Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan bagi kehidupana manusia merupakan kebutuhan primer


atau mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama
sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang dengan
cita-cita untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep pandangan
hidupnya. Dalam pengertian sederhana dan umum makna pendidikan adalah
usaha sadar manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-
potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai
yang ada di dalam masyarakat dan agama.
Penulis akan memberikan penjelasan dan pembahasan mengenai
pendidikan dan pembentukan karakter, yang di dalamnya akan dibahas secara
singkat tentang pendidikan dan pembentukan karakter dan hubungan antara
pendidikan dan pembentukan karakter. Karena pendidikan karakter
merupakan hal yang paling penting dan mendasar untuk membentuk suatu
manusia yang ideal dan cerdas.
Urgensi Pendidikan Karakter memiliki fungsi dan tujuan pendidikan
nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, harus diselenggarakan
secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan
dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing,
beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.
Dalam konteks keindonesiaan, penerapan pendidikan karakter
merupakan kebutuhan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Karena melihat
fakta dilapangan mengenai akhlak dan moral, banyaknya terjadi
penyimpangan moral merupakan salah satu alasan mengantarkan pendidikan
karakter dalam ranah pendidikan dengan mengacu pada cita-cita bangsa.

1
Diharapkan melalui pendidikan karakter ini, akan tercapainya tujuan
pendidikan bangsa yang cerdas dan berkahlak mulia serta menjadi manusia
yang seutuhnya.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang tersebut, kami merumuskan beberapa masalah,
diantaranya :
1. Apa pengertian karakter ?
2. Apa saja Tujuan Pendidikan Karakter ?
3. Apa saja dimensi pendidikan karakter ?
4. Apa saja saluran-saluran Pendidikan Karakter ?

2.1 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa itu karakter.
2. Untuk mengetahui apa saja tujuan dari pendidikan karakter
3. Untuk mengetahui apasaja dimensi pendidikan karakter.
4. Untuk mengetahui apa saja saluran-saluran pendidikan karakter.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konsep Dasar Karakter

Pendidikan Karakter adalah suatu konsep dasar yang diterapkan ke


dalam pemikiran seseorang untuk menjadikan akhlak jasmani rohani maupun
budi pekerti agar lebih berarti dari sebelumnya sehingga dapat mengurangi
krisis moral yang menerpa negeri ini. Menurut para ahli pengertian
pendidikan karakter haruslah diterapakan ke dalam pikiran seseorang sejak
usia dini, remaja bahkan dewasa, sehingga dapat membentuk karakter
seseorang menjadi lebih bernilai dan bermoral.
Sebelum memahami lebih jauh mengenai konsep dasar karakter, berikut
merupakan beberapa pengertian karakter :
1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter memiliki arti sifat-
sifat kejiwaan atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang
lainnya. Karakter juga dapat berarti huruf.
2. Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Dekdiknas adalah bawaan,
hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat,
temperamen, watak. Adapun berkarakter, adalah berkepribadian,
berperilaku, bersifat, dan berwatak.
3. Menurut Ditjen Mandikdasmen-Kementrian Pendidikan Nasional,
karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap
individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik
adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.
4. W.B. Saunders, (1977: 126) menjelaskan bahwa karakter adalah sifat
nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh individu, sejumlah atribut yang
dapat diamati pada individu.
5. Gulo W, (1982: 29) menjabarkan bahwa karakter adalah kepribadian
ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang,
biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap.
6. Kamisa, (1997: 281) mengungkapkan bahwa karakter adalah sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari

3
yang lain, tabiat, watak. Berkarakter artinya mempunyai watak,
mempunyai kepribadian.
7. Wyne mengungkapkan bahwa kata karakter berasal dari bahasa Yunani
karasso yang berarti to mark yaitu menandai atau mengukir, yang
memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk
tindakan atau tingkah laku. Oleh sebab itu seseorang yang berperilaku
tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter
jelek, sementara orang yang berprilaku jujur, suka menolong dikatakan
sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat
kaitannya dengan personality(kepribadian) seseorang.
8. Alwisol menjelaskan pengertian karakter sebagai penggambaran tingkah
laku dengan menonjolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara
eksplisit maupun implisit. Karakter berbeda dengan kepribadian kerena
pengertian kepribadian dibebaskan dari nilai. Meskipun demikian, baik
kepribadian (personality) maupun karakter berwujud tingkah laku yang
ditujukan kelingkungan sosial, keduanya relatif permanen serta
menuntun, mengerahkan dan mengorganisasikan aktifitas individu.
Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark atau
menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan
dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur,
kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek.
Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut
dengan berkarakter mulia.
Menurut Lickona, karakter berkaitan dengan konsep moral (moral
knowing), sikap moral (moral feeling) dan perilaku moral (moral
behavior).Karakter didukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan
untuk berbuat baik dan melakukan perbuatan kebaikan.
Karakter didapatkan dan dapat dilihat dari refleksi sikap seseorang
dalam kehidupannya, jika ia banyak berbuat kebaikan maka ia dinilai
berkarakter baik, dan sebaliknya orang yang berbuat jahat dinilai berkarakter
buruk. Semua penilaian tersebut tak lepas dari cara pandang orang lain
terhadap sikap-sikap yang ditunjukan oleh diri orang yang bersangkutan.

4
2.2 Tujuan Pendidikan Karakter
Tujuan pendidikan karakter adalah penanaman nilai dalam diri siswa dan
pembaruan tata kehidupan bersama yang lebih menghargai kebebasan
individu, Tujuan jangka panjangnya tidak lain adalah mendasarkan diri pada
tanggapan aktif kontekstual individu atas impuls natural sosial yang
diterimanya, yang pada gilirannya semakin mempertajam visi hidup yang
akan diraih lewat proses pembentukan diri secara terus-menerus.
Tujuan jangka panjang ini merupakan pendekatan dialektis yang semakin
mendekatkan dengan kenyataan yang idea, melalui proses refleksi dan
interaksi secara terus menerus antara idealisme, pilihan sarana, dan hasil
langsung yang dapat dievaluasi secara objektif.
Beberapa negara yang telah menerapkan pendidikan karakter sejak
pendidikan dasar di antaranya adalah Amerika Serikat, Jepang, Cina, dan
Korea. Hasil penelitian di negara-negara ini menyatakan bahwa implementasi
pendidikan karakter yang tersusun secara sistematis berdampak positif pada
pencapaian akademis.
2.2.1. Visi dan Misi Pendidikan Karakter
Visi:
a. Menanamkan pentingnya pendidikan berkarakter
Misi:
a. Menerangkan pengertian pendidikan karakter
b. pentingnya pendidikan yang berkarakter
c. Menjelaskan manfaat pendidikan berkarakter
2.2.2. Pilar-Pilar Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter didasarkan pada enam nilai-nilai etis
bahwa setiap orang dapat menyetujui nilai-nilai yang tidak
mengandung politis, religius, atau bias budaya. Beberapa hal di
bawah ini yang dapat kita jelaskan untuk membantu siswa
memahami Enam Pilar Pendidikan Berkarakter, yaitu sebagai
berikut:
a. Trustworthiness (Kepercayaan)

5
Jujur, jangan menipu, menjiplak atau mencuri, jadilah
handal melakukan apa yang anda katakan anda akan
melakukannya, minta keberanian untuk melakukan hal yang
benar, bangun reputasi yang baik, patuh, berdiri dengan
keluarga, teman dan negara.
b. Respect (Respek)
Bersikap toleran terhadap perbedaan, gunakan sopan
santun, bukan bahasa yang buruk, pertimbangkan perasaan
orang lain, jangan mengancam, memukul atau menyakiti orang
lain, damailah dengan kemarahan, hinaan dan perselisihan.
c. Responsibility (Tanggungjawab)
Selalu lakukan yang terbaik, gunakan kontrol diri, disiplin,
berpikirlah sebelum bertindak, mempertimbangkan
konsekuensi, bertanggung jawab atas pilihan anda.
d. Fairness (Keadilan)
Bermain sesuai aturan, ambil seperlunya dan berbagi,
berpikiran terbuka, mendengarkan orang lain, jangan
mengambil keuntungan dari orang lain, jangan menyalahkan
orang lain sembarangan.
e. Caring (Peduli)
Bersikaplah penuh kasih sayang dan menunjukkan anda
peduli, ungkapkan rasa syukur, maafkan orang lain, membantu
orang yang membutuhkan.
f. Citizenship (Kewarganegaraan)
Menjadikan sekolah dan masyarakat menjadi lebih baik,
bekerja sama, melibatkan diri dalam urusan masyarakat,
menjadi tetangga yang baik, mentaati hukum dan aturan,
menghormati otoritas, melindungi lingkungan hidup.
2.2.3. Fungsi dan Media Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter berfungsi untuk:
a. Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran

6
b. baik, dan berperilaku baik.
c. Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang
Multikultur.
d. Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam
pergaulan dunia.
Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media
yang mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil,
masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan media massa.

2.3 Dimensi-dimensi Karakter yang Baik


2.3.1 Karakter Mulia

Karakter mulia berari individu memiliki pengetahuan tentang


potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti : reflektif, percaya
diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup
sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban,
pemberani, dapat dipercaya, jujur, menempati janji, adil, rendah hati, malu
berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun,
ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif,
visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai
waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta
keindahan (estetis, sportif, tabah, terbuka, tertib.
Individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau
unggul, dan individu juga mampu bertidak sesuai potensi dan
kesadarannya tersebut.Karakter adalah realisasi perkembangan positif
sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku).
Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang
berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya,
sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada
umumnya dengan mengoptimalkan potensi (Pengetahuan) dirinya dan
disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya).
2.3.2 Nilai Karakter

7
Berdasarkan nilai-nilai agama, norma-norma sosial,
peraturan/hukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM, telah
teridentifikasi butir-butir nilai yang dikelompokkan menjadi lima nilai
utama, yaitu nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, dan lingkungan serta
kebangsaan.
a. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan
Yaitu religius : pikiran, perkataan dan tindakan seseorang yang
diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan dan/atau
ajaran agamanya.
b. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri
(personal)
1) Jujur :Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan
tindakan, dan perkerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.
2) Bertanggung jawab :Sikap dan perilaku seseorang untu
melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang
seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME.
3) Bergaya hidup sehat :Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan
yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan
kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
4) DisiplinTindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
5) Kerja keras :Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas
(belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.
6) Percaya diri :Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhdapat
pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.
7) Berjiwa wirausaha :Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai
atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi
baru, menyusun operasi untuk mengadaan produk baru,
memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.

8
8) Berpikir logis, kritis, dan inovatif :Berrpikir dan melakukan sesuatu
secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki.
9) Mandiri : Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
10) Ingin tahu : Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang
dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
11) Cinta ilmu : Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap
pengetahuan.
c. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama
1) Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
2) Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang mengjadi
miliki/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri
sendiri serta orang lain.
3) Patuh pada aturan-aturan social.
4) Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan
masyarakat dan kepertingan umum.
5) Menghargai karya dan prestasi orang lain
6) Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui dan
menghormati keberhasilan orang lain.
7) Santun
8) Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun
tata perilakunya ke semua orang.
9) Demokratis, Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai
sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
d. Nilai karakter dalam hubungannya dengna lingkungan
1) Penduli sosial dan lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu
berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya,
dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusahakan alam yang sudah terjadi dan selalau memberi bantuan
bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

9
2) Nilai kebangsaan Cara berfikir, bertindak, dan wawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
diri dan kelompoknya.
3) Nasionalis Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap
bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik
bangsanya.
4) Menghargai keberagaman Sikap memberikan respek/hormat
terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat,
budaya, suku dan agama.

2.3.3 Pengertian Pendidikan Karakter


Menurut Sudrajat (2010), pendidikan karakter adalah suatu sistem
penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi
komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa
(YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga
menjadi insan kamil.
Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen
(stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan
itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas
hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan
sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan
sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan
sekolah.
2.3.3.1 Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Ahli

10
1. Pendidikan Karakter Menurut Lickona
Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan
sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi
karakter siswa. Tetapi untuk mengetahui pengertian yang tepat,
dapat dikemukakan di sini definisi pendidikan karakter yang
disampaikan oleh Thomas Lickona. Lickona menyatakan bahwa
pengertian pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja
untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami,
memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.
2. Pendidikan Karakter Menurut Suyanto
Suyanto (2009) mendefinisikan karakter sebagai cara
berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk
hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,
bangsa, maupun negara.

3. Pendidikan Karakter Menurut Kertajaya


Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda
atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada
kepribadian benda atau individu tersebut, serta merupakan mesin
yang mendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berucap,
dan merespon sesuatu (Kertajaya, 2010).

4. Pendidikan Karakter Menurut Kamus Psikologi


Menurut kamus psikologi, karakter adalah kepribadian
ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran
seseorang, dan biasanya berkaitan dengan sifat-sifat yang relatif
tetap (Dali Gulo, 1982: p.29).
Pendidikan karakter atau pendidikan watak sejak awal munculnya
pendidikan oleh para ahli dianggap sebagai suatu hal yang niscaya. John
Sewey, misalnya, pada tahun 1916 yang mengatakan bahwa sudah
merupakan hal yang lumrah dalam teori pendidikan bahwa pembentukan

11
watak merupakan tujuan umum pengajaran dan pendidikan budi pekerti di
sekolah. Kemudian pada tahun 1918 di Amerika Serikat (AS), Komisi
Pembaharuan Pendidikan Menengah yang ditunjuk oleh Perhimpunan
Pendidikan Nasioanal melontarkan sebuah pernyataan bersejarah yaitu
mengenai tujuan-tujuan pendidikan umum.Lontaran itu dalam sejarah
kemudian dikenal sebagai Tujuh Prinsip Utama Pendidikan, diantaranya
sebagai berikut :
1. Kesehatan
2. Penguasaan proses-proses fundamental
3. Menjadi anggota keluarga yang berguna
4. Pekerjaan
5. Kewarganegaraan
6. Penggunaan waktu luang secara bermanfaat
7. Watak susila

Pendidikan ke arah terbentuknya karakter bangsa para siswa merupakan


tanggungjawab semua guru. Oleh karena itu, pembinaannya pun harus oleh guru.
Dengan demikian, kurang tepat jika dikatakan bahwa mendidik para siswa agar
memiliki karakter bangsa hanya ditimpahkan pada guru mata pelajaran tertentu,
misalnya guru PKN atau guru pendidikan agama. Walaupun dapat dipahami
bahwa yang dominan untuk mengajarkan pendidikan karakter bangsa adalah para
guru yang relevan dengan pendidikan karakter bangsa.
Tanpa terkecuali, semua guru harus menjadikan dirinya sebagai sosok
teladan yang berwibawa bagi para siswanya. Sebagai upaya untuk meningkatkan
kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan Nasional
mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan
jenis satuan pendidikan.
Grand design menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan,
pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan. Konfigurasi
karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut
dikelompokan kedalam beberapa factor diantaranya :
1. Olah Hati (Spiritual and emotional development);
2. Olah Pikir (intellectual development);
3. Olah Raga dan Kinestetik (Physical and kinestetic development) dan

12
4. Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development).

Menurut Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem


Pendidikan Nasional pada Pasal 13 Ayat 1 menyebutkan bahwa jalur pendidikan
terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling
melengkapi dan memperkaya. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan
keluarga dan lingkungan.

Pendidikan informal sesungguhnya memiliki peran dan kontribusi yang


sangat besar dalam keberhasilan pendidikan. Menurut Annas (2011) dalam
penerapan pendidikan karakter, ada beberapa faktor penunjang sebagai berikut :
a. Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP merupakan upaya
untuk menyempurnakan kurikulum agar lebih familiar dengan guru,
karena mereka banyak dilibatkan diharapkan memiliki tanggung jawab
yang memadai. Situasi pembelajaran yang kondusif serta kerjasama yang
baik antara guru dan siswa menjadikan materi-materi yang diajarkan
dalam proses pembelajaran di kelas dapat diterima dan diaplikasikan oleh
siswa dengan baik termasuk materi pendidikan karakter
b. Komitmen Guru Guru mempunyai peran dan fungsi sangat penting dalam
upaya penanaman pendidikan antikorupsi. Guru yang baik adalah guru
yang selain bisa memberi teori atau materi pelajaran, juga bisa
memberikan contoh yang baik bagi siswa.
c. Komitmen Kepala Sekolah Kepala Sekolah merupakan orang yang
mempunyai kewenangan paling tinggi dalam menentukan kebijakan
sekolah. Berjalan tidaknya organisasi sekolah termasuk baik buruk
kegiatan pembelajaran, prestasi, dan kegiatan-kegiatan lain di lingkungan
sekolah salah satunya ditentukan oleh kebijakan kepala sekolah.
d. Pengadaan Sarana dan Prasarana yang Memadai Sarana dan prasarana
merupakan faktor penunjang yang harus ada dalam penerapan pendidikan

13
karakter di sekolah. Dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai,
diharapkan penerapannya dapat terlaksana dengan baik pula. Oleh sebab
itu, jika sarana dan prasarana kurang memadai, juga akan menjadi kendala
penerapan pendidikan karakter.

Faktor-Faktor yang Menjadi Kendala dalam Penerapan Pendidikan


Karakter Menurut Hidayatullah (2010:26), nilai utama yang menjadi karakter guru
adalah sebagai berikut.
a) Amanah yaitu guru harus dapat dipercaya dan mampu menerapkan
karakternya di manapun ia berada, terutama di lingkungan sekolah.
b) Keteladanan yaitu guru harus mampu menerapkan setiap karakternya
secara efektif dan efisien, selain itu guru harus mampu melayani siswa
dalam hal pengembangan potensinya.
c) Cerdas yaitu kemampuan mengerti dan memahami, serta tanggap dalam
menganalisis dan memecahkan masalah dengan baik.
1. Ciri Dasar Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter menekankan setiap tindakan berpedoman terhadap
nilai normatif. Anak didik menghormati norma-norma yang ada dan
berpedoman pada norma tersebut.
Ciri dasar pendidikan karakter yang dirumuskan oleh seorang pencetus
pendidikan karakter dari Jerman yang bernama FW Foerster:
a. Adanya koherensi atau membangun rasa percaya diri dan keberanian,
dengan begitu anak didik akan menjadi pribadi yang teguh pendirian dan
tidak mudah terombang-ambing dan tidak takut resiko setiap kali
menghadapi situasi baru.
b. Adanya otonomi, yaitu anak didik menghayati dan mengamalkan aturan
dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadinya. Dengan begitu, anak
didik mampu mengambil keputusan mandiri tanpa dipengaruhi oleh
desakan dari pihak luar.

14
c. Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan adalah daya tahan anak didik dalam
mewujudkan apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan marupakan dasar
penghormatan atas komitmen yang dipilih.

2. Pentingnya Pendidikan Karakter


Pendidikan yang diterapkan di sekolah-sekolah juga menuntut untuk
memaksimalkan kecakapan dan kemampuan kognitif. Dengan pemahaman
seperti itu, sebenarnya ada hal lain dari anak yang tak kalah penting yang tanpa
kita sadari telah terabaikan.Yaitu memberikan pendidikan karakter pada anak
didik. Pendidikan karakter penting artinya sebagai penyeimbang kecakapan
kognitif. Ada sebuah kata bijak mengatakan ilmu tanpa agama buta, dan
agama tanpa ilmu adalah lumpuh. Sama juga artinya bahwa pendidikan
kognitif tanpa pendidikan karakter adalah buta. Hasilnya, karena buta tidak
bisa berjalan, berjalan pun dengan asal nabrak. Kalaupun berjalan dengan
menggunakan tongkat tetap akan berjalan dengan lambat. Sebaliknya,
pengetahuan karakter tanpa pengetahuan kognitif, maka akan lumpuh sehingga
mudah disetir, dimanfaatkan dan dikendalikan orang lain. Untuk itu, penting
artinya untuk tidak mengabaikan pendidikan karakter anak didik.
Pendidikan karakter akan menjadi basic atau dasar dalam pembentukan
karakter berkualitas bangsa, yang tidak mengabaikan nilai-nilai sosial seperti
toleransi, kebersamaan, kegotongroyongan, saling membantu dan mengormati
dan sebagainya.Pendidikan karakter akan melahirkan pribadi unggul yang tidak
hanya memiliki kemampuan kognitif saja namun memiliki karakter yang
mampu mewujudkan kesuksesan. Berdasarkan penelitian di Harvard University
Amerika Serikat, ternyata kesuksesan seseorang tidak semata-mata ditentukan
oleh pengetahuan dan kemampuan teknis dan kognisinyan (hard skill) saja,
tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill).

15
Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20
persen hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Dan, kecakapan soft
skill ini terbentuk melalui pelaksanaan pendidikan karater pada anak didik.
Berpijak pada empat ciri dasar pendidikan karakter di atas, kita bisa
menerapkannya dalam polapendidikan yang diberikan pada anak didik.
Misalanya, memberikan pemahaman sampai mendiskusikan tentang hal yang
baik dan buruk, memberikan kesempatan dan peluang untuk mengembangkan
dan mengeksplorasi potensi dirinya serta memberikan apresiasi atas potensi
yang dimilikinya, menghormati keputusan dan mensupport anak dalam
mengambil keputusan terhadap dirinya, menanamkan pada anakdidik akan arti
keajekan dan bertanggungjawab dan berkomitmen atas pilihannya. Kalau
menurut saya, sebenarnya yang terpenting bukan pilihannnya, namun
kemampuan memilih kita dan pertanggungjawaban kita terhadap pilihan kita
tersebut, yakni dengan cara berkomitmen pada pilihan tersebut.

2.4 Saluran-saluran Pendidikan karakter


Pendidikan karakter berpijak pada karakter dasar manusia dari nilai
moral universal yang bersumber dari agama. Menurut ahli psikologi, karakter
dasar tersebut adalah cinta kepada Allah dan ciptaanNya, tanggung jawab,
jujur, hormat dan santun, peduli, kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras,
dan lain-lain. Menurut Doni A. Koesoema, pendidikan karakter terdiri dari
beberapa unsur, diantaranya penanaman karakter dengan pemahaman pada
peserta didik tentang struktur nilai dan keteladanan yang diberikan pengajar
dan lingkunga. Selanjutnya kemendiknas menjelaskan bahwa nilai-nilai
karakter yang dikembangkan dalam dunia pendidikan didasarkan pada 4
sumber, yaitu ; Agama, Pancasila, budaya bangsa dan tujuan pendidikan
nasional itu sendiri. Dari keempat sumber tersebut merumuskan 18 nilai-nilai
karakter umum yaitu : Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca,
peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.

16
Implementasi pendidikan karakter harus sejalan dengan orientasi pendidikan.
Pola pembelajarannya dilakukan dengan cara menanamkan nilai-nilai moral
tertentu dalam diri anak yang bermanfaat bagi perkembangan pribadinya
sebagai makhluk individual sekaligus sosial. Implementasi pendidikan karakter
harus sesuai dengan saluran-saluran pendidikan karakter itu sendiri,
maksudnya penerapan atau implikasinya harus mempunyai metodelogi-
metodelogi yang tepat yang berbeda antara satu dan lainnya dissuaikan dimana
tempat penerapan pendidikan karakter itu.Implikasi pendidikan karakter
mempunyai berbagai penyaluran yaitu di lingkungan Keluarga, di Sekolah, di
Perguruan Tinggi, dan di lingkungan luar.Orientasi-orientasi pembelajaran ini
lebih ditekankan pada keteladanan dalam nilai pada kehidupan nyata, baik di
sekolah maupun di wilayah publik.
Nilai-nilai pendidikan karakter perlu dikembangkan dalam penyalurannya
terhadap saluran-saluran pendidikan karakter.Nilai ini berlaku universal, karena
dapat digunakan oleh seluruh semua orang khususnya siswa di Indonesia tanpa
adanya diskriminasi terhadap pihak-pihak tertentu.Nilai-nilai ini bersumber
dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional. Adapun
penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Agama
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama.Oleh karena itu,
kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran
agama dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraan pun
didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar
pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter
bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari
agama.
2. Pancasila
Negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip
kehidupan Kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila.Pancasila
terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam
pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945.Artinya, nilai-nilai yang

17
terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan
politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni.Pendidikan
budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan siswa menjadi
warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki
kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai nilai Pancasila dalam
kehidupannya sebagai warga negara.
Nilai-nilai pendidikan karakter perlu dijabarkan sehingga diperoleh
deskripsinya.
1. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakanajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah
agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinyasebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan,
dan pekerjaan.
3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,suku,
etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari
dirinya.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuhpada
berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguhdalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan caraatau
hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri

18
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung padaorang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai samahak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untukmengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat,
dan didengar.
10. Semangat Kebang-saan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas. kepentingan diri dan
kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air
Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkankesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang
tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, dan politik bangsa.
12. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untukmenghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/Komuniktif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,bergaul,
dan bekerja sama dengan orang lain.
14. CintaDamai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan oranglain
merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15. GemarMembaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagaibacaan
yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

19
16. Peduli Lingku-ngan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegahkerusakan
pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan
upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah
terjadi.
17. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuanpada
orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung-jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugasdan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri
sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya).

3. Penyaluran Pendidikan Karakter


a. Penyaluran Pendidikan Karakter di Lingkungan Sekolah
Sekolah adalah tempat yang strategis untuk pendidikan karakter
karena anak-anak dari semua lapisan akan mengenyam pendidikan di
sekolah. Selain itu anak-anak menghabiskan sebagian besar
waktunya di sekolah, sehingga apa yang didapatkannya di sekolah
akan mempengaruhi pembentukan karakternya. Prof. Dr. Noor
Rochman Hadjam, SU. menjelaskan mendidikan karakter tidak
hanya mengenalkan nilai-nilai secara kognitif tetapi juga melalui
penghayatan secara afektif dan mengamalkan nilai-nilai tersebut
secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan siswa seperti
pramuka, upacara bendera, palang merah remaja, teater, praktek
kerja lapangan, menjadi relawan bencana alam, atau pertandingan
olahraga dan seni adalah cara-cara efektif menanamkan nilai-nilai
karakter yang baik pada siswa.
Sementara itu Kemendiknas menyebutkan beberapa prinsip
pengembangan pendidikan karakter dan budaya bangsa di sekolah,
yaitu:

20
1) Keberlanjutan : yaitu bahwa proses pengembangan nilai-nilai
karakter dan budaya bangsa dimualai dari awal peserta didik
masuk hingga selesai dari satuan pendidikan.
2) Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri dan budaya
sekolah.
3) Nilai-nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan: yaitu bahwa
nilai-nilai karakter bukan merupakan pokok bahasan yang
harus diajarkan, sebaliknya mata pelajaran dijadikan sebagai
bahan atau media mengembangkan nilai-nilai karakter.
4) Proses pendidikan karakter dilakukan oleh peserta didik secara
aktif dan menyenangkan.

Dengan demikian pengembangan pendidikan karakter dapat melalui mata


pelajaran (terintegrasi), kegiatan pengembangan diri dan budaya sekolah.
Selain itu dalam pengembangan karakter peserta didik di sekolah, guru memiliki
posisi yang strategis sebagai pelaku utama.
Ada beberapa strategi yang dapat memberikan peluang dan kesempatan bagi guru
untuk memainkan peranannya secara optimal dalam hal pengembangan
pendidikan karakter peserta didik di sekolah, sebagai berikut :
1. Optimalisasi peran guru dalam proses pembelajaran.
Guru tidak seharusnya menempatkan diri sebagai aktor yang dilihat dan
didengar oleh peserta didik, tetapi guru seyogyanya berperan sebagai
sutradara yang mengarahkan, membimbing, memfasilitasi dalam proses
pembelajaran, sehingga peserta didik dapat melakukan dan menemukan
sendiri hasil belajarnya.
2. Integrasi materi pendidikan karakter ke dalam mata pelajaran.
Guru dituntut untuk perduli, mau dan mampu mengaitkan konsep-konsep
pendidikan karakter pada materi-materi pembelajaran dalam mata
pelajaran.
3. Para guru (pembina program) melalui program pembiasaan diri lebih
mengedepankan atau menekankan kepada kegiatan-kegiatan

21
pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia yang kontekstual, kegiatan
yang menjurus pada pengembangan kemampuan afektif dan psikomotorik.
4. Penciptaan lingkungan sekolah yang kondusif untuk tumbuh dan
berkembangnya karakter peserta didik. Untuk itu sekolah dan guru perlu
untuk menyiapkan fasilitas-fasilitas dan melaksanakan berbagai jenis
kegiatan yang mendukung kegiatan pengembangan pendidikan karakter
peserta didik.
5. Menjalin kerjasama dengan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam
pengembangan pendidikan karakter.
6. Menjadi figur teladan bagi peserta didik.
Dalam proses pembelajaran, intergrasi nilai-nilai karakter tidak hanya
dapat diintegrasikan ke dalam subtansi atau materi pelajaran, tetapi juga
padaprosesnya dalam uraian di atas menggambarkan peranan guru dalam
pengembangan pendidikan karakter di sekolah yang berkedudukan sebagai
katalisator atau teladan, inspirator, motivator, dinamisator, dan evaluator.

Penerapan pendidikan karakter di sekolah dasar dilakukan pada ranah


pembelajaran (kegiatan pembelajaran), pengembangan budaya sekolah dan pusat
kegiatan belajar, kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler, dan
kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat. Adapun penjelasan masing-
masing ranah tersebut adalah sebagai berikut.
1. Kegiatan pembelajaran
Penerapan pendidikan karakter pada pelaksanaan pembelajaran
dilaksanakan dengan menggunakan strategi yang tepat.Strategi yang tepat
adalah strategi yang menggunakan pendekatan kontekstual.Alasan
penggunaan strategi kontekstual adalah bahwa strategi tersebut dapat
mengajak siswa menghubungkan atau mengaitkan materi yang dipelajari
dengan dunia nyata.Dengan dapat mengajak menghubungkan materi yang
dipelajari dengan dunia nyata, berati siswa diharapkan dapat mencari
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan
pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pendekatan itu,
siswa lebih memiliki hasil yang komprehensif tidak hanya pada tataran

22
kognitif (olah pikir), tetapi pada tataran afektif (olah hati, rasa, dan karsa),
serta psikomotor (olah raga)
a. pembelajaran berbasis masalah
b. pembelajaran kooperatif
c. pembelajaran berbasis proyek
d. pembelajaran pelayanan
e. pembelajaran berbasis kerja.
2. Pengembangan Budaya Sekolah dan Pusat Kegiatan Belajar
Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar dilakukan
melalui kegiatan pengembangan diri, yaitu kegiatan rutin, kegiatan spontan,
keteladanan, dan, pengkondisian.Adapun hal-hal tersebut adalah sebagai
berikut.
a. Kegiatan rutin
kegiatan rutin merupakan kegiatan yang rutin atau ajeg dilakukan setiap
saat. Kegiatan rutin dapat juga berarti kegiatan yang dilakukan siswa
secara terus menerus dan konsisten setiap saaat. Beberapa contoh
kegiatan rutin antara lain kegiatan upacara hari Senin, upacara besar
kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan, dan piket kelas.
b. Kegiatan spontan
Kegiatan spontan dapat juga disebut kegiatan insidental.Kegiatan ini
dilakukan secara spontan tanpa perencanaan terlebih dahulu.Contoh
kegiatan ini adalah mengumpulkan sumbangan ketika ada teman yang
terkena musibah atau sumbangan untuk masyarakat ketika terjadi
bencana.
c. Keteladanan
Keteladanan merupakan sikap menjadi contoh.Sikap menjadi contoh
merupakan perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan dan siswa.
Contoh kegiatan ini misalnya guru menjadi contoh pribadi yang bersih,
rapi, ramah, dan supel.
d. Pengkondisian
Pengkondisian berkaitan dengan upaya sekolah untuk menata
lingkungan fisik maupun nonfisik demi terciptanya suasana mendukung
terlaksananya pendidikan karakter.Kegiatan menata lingkungan fisik

23
misalnya adalah mengkondisikan toilet yang bersih, tempat sampah,
halaman yang hijau dengan pepohonan, poster kata-kata bijak yang
dipajang di lorong sekolah dan di dalam kelas Sedangkan pengkondisian
lingkungan nonfisik misalnya mengelola konflik antar guru supaya tidak
menjurus kepada perpecahan, atau bahkan menghilangkan konflik
tersebut.

3. Kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler


Kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler merupakan kegiatan-
kegiatan di luar kegiatan pembelajaran. Meskipun di luar kegiatan
pembelajaran, guru dapat juga mengintegrasikannya dalam
pembelajaran.Kegiatan-kegiatan ini sebenarnya sudah mendukung
pelaksanaan pendidikan karakter. Namun demikian tetap diperlukan
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang baik atau merevitalisasi
kegiatan-kegiatan ko dan ekstra kurikuler tersebut agar dapat melaksanakan
pendidikan karakter kepada siswa. Penyaluran Pendidikan Karakter di
Pergruan Tinggi
Pendidikan karakter di lingkup satuan pendidikan perguruan tinggi
dilaksanakan melalui tridharma perguruan tinggi, budaya organisasi,
kegiatan kemahasiswaan, dan kegiatan keseharian. Penjelasan dari setiap
aspek pendidikan sebagai berikut:
1. Tridharma Perguruan Tinggi: Pengintegrasian nilai-nilai utama ke dalam
kegiatan pendidikan, penelitian serta publikasi ilmiah, dan pengabdian
kepada masyarakat.
2. Budaya organisasi: pembiasaan dalam kepemimpinan dan pengelolaan
perguruan tinggi.
3. Kegiatan kemahassiwaan: pengintegrasian pendidikan karakter ke dalam
kegiatan kemahasiswaan, antara lain: Pramuka, Olahraga, Karya Tulis,
Seni;
4. Kegiatan keseharian: Penerapan pembiasaan dalam kehidupan sehari-
hari di lingkungan kampus, asrama/pondokan/keluarga, dan masyarakat.
5. Langkah-langkah pengembangan budaya Perguruan Tinggi (Naskah

24
Akademik Peraturan Universitas Negeri Yogyakarta Nomor 4 Tahun
2009 tentang Pengembangan Kultur Universitas) adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis budaya yang telah ada untuk menentukan
kesenjangannya dengan budaya yang diinginkan.
2. Merumuskan target mutu yang akan dicapai.
3. Menganalisis kepemimpinanan di setiap unit kerja.
4. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat.
5. Menerapkan strategi mewujudkan budaya, termasuk membangun
kesinergisan internal dan kemitraan eksternal, pengembangan
kapasistas, pemberdayaan system informasi, dsb.
6. Melakukan evaluasi secara terus menerus dengan tolok ukur yang
jelas dan memanfaatkannya untuk merancang tulang program
pengembangan budaya Perguruan Tinggi.
Untuk mewujudkan budaya perguruan tinggi. Diperlukan karakter
individu, yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila. Dalam mewujudkan karakter
individu, diperlukan pengembangan diri secara holistic, yang bersumber pada olah
hati, olah pikir, olah raga, dan olah karsa. Seperti yang telah dikemukakan dari
konfigurasi nilai yang terdapat dalam ranah olah hati, olah pikir, olah raga, dan
olah rasa/karsa masing-masing diambil satu nilai sebagai nilai-nilai utama
karakter yang dikembangkan secara nasional, termasuk dilingkungan Dikti.
Karakter yang dimaksud adalah: Jujur, Cerdas, Tangguh, Peduli (Jurdastangli).
Definisi Konseptual Jujur, Cerdas, Tangguh, dan Peduli
1. Jujur: Lurus hati, tidak berbohong, tidak curang, tulus, ikhlas.
2. Cerdas: Sempurna perkembangan akal budinya untuk berpikir,
tajam pikirannya.
3. Tangguh: Sukar dikalahkan, kuat, andal, kuat sekali pendiriannya,
tabah dan tahan menderita
4. Peduli: Mengindahkan, memperhatikan, menghiraukan.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

25
Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark atau
menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan
dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur,
kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek.
Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut
dengan berkarakter mulia.
Menurut Sudrajat (2010), pendidikan karakter adalah suatu sistem
penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi
komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa
(YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga
menjadi insan kamil.
Tujuan pendidikan karakter adalah penanaman nilai dalam diri siswa
dan pembaruan tata kehidupan bersama yang lebih menghargai kebebasan
individu.
Implikasi pendidikan karakter mempunyai berbagai penyaluran yaitu
di lingkungan Keluarga, di Sekolah, di Perguruan Tinggi, dan di lingkungan
luar. Orientasi-orientasi pembelajaran ini lebih ditekankan pada keteladanan
dalam nilai pada kehidupan nyata, baik di sekolah maupun di wilayah publik
.
3.2 SARAN

Sebagai pendidik maupun calon pendidik, pendidikan karakter menjadi


suatu hal yang sudah sepatutnya terkuasai oleh pelaku pendidik dalam
menciptakan peserta didik berkarakter yang tahu akan pembatasan nilai-nilai
moral yang menunjang dalam pencapaian tatanan kehidupannya.

DAFTAR PUSTAKA

Haryanto. 2012. Pengertian Pendidikan Karakter. [Online]. Tersedia:


http://belajarpsikologi.com [ 11 Februari 2014 ]

Lovita, Nia. 2012. Pengertian Pendidikan Karakter. [ Online ]. Tersedia


http://nialovita.wordpress.com [ 11 Februari 2014 ]

26
Muspitasari, Yulita. 2012. Implementasi Pendidikan Karakter pada Sekolah.
[Online]. Tersedia: http://edukasi.kompasiana.com [10 Februari 2014].

Hamdan Husein, Batubara. 2013. Cara Jitu Menerapkan Pendidikan Karakter


diSekolah. [Online]. Tersedia: http://media-nomor1.blogspot.com.[10
Februari 2014].

Wijayanto, Nur. 2011. Upaya Mendisiplinkan Siswa Melalui Pendidikan


Karakter. [Online] Tersedia: http://nurwijayantoz.wordpress.com [10
Februari 2014].

Antoro, Dwi. 2012. Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar. [Online]. Tersedia:


http://atariuz.blogspot.com [10 Februari 2014]

Zuchdi, Darmiyati.2012. Implementasi Pendidikan Karakter di Perguruan


Tinggi.[Online].Tersedia: http://phitry-kawaii.blogspot.com [10 Februari
2014].

Husaini, Ahmad. 2012. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter. [ Online]


Tersedia : http://pndkarakter.wordpress.com [10 Februari 2014 ]

27

Anda mungkin juga menyukai