Anda di halaman 1dari 14

PROBLEM BASED LEARNING

Di Susun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Perencanaan Pembelajaran Matematika

Dosen Pengampu : Hardi Pranowo, M.Pd

Disusun oleh :

1. Yuliana Dwi Wijayanti 20158300097


2. Wahyu Habsarindri 20158300114
3. Dina Fahma 20158300185
4. Nur Melinda 20158300203
5. Gilang Fadhil Fikri 20158300233
6. Yuliani 20158300342

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


STKIP KUSUMA NEGARA JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya
maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Problem Based
Learning.
Penulisan ini merupakan salah satu tugas dan syarat untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Perencanaan Pembelajaran Matematika. Dalam penulisan makalah ini kami merasa
masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat
akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Jakarta, 29 September 2017

Kelompok I

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................................i

Daftar Isi ...............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang ................................................................................................................1


2. Rumusan Masalah ...........................................................................................................1
3. Tujuan .............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Problem Based Learning ..............................................................................3


2. Ciri-ciri Pembelajaran PBL .............................................................................................4
3. Komponen PBL .............................................................................................................4
4. Karakteristik PBL ..........................................................................................................5
5. Langkah PBL ...................................................................................................................6
6. Sintaks PBL .....................................................................................................................7
7. Penilaian dan Evaluasi PBL .............................................................................................8
8. Kelebihan dan Kekurangan PBL .....................................................................................8

BAB III PENUTUP

1. Simpulan ..........................................................................................................................10

Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pada proses pembelajaran di kelas hingga saat ini masih juga ditemukan pengajar yang
memposisikan peserta didik sebagai objek belajar, bukan sebagai individu yang harus
dikembangkan potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat mematikan potensi peserta didik. Dan
dalam keadaan tersebut peserta didik hanya mendengarkan pidato guru di depan kelas,
sehingga mudah sekali peserta didik merasa bosan dengan materi yang diberikan. Akibatnya,
peserta didik tidak paham dengan apa yang baru saja disampaikan oleh guru.
Pada model pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan model pembelajaran yang
lainnya, dalam model pembelajaran ini, peranan guru adalah menyodorkan berbagai masalah,
memberikan pertanyaan, dan memfasilitasi investigasi dan dialog. Guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk menetapkan topik masalah yang akan dibahas,
walaupun sebenarnya guru telah menetapkan topik masalah apa yang harus dibahas. Hal yang
paling utama adalah guru menyediakan perancah atau kerangka pendukung yang dapat
meningkatkan kemampuan penyelidikan dan intelegensi peserta didik dalam berpikir. Proses
pembelajaran diarahkan agar peserta didik mampu menyelesaikan masalah secara sistematis
dan logis. Model pembelajaran ini dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas
yang terbuka dan jujur, karena kelas itu sendiri merupakan tempat pertukaran ide-ide peserta
didik dalam menanggapi berbagai masalah.
Jika dilihat dari sudut pandang psikologi belajar, model pembelajaran ini berdasarkan
pada psikologi kognitif yang berakar dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan
tingkah laku berkat adanya pengalaman. Melalui model pembelajaran ini peserta didik dapat
berkembang secara utuh, artinya bukan hanya perkembangan kognitif, tetapi peserta didik juga
akan berkembang dalam bidang affektif dan psikomotorik secara otomatis melalui masalah
yang dihadapi. Lebih lanjutnya akan dibahas dalam makalah ini.

2. Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah?
b. Bagaimanakah ciri-ciri PBL?
c. Apa saja komponen yang mendukung PBL?
d. Bagaimanakah karakteristik PBL?
e. Bagaimanakah langkah dan sintaks (implementasi/pelaksanaan) dalam PBL?
f. Bagaimanakah penilaian serta evaluasi PBL?
g. Apa kelebihan serta kekurangan PBL?
1
3. Tujuan
a. Mengetahui pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah,
b. Mengidentifikasi ciri-ciri PBL,
c. Mengetahui komponen yang mendukung PBL,
d. Mengetahui karakteristik PBL,
e. Mengetahui langkah dan sintaks (implementasi/pelaksanaan) dalam PBL,
f. Mengetahui penilaian serta evaluasi PBL,
g. Mengidentifikasi kelebihan serta kekurangan PBL.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah ( Prombem Based Learning )


Pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey. Menurut
Dewey (dalam Trianto, 2009:91) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus
dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan
memberikan masukan kepada peserta didik berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem
saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi
dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based
Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu
masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru
untuk dapat menyelesaikannya.
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning / PBL) adalah konsep
pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai
dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan
memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata).
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang
aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi
tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang
ini. Pembelajaran Berbasis Masalah dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok
antarpeserta didik. peserta didik menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan, kemudian
menyelesaikan masalahnya di bawah petunjuk fasilitator (guru).
Pembelajaran Berbasis Masalah menyarankan kepada peserta didik untuk mencari atau
menentukan sumber-sumber pengetahuan yang relevan. Pembelajaran berbasis masalah
memberikan tantangan kepada peserta didik untuk belajar sendiri. Dalam hal ini, peserta didik
lebih diajak untuk membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan guru
sementara pada pembelajaran tradisional, peserta didik lebih diperlakukan sebagai penerima
pengetahuan yang diberikan secara terstruktur oleh seorang guru.
Pembelajaran berbasis masalah (Problem-based learning), selanjutnya disingkat PBL,
merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar
aktif kepada peserta didik. PBL adalah suatu model pembelajaran vang, melibatkanpeserta
3
didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta
didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan
sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.
Untuk mencapai hasil pembelajaran secara optimal, pembelajaran dengan pendekatan
Pembelajaran Berbasis Masalah perlu dirancang dengan baik mulai dari penyiapan masalah
yang yang sesuai dengan kurikulum yang akan dikembangkan di kelas, memunculkan masalah
dari peserta didik, peralatan yang mungkin diperlukan, dan penilaian yang digunakan. Pengajar
yang menerapkan pendekatan ini harus mengembangkan diri melalui pengalaman mengelola di
kelasnya, melalui pendidikan pelatihan atau pendidikan formal yang berkelanjutan.
Oleh karena itu, pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif
untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu peserta didik untuk
memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka
sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan
pengetahuan dasar maupun kompleks.

2. Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah


a. Pertama, Strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas
pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan peserta didik hanya
sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi
melalui strategi pembelajaran berbasis masalah peserta didik aktif berpikir, berkomunikasi,
mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya.
b. Kedua, Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi
pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses
pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran.
c. Ketiga, Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara
ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan
induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya
berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya
proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.

3. Komponen Pembelajaran Berbasis Masalah


Komponen pembelajaran berbasisi masalah dikemukakan oleh Arends, diantaranya adalah :
a. Permasalahan autentik : Model pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan masalah
nyata yang penting secara sosial dan bermanfaat bagi peserta didik. Permasalahan yang
dihadapi peserta didik dalam dunia nyata tidak dapat dijawab dengan jawaban yang
sederhana.

4
b. Fokus interdisipliner : Dimaksudkan agar peserta didik belajar berpikir struktural dan
belajar menggunakan berbagai perspektif keilmuan.
c. Pengamatan autentik : Hal ini dimaksudkan untuk menemukan solusi yang nyata. Peserta
didik diwajibkan untuk menganalisis dan menetapkan masalahnya, mengembangkan
hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan
eksperimen, membuat inferensi, dan menarik kesimpulan.
d. Produk : Peserta didik dituntut untuk membuat produk hasil pengamatan, produk bisa
berupa kertas yang dideskripsikan dan didemonstrasikan kepada orang lain.
e. Kolaborasi : Dapat mendorong penyelidikan dan dialog bersama untuk mengembangkan
keterampilan berpikir dan keterampilan sosial.

4. Karakteristik Problem Based Learning


Berdasarkan teori yang dikembangkan Barrow, Min Liu (2005) menjelaskan karakteristik dari
PBL, yaitu :
a. Learning is student-centered
Proses pembelajaran dalam PBL lebih menitikberatkan kepada siswa sebagai orang
belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga oleh teori konstruktivisme dimana siswa
didorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri.
b. Authentic problems form the organizing focus for learning
Masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang otentik sehingga siswa
mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat menerapkannya dalam
kehidupan profesionalnya nanti.
c. New information is acquired through self-directed learning
Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja siswa belum mengetahui dan
memahami semua pengetahuan prasyaratnya, sehingga siswa berusaha untuk mencari
sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau informasi lainnya.
d. Learning occurs in small groups
Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha membangun
pengetahuan secara kolaborative, maka PBM dilaksakan dalam kelompok kecil. Kelompok
yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan penetapan tujuan yang jelas.
e. Teachers act as facilitators.
Pada pelaksanaan PBM, guru hanya berperan sebagai fasilitator. Namun, walaupun
begitu guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa dan mendorong siswa
agar mencapai target yang hendak dicapai.

5
5. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah
John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika memaparkan 6 langkah
dalam pembelajaran berbasis masalah ini :
a. Merumuskan masalah : Guru membimbing peserta didik untuk menentukan masalah yang
akan dipecahkan dalam proses pembelajaran, walaupun sebenarnya guru telah menetapkan
masalah tersebut.
b. Menganalisis masalah : Langkah peserta didik meninjau masalah secara kritis dari berbagai
sudut pandang.
c. Merumuskan hipotesis : Langkah peserta didik merumuskan berbagai kemungkinan
pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.
d. Mengumpulkan data : Langkah peserta didik mencari dan menggambarkan berbagai
informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
e. Pengujian hipotesis : Langkah peserta didik dalam merumuskan dan mengambil kesimpulan
sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan
f. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah : Langkah peserta didik menggambarkan
rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan
kesimpulan.
Sedangkan menurut Barret (2005) menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan PBM sebagai
berikut :
a. Siswa diberi permasalahan oleh guru (atau permasalahan diungkap dari pengalaman siswa)
b. Siswa melakukan diskusi dalam kelompok kecil dan melakukan hal-hal berikut.
1) Mengklarifikasi kasus permasalahan yang diberikan
2) Mendefinisikan masalah
3) Melakukan tukar pikiran berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki
4) Menetapkan hal-hal yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah
5) Menetapkan hal-hal yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah
c. Siswa melakukan kajian secara independen berkaitan dengan masalah yang harus
diselesaikan. Mereka dapat melakukannya dengan cara mencari sumber di perpustakaan,
database, internet, sumber personal atau melakukan observasi
d. Siswa kembali kepada kelompok PBL semula untuk melakukan tukar informasi,
pembelajaran teman sejawat, dan bekerjasaman dalam menyelesaikan masalah.
e. Siswa menyajikan solusi yang mereka temukan
f. Siswa dibantu oleh guru melakukan evaluasi berkaitan dengan seluruh kegiatan
pembelajaran. Hal ini meliputi sejauhmana pengetahuan yang sudah diperoleh oleh siswa
serta bagaimana peran masing-masing siswa dalam kelompok.

6
Secara umum langkah-langkah model pembelajaran ini adalah :
a. Menyadari Masalah : Dimulai dengan kesadaran akan masalah yang harus dipecahkan.
Kemampuan yang harus dicapai peserta didik adalah peserta didik dapat menentukan atau
menangkap kesenjangan yang dirasakan oleh manusia dan lingkungan sosial.
b. Merumuskan Masalah : Rumusan masalah berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan
persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-data yang harus dikumpulkan.
Diharapkan peserta didik dapat menentukan prioritas masalah.
c. Merumuskan Hipotesis : Peserta didik diharapkan dapat menentukan sebab akibat dari
masalah yang ingin diselesaikan dan dapat menentukan berbagai kemungkinan
penyelesaian masalah.
d. Mengumpulkan Data : Peserta didik didorong untuk mengumpulkan data yang relevan.
Kemampuan yang diharapkan adalah peserta didik dapat mengumpulkan data dan
memetakan serta menyajikan dalam berbagai tampilan sehingga sudah dipahami.
e. Menguji Hipotesis : Peserta didik diharapkan memiliki kecakapan menelaah dan membahas
untuk melihat hubungan dengan masalah yang diuji.
f. Menetukan Pilihan Penyelesaian : Kecakapan memilih alternatif penyelesaian yang
memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang dapat
terjadi sehubungan dengan alternatif yang dipilihnya.

6. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah

Tahap Tingkah Laku guru


Tahap-1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
Orientasi peserta didik logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau
pada masalah demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah,
memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam pemecahan
masalah yang dipilih.
Tahap-2 Guru membantu peserta didik untuk mendefinisikan dan
Mengorganisasi peserta mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan
didik untuk belajar masalah tersebut.
Tahap-3 Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan
Membimbing penyelidikan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk
individual maupun kelompok mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Tahap-4 Guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan
Mengembangkan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan
menyajikan hasil karya model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan
temannya.

7
Tahap-5 Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi
Menganalisis dan mengevaluasi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-
proses pemecahan masalah proses yang mereka gunakan.

7. Penilaian dan Evaluasi


Penilaian dalam PBM tentunya tidak hanya kepada hasilnya saja tetapi terhadap proses
pembelajaran yang dilakukan oleh siswa. National Research Council (NRC) (dalam Waters and
McCracken, memberikan tiga prinsip berkaitan penilaian dalam PBM, yaitu yang
berkaitandengan konten, proses pembelajaran, dan kesamaan. Lebih jelasnaya sebagai
berikut.
a. Konten : penilaian harus merefleksikan apa yang sangat penting untuk dipelajari dan
dikuasai oleh siswa
b. Proses pembelajaran : penilaian harus sesuai dan diarahkan pada proses pembelajaran
c. Kesamaan : penilaian harus menggambarkan kesamaan kesempatan siswa untuk belajar
Oleh karena itu, menurut Waters and McCracken penilaian yang dilakukan harus dapat:
1) Menyajikan situasi secara otentik
2) Menyajikan data secara berulang-ulang
3) Memberikan peluang pada siswa untuk dapat mengevaluasi dan merefleksi
pemahaman dan kemampuannya sendiri
4) Menyajikan laporan perkembangan kegiatan siswa.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian dalam PBL tidak hanya kepada
hasil akhir tetapi juga yang tidak kalah pentingnya adalah penilaian proses. Penilaian ini bisa
didasarkan pada jenis penilaian otentik (autentic assessment) dimana penilaian difokuskan
terhap proses belajar. Oleh karena itu, peran guru dalam proses PBM tidak pasif tetapi harus
aktif dalam memantau kegiatan siswa serta mengontrol agar proses pembelajaran berjalan
dengan baik. Sementar itu, untuk mengetahui sejauhmana hasil belajar yang telah diperoleh
siswa, guru pun perlu untuk mengadakan tes secara individual. Jadi penialaian dilakukan secara
kelompok juga individual.
8. Kelebihan dan Kekurangan Problem Based Learning
Dalam pelaksanaannya, PBM tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut ini adalah
kelebihan dan kekurangan dari PBM.
a. Kelebihan PBM
1) Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata
2) Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas
belajar

8
3) Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada hubungannya
tidak perlu saat itu dipelajari oleh siswa. Hal ini mengurangi beban siswa dengan
menghafal atau menyimpan informasi
4) Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok
5) Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan baik dari perpustakaan,
internet, wawancara dan observasi
6) Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri
7) Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam kegiatan
diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka
8) Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi melalui kerja kelompok dalam
bentuk peer teaching
b. Kekurangan PBL
1) PBL tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru berperan
aktif dalam menyajikan materi. PBL lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut
kemampuan tertentu yang kaitannya dengan pemecahan masalah
2) Dalam suatu kelas yang memiki tingkat keragaman siswa yang tinggi akan terjadi
kesulitan dalam pembagian tugas
3) PBL kurang cocok untuk diterapkan di sekolah dasar karena masalah kemampuan
bekerja dalam kelompok. PBL sangat cocok untuk mahasiswa perguruan tinggi atau
paling tidak sekolah menengah
4) PBL biasanya membutuhkan waktu yang tidak sedikit sehingga dikhawatirkan tidak
dapat menjangkau seluruh konten yang diharapkan walapun PBL berfokus pada
masalah bukan konten materi
5) Membutuhkan kemampuan guru yang mampu mendorong kerja siswa dalam
kelompok secara efektif, artinya guru harus memilki kemampuan memotivasi siswa
dengan baik
6) Adakalanya sumber yang dibutuhkan tidak tersedia dengan lengkap

9
BAB III
PENUTUP

1. Simpulan
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based
Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu
masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu siswa memerlukan pengetahuan baru
untuk dapat menyelesaikannya.
Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menekankan
padaproses penyelesaian masalah
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran
yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi
tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks
sekarang ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Akmar, S. N., Sew, Lee. Integrating Problem-Based Learning (PBL) in Mathematics Method
Course. Spring. Vol. 4, no. 2

Burg, Oudlaan. 2010. The Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning. Spring.Vol. 4,


no.2

Barret, Terry (2005). Understanding Problem Based Learning. [online].Tersedia :


http:// [22 03 -2007]

Muhson, A. 2009. Peningkatan Minat Belajar dan Pemahaman Mahasiswa Melalui Penerapan
Problem-Based Learning. Jurnal Kependidikan. Vol. 39, No. 2. PP. 171-182.

Suci, N. M. 2008. Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Partisipasi
Belajar dan Hasil Belajar Teori Akuntansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi Undiksha. Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Pendidikan. Vol. 2 no. 1. PP. 74-86.

Sudarman. 2007. Problem Based Learning : Suatu Model Pembelajaran Untuk


Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah. Jurnal Pendidikan
Inovatif. Vol. 2 no. 2. PP. 68-73

http://iqbalpgrismg.blogspot.co.id/2012/12/makalah-pbl-problem-based-learning.html

Anda mungkin juga menyukai