Kedokteran
Universitas Jember. Jember

Anda mungkin juga menyukai