Anda di halaman 1dari 20

SISTEM BILANGAN BINER, OKTAL DAN HEKSA

Di Susun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : ICT

Dosen Pengampu : Dr. Oktavia Suwardhana, ST.,M.Pd

Disusun Oleh :

1. Anggie Selviana 20158300014


2. Yuliana Dwi Wijayanti 20158300097
3. Galuh Angguning Tyas 20158300373

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


STKIP KUSUMA NEGARA JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya maka
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Sistem Bilangan.
Penulisan ini merupakan salah satu tugas dan syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
ICT. Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Jakarta, 08 Maret 2017

Kelompok III

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................................................. i

Daftar Isi ........................................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang .................................................................................................................. 1


2. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 1
3. Tujuan ................................................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Bit dan Byte ..................................................................................................... 2


2. Sistem Bilangan ................................................................................................................. 3
3. Konversi Sistem Bilangan ................................................................................................. 7

BAB III PENUTUP

1. Simpulan ............................................................................................................................ 13

Daftar Pustaka

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Struktur dapat diartikan dengan susunan, bangunan, komposisi, dan sebagainya. Kata
struktur juga mengartikan bahwa elemen-elemen pembentuk susunan, bangunan dan komposisi
di atas saling terkait sebagaimana jika kita mengartikan kata sistem.
Kata data dalam bahasa Inggris berasal dari kata datum dari bahasa Latin yang berarti
fakta. Kata tersebut bersifat plural, sebagaimana kata air, udara, dan semacamnya. Karenanya,
kata data akan salah jika disebut atau ditulis dengan data-data, banyak data, dan semacamnya.
Bagi manusia, data dapat merupakan segala sesuatu (stimulus) yang dapat ditangkap oleh
indera manusia. Berbeda dengan manusia, data bagi komputer adalah segala sesuatu yang dapat
dilambangkan, dikodekan, atau didigitalisasikan ke dalam lambang-lambang atau kode-kode
yang dimengerti oleh komputer. Dalam makalah ini akan di bahas mengenai sistem bilangan atau
data yang dikonversikan oleh sistem dalam komputer.

2. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud denga bit dan byte?
b. Apa saja sistem bilangan dalam komputer?
c. Bagaimana cara meng-konversikan bilangan tersebut?

3. Tujuan
a. Mengetahui perbedaan bit dan byte,
b. Mengetahui system bilangan dalam computer,
c. Mengetahui cara meng-konversi bilangan tersebut.

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Bit dan Byte


a. Bit
Bit merupakan unit terkecil informasi di komputer, atau dapat disebut bit adalah satuan
data terkecil di komputer digital. Istilah ini digunakan oleh John W. Tukey (1946), dan Claude
E. Shannon (1948). Setiap bit hanya dapat bernilai sebuah dari dua buah nilai, 0 atau 1, tidak
ada bilangan lain.
Bit adalah sebuah digit dari sistem bilangan binar (binary numeral system), yaitu sistem
bilangan yang berbasis 2. Binary digits ini hampir selalu digunakan sebagai dasar perhitungan
kemampuan menampung pada media penyimpan data (storage), perhitungan secara digital
dan pembelajaran teori informasi secara digital. Sebagai contoh, kemampuan transfer data
dari sebuah jaringan komputer dihitung berdasarkan bit per second (bps), atau prosesor
komputer yang digunakan oleh komputer X adalah prosesor 32 bit. Pada kemampuan grafis
di monitor, setiap titik (dot) akan direpresentasikan oleh banyaknya bit yang digunakan.
Monitor monochrome menggunakan 1 bit, sedangkan yang menggunakan 8 bit bisa
menghasilkan 256 warna atau disebut dengan grayscales, dan yang menggunakan 24 atau 32
bit, dapat menghasilkan grafis yang sempurna (true color).
Sebuah bit dari storage adalah laksana sebuah saklar lampu (light switch) yang bisa
dihidupkan dan dimatikan. Bila saklar dihidupkan (on) dilambangkan dengan 1, dan bila
saklar dimatikan (off) dilambangkan dengan 0. Dua perbedaan yang jelas, hitam atau putih,
benar atau salah, yang membuat Gregory Bateson mendefinisikan sebuah bit adalah a
difference that makes a difference.
Tentu saja, dunia ini yang bersifat analog. Sebagai contoh, di antara 0 dan 1 saja terdapat
sejumlah bilangan yang tidak terhingga yang menjadi begitu menarik dipelajari (di ilmu
komputer), agar, bagaimana (analog tadi) dijadikan digital (hanya ada 0 dan 1) saja.
Jadi, karena komputer tidak memiliki kemampuan apapun, maka untuk
memperkenalkan data kepada komputer adalah dengan membuat rangkaian digital
(elektronis) yang, bila dialiri arus listrik (sebesar +3,3 Volt atau +5,0 Volt) akan
dilambangkan dengan 1 (on), dan bila tidak dialiri listrik (0 Volt) akan dilambangkan dengan
0 (off).
b. Byte
Untuk lebih memberi arti, bit di atas selanjutnya digabung (dikombinasikan nilai-
nilainya) dan saling bertalian (correspondence) yang disebut dengan byte. Sederhananya,
kumpulan bit yang membentuk sebuah informasi disebut dengan byte. Istilah byte juga
digunakan sebagai satuan terkecil alamat (address) di mikroprosesor.
Sebelum istilah byte tersebut muncul, dulu dinamakan dengan bite, karena hampir mirip
dengan kata bit, maka oleh Werner Buchholz (1957) mulai digunakan istilah byte pada fase
awal mendesain komputer IBM Stretch. Byte merupakan kependekan dari Binary Tuple,
namun beberapa sumber mengatakan bahwa byte merupakan kependekan dari Binary Table.
Masalahnya, berapa banyak bit penggabungan itu dilakukan. Pada umumnya, sebuah byte
terdiri atas 8 bit yang disebut dengan octet yang dapat merepresentasikan 256 nilai (dari

2
perhitungan : 28 dengan nilai 0 sampai 255). Seperti halnya standar yang digunakan untuk
komputer IBM System/360. Ada juga yang menggunakan 4 bit (disebut nibble, nybble,
semioctet, atau hex digit), ada pula yang menggunakan 2 bit (disebut crumb).
Istilah lain selain byte yang digunakan dari sekumpulan bit adalah kata (word). Hanya,
pada word tidak ada standar besaran banyaknya bit. Besaran itu tergantung dari ukuran sebuah
regi ster di dalam CPU (Central Processing Unit) komputer. Sebagai contoh, di dalam
arsitektur komputer IA-32 (prosesor Intel 8086) digunakan 16 bit untuk sebuah word,
sehingga 32 bit disebut dengan double word atau dword. Ada juga arsitektur komputer lain
yang menyatakan sebuah word terdiri atas bit sebanyak 4, 8, 32, 64, dan sebagainya.
Dalam hal lain, ada standar penyebutan untuk ukuran bit yang besar, misalkan kilobit
(Kbit), megabit (Mbit), gigabit (Gbit), dan sebagainya. Di ilmu komputer, byte juga
digunakan sebagai ukuran dari storage (tempat menyimpan data), dan dijadikan dasar dari
penetapan tipe data di berbagai bahasa pemrograman. Tipe data itu antara lain, numeric (dan
lebih spesifik lagi integer atau real), character atau string, boolean, dan sebagainya.
Pada Tabel 1 diperlihatkan penamaan dari ukuran byte :

Tabel 1 Ukuran byte

Besaran dari byte


SI prefixes Binary prefixes
Nama Pemakaian Standar Nama Nilai
(Simbol) Umum SI (Simbol)

kilobyte (KB) 210 103 kibibyte (KiB) 210


20 6
megabyte (MB) 2 10 mebibyte (MiB) 220
gigabyte (GB) 230 109 gibibyte (GiB) 230
40 12
terabyte (TB) 2 10 tebibyte (TiB) 240
petabyte (PB) 250 1015 pebibyte (PiB) 250
60 18
exabyte (EB) 2 10 exbibyte (EiB) 260
70 21
zettabyte (ZB) 2 10 zebibyte (ZiB) 270
yottabyte (YB) 280 1024 yobibyte (YiB) 280
SI-prefix (juga dikenal sebagai metrix prefix adalah suatu asosiasi yang menentukan
ukuran suatu simbol, dengan nama asli Systme International dUnits (dari Perancis).
Binary prefix adalah simbol yang ditetapkan oleh International Electrotechnical Commision.

Dalam pemberian nama singkatan dari besaran data antara bit dan byte juga kadang
membingungkan. Oleh beberapa badan standardisasi, misalkan IEEE 1541 dan Metric-
Interchange-Format, sepakat untuk byte digunakan huruf B besar, seperti MB untuk
megabyte. Sedangkan untuk bit, IEEE 1541 menggunakan b huruf kecil, tetapi Metric-
Interchange-Format dan IEC 60027 menggunakan kata yang lengkap bit jadi IEEE 1541
menuliskan Mb untuk megabit, sedangkan Metric-Interchange-Format dan IEC 60027
menuliskan dengan Mbit.

2. Sistem Bilangan
a. Sistem Bilangan Desimal
Sistem bilangan desimal menggunakan 10 macam simbol bilangan berbentuk 10 digit
angka, yaitu 0, 1 , 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9. Sistem bilangan desimal menggunakan basis atau

3
radiks 10. Bentuk nilai suatu bilangan desimal dapat berupa integer desimal (decimal integer)
atau pecahan desimal (fraction decimal). Integer desimal adalah nilai desimal yang bulat,
misalnya nilai 8598. Yang dapat diartikan:
8 x 103 = 8000
5 x 102 = 500
9 x 101 = 90
8 x 100 = 8
+
8598

Absolut value merupakan nilai muilak dari masing-masing digit di bilangan. position
value (nilai tempat) merupakan penimbang atau bobot dan masing-masing digit
bergantung pada posisinya,yaitu bemilai basis dipangkatkan dengan urutan posisinya.

1.
Tabel 1.2 Bilangan Desimal
Posisi digit ( dari kanan ) Nilai Tempat
0
1 10 = 1
2 101 = 10
3 102 = 100
4 103 = 1000
5 104 = 10000

Oleh karena itu, nilai 8598 dapat juga diartikan dengan (8 X 1000) + (5 X 100) + (9 x10)
+ (8x 1). Pecahan desimal adalah nilai desimal yang mengandung nilai pecahan di belakang
koma, misalnya nilal 183,75 adalah pecahan desimal yang dapat diartikan:
1 x 102 = 100
8 x 101 = 80
3 x 100 = 3
7 x 10-1 = 0,7
5 x 10-2 = 0,05
+
183,75

Baik integer desimal maupun pecahan desimal dapat ditulis dengan bentuk eksponensial.
Misalnya nilai 82,15 dapat dituliskan 0,8215 X 102. Setiap nilai desimal yang bukan nol
dapat dituliskan dalam bentuk eksponensial standar (standard exponential form), yaitu
ditulis dengan mantissa dan eksponen. Mantissa merupakan nilai pecahan yang digit pertama
di belakang koma bukan benilai nol.
b. Sistem Bilangan Biner
Bilangan biner adalah bilangan yang berbasis 2 yang hanya mempunyai 2 digit yaitu 0
dan 1. 0 dan 1 disebut sebagai bilangan binary digit atau bit. Bilangan biner ini
digunakan sebagai dasar kompetensi digital. Bobot faktor untuk bilangan biner adalah
pangkat / kelipatan 2.
Sistem bilangan biner menggunakan 2 macam simbol bilangan berbentuk 2 digit

4
angka, yaitu 0 dan 1. Sistem bilangan biner menggunakan basis 2 .
Nilai tempat sistem bilangan biner merupakan perpangkatan dari nilai 2 sebagai
berikut.
Tabel 1.3 Bilangan Biner
Posisi digit ( dari kanan ) Nilai Tempat
1 20 = 1
2 21 = 2
3 22 = 4
4 23 = 8
5 24 = 16

Atau dapat juga dituliskan dalam bentuk persamaan:

an-1 2n-1 + an-2 2n-2 + + a0

Contoh soal
Berapakah nilai bilangan decimal dan bilangan biner berikut ini :
a. 10012 = .10
b. 1011012 = ...10
c. 111001102 = .10
Penyelesaian :
a. 10012 =
8 4 2 1
1 0 0 1

Maka : 8 + 1 = 910
atau
10012 = 20 + 21
=1 + 8
= 9 10
b. 1011012 = a5 x 25 + a4 x 24 + a3 x 23 + a2 x 22 + a1 + a0
= 1 x 32+0 x 16 +1 x 8 + 1 x 4 + 0 x 2 + 1
= 32 + 0 + 8 + 4 + 0 + 1
= 45 10
c. 111001102 =
128 64 32 16 8 4 2 1
1 1 1 0 0 1 1 0

= 128 + 64 + 32 + 4 + 2
= 23410

c. Sistem Bilangan Oktal


Sistem bilangan oktal (octal number system) menggunakan 8 macam simbol bilangan,
yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7. Sistem bilangan oktal menggunakan basis 8 . Nilai tempat sistem
bilangan oktal merupakan perpangkatan dari nilai 8 sebagai berikut :

5
d.
Tabel 1.4 Bilangan Oktal
Posisi Digit ( Dari Kanan) Nilai tempat
1 80 =1
2 81 = 8
3 82 = 64
4 83 = 512
5 84 = 4096

Misalnya bilangan oktal 1213 di dalam sistem bilangan desimal bernilai 1 x 83 + 2 x


82 + 1 x 81 + 3 x 80 = 1 x 512 + 2 x 64 + 1 x 8 + 3 x 1 = 512 + 128 + 8 + 3 = 651 atau
ditulis dengan notasi: 12138 = 65110
d. Sistem Bilangan Heksadesimal
Sistem bilangan heksadesimal (hexadecimal number system) menggunakan 16 macam
simbol, yaltu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C. D, E, dan F. Sistem bilangan heksadesimal
menggunakan basis 16. Sistem bilangan heksadesimal digunakan untuk alasan-alasan tertentu
di beberapa komputer, misalnya IBM System/360, Data General Nova, PDP 1 1 DEC,
Honeywell, beberapa komputer mini dan beberapa komputer mikro. Sistem bilangan
heksadesimal mengorganisasikan memori utama ke dalam suatu byte yang terdiri dari 8 bit
(binary digit). Masing-masing byte digunakan untuk menyimpan satu karakter alfanumerik
yang dibagi dalam dua grup masing-masing bagian 4 bit. Bila satu byte dibentuk dari dua
grup 4 bit, masing-masing bagian 4 bit disebut dengan nibble. 4 bit pertama disebut dengan
high-ordernibble dan 4 bit kedua disebut dengan low-order nibble.
Bila komputer menangani bilangan dalam bentuk biner yang diorganisasikan dalam
bentuk grup 4 bit, akan lebih memudahkan untuk menggunakan suatu simbol yang
mewakili sekaligus 4 digit biner tersebut. Kombinasi dari 4 bit akan didapatkan sebanyak
16 kemungkinan kombinasi yang dapat diwakili sehingga dibutuhkan suatu sistem
bilangan yang terdiri dari 16 macam simbol atau yang berbasis 1, yaitu sistem bilangan
heksadesimal. Digit 0 sampai dengan 9 tidak mencukupi, maka huruf A, B, C, D, E dan F
dipergunakan. Misalnya bilangan biner 11000111 dapat diwakili dengan bilangan
heksadesimal menjadi C7.
Nilai hexadesimal C7 tersebut dalam sistem bilangan desimal bernilai:
C716 = C X 161 + 7 x 160
= 12 X 16 + 7 X 1
= 192 + 7
= 19910
Nilai tempat sistem bilangan heksadesimal merupakan perpangkatan dari nilai 16,
seperti ditunjukkan pada table berikut :
Tabel 1.5 Bilangan Heksadesimal
Posisi Digit ( Dari Kanan) Nilai tempat
1 160 =1
2 161 = 16
3 162 = 256
4 163 = 4096
5 164 = 65536

6
3. Konversi Bilangan
Sebelumnya sudah dibahas mengenai system bilangan dengan basis tertentu. Bila suatu nilai
telah dinyatakan dalam suatu bilangan tertentu dan untuk mengetahui nilai tersebut dalam system
bilangan lain, maka harus di konversikan terlebih dahulu pada system bilangan yang di inginkan.
Angka angka pada system bilangan dapat di konversikan ke dalam bilangan lain. Dalam
pengkonversian diperlukan ketelitian, ketekunan dan kecermatan. Perhatikan table konversi
decimal, biner, octal dan heksadesimal berikut :
Tabel 1.6 Sistem Bilangan
Desimal Biner Oktal Hexadesimal
0 0 0 0
1 1 1 1
2 10 2 2
3 11 3 3
4 100 4 4
5 101 5 5
6 110 6 6
7 111 7 7
8 1000 10 8
9 1001 11 9
10 1010 12 A
11 1011 13 B
12 1100 14 C
13 1101 15 D
14 1110 16 E
15 1111 17 F

a. Desimal ke Sistem Bilangan Biner


Ada beberapa metode untuk mengkonversikan dari sistem bilangan desimal ke sistem
bilangan biner. Metode pertama dan paling banyak digunakan adalah dengan cara
membagi dengan nilai dua dan sisa setiap pembagian merupakan digit biner dan bilangan
biner dari hasil konversi. Metode ini disebut metode sisa (remainder method).
510 = 2
Penyelesaian : Cara ke-1

45 : 2 = 22 + sisa 1 Akan diperoleh hasil


22 : 2 = 11 + sisa 0 101101
11 :2=5 + sisa 1
5 :2=2 + sisa 1
2 :2=1 + sisa 0
1

Bila bilangan desimal yang akan dikonversikan berupa pecahan desimal, maka
bilangan tersebut harus dipecah menjadi dua bagian, yaitu bilangan yang utuh dan yang

7
pecahan. Misalnya bilangan desimal 125,4375 dipecah menjadi 125 dan 0,4375. Bilangan
yang utuh, yaitu 125 dikonversikan terlebih dahulu ke bilangan biner, sebagal berikut :
125 : 2 = 62 + sisa 1
62 : 2 = 31 + sisa 0
31 : 2 = 15 + sisa 1
15 : 2 = 7 + sisa 1
7 : 2 = 3 + sisa 1
3 : 2 = 1 + sisa 1
Oleh karena itu, bilangan decimal 125 dalam bentuk bilangan biner adalah 101111.
Kemudian bilangan yang pecahan dikonversikan ke bilangan biner dengan cara yang berbeda
seperti bilangan yang utuh, yaitu sebagai berikut :

0,4375 x 2 = 0,875
0,875 x2 = 1 ,75
0,75 x2 = 1 ,5
0,5 x2 =1

Hasil biner
pecahan
Jadi, bilangan decimal pecahan 0,4375 di dalam biner adalah 0,111. Hasil dari bilangan
125,4375 dalam bilangan biner adalah : Desimal ke Sistem Bilangan Oktal
125 = 101111
0,4375 = 0,111
+
125,437510 = 101111,111

b. Desimal ke Sistem Bilangan Oktal


Untuk mengkonversikan bilangan desimal kebilangan oktaI dapat dipergunakan
remainder method dengan pembaginya adalah basis dari bilangan oktal tersebut, yaitu 8.
Misalnya bilangan desimal 385, dalam bilangan oktal bernilai:
Contoh Soal :
38510 = .. 8
385 : 8 = 48 + sisa 1
48 : 8 = 6 + sisa 0
60 1
Jadi hasilnya adalah 38510 = 6018
c. Bilangan Desimal ke Sistem Bilangan Heksadesimal
Dengan menggunakan remainder method, dengan pembaginya adalah basis dari bilangan
heksadesimal, yaitu 16, maka bilangan desimal dapat dikonversikan ke bilangan
heksadesimal.

1583 : 16 = 98 + sisa 15 = F
98 : 16 = 6 + sisa 2 = 2

8
6 2F
Jadi, 158310 = 62F16
d. Bilangan Biner ke Sistem Bilangan Desimal
Dari bilangan biner dapat dikonversikan ke bilangan desimal dengan cara
mengalikan masing - masing bit dalam bilangan dengan nilai tempatnya.
Contoh Soal :
a. 1011012 = 1 x 25 + 0 x 24 + 1 x 23 + 1 x 22 + 0x21 + 1 x 20
= 1 x 32 + 0 x 16 + 1 x 8 + 1 x 4 + 0 x 2 + 1 x 1
= 32 + 0 + 8 + 4 + 0 + 1
= 4510
Maka bilangan biner 1011012 yang di konversikan ke dalam desimal adalah 4510
e. Bilangan Biner ke Sistem Bilangan Oktal
Konversi dari bilangan biner ke bilangan oktal dapat dilakukan dengan mengkonversikan
tiap- tiap tiga buah digit biner. Misalnya, bilangan biner 11010100 dapat dikonversikan ke
oktal dengan cara :
11 010 100
3 2 4
Hubungan ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.7 Konversi Bilangan Oktal
Digit Oktal 3 bit
0 000
1 001
2 010
3 011
4 100
5 101
6 110
7 111
f. Bilangan Biner ke Sistem Bilangan Heksadesimal
Konversi dari bilangan biner ke bilangan heksadesimal dapat dilakukan dengan
mengkonversikan tiap-tiap empat buah digit biner.Misalnya bilangan biner 11010100 dapat
dikonversikan ke bilangan heksadesimal dengan cara :
1101 0100
4
Hubungan ini dapat dilihat pada tabel berikut:

9
Tabel 1.8 Konversi bit bilangan Heksadesimal
Digit heksadesimal 4 bit Digit heksadesimal 4 bit
0 0000 A 1010
1 0001 B 1011
2 0010 C 1100
3 0011 D 1101
4 0100 E 1110
5 0101 F 1111
6 0110
7 0111
8 1000
9 1001
g. Bilangan Oktal ke Sistem Bilangan Desimal
Bilangan oktal dapat dikonversikan ke bilangan desimal dengan cara mengalikan
masing-masing bit dalam bilangan dengan nilai tempatnya.
Contoh Soal :
3248 = 3x82 +2x81+4x80
= 3x64+2x8+4x1
= 192+16+4
= 21210

h. Bilangan Oktal ke Sistem Bilangan Biner


Konversi dari bilangan oktal ke bilangan biner dapat dilakukan dengan mengkonversikan
masing-masing digit oktal ke 3 digit biner, sebagai berikut :
6 5 0 2
110 101 000 010
Jadi bilangan biner 110101000010 adalah 6502 di dalam oktal.

i. Bilangan Oktal ke Sistem Bilangan Heksadesimal


Konversi dari bilangan oktal ke bilangan heksadesimal dapat dilakukan dengan cara
mengubah dari bilangan oktal menjadi bilangan biner terlebih dahulu, kemudian
dikonversikan ke bilangan heksadesimal. Misalnya, bilangan oktal 2537, akan dikonversikan
ke heksadesimal, dengan langkah-langkah berikut ini :
1) Dikonversikan terlebih dahulu ke bilangan biner, sebagai berikut.
2 5 3 7

010 101 011 111


2) Berikut bilangan biner baru dikonversikan ke bilangan heksadesimal, sebagai
berikut.
0101 0101 1111

5 5 F
Jadi, bilangan oktal 2537 adalah 55F dalam bilangan heksadesimal.

10
j. Bilangan Heksadesimal ke Sistem Bilangan Desimal
Dari bilangan heksadesimal dapat dikonversikan ke bilangan desimal dengan cara
mengalikanmasing-masing digit bilangan dengan nilai tempatnya.
B6A16 = 11 x 162 + 6x161 + 10x160
= 11 x 256 + 96 + 10
= 292210
Untuk mengkonversikan bilangan heksadesimal ke bilangan desimal, dapat dengan
bantuan table berikut :
Tabel 1.9 Hubungan nilai heksadesimal di posisi tertentu dengan nilai desimal
Posisi 4 Posisi 3 Posisi 2 Posisi 1
Heksa Desimal Heksa Desimal Heksa Desimal Heksa Desimal
0 0 0 0 0 0 0 0
1 4096 1 256 1 16 1 1
2 8192 2 512 2 32 2 2
3 12288 3 768 3 48 3 3
4 16384 4 1024 4 64 4 4
5 20480 5 1280 5 80 5 5
6 24576 6 1536 6 96 6 6
7 28672 7 1792 7 112 7 7
8 32768 8 2048 8 128 8 8
9 36864 9 2304 9 144 9 9
A 40960 A 2560 A 160 A 10
B 45056 B 2816 B 176 B 11
C 49152 C 3072 C 192 C 12
D 53248 D 3328 D 208 D 13
E 57344 E 3584 E 224 E 14
F 61440 F 3840 F 240 F 15

k. Bilangan Heksadesimal ke Sistem Bilangan Biner


Konversi dan hilangan heksadesimal ke sistem bilangan biner dapat dilakukan
denganmengkonversikan masing-masing digit heksadesimal ke 4 digit biner sebagai
berikut:
D 4

1101 0100
Berarti bilangan heksadesimal D4 adalah 11010100 dalam bilangan biner.
l. Bilangan Heksadesimal ke Sistem Bilangan Oktal
Konversi dari bilangan heksadesimal ke bilangan oktal dapat dilakukan dengan cara
mengubah dari bilangan heksadesimal menjadi bilangan biner terlebih dahulu, baru
dikonversikan ke bilangan oktal. Misalnya bilangan heksadesimal 55F, akan dikonversikan
ke oktal dengan Iangkah-Iangkah:
1) Dikonversikan terlebih dahulu ke bilangan biner
5 5 F

0101 0101 1111

11
2) Dari bilangan biner baru dikonversikan ke bilangan oktal
010 101 011 111

2 5 3 7
Jadi, bilangan heksadesimal 55F adalah 2537 dalam bilangan oktal.

12
BAB III
PENUTUP

1. Simpulan
Sistem bilangan menggunakan suatu bilangan dasar atau basis (base/radix) yang tertentu.
Dalam hubungannya dengan computer, ada 4 jenis sistem bilangan yang dikenal yaitu : Desimal
(Basis 10), Biner (Basis 2), Oktal (Basis 8), dan Hexadesimal (Basis16). Teknik Informatika
sangat menjadi alat utama dalam dunia matematika terutama mempelajari sistem bilangan dan
sebaliknya, matematika sangat dibutuhan dalam juruan teknik informatika. Untuk itu kedua hal
ini sangat erat kaitannya satu sama lain dan menciptakan suatu hubungan yang memberi
keuntungan yang timbal balik satu sama lain.

13
DAFTAR PUSTAKA

Tri, Agus Haryanto dan Taufiq Lilo Adi Sucipto. 2013. Sistem Komputer SMK/MAK Kelas X. Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Wahyudi, Bambang dan Andi Offset. 2007. Konsep Sistem Informasi: dari Bit sampai ke Database.
Jakarta.

http://kuliah.dinus.ac.id/edi-nur/intro1-cad.html diakses pada 02 Maret 2017

Gerson Feoh, S.Kom. Sistem Bilangan dan Konversi Bilangan. Diambil dari internet
lulu_mawadah.staff.gunadarma.ac.id/.../sistem_bilangan_dan_konversi_bilangan1.pdf pada 02 Maret
2017

betty_s.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/.../FILOSOFI+STRUKTUR+DATA.doc diakses 02
Maret 2017

http://haimatakuliahku.blogspot.co.id/2015/08/makalah-sistem-bilangan.html diakses 09 Maret 2017

Anda mungkin juga menyukai