Anda di halaman 1dari 20

PENGUJIAN AKTIVITAS LOKOMOTOR

<!--[if !supportLists]-->I. <!--[endif]-->TUJUAN

Mengetahui efek obat terhadap aktivitas lokomotor hewan percobaan yang dimasukkan ke
dalam roda putar berdasarkan pengamatan jumlah putaran roda.

<!--[if !supportLists]-->II.
<!--[endif]-->PRINSIP
Pemberian stimulant dan depresan yang mempengaruhi aktivitas lokomotor hewan
percobaan.

<!--[if !supportLists]-->III. <!--[endif]-->TEORI

Sifat pokok makhluk hidup adalah dapat terangsang (keterangsangan), yaitu kemampuan
sel-sel tertentu untuk bereaksi terhadap suatu rangsang fisika atau kimia dengan suatu reaksi
spesifik yaitu eksitasi. Disamping sel saraf, terdapat pengkhusussan sel reseptor dan sel otot.
Rangsang dihantarkan ke sel-sel lain melalui neurit (misalnya dari perifer ke sistem saraf
pusat dan sebaliknya). Pada dendrit tempat berakhirnya sebagian serabut saraf neuron lain,
terjadi pengalihan rangsang.
Dalam keadaan istirahat, antara lain bagian dalam suatu serabut saraf dan ruang
ekstrasel terdapat perbedaan potensial, potensial (istirahat) membran, dari -60 sampai
-100mV. Potensial membran dapat dibuktikan, jika suatu mikroelektrode ditusukkan ke dalam
suatu sel saraf melalui membran dan diukur tegangan terhadap elektrode yang diletakkan di
luar. Penyebab sifat kenegatifan dari bagian dalam sel terhadap sekitarnya adalah perbedaan
distribusi ion-ion dalam kedua ruangan.
Dengan rangsang kimia atau fisika dapat terjadi perubahan potensial membran. Jika
potensial membran menurun dalam jumlah tertentu akibat rangsang demikian
(terdepolarisasi) dan dengan demikian melewati nilai ambang tertentu (potensial ambang),
maka potensial membran mendadak menurun dalam waktu yang sangat singkat. Bahkan
untuk sementara bagian dalam saraf positif terhadap bagian luar dari membran. Akhirnya
potensial membran lama dibentuk kembali (repolarisasi). Proses depolarisasi dan repolarisasi
ini yang dapat diikuti sebagai perubahan potensial dalam waktu yang sangat singkat disebut
potensial aksi.
Dalam neuron, energi dialihkan dengan penghantaran saraf yang melibatkan proses
elektrik murni. Proses hantaran sinaptik melibatkan pengalihan energi dari ujung cabang
akson pada neuron yang satu ke neuron yang lain yang tidak saling berhubungan
penghantaran impuls saraf melalui sambungan sinaptik adalah suatu proses kimia. Perubahan
aktivitas listrik disebabkan oleh perubahan permeabilitas membran sel pascasinaptik, dan ini
disebabkan pula oleh pelepasan transmiter. Bila zat transmiter bereaksi dengan reseptor
pascasinaptik, zat itu dapat menimbulkan eksitasi atau hambatan. Kerja transmiter itu
meningkatkan atau menurunkan secara selektif penghantaran ion atau permeabilitas membran
terhadap ion.
Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat (SSP) memperlihatkan efek yang sangat
luas. Obat tersebut mungkin merangsang atau menghambat aktivitas SSP secara spesifik atau
secara umum. Beberapa kelompok obat memperlihatkan selektivitas yang jelas misalnya
analgesik antipiretik yang khusus mempengaruhi pusat pengatur suhu dan pusat nyeri tanpa
pengaruh jelas terhadap pusat lain. Sebaliknya anestetik umum dan hipnotik sedatif
merupakan penghambat SSP yang bersifat umum sehingga takar lajak yang berat selalu
disertai koma. Pembagian obat dalam kelompok yang merangsang dan kelompok yang
menghambat SSP tidak tepat, karena psokofarmaka misalnya menghambat fungsi bagian SSP
tertentu dan merangsang bagian SSP yang lain. Obat yang mempengaruhi susunan saraf pusat
(SSP) dapat bersifat merangsang atau mendepresi. Berdasarkan kegunaan terapeutiknya, obat
SSP dapat dibagi dalam tiga golongan :

1. Depresi SSP umum


Obat-obat ini menimbulkan efeknya dengan mendepresi secara tak selektif struktur sinaptik,
termasuk jaringan prasinaptik, termasuk jaringan prasinaptik dan prasinaptik. Obat-obat ini
menstabilkan membran neuron dengan mendepresi struktur pascasinaptik, disertai dengan
pengurangan jumlah transmiter kimia yang dilepaskan oleh neuron prasinaptik.

2. Perangsang DDP umum


Obat-obat ini melakukan kerjanya secara tak selektif dengan salah satu mekanisme berikut :
merintangi hambatan pascasinaptik atau mengeksitasi neuron secara langsung. Eksitasi
neuron secara langsung dapat dicapai dengan mendepolarisasi sel prasinaptik, meningkatkan
pelepasan prasinaptik akan transmiter, melemahkan kerja transmiter, melabilkan membran
neuron atau menurunkan waktu pulih sinaptik.

3. Obat-obat SSP selektif


Obat golongan ini dapat berupa depresan atau perangsang. Kerja melalui berbagai
mekanisme, dan mencakup obat antikejang, pelemas otot yang bekerja sentral, analgetika dan
sedativa.

Psikostimulansia dapat meningkatkan aktivitas spikis. Senyawa ini dapat


menghilangkan rasa kelelahan dan penat, serta meningkatkan kemampuan berkonsentrasi dan
kapasitas yang bersangkutan. Senyawa ini tidak memiliki khasiat antipsikotik. Ketergntungan
fisik tidak begitu kuat, sedangkan ketergantungan psikis bervariasi dari lemah (kofein)
sampai sangat kuat (amfetamin, kokain). Toleransi dapat terjadi misalnya pada amfetamin.
Senyawa amfetamin dikelompokan bersal dari katekolamin atau efedrin. Dengan
menghilangkan gugus hidroksil, sifat lipofil senyawa akan nyata meningkat, dengan demikian
senyawa dapat melewati sawar darah-otak dengan baik. Zat ini dapat meningkatkan tekanan
darah dan rate jantung, yang dapat menyebabkan stroke maupun serangan jantung. Kerjanya
terutama disebabkan oleh pembebasan katekolamin, dengan demikian senyawa-senyawa ini
merupakan simpatomimetika yang bekerja tidak langsung.
Kerja stimulasi pusat, yang menentukan tanda-tanda klinisnya, amat besar. Disamping
senyawa-senyawa ini juga mempunyai efek simpatomimetik perifer yang jelas. Pada pasien
yang tidak lelah akan menimbulkan euforia ringan, meningkatkan rasa percaya diri, juga
aktivitas. Pada pasien yang lelah, kelelahan dan kantuk akan hilang, kemampuan akan
meningkat dan ini akan tetap selama beberapa jam. Karena sifat-sifat inilah amfetamin sering
disalahgunakan sebagai obat doping. Pemakaian terapeutiknya sebetulnya tidak beralasan.
Jika seandainya diperlukan, hanyalah boleh pada kelelahan yang amat sangat.
Hipnotik sedatif merupakan golongan obat depresan susunan saraf pusat(SSP) yang
relatif, mulai dari ringan yaitu menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan, hingga yang
berat (kecuali benzodiazepin) yaitu hilangnya kesadaran, keadaan anestesi, koma dan mati ,
bergantung kepada dosis. Pada dosis terapi obat sedatif menekan aktivitas, menurunkan
respon terhadap merangsangan emosi dan menenangkan. Obat hipotik menyebabkan kantuk
dan mempermudah tidut serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis.
Obat-obat depresi SSP umum dapat menimbulkan ketergantungan psikis maupun
fisik. Taraf ketergantungan dan toleransinya berbeda-beda, karena masing-masing memiliki
mekanisme kerja sendiri. Pada umumnya, ketergantungan sudah dapat timbul setelah 2
minggu penggunaan kontinu. Gejala withdrawal serius terutama timbul pada barbiturat
dibandingkan senyawa benzodiazepam. Insidepresi penyalahgunaan senyawa barbiturat,
benzodiazepin, dan sejenisnya melampaui daripada opioida.
Ketergantungan fisik, Bila penggunaan lama obat dihentian, biasanya timbul gejala
abstinensi, misalya kambuhnya keluhan semula tetapi secara lebih hebat, nightmares, dan
lain-lain. Tubuh seolah-olah memprotes dengan nyata terhadap penghentian. Gejala-gejala ini
dapat dielakkan dengan jalan mengurangi secara berangsur dosis obat, dan umumnya lenyap
setelah beberapa hari. Efek ini mungkin disebabkan oleh kekurangan zat-zat endogen untuk
menempati reseptor bagi zat ini di otak. Pada ketergantungan kronis, diperkirakan obat
berfungsi memenuhi kekurangan akan zat endogen tersebut.
Ketergantungan psikis, lazimnya gejala tersebut di atas disetrai gejala psikis, seperti
perasaan takut dan gelisah, depresi atau reaksi psikotis. Guna melawan perasaan buruk itu,
pasien terdorong oleh keinginan untuk mempertahankan perasaan nyaman yang diberikan
oleh obat.
Secara kualitatif benzodiazepin mempunyai efek yang hampir sama, namun secara
kuantitatif spektrum farmakodinamik serta data farmakokinetik yang berbeda. Hal ini yang
menyebabkan aplikasi terapi golongan ini sangat luas. Benzodiazepin berefek hipnosis,
sedasi, relaksasi otot, ansiolitik dan antikonvulsi dengan potensi yang berbeda-beda.
Efek benzodiazepin hampir semua merupakan hasil kerja golongan ini pada SSP
dengan efek utama: sedasi, hiposis, pengurangan terhadap rangsangan emosi/ansietas,
relaksasi otot dan antikonvulsi. Walaupun benzodiazepin mempengaruhi aktivitas saraf pada
semua tingkatan, namun beberapa derivat yang lain pengaruhnya lebih besar dari derivatnya
yang lain, sedangkan sebagian lagi memiliki efek yang tak langsung. Penggolongan
benzodiazepin :

Obat-obat long-acting antara lain klordiazepoksida, diazepam, nitrazepam, dan


flurazepam. Obat-obat ini dirombak antara lain dengan jalan demetilasi dan hodrolsilasi
menjadi metabolit aktif desmetildiazepam dan hidroksidiazepam.

Obat-obat short-acting : oksazepam, lorazepam, lormetazepam, temazepam,


loprazolam dan zopiclon. Obat-obat ini dimetabolisasi tanpa menghasilkan metabolit aktif
yang memiliki kerja panjang. Obat ini layak digunakan sebagai obat tidur karena tidak
berkumulasi saat penggunaan berulang kali dan jarang menimbulkan efek sisa, sebaliknya
risiko yang lebih besar akan reboundinsomnia dan lebih cepat menimbulkan gejala
abstinensi.
Obat-obat ultra-short acting : triazolam, midazolam, dan estazolam. Risiko akan
efek abstinensi dan rebound-insomnia lebih besar lagi pada obat-obat ini sehingga
setidaknya jangan digunakan labih lama dari 2 minggu.
Barbiturat sejak lama digunakan sebagai hipnotika dan sedativa, tetapi
penggunaannya dalam tehun-tahun terakhit sangat menurun karena adanya obat-obat dari
kelompok benzodiazepin yang lebih aman. Yang merupakan pengecualian adalah
fenobarbital, yang memiliki sifat antikonvulsif dan tiopental yang masih banyak digunakan
sebagai anestetikum i.v.
Barbital digunakan sebagai obat pereda untuk siang hari dalam dosis yang lebih
rendah dari dosisnya sebagai obat tidur. Faktor-faktor yang membatasi penggunaan barbiturat
dan menyebabkan penggunaannya terdesak oleh benzodiazepin adalah :

Toleransi dan ketergantungan cepat timbul menyangkut sifat menidurkannya pada


dosis berulang laki dan lebih ringan mengenai khasiat anti-epilepsinya.

Stadium REM (dengan mimpi) dipersingkat, yang berefek pasien mengalami tidur
kurang nyaman.

Efek paradoksal dapat terjadi dalam dosis rendah pada keadaan nyeri, yakni justru
eksitasi dan kegelisahan

Overdise barbital menimbulkan depresi sentral, dengan penghambatan pernapasan


berbahaya, koma, dan kematian.
Akibat induksi-enzim barbital juga mempercepat perombakan obat-obat lain, yang
metabolisasinya berlangsung oleh sistem enzim yang sama, misalnya derivat kumarin,
antikonseptiva oral, dan siklosporin. Sebaliknya efek barbital diperkuat oleh asam valproat.

<!--[if !supportLists]-->A. <!--[endif]-->Depresan Sistem Syaraf Pusat


Depresan adalah jenis obat yang berfungsi mengurangi aktivitas fungsional tubuh. Kumpulan
obat depresan (penekan) sistem saraf pusat merupakan sekumpulan obat yang bertindak terhadap
sistem otak sehingga membuat orang yang mengkonsumsinya tidak sedarkan diri secara berlebih.
Umumnya, obat jenis ini dibagi dalam empat kelompok utama yaitu golongan anestesia
umum, golongan alkohol alifatik (seperti arak), golongan obat penahan sakit narkotik, dan golongan
obat sedatif/hipnotik. Antara empat kelompok ini, golongan obat penahan sakit narkotik dan
sedatif/hipnotik merupakan obat penekan sistem saraf pusat yang seringkali disalahgunakan. Salah
satu jenis obat depresan yang sangat populer adalah NAPZA.
Jenis NAPZA dapat dibedakan menurut efeknya pada sistem syaraf pusat pemakai, yaitu :
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Opioda/Opiat
Suatu zat, baik yang alamiah, semi sintetik maupun sintetik yang diambil dari pohon poppy (papaver
somniferum). Opiat (narkotika) merupakan kelompok obat yang bersifat menenangkan saraf dan
mengurangi rasa sakit.
Turunan Opioda/opiat adalah:
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Opium yang diambil dari getah pohon poppy yang dikeringkan dan
ditumbuk menjadi serbuk /bubuk berwarna putih
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Morfin dibuat dari hasil percampuran antara getah pohon poppy
(opium) dengan bahan kimia lain. Jadi semi sintetik. Dalam dunia kedokteran, zat ini dipakai untuk
mengurangi rasa sakit. Tetapi karena efeknya yang negatif, maka penggunaannya diganti dengan
obat-obatan sintetik. Morfin digunakan dalam pengobatan medis karena dapat menawarkan rasa
nyeri, dapat menurunkan tekanan darah, dapat menimbulkan efek tidur. Pengaruh fisik morfin adalah
mual, mengecilnya pupil mata, beratnya rasa kaki, gatal-gatal pada muka dan hidung, seringnya
menguap, panas pada perut, berkeringat, berkurangnya pernafasan, merinding, dan menurunnya
suhu badan. Efek psikologis yang terasa adalah mengantuk, terganggunya fungsi mental,
berkurangnya nafsu makan dan seks, apatis, dan sulit berkonsentrasi. Morfin juga menghilangkan
rasa cemas dan takut.
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Heroin diambil dari morfin melalui suatu proses kimiawi. Heroin tidak
dipakai di dunia kedokteran karena menimbulkan efek ketergantungan yang sangat berat, dan
kekuatannya jauh lebih besar daripada morfin. Jumlah yang sedikit saja sudah menimbulkan efek.
Heroin biasa berbentuk bubuk berwarna agak kecoklatan. Turunan heroin yang sekarang banyak
dipakai adalah Putaw yang mengakibatkan ketergantungan sangat berat bagi pemakainya. Heroin
biasanya digunakan dengan cara menyuntik melalui pembuluh darah (berbeda dengan morfin) karena
efeknya jauh lebih cepat terasa dan lebih lama tertahan. Ada pula yang menggunakannya dengan
cara menghirup lewat hidung. Seperti morfin, heroin dapat mengurangi rasa sakit, mengurangi
kecemasan , menenangkan dan memberikan rasa aman. Seperti opiat lainnya, heroin menimbulkan
toleransi, ketergantungan fisik dan ketergantungan psikologis.
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Kodein dan berbagai turunan morfin. Kodein banyak dipakai dalam
dunia kedokteran antara lain untuk menekan batuk (antitusif) dan penghilang rasa sakit (analgetik).
Karena efeknya bisa mengakibatkan ketergantungan maka penggunaan obat-obatan ini masih
diawasi oleh lembaga-lembaga kesehatan. Metadon, jenis opiat sintetika, dengan kekuatan seperti
morfin, tetapi gejala putus obat tidak sehebat morfin, sehingga metadon digunakan dalam
pengobatan pecandu morfin, heroin, dan opiat lainnya.
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Alkohol
Adalah cairan yang mengandung zat Ethyl-alkohol. 3. Alkohol digolongkan sebagai NAPZA karena
mempunyai sifat menenangkan sistem syaraf pusat, mempengaruhi fungsi tubuh maupun perilaku
seseorang, mengubah suasana hati dan perasaan. Alkohol bersifat menenangkan, walaupun juga
dapat merangsang. Alkohol mempengaruhi sistem syaraf pusat sedemikian rupa sehingga kontrol
perilaku berkurang. Efek alkohol tidak sama pada semua orang, melainkan sangat dipengaruhi oleh
faktor fisik, mental, dan lingkungan. Banyak pendapat yang mengatakan bahwa bahaya alkohol jauh
lebih besar daripada obat lainnya. Hal ini ada benarnya juga, karena dibandingkan obat-obatan lain
alkohol mempunyai sifat sebagai berikut: merangsang, menenangkan, menghilangkan rasa sakit,
membius, membuat gembira. Apabila ketergantungan sudah terjadi, keadaan ini secara lebih khusus
disebut alkoholisme Menurut beberapa ahli, alkohol merupakan zat psikoaktif yang paling berbahaya.
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Trankuiliser atau obat penenang
Obat ini mula-mula dibuat untuk menenangkan orang tanpa membuat orang tidur, sebagai pengganti
berbiturat yang dianggap menimbulkan efek samping. Dalam bahasa sehari-hari obat ini disebut
sebagai obat penenang untuk menghilangkan kecemasan tanpa menimbulkan rasa ingin tidur.
Trankuiliser Mayor antara lain digunakan untuk mengobati orang sakit jiwa agar dapat menenangkan
(contoh : largactil, serenal, laponex, stelazine) . Trankuiliser Minor digunakan untuk mengurangi
kecemasan dan memberikan ketenangan pada orang yang menderita stress, gangguan neurosa atau
gangguan psikosomatis. Secara farmakologi, ada 3 kelompok trankuiliser mayor, yaitu benzodiazepin,
meprobamate, dan antihistamin. Golongan benzodiazepin termasuk golongan yang paling banyak
disalahgunakan (contoh : Activan, Mentalium, Diazepin, Frisium, Sedatin (BK), Lexotan, Valium).
Dibandingkan sedativa, trankuiliser dianggap kurang berbahaya, tetapi bila dicampur dengan alkohol,
akan sangat berbahaya.
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Sedativa atau sedatif-hipnotik
Merupakan zat yang dapat mengurangi fungsi sistem syaraf pusat. Sedativa dapat menimbulkan rasa
santai dan menyebabkan ngantuk (sering disebut obat tidur). Biasanya sedativa digunakan untuk
mengurangi stress atau sulit tidur. Karena toleransi dan ketergantungan fisik, maka gejala putus obat
bisa jauh lebih hebat daripada putus obat dengan opiat. Zat-zat ini juga mudah membuat
ketergantungan psikologis. Secara farmokologi sedativa dapat dibedakan antara barbiturat dan bukan
barbiturat. Barbiturat adalah jenis obat sintetik yang digunakan untuk membuat orang tidur,
mengurangi rasa cemas, dan mengontrol kekejangan, mengurangi tekanan darah tinggi. Beberapa
jenis barbiturat yang sering disalahgunakan adalah: Dumolid, Rohypnol, Magadon, Sedatin, Veronal,
Luminal. Non-narbiturat, contohnya Methaqualone yang berbentuk pil putih (misalnya Mandrax/MX).
Sedativa bisa mengakibatkan koma bahkan kematian bila dipakai melebihi takaran.
Hipnotika sedativa seperti juga antipsikotika termasuk dalam kelompok psikoleptika
yang mencakup obat-obat yang menekan atau menghambat fungsi-fungsi SSP tertentu.
Sedativa berkhasiat menurunkan aktivitas, mengurangi ketegangan dan menenangkan
penggunanya. Keadaan sedasi juga merupakan efek samping dari banyak obat yang khasiat
utamanya tidak menekan SSP, seperti kolinergika. Hipnotika menimbulkan rasa kantuk,
mempercepat tidur, dan sepanjang malam mempertahankan keadaan tidur yang menyerupai
tidur alamiah mengenai sifat-sifat EEG nya. Selain sifat-sifat ini, secara ideal obat tidur tidak
memiliki aktivitas sisa pada keesokan harinya.

Mekanisme adiksi
Ada indikasi kuat bahwa terjadinya toleransi dan ketergantunga berkaitan erat dengan
aktivasi dari sistem dopaminerg di otak. Semua zat yang bersifat adiksi berkhasiat
meningkatkan jumlah dopamin secara akut yang dihubungkan dengan efek eufori, labilitas
emosional, kekacauan dan histeri. Lebih dari sepuluh neurotransmiter lain antaranya
noradrenalin dan serotonin, memegang peranan pula pada adiksi tetapi pengaruhnya jauh
lebih ringan. Kadar dopamin yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan halusinasi dan psikosis
akut.
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Kafein

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Khasiat : kafein berkhasiat menstimulasi SSP, dengan efek


menghilangkan rasa letih, lapar dan mengantuk juga daya konsentrasi dan kecepatan reaksi
dipertingg,prestasi otak dan suasana jiwa diperbaiki. Kerjanya terhadap kulit otak lebih
ringan dan singkat daripada amfetamin. Kafein juga berefek inotrop positif terhadap jantung,
vasodilatasi perifer dan diuresis.
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Efek samping : bila diminum lebih dari 10 cangkir kopi
dapat berupa debar jantung, gangguan lambung, tangan gemetar, gelisah, ingatan berkurang
dan sukar tidur.
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Dosis : pada rasa letih 1-3dd 100-200 mg, sebagai adjuvans
bersama analgetik 50 mg sekali, bersama ergotamin pada migrain 100 mg.

Obat Depresan Sedatif/Hipnotik dan Jenis-jenisnya


Menurut definisinya, obat sedatif bekerja mengurangi tahapan aktivitas mental
seseorang, dan memberikan efek menenangkan pikiran. Obat jenis hipnotik juga dapat
membuat orang yang mengkonsumsinyamerasa kantuk. Obat dalam kumpulan
sedatif/hipnotik ini terdiri daripada beberapa jenis, diantaranya adalah golongan barbiturat,
benzodiazepin, dan yang lain-lainnya seperti kloral hidrat, glutetimid, metakualon, serta
meprobamat. Obat jenis ini sebenarnya amat berguna untuk mengurangi rasa resah, panas,
ketegangan jiwa, dan insomnia (keadaan susah tidur). Dalam sesetengan sadar, zat ini juga
memberikan efek halusinasi.
Di antara obat depresan sedatif/hipnotik yang menimbulkan efek ketagihan adalah kumpulan
barbiturat, benzodiazepin, kloral hidrat, glutetimid, metakualon, dan meprobamat.
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Kumpulan Barbiturat
Obat barbiturat merupakan satu kumpulan obat yang seringkali dipreskripsikan oleh doctor untuk
menciptakan rasa tenang dan membuat penderita merasa mengantuk agar mudah tidur. Sebanyak
lebih kurang 2500 terbitan asid barbiturik telah dapat disintesiskan, tetapi hanya lebih kurang 15
sahaja yang berguna untuk tujuan pengubatan. Dosis terapeutik yang kecil dapat menenangkan
perasaan resah, dan untuk dosis yang lebih besar dapat membantu sesorang untuk tidur selam 20
hingga 60 menit. Namun, apabila dosis ditingkatkan lagi, maka akan terjadi koma dan kemudian
pernafasan akan terhenti.
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Kumpulan Benzodiazepin
Benzodiazepin, yang merupakan satu lagi kumpulan depresan dikenali sebagai trankuilizer
(penenang) ringan atau minor, sedatif, hipnotik, atau antigelugut. Zat ini mempunyai kemampuan
mengurangi rasa resah, tegang, dan kejang otot, serta dapat menghasilkan sedasi dan mencegah
atau menghentikan gelugut. Benzodiazepin yang digunakan secara luas adalah klordiazepoksid
(librium), klonazepam (Clonopin), klorazepat (Dalmane), lorazepam (Ativan), oksazepam (Serax), dan
prazepam (Verstam).

DIAZEPAM
Obat ini masuk dalam golongan benzodiazepin. Obat ini bukan merupakan depresan umum,
turunan obat ini mempunyai profil farmakologi yang sangat serupa, tetapi berbeda dalam
selektivitas sehingga pemakaian kliniknya berbeda. Diazepam terutama digunakan untuk
terapi konvulsi rekuren, misalnya status epileptikus. Obat ini juga bermanfaat untuk terapi
bangkitan parsial sederhana misalnya bangkitan klonik fokal dan hipsaritmia yang refrakter
terhadap terapi lazim. Diazepam dapat efektif pada bangkitan lena karena menekan tiga
gelombang paku dan ombak yang terjadi dalam satu detik. Untuk mengatasi bangkitan status
epileptikus, disuntikkan 5-20 mg diazepam IV secara lambat. Dosis ini dapat diulang
seperlunya dengan tenggang waktu 15-20 menit sampai beberapa jam. Diazepam dapat
mengendalikan 80-90 % pasien bangkitan rekuren. Pemberian per rektal dengan dosis 0,5
mg atau 1mg/kg BB diazepam untuk bayi dan anak dibawah 11 tahun dapat menghasilkan
kadar 500 g/ml dalam waktu 2-6 menit. Bagi anak yang lebih besar dan orang dewasa
pemberian rektal tidak bermanfaat untuk mengatasi keadaan kejang akut, karena kadar
puncak lambat tercapai dan kadar plasmanya rendah. Walaupun diazepam telah sering
digunakan untuk mengatasi konvulsi rekuren, belum dapat dipastikan kelebihan manfaatnya
dibandingkan obat lain, seperti barbiturat atau anestetik umum, untuk ini masih diperlukan
suatu uji terkendali perbandingan efektivitas. Efak samping berat dan berbahaya yang
menyertai penggunaan diazepam IV ialah obstruksi saluran nafas oleh lidah, akibat relaksasi
otot. Disamping ini dapat terjadi efek depresi nafas sampai henti nafas, hipotensi, henti
jantung kantuk.

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Meprobamat


Meprobamat yang pertama kali disintesis dan digunakan secara besar-besaran terjadi pada
tahun 1950. Obat yang diedarkan dengan nama seperti Miltown, Equanil, Kesso-Bamate, dan
Sk-Bamate digunakan dalam perubatan untuk mengurangi rasa resah, tegang, dan juga
gangguan kekejangan otot. Dari segi panampakan efek awal, zat ini mempunyai persamaan
dengan barbiturat dalam penggunaan jangka tengah. Namun begitu, perbedaannya dari
barbiturat adalah kemampuannya mengendurkan otot, tidak mengakibatkan tidur pada dosis
biasa, dan secara relatif tidak membahayakan. Walau bagaimanapun, penggunaan yang
berlebihan dapat mengakibatkan ketergantungan psikologi dan fisikal.

<!--[if !supportLists]-->B. <!--[endif]-->Stimulan, Merangsang Sistem Syaraf Pusat


Stimulan adalah berbagai jenis zat yang dapat merangsang syaraf pusat dan
meningkatkan kegairahan (segar dan bersemangat) dan kesadaran Obat perangsang
(stimulan) bekerja mengurangi kantuk karena kelelahan, mengurangi nafsu makan dan
menghasilkan insomnia, mempercepat detak jantung, tekanan darah dan pernapasan, serta
mengerutkan urat nadi, membesarkan biji mata. Obat perangsang yang paling banyak dipakai
adalah: nikotin (dari nikotin tembakau), kafein (terdapat dalam kopi, teh, cokelat, minuman
ringan), amfetamin, kokain (dari erythroxylum pohon koka), dan crack (kristalisasi bentuk
dasar kokain).
Adapun zat yang termasuk stimulan adalah :
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Anti-depresan

Sejenis obat yang mempunyai kemampuan untuk memperlambat fungsi sistem saraf pusat
dan otonom. Obat antidepresan memberikan perasaan melambung tinggi, memberikan rasa
bahagia semu, pengaruh anastesia (kehilangan indera perasa), pengaruh analgesia
(mengurangi rasa sakit), penghilang rasa tegang dan kepanikan, memperlambat detak jantung
dan pernapasan serta dapat berfungsi sebagai obat penenang dan obat tidur. Contoh: obat
penenang hipnotis, alkohol, benzodiazepines, obat tidur, analgesik narkotika (opium, morfin,
heroin, kodein), analgesik nonnarkotika (aspirin, parasetamol), serta anastesia umum seperti
ether, oksida nitrus.
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Kafein

Zat yang dapat ditemukan pada kopi, teh, coklat dan minuman soda (seperti coca cola).
Dalam dosis rendah kafein tidak berbahaya melainkan dapat menyegarkan. Tetapi dalam
dosis tinggi, kafein dapat menyebabkan gugup, tidak dapat tidur, gemetar, naiknya kadar gula
dalam darah, koordinasi hilang, nafsu makan berkurang, bahkan bisa keracunan. Efek kafein,
seperti juga pada obat-obatan lainnya, akan sangat tergantung pada jumlah pemakaian dan
individunya.
FARMAKODINAMIK
Orang yang minum cofein merasakan tidak begitu mengantuk, tidak begitu lelah, dan
daya pikirnya lebih cepatrdan lebih jernih, tetapi kemampuannya berkurang dalam pekerjaan
yang memerlukan koordinasi otot halus, ketepatan waktu atau ketepatan berhitung. Efek di
atas timbul pada pemberian cofein 85-250 mg. Coffein dosis rendah dapat merangsang SSP
yang sedang mengalami depresi. Misalnya dosis 0,5 mg/kg BB cofein sudah cukup untuk
merangsang napas pada individu yang sama dengan 10 mg morfin.

FARMAKOKINETIK
Cofein cepat diabsorpsi setelah pemberian oral, rektal atau parenteral. Sediaan bentuk
cair atau tablet tidak bersalut akan diabsorpsi secara cepat dan lengkap. Cofein
didistribusikan ke seluruh tubuh. Eliminasi cofein terutama melalui metabolisme dalam hati.
Sebagian besar diekskresi bersama urin dalam bentuk asam metilurat. Waktu paruh plasma
cofein antara 3-7 jam, nilai ini akan 2x lipat pada wanita hamil. Pada manusia kematian
akibat keracunan jarang terjadi. Gejala yang mencolok dari penggunaan cofein dosis
berlebihan adalah muntah dan kejang. Kadar cofein yang menimbulkan kematian antara 80g
sampai 1 mg/ml. Gejala permulaan berupa sukar tidur, gelisah dan eksitasi yang dapat
berkembang menjadi delirium ringan. Gangguan sensoris dapat beerupa tinitus dan kilatan
cahaya sering dijumpai. Otot rangka menjadi tegang dan gemetar, sering pula ditemukan
takikardia ekstrasistol, dan pernapasan menjadi lebih cepat.

KEGUNAAN
Kombinasi cofein dengan analgetik seperti aspirin digunakan untuk pengobatan sakit
kepala. Cofein juga dikombinasikan dengan alkaloid ergot untuk pengobatan migren, ini
disebabkan kemampuan cofein menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah serebral.
Minuman cofein paling populer ialah kopi, coklat, the, dan minuman cola. Tidak dapat
disangkal minuman yang mengandung cofein ditentukan oleh daya stimulasinya, sedangkan
tiap individu berbeda daya stimulasi yang dialami. Anak-anak lebih mudah peka terhadap
rangsangan cofein daripada orang dewasa. Psien dengan tukak peptik yang aktif dan
hipertensi sebaiknya tidak minum yang mengandung cofein.

<!--[if !supportLists]-->IV. <!--[endif]-->ALAT DAN BAHAN


Hewan percobaan: Mencit putih jantan dengan berat badan antara 20-25 gram.
Bahan: - Obat depresan atau stimulan yang diuji.
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Larutan NaCl fisiologis atau larutan suspensi gom arab 1-2
%.
Alat: - Alat suntik 1 mL.
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Sonde oral mencit
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Stopwatch

<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Timbangan mencit


<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Alat roda putar (Wheel cage)

<!--[if !supportLists]-->V. <!--[endif]-->PROSEDUR PERCOBAAN


Pengujian dilakukan dengan metode roda putar (Wheel cage method) yang dimodifikasi,
dengan prosedur sebagai berikut:
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Hewan dibagi atas dua kelompok, yang terdiri
atas:Kelompok controlKelompok obat uji (dua dosis) Setiap kelompok terdiri dari 3 ekor
hewan.
Semua hewan dari setiap kelompok diberi perlakuan sesuai dengan kelompoknya.
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Kelompok kontrol diberi larutan NaCl fis atau larutan susp
gom arab 1-2 %
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Kelompok uji diberi obat depresan atau stimulan.
Pemberian zat / obat dilakukan secara oral.
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Tiga puluh menit kemudian mencit dimasukkan ke dalam alat
roda putar.
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Aktivitas mencit dicatat selama 30 menit dengan interval 5 menit.
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Data yang diperoleh dianalisis secara statistik berdasarkan

analisis variasi dan kebermaknaan perbedaan lama waktu tidak bergerak antara kelompok
kontrol dan kelompok uji dianalisis dengan Studentst-test.
<!--[if !supportLists]-->- <!--[endif]-->Data disajikan dalam bentuk tabel atau grafik.

<!--[if !supportLists]-->VI. <!--[endif]-->DATA PENGAMATAN, PERHITUNGAN DAN GRAFIK


Kelompok Mencit t = 5' t = 10' t = 15' t = 20' t = 25' t = 30' Jumlah
1 15 25 17 16 21 5 99
2 21 4 - 5 3 4 37
Kontrol 3 - - - - - - -
Negatif 4 10 4 4 10 22 20 70
Jumlah 46 33 21 31 46 29 206
Rata-rata 15.33 11 10.5 10.33 15.33 9.67 68.67
1 14 53 17 13 11 6 114
2 20 15 28 1 3 1 68
Uji I 3 1 0 0 0 5 1 7
(Diazepam) 4 20 5 3 4 0 0 32
Jumlah 55 73 48 18 19 8 221
Rata-rata 13.75 18.25 12 4.5 4.75 2 55.25
1 32 70 75 69 72 34 352
2 24 18 12 15 16 3 88
Uji II 3 74 62 52 68 76 80 412
(Kaffein) 4 30 38 18 41 42 38 207
Jumlah 160 188 157 193 206 155 1059
Rata-rata 40 47 39.25 48.25 51.5 38.75 264.75
TOTAL 261 294 226 242 271 192 1486

PERHITUNGAN
<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Dosis :
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Mencit 1 = 0,65 ml

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Mencit 2 = 0,5 ml

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Mencit 3 = 0,5125 ml

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Uji Anava

t = 3, r = 4, N = t . r = 3 . 4 = 12
Hipotesis
Ho : t1 = 0, artinya seluruh perlakuan memberikan efek yang sama terhadap mencit.
H1 : t1 0, artinya seluruh perlakuan memberikan efek yang berbeda terhadap mencit.

Tabel Anava
Sumber Variasi Dk Jk KT Fhit
Rata-rata 1 30669,39 30669,39

Waktu (blok) 5 539,11 107,822 Fhit =

Pemberian obat (perlakuan) 2 19862,19 9931,095


<!--[if !
Kekeliruan eksperimen 10 997,81 9,9781

vml]-->

Kekeliruan subsampling 54 17497,5 324,028


<!--[endif]--

>

TOTAL 72 69566

Perhitungan :
Dk
Rata-rata =1
Waktu = (b-1) = 6 - 1 = 5
Pemberian obat = (p-1) = 3 - 1 = 2
Kekeliruan eksperimen = (b-1)(p-1) = 5 x 2 = 10
Total = 3 x 4 x 6 = 72
Kekeliruan subsampling = 72 - (1+5+2+10) = 54

Jk

Ey = Sb (By+Py)
=21399,11 (539,11+19862,19)
= 997,81

Sy = y2 Ry Sb
= 69566 30669,39 21399,11
= 17497,5

Dengan = 5% = 0.05
Ftabel = F(2.10) = 4,1
Fhitung =
Fhit > Ftabel , maka Ho ditolak. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan dari efek pemberian
obat-obat tersebut.

% Aktivitas Stimulan
= 100% - 386,49%
= - 286,49%

% Aktivitas Depresi
= 100% - 80,65 %
= 19,35 %

<!--[if !supportLists]-->VII. <!--[endif]-->PEMBAHASAN

Dalam percobaan ini ingin mengetahui efek obat terhadap aktivitas lokomotor mencit
yang dimasukkan ke dalam roda putar (wheel cage), berdasarkan pengamatan jumlah
putaran roda. Obat uji yang digunakan adalah diazepam (obat antidepresan) dan kafein (obat
stimulant). Diazepam termasuk golongan benzodiazepin, obat yang bersifat hipnotik sedatif,
selain itu juga merupakan anestetik parenteral, pelemas otot, antiepilepsi dan anticemas
(antiansietas). Sedangkan kafein merupakan senyawa hasil metabolisme sekunder golongan
alkaloid. Kafein bekerja di dalam tubuh dengan mengambil alih reseptor adenosin dalam sel
saraf. Peranan utama kafein di dalam tubuh adalah meningkatan kerja psikomotor sehingga
tubuh tetap terjaga dan memberikan efek fisiologis berupa peningkatan energi.
Obat stimulan biasanya bekerja merangsang susunan saraf pusat melalui 2 mekanisme
yaitu mengadakan blokade sistem penghambatan dan meningkatkan perangsangan sinaps.
Kafein dapat berfungsi sebagai stimulan (perangsang) karena kafein bekerja pada susunan
saraf pusat dengan meningkatkan perangsangan sinaps yaitu terutama pada korteks serebri.
Selain itu, kafein juga dapat memberikan rangsangan pada medula oblongata sehingga pusat
vasomotor dan pusat pernapasan pun ikut terangsang. Akan tetapi tekanan darah tidak naik,
hal ini terjadi karena pada saat bersamaan, terjadi juga dilatasi pembuluh kulit, ginjal dan
koroner, akibat kerjanya di sistem saraf perifer. Rangsangan pada pusat vasomotor oleh
kafein disebabkan adanya kostriksi pembuluh darah otak dan turunnya tekanan liquor.
Meningkatnya perangsangan sinaps oleh kafein mengakibatkan kondisi tubuh menjadi
siaga dan kemampuan psikis pun akan meningkat. Dengan pemberian secara per oral, kafein
akan diabsorpsi dengan cepat dan sempurna sehingga efek kafein dapat dengan cepat
dirasakan.
Sedangkan obat antidepresan biasanya bekerja pada sistem GABA, yaitu dengan
memperkuat fungsi hambatan neuron GABA. Reseptor Benzodiazepin dalam seluruh sistem
saraf pusat, terdapat dengan kerapatan yang tinggi terutama dalam korteks otak frontal dan
oksipital, di hipokampus dan dalam otak kecil. Pada reseptor ini, benzodiazepin akan bekerja
sebagai agonis. Terdapat korelasi tinggi antara aktivitas farmakologi berbagai benzodiazepin
dengan afinitasnya pada tempat ikatan. Dengan adanya interaksi benzodiazepin, afinitas
GABA terhadap reseptornya akan meningkat, dan dengan ini kerja GABA akan meningkat.
Dengan aktifnya reseptor GABA, saluran ion klorida akan terbuka sehingga ion klorida akan
lebih banyak yang mengalir masuk ke dalam sel. Meningkatnya jumlah ion klorida
menyebabkan hiperpolarisasi sel bersangkutan dan sebagai akibatnya, kemampuan sel untuk
dirangsang berkurang.
Sebagai hewan percobaan mencit yang digunakan harus memenuhi beberapa
persyaratan yaitu: bersifat homogen baik dari segi galur, berat, umur dan jenis kelaminnya
karena akan mempengaruhi dosisnya. Jenis kelamin mencit yang digunakan pada percobaan
ini adalah mencit jantan karena mencit betina tidak stabil. Mencit betina mengalami
menstruasi dan pada saat menstruasi maka hormonnya akan meningkat sehingga
mempengaruhi kondisi psikologisnya. Kenaikan hormon ini juga akan berpengaruh pada efek
obat. Dengan alasan inilah mencit betina jarang digunakan sebagai hewan percobaan.
Pada percobaan ini akan mencit dibagi menjadi tiga kelompok. Pertaman-tama ketiga
kelompok mencit ditimbang bobot badannya, hal ini dilakukan untuk perhitungan dosis obat
yang nantinya akan diberikan kepada masing-masing mencit. Kelompok pertama adalah
mencit yang hanya diberikan larutan suspensi gom arab (PGA) 1-2 % saja tanpa penambahan
obat-obatan yang lain, kelompok ini digunakan sebagai kelompok kontrol. Kelompok yang
kedua adalah kelompok mencit yang diberikan obat diazepam secara per oral. Kelompok
ketiga adalah kelompok mencit yang diberi obat kafein secara per oral pula.
Pada awalnya untuk mencit diberikan obat diazepam dan kafein masing-masing untuk
mencit II dam III secara per oral, kemudian didiamkan selama 30 menit sebelum dimasukan
ke dalam roda putar dan diamati jumlah putaran roda selang 5 menit selama 30 menit waktu
pengamatan. Proses didiamkannya mencit setelah diberikan obat adalah agar obat tersebut
dapat diabsorpsi terlebih dahulu oleh mencit, sehingga efeknya akan lebih terlihat pada saat
mencit diletakkan ke dalam roda putar.
Pada kelompok pertama (I), yaitu kelompok kontrol, pada kelompok ini mencit hanya
diberikan larutan suspensi gom arab (PGA) 3 % saja, sehingga mencit pada kelompok ini
bekerja alami tanpa ada pengaruh obat, sehingga kelompok-kelompok yang lain dapat
dibandingkan dengan kelompok kontrol ini.. Pada kelompok kedua adalah kelompok mencit
yang telah diberikan obat diazepam, sedangkan pada kelompok ketiga, mencit diberikan obat
kafein sehingga mencit pada kedua kelompok ini bergerak dipengaruhi oleh obat. Diharapkan
dapat terlihat hasil yang yang berbeda dengan adanya perbedaan pada pemberian jenis obat
yang diberikan kepada mencit.
Berdasarkan percobaan kali ini dapat dilihat pengaruh pemberian obat diazepam
maupun kafein pada mencit. Berdasarkan pengujian data secara statistika, dapat dilihat bahwa
pemberian diazepam ataupun kafein memberikan efek terhadap mencit apabila dibandingkan
dengan kontrol.
Banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi jumlah putaran. Yang sangat
mempengaruhi dari absorpsi obat adalah berat badan mencit, karena berpengaruh pada
luasnya daerah absorpsi dan tentu saja sangat mempengaruhi absorpsi obat. Perbedaan jumlah
pada tiap bagian ini dipengaruhi bagaimana ketersediaan obat dalam mencit. Semakin lama
obat dalam mencit akan bekerja sampai puncaknya dan kemudian lama-lama efeknya akan
menurun karena ketersediaan obat makin berkurang.
Pada percobaan kali ini, mencit yang tidak diberikan obat uji tidak terlalu
memberikan efek atau pengaruh yang signifikan terhadap perubahan aktivitas yang
ditunjukkan dengan peningkatan atau penurunan jumlah putaran roda putar. Sedangkan untuk
mencit yang diberikan obat uji berupa diazepam, seiring dengan berjalannya waktu
pengamatan ternyata aktivitas mencit perlahan mengalami penurunan, hal tersebut di
tunjukkan dengan berkurangnya jumlah putaran roda putarnya. Penurunan aktivitas pada
mencit ini disebabkan karena diazepam termasuk golongan benzodiazepin, obat yang bersifat
hipnotik sedatif sehingga mengakibatkan mencit perlahan mengalami rasa sedasi yang cukup
kuat dan apabila dosisnya ditingkatkan maka kemungkinan mencit tersebut akan tertidur atau
tidak melakukan aktivitas apapun. Untuk mencit yang diberikan obat kafein ternyata
mengalami peningkatan aktivitas yang cukup signifikan ditandai dengan peningkatan jumlah
putaran rodanya. Kafein meningkatan kerja psikomotor sehingga tubuh tetap terjaga dan
memberikan efek fisiologis berupa peningkatan energi. Dengan demikian maka mencit akan
terus aktif bergerak selama efek obat tersebut masih ada namun seiring dengan berjalannya
waktu pengamatan maka lama-lama efeknya akan menurun karena ketersediaan obat makin
berkurang di dalam tubuh mencit. Hal ini ditandai dengan berkurangnya jumlah putaran roda.
Pada grafik mencit dengan pemberian kafein, terlihat bahwa grafik meningkat sampai
puncak kemudian menurun kembali. Hal tersebut dapat diartikan bahwa pada grafik yang
meningkat mencit mulai mersakan efek kafein yaitu adanya peningkatan kondisi fisik dan
psikis mencit, namun pada grafik yang menurun setelah puncak, mencit mulai kelelahan
sehingga jumlah putaran rodanya menjadi semakin sedikit.
Sedangkan pada grafik mencit dengan pemberian diazepam terlihat bahwa grafik
semakin menurun. Hal tersebut dapat diartikan bahwa efek sedasi dan hipnosis yng diberkan
diazepam pada mencit semakin meningkat sehingga putaran rodanya semakin sedikit.
Data pengamatan yang didapat diolah berdasarkan statistika melalui metode analisis
variansi (ANAVA). Hipotesis nol (H0) ialah bahwa ketiga perlakuan memberikan efek yang
sama pada mencit. Statistik uji ialah f = P/E yang kemudian akan dibandingkan dengan f
tabel. Dari perhitungan dengan menggunakan kekeliruan 5 % didapat bahwa jika H 0 ditolak
artinya terdapat perbedaan yang signifikan dari efek pemberian obat-obat tersebut sedangkan
jika H0 diterima maka perlakuan memberikan efek yang sama pada mencit.
Berdasarkan perhitungan anava, F hitung < F tabel dan menunjukkan H0 ditolak.
Artinya terdapat perbedaan yang signifikan dari efek pemberian obat-obat tersebut. Hal
tersebut sesuai dengan kenyataan yang seharusnya terjadi, dimana pemberian zat stimulan
dan depresan pada hewan uji akan memberikan efek yang signifikan terhadap hewan uji yang
digunakan sebagai kontrol negatif berdasarkan perbedaan jumlah putaran yang dilakukan
oleh hewan uji.
Karena ingin diketahui kebermaknaan masing-masing obat uji terhadap lama waktu
gerak mencit maka dilakukan uji lanjut menggunakan metode Students t-test. Uji tersebut
dilakukan berdasarkan nilai derajat kebebasan, t antara obat uji dan kontrol melalui
perhitungan dari nilai rata-rata dan simpangan baku.
Dari uji didapat bahwa t obat uji diazepam hampir signifikan terhadap kontrol
sehingga perbedaan lama waktu tidak bergerak kontrol dengan obat uji diazepam ialah
signifikan dilihat dari jumlah putaran yang dilakukan oleh mencit kontrol negatif dan mencit
obat uji diazepam. Dari uji didapat pula bahwa t obat uji Caffein sangat signifikan terhadap
kontrol sehingga perbedaan lama waktu tidak bergerak kontrol dengan obat uji Caffein sangat
signifikan dilihat dari jumlah putaran yang dilakukan oleh mencit kontrol negatif dan mencit
obat uji Caffein.

<!--[if !supportLists]-->VIII. <!--[endif]-->KESIMPULAN

Diketahui bahwa obat stimulan (kafein) dapat meningkatkan aktivitas mencit dilihat dari
% stimulasi sebesar 286,49% dan diketahui pula bahwa obat anti depresan (diazepam) dapat
menurunkan aktivitas mencit dengan % depresi sebesar 19,35 %.
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2002. Farmakologi Dan Terapi
Edisi 4. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Ganiswarna, SG. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Gaya baru.
Mutchler, Ernst. 1991. Dinamika Obat. Edisi Kelima. Bandung: Penerbit ITB
Panitia Farmakope Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi ke 4. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Panitia Farmakope Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi ke 3. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Tjay, Hoan Tan dan Kirana Rahardja. 2002. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-efek
Sampingnya. Edisi kelima. Cetakan kedua. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kelompok
Gramedia.

Read more: http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/2013/07/ss.html#ixzz3JfzulJU7

Anda mungkin juga menyukai