Anda di halaman 1dari 4

A.

Pengertian

Wawancara ialah tanya jawab antara pewawancara dengan yang diwawancara untuk meminta
keterangan atau pendapat mengenai suatu hal.

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua
pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. (Lexy J, 2006 :186).
Menurut Kartono (1980: 171) interview atau wawancara adalah suatu percakapan yang
diarahkan pada suatu masalah tertentu; ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua
orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik.
Menurut Banister dkk (1994 dalam Poerwandari 1998: 72 - 73) wawancara adalah
percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Denzin & Lincoln (1994: 353) interview merupakan suatu percakapan, seni tanya
jawab dan mendengarkan. Ini bukan merupakan suatu alat yang netral, pewawancara
menciptakan situasi tanya jawab yang nyata. Dalam situasi ini jawaban-jawaban diberikan.
Maka wawancara menghasilkan pemahaman yang terbentuk oleh situasi berdasarkan
peristiwa-peristiwa interaksional yang khusus. Metoda tersebut dipengaruhi oleh karakteristik
individu pewawancara, termasuk ras, kelas, kesukuan, dan gender.
Menurut Kerlinger (terjemahan Simatupang, 1990: 770 771) wawancara (interview) adalah
situasi peran antar-pribadi berhadapan muka (face to face), ketika seseorang yakni
pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh
jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian, kepada seseorang yang
diwawancarai, atau informan.

B. Tujuan wawancara
1) Untuk memperoleh informasi guna menjelaskan suatu situasi dankondisi tertentu
2) Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah.
3) Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orangtertentu.
4) Untuk mengkontruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi serta
memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti
sebagai pengecekan anggota.

C. Bentuk-bentuk wawancara

1. Wawancara berita dilakukan untuk mencari bahan berita.

2. Wawancara dengan pertanyaan yang disiapkan terlebih dahulu.

3. Wawancara telepon yaitu wawancara yang dilakukan lewat pesawat telepon.

4. Wawancara pribadi.
5. Wawancara dengan banyak orang.

6. Wawancara dadakan / mendesak.

7. Wawancara kelompok dimana serombongan wartawan mewawancarai seorang,


pejabat, seniman, olahragawan dan sebagainya.

D. Fungsi-fungsi

1. Wawancara dapat mengumpulkan atau menyampaikan informasi, mempengaruhi sikap


orang-orang dan kadang-kadang mempengaruhi perilaku mereka
2. Wawancara juga merupakan alat penelitian yang berharga, dimana memungkinkan
pewawancara untuk mengumpulkan informasi lengkap yang dapat diperoleh lewat kuesioner
atau percakapan telepondan juga memanfaatkan isyarat verbal dan nonverbal
3. Wawancara juga memungkinkan pewawancara untuk menafsirkan atau menjelaskan
pertanyaan-pertanyaan secara lebih mudah, sehingga meningkatkan kemungkinan
mendapatkan jawaban dari responden.

E. Jenis-jenis wawancara

Ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara dibagi menjadi 3 jenis yaitu:


1.Wawancara bebas
Dalam wawancara bebas, pewawancara bebas menanyakan apa saja kepada responden,
namun harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu berhubungan dengan data-data yang
diinginkan. Jika tidak hati-hati, kadang-kadang arah pertanyaan tidak terkendali.
2. Wawancara terpimpin
Dalam wawancara terpimpin, pewawancara sudah dibekali dengan daftar pertanyaan yang
lengkap dan terinci.
3. Wawancara bebas terpimpin
Dalam wawancara bebas terpimpin, pewawancara mengombinasikan wawancara bebas
dengan wawancara terpimpin, yang dalam pelaksanaannya pewawancara sudah membawa
pedoman tentang apa-apa yang ditanyakan secara garis besar.
Menurut Floyd G. Arpan dalam Toward Better Communications, berdasarkan bentuknya,
wawancara dapat dikelompokkan ke dalam tujuh jenis, yaitu:
1. Wawancara sosok pribadi (personal interview)
2. Wawancara berita (news interview)
3. Wawancara jalanan (man in the street interview)
4. Wawancara sambil lalu (casual interview)
5. Wawancara telepon (telephone interview)
6. Wawancara tertulis (written interview)
7. Wawancara kelompok (discussion interview)
Wawancara berdasarkan cara pelaksanaannya dibagi dua yaitu :
a. Wawancara berstruktur
wawancara secara terencana yang berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah
dipersiapkan sebelumnya.
b. Wawancara tak berstruktur
wawancara yang tidak berpedoman pada daftar pertanyaan.

F. Sikap Sikap yang Harus dimiliki oleh Pewawancara


Saat melakukan wawancara, pewawancara harus dapat menciptakan suasana agar tidak kaku
sehingga responden mau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Untuk itu, sikap-
sikap yang harus dimiliki seorang pewawancara adalah sebagai berikut:

Netral; artinya, pewawancara tidak berkomentar untuk tidak setuju terhadap


informasi yang diutarakan oleh responden karena tugasnya adalah merekam seluruh
keterangan dari responden, baik yang menyenangkan atau tidak.

Ramah; artinya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik minat si


responden.

Adil; artinya pewawancara harus bisa memperlakukan semua responden dengan


sama. Pewawancara harus tetap hormat dan sopan kepada semua responden
bagaimanapun keberadaannya.

Hindari ketegangan; artinya, pewawancara harus dapat menghindari ketegangan,


jangan sampai responden sedang dihakimi atau diuji. Kalau suasana tegang,
responden berhak membatalkan pertemuan tersebut dan meminta pewawancara untuk
tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara harus mampu mengendalikan situasi dan
pembicaraan agar terarah.

Pengarahan atau instruksi yang perlu diperhatikan oleh pewawancara (interviewers)


meliputi pedoman-pedoman sebagai berikut:
a. Tidak pernah terjebak dalam penjelasan yang panjang dari studi itu; gunakan penjelasan
standar yang diberikan pengawas. (Never get involved in long explanations of the study; use
standard explanation provided by supervisor).
b. Tidak pernah menyimpang dari pengantar studi, urutan pertanyaan atau rumusan pertanyaan.
(Never deviate from the study introduction, sequence of questions, or question wording).
c. Tidak pernah membiarkan individu lain melakukan interupsi wawancara, jangan
membiarkan individu lain menjawab untuk responden, atau memberikan saran, atau
pandangannya pada pertanyaan itu. (Never let another person interupt the interview; do not
let another person answer for the respondent or offer his or her opinions on the questions).
d. Tidak pernah menyarankan suatu jawaban atau setuju atau tidak setuju dengan suatu
jawaban. Jangan memberikan kepada responden suatu ide dari pandangan pribadi anda pada
topik dari pertanyaan atau survey. (Never suggest an answer or agree or disagree with an
answer. Do not give the repondent any idea of your personal views on the topic of questions
or survey).
e. Tidak pernah menafsirkan arti suatu pertanyaan, cukup hanya mengulangi pertanyaan dan
memberikan instruksi atau klarifikasi seperti yang diberikan dalam latihan atau oleh
pengawas. (Never interpret the meaning of a question; just repeat the questions and give
instructions or clarifications that are provided in training or by supervisors).
f. Tidak pernah memperbaiki, seperti menambahkan kategori-kategori jawaban, atau membuat
perubahan susunan kata-kata. (Never improvise, such as by adding answer categories, or
make wording changes) (Denzin & Lincoln, 1994: 364).

Anda mungkin juga menyukai