Anda di halaman 1dari 16

PERENCANAAN BANGUNAN

TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN

Gambaran Umum Bencana Kebakaran


Kebakaran merupakan salah satu musibah/bencana yang paling sering
terjadi di beberapa kota besar maupun perdesaan. Hampir setiap hari kitamembaca
di koran ataumelihat siaran di televisi tentang musibah kebakaran yangterjadi baik
dalam rumah penduduk, gedungperkantoran,hotel, pertokoan atau pasar. Bencana
kebakaran sangatberbahaya karena dapat memakan korban jiwa. Selain
itukebakaran yang terjadi di kawasan penghunian ataupunperdagangan akan
menimbulkan kerugian materialdanekonomi yang besar.
Menurut National Fire Protection Association (NFPA), kebakaran sebagai
peristiwa oksidasi dimana bertemunya tiga unsur yaitu bahan bakar yang dapat
terbakar, oksigen yang terdapat diudara dan panas yang dapat berakibat
menimbulkan kerugian harta benda atau cidera bahkan kematian.
Bencana kebakaran tidak hanya terjadi pada bangunan permukiman,
gedung dan lingkungannya. Namun ada juga kebakaran yang terjadi di alam liar,
kebakaran hutan, kebakaran vegetasi, atau kebakaran semak, adalah sebuah
kebakaran, tetapi juga dapat memusnahkan rumah-rumah dan lahan pertanian
disekitarnya. Penyebab umum termasuk petir, kecerobohan manusia,
dan pembakaran. Musim kemarau dan pencegahan kebakaran hutan kecil adalah
penyebab utama kebakaran hutan besar.
Salah satu cara yang paling baik dan efektif dalam menanggulangbencana
kebakaran adalah dengan cara memahami hal-hal apa saja yang bisa menyebabkan
kebakaran dan melakukan hal-hal yang dapat mencegah terjadinya kebakaran di
sekitar kita. Sebaiknya tidak hanya dilakukan pada diri kita saja, namun juga pada
keluarga kita dan orang-orang di sekitar kita agar orang lain juga turut dapat
melakukan tindak pencegahan di lingkungannya masing-masing.
Gambar 1. Kebakaran Bangunan Gedung Bank Aceh

Gambar 2. Kebakaran hutan di Riau

Klasifikasi Kebakaran
Klasifikasi kebakaran merupakan penggolongan atau pembagian jenis
kebakaran berdasarkan jenis bahan bakar yang terbakar. Pembagian
ataupenggolongan ini bertujuan agar diperoleh kemudahan dalam menetukan
carapemadamannya.
Klasifikasi kebakaran di Indonesia mengacu kepada Peraturan MenteriTenaga
Kerja dan Transmigrasi No. 01/Men/1980 yang terdiri dari 4 kelas yaitukelas
A,B,C, dan D, sedangkan menurut NFPA klasifiksi kebakaran terdapat 5kelas
yaitu A, B, C, D, dan K. adapun beberapa negara lainnya menetapkanklasifikasi
kebakaran dengan menambah jenis kelas E. Klasifikasi kebakarandapat dilihat
sebagai berikut :
Kelas Kebakaran Pemadam

Kertas, Kain,
Plastik, Kayu
Air, Uap Air, Pasir, Busa,
Padat Non Logam CO2, Serbuk Kimia Kering,
Cairan Kimia

Metana,
Amoniak, Solar

CO2, Serbuk Kimia Kering,


Gas/Uap/Cairan Busa

Arus Pendek

CO2, Serbuk Kimia Kering,


Listrik Uap Air

Aluminium,
Tembaga, Besi,
Baja
Serbuk Kimia sodium Klorida,
Grafit
Logam
Kelas Kebakaran Pemadam

Bahan-Bahan <Belum Diketahui Secara


Radioaktif Spesifik>

Radioaktif

Lemak dan
Minyak
Masakan
Cairan Kimia, CO2
Bahan Masakan

Faktor-faktor penyebab terjadinya kebakaran


Bencana Kebakaran dapat terjadi oleh banyak faktor, diantaranya adalah :

1. Faktor terjadinya kebakaran karena alam :

o Petir (misal : sambaran petir pada bahan mudah terbakar).

o Gempa bumi (misal: gempa bumi yang mengakibatkan


terputusnya jalur gas bahan bakar)

o Gunung meletus (dikarenakan lava pijar yang panas membakar


tumbuhan kering disekitarnya).

o Panas matahari (misal : panas matahari yang memantul dari kaca


cembung ke dedaunan kering di sekitarnya).

2. Faktor terjadinya kebakaran karena manusia :


o Disengaja (pembalakan liar, balas dendam, dst).

o Kelalaian (lupa mematikan tungku pembakaran saat akan


meninggalkan rumah, dst).

o Kurang pengertian (membuang rokok sembarangan, merokok di


dekat tempat pengisian bahan bakar, dst).

3. Faktor penyebab kebakaran karena binatang : tikus, kucing dan binatang


peliharaaan lainnya yang berpotensi menimbulkan kebakaran akibat
terdapat sumber api di sekitar rumah tanpa pengawasan, dst.

Oleh karena sifat kebakaran dimana mengakibatkan banyak kerugian, maka


untuk mencegah terjadinya kebakaran dapat diupayakan langkah-langkah
sebagai berikut :

1. Mengadakan penyuluhan mengenai bahaya kebakaran dari pemerintah


kepada masyarakat.

2. Pengawasan bersama terhadap segala potensi-potensi kebakaran secara


bersama-sama saling mengingatkan.

3. Menyediakan sarana pemadam kebakaran aktif maupun pasif di area


yang berpotensi tinggi terjadi kebakaran.

Bahaya Kebakaran

Bahaya kebakaran menurut Menteri Pekerjaan Umum Nomor:


26/PRT/M/2008 adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya ancaman potensial
dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga
penjalaran api, asap dan gas yang ditimbulkan. Kebakaran yang terjadi sering
mengakibatkan kecelakaan yang berkelanjutan, adapun bahaya yang disebabkan
dari peristiwa kebakaran yang dihasilkan yaitu:
1. Bahayapanas
Pada saat terjadinya kebakaran, panas yang ditimbulkan akan
mengalami perpindahandengan berbagai carayaitu:
a. Radiasiyaitu perpindahan panas yang memancar kesegala arah.
b. Konduksi yaitu perpindahan panas melalui benda logam
perambatan panas).
c. Konveksiyaitu perpindahan panas yang menyebabkan perbedaan
tekanan udara.

d. Loncatan bunga api yaitu suatu reaksi antara energi panas


d e n g a n udara (O2)

2. Bahaya Asap
Asap berasal dari proses pembakaran yang tidak sempurna dari
bahan- bahan yang mengandung unsur karbon. Ketebalan asap
tergantung dari jenis bahan yang terbakar dan temperatur
kebakaran tersebut.

3. Bahaya Ledakan
Bahaya ledakan dapa tterjadipada saat kebakaran. Jika diantara
bahan- bahan yang terbakar terdapat bahan yang mudah meledak,
misalnya terdapat tabung-tabung gas bertekanan, maka dapat
terjadi ledakan.

4. Bahaya Gas
Gas beracun yang biasanya dihasilkan oleh proses kebakaran yaitu
HCN,NO2,HCL dan lain-lain. Gas beracun tersebut dapat meracuni
paru- paru dan menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan dan mata.
Sedangkan gas lain seperti CO2 danH2S dapat mengurangi kadar
oksigen di udara.

Sarana Proteksi Kebakaran

Pencegahan kebakaran adalah segala usaha yang dilakukan agar tidak


terjadi penyalaan api yang tidak terkendali. Penanggulangan kebakaran ialah
segala upaya untuk mencegah timbulnya kebakaran dengan berbagai upaya
pengendalian, untuk memberantas kebakaran. Pencegahan dan penanggulangan
kebakaran disebut juga dengan proteksi kebakaran yaitu merupakan semua
tindakan yang berhubungan dengan pencegahan, pengamatan dan pemadaman
kebakaran dan meliputi perlindungan jiwa dan keselamatan manusia serta
perlindungan harta kekayaan.

Menurut peraturan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor


26/PRT/M/2008, setiap bangunan gedung harus mempunyai pengelolaan proteksi
kebakaran untuk mencegah terjadinya penyalaran kebakaran keruangan ataupun
ke bangunan lainnya. Olehkarena itu,bangunan gedung perlu mengatur zona- zona
yang berpotensi menimbulkan kebakaran, serta kesiapan dan kesiagaan sistem
proteksi kebakaran. Sistem proteksi kebakaran ini terbagi atas 2 macam yaitu
sarana proteksi kebakaran aktif dan sarana proteksi kebakaran pasif.

Sarana SistemProteksi Aktif

Sistem proteksi kebakaran aktif merupakan sistem perlindungan


terhadap kebakaran yang dilaksanakan dengan mempergunakan peralatan
yang dapat bekerja secara otomatis maupun manual, digunakan oleh
penghuni atau petugas pemadam kebakaran dalam melaksanakan operasi
pemadaman. Salah satudari pelaksanaan pengamanan ini adalah melengkapi
gedung dengan sarana proteksi aktif yang terdiri dari alarm (audible dan
visible), detektor (panas, asap, nyala), alat pemadam api ringan (APAR),
hidran dan sprinkler.

Sarana SistemProteksi Pasif

Sistem proteksi kebakaran pasif adalah sistem perlindungan terhadap


kebakaran yang dilakasanakan dengan melakukan pengaturan terhadap
komponen bangunan gedung dari aspek arsitektur dan struktur bangunan
sehingga dapat melindungi penghuni dan benda dari kerusakan fisik saat
terjadi kebakaran.

Sistem proteksi pasif terdiri dari perencanaan tapak, sistem proteksi


pasif dan sarana penyelamatan.
Perencanaan Tapak
Kelengkapan tapak dapat didefenisikan sebagai kelengkapan
komponen dan tata letak bangunan terhadap lingkungan sekitar dikaitkan
dengan bahaya kebakaran dan upaya pemadaman. Komponen kelengkapan
tapak meliputi sumber air, jalan lingkungan, jarak antar bangunan dan
hidran halaman (Kepmen PU No.10/KPTS/2000).
A. Sumber air
Sumber air merupakan sumber yang meyediakan pasokan air yang akan
dipergunakan sebagai media pemadaman kebakaran pada bangunan gedung.
Sumber air dilingkungan memiliki peran penting dalam upaya
penanggulangan dan pemadaman kebakaran.

B. Jalan lingkungan
Untuk melakukan proteksi terhadap meluasnya kebakaran dan memudahkan
operasi pemadaman, maka didalam lingkungan bangunan gedung harus
tersedia jalan lingkungan dengan pekerasanan tardapat dilalui oleh
kendaraan pemadam kebakaran (peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.26/PRT/M/2008)

C. Jarak antar bangunan

Untuk melakukan proteksi terhadap meluasnya kebakaran, maka harus


ditentukan jarak minimum antar bangunan gedung. Jarak minimum antar
bangunan gedung tersebut tidak dimaksudkan untuk menentukan garis
sempadan bangunan gedung. Ketentuan jarak minimum menurut peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008 dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel2.2 Jarak antar bangunan gedung

No. Tinggi Bangunan Jarak Minimum Antar


Gedung(m) Bangunan Gedung(m)
1 <8 3
2 <14 <6
3 <40 <8
4 >40 >8

(Sumber:PeraturanMenteriPekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008)


D. Hidran halaman

Hidran halaman adalah hidran yang terletak diluar bangunan/gedung pada


lokasi yang aman dari api. Tiap bagian dari jalur untuk akses mobil
pemadam di lahan bangunan harus dalam jarak bebas hambatan 50 m dari
hidran kota. Bila hidran kota tidak tersedia, maka harus disediakan hidran
halaman

Jalan umum A Hidran kota

Tempat parkir Area lapis perkerasan


C (6 x 15)
Jalur akses masuk mobil pemadam kebakaran
(lebar min. 4m)
Bangunan Gedung

Sistem Proteksi Pasif


Sistem Jarak A ke Bpasif
proteksi atau Aterdiri
ke C > 50
darim konstruksi tahan api dan
kompartemen.
Konstruksi Tahan Api
Bahan bangunan yang digunakan untuk unsur bangunan harus
memenuhi persyaratan pengujian sifat bakar dan sifat penjalaran
api pada permukaan sesuai ketentuan yang berlaku tentang bahan
bangunan.
Tipeminimumkonstruksiketahanan apipada kelasbangunan

Kompartemenisasi danPemisahan
Kompartemen adalah usaha untuk mencegah penjalaran kebakaran
dengan cara membatasi api dengan dinding, lantai, kolom, balok yang tahan
terhadap api untuk waktu yang sesuai dengan kelas bangunan gedung
(Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 26/PRT/M/2008).
Gagasan dasarnya adalah menahan dan membatasi penjalaran api agar
dapat melindungi penghuni dan barang-barang dalam bangunan untuk tidak
langsung bersentuhan dengan sumber api.

Gambar2.5 Ruangpenampungan sementara/kompartemen

Sarana Penyelamatan Jiwa


Menurut Peraturan Menteri No.26/PRT/M/2008, setiap bangunan
gedung harus dilengkapi dengan sarana evakuasi yang dapat digunakan
oleh penghuni bangunan, sehingga memiliki waktu yang cukup untuk
meyelamatkan diri dengan amantan paterlambat hal-hal yang
diakibatkan oleh keadaan darurat. Sarana penyelamatan jiwa terdiri dari
tangga darurat, pintu darurat, tanda petunjuk arah, saran jalan keluar,
penerangan darurat, dan pengendaliaan asap.

A. Tangga Darurat
Merupakan tempat yang paling aman untuk evakuasi penghuni
dan harus bebas dari gas panas dan gas beracun. Oleh sebab itu
tangga darurat harus direncanakan khusus untuk penyelamtan bila
terjadi kebakaran. Sesuai dengan persyaratan perencanaan tangga
darurat menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
45/PRT/M/2007 dan SNI03-1746-2000.

B. Pintu Darurat

Pintu darurat atau pintu kebakaran merupakan pintu yang


langsung menuju tangga kebakaran dan hanya digunakan sebagai
jalan keluar untuk usaha penyelamatan jiwa manusia apabila terjadi
kebakaran. Menurut NFPA 101, pintu darurat tidak boleh terhalang
dan tidak boleh terkunci serta harus berhubungan langsung dengan
jalan penghubung, tangga atau halaman luar. Daun pintu darurat ini
harus membuka keluar dan jika tertutup maka tidak bisa dibuka dari
luar (selfclosing door).

Gambar2.6
Pintu darurat

C. Tanda Penunjuk Arah/EXIT


Tanda keluar atau panah penunjuk arah harus ditempatkan pada
persimpangan koridor, jalan keluar menuju ruang tangga darurat,
balkon atau teras dan pintu menuju tangga darurat. Tanda jalan
keluar yang jelasakan memudahkan dan mempercepat proses
evakuasi karena menghilangkan keraguaan penghuni gedung pada
saat terjadinya peristiwa kebakaran (NFPA 101)
Gambar2.8 Tanda
arahdan Eksit.
(Sumber:SNI03-
6574-2001)

Gambar2.9 Lokasipemasangan tandaEXITpada pintudan dinding.


(Sumber:SNI03-6574-2001)

D. Sarana JalanKeluar/ Koridor

Sarana jalan keluar adalah jalan yang tidak terputus atau


terhalang menuju jalan umum, termasuk didalamnya pintu
penghubung, jalan penghubung, ruangan penghubung,tangga
terlindung, tangga kedap asap, pintu jalan keluar dan halaman luar.
Sedangkan jalan keluar adalah jalan yang diamankan dari ancaman
bahaya kebakaran dengan dinding, lantai, plafon dan pintu jalan
keluar yang tahan api.

E. PencahayaanDarurat
Pencahayaan darurat pada sarana jalan keluar harus terus
menerus menyala selama penghuni membutuhkan sarana jalan
keluar. Pencahayaan buatanyang dioperasikan sebagai pencahayaan
darurat dipasang pada tempat- tempat tertentu dan dalam jangka
waktu tertentu sesuai kebutuhan untuk menjaga pencahayaan
sampaI ketingkat minimum yang ditentukan.
Gambar2.12 Identifikasisimbol lampu
darurat.
(Sumber: SNI03-
6574-2001)

Gambar2.13 Lokasipemasangan lampu


daruratdalamruangan.
(Sumber:SNI03-
6574-2001)
F. PengendalianAsap
Perambatan asap disebabkan oleh perbedaan tekanan karena
adanya perbedaan suhu ruangan dan dampak timbunan asap yang
mencari jalan keluar. Asap dapat tersedot melaluil ubang vertikal
pada bangunan seperti ruang tangga, shaft, atau atrium dan menjalar
secara horizontal. Perambatan asap dapat menyebabkan terjadinya
pemanasan lebih awa lsebelum api menjalar ke tempat itu sehingga
memicu timbulnya titik api baru. Selain itu, asap yang ditimbulkan
menghalangi petugas pemadam kebakaran dalam menemukan titik
permasalahannya.

Gambar2.14
Tiraipenghalangasap

14
KESIMPULAN

Pembangunan gedung di Indonesia telah diatur dalam dasar hukumyang


kuat, yaitu dalam bentuk undang-undang yang memiliki aturan pelaksanaanberupa
peraturan pemerintah. Undang-undang dimaksud adalah Undang-UndangNomor
28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung yang diundangkan dan mulai berlaku
pada tanggal 16 Desember 2002, dimana setiap bangunan gedung herus
memenuhi persyaratan keselamatan bangunan gedung meliputi persyaratan
kemampuan bangunan gedung untuk mendukung beban muatan, serta
kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan menanggulangi bahaya
kebakaran dan bahaya petir.
Bahan bangunan tahan api merupakan salah satu ciri bangunan yang baik.
Seperti yang kita tahu, bahan bangunan yang baik tentu tak hanya memiliki
konstruksi yang kokoh atau desain yang menarik saja. Selain nyaman, bangunan
juga harus aman dari beberapa ancaman, termasuk ancaman kebakaran.
Kebakaran memang bisa menimpa bangunan apapun.
Perkembangan struktur bangunan yang semakin kompleks dan
penggunaan bangunan yang semakin beragam serta tuntutan keselamatan yang
semakin tinggi, membuat pihak pemilik atau pengembang bangunan harus mulai
memikirkan Fire Safety Management.
Dengan adanya pengetahuan dan perencanaan bangunan terhadap bahaya
kebakaran dan persyaratan keselamatannya berdasarkan Undang-undang
Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah yang terkait dimaksudkan sebagai
petunjuk pelaksanaan bagi para penyelenggara pembangunan untuk selalu
mempertimbangkan aspek keselamatan dan ketahanan terhadap bahaya kebakaran
dalam melaksanakan pembangunan bangunan beserta lingkungannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Republik Indonesia No. 28 tahun 2002tentang


Penyelenggaraan Bangunan Gedung

Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor: 10/kpts/2000, tentang


ketentuan teknis pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan.

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 441/kpts/1998, tentang ketentuan


teknis pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan.

SNI 03-1735-2000, Tata Cara Perencanaan Akses Bangunan dan Akses


Lingkungan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan
Gedung.

SNI 03-1735-2000, Tata Cara Perencanaan Akses Bangunan dan Akses


Lingkungan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan
Gedung.

16

Anda mungkin juga menyukai