Anda di halaman 1dari 12

Gejala dan Penatalaksanaan Penyakit Abses Hati Amoeba

Marisa Theana Tabaleku


102013333

Kelompok BP2
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
marisatheana@gmail.com

Abstrak
Abses hati merupakan penyakit yang dapat ditemukan pada penderita imunosupresis. Abses
hati terdiri dari abses hati amebik ( AHA ) dan abses hati piogenik ( AHP ).Entamoeba hystolytica
adalah penyebab utama abses amuba pada hepar dan disentri amuba Abses pada hepar dapat bersifat
tunggal maupun multiple, abses yang bersifat multiple biasanya ditemukan dalam ukuran yang lebih
kecil.Amuba dapat berasal dari gastroinstetial melalui vena porta..Abses hati piogenik bisa muncul
dari beberapa titik, seperti sirkulasi porta pada penderita dengan puleflebitis atau sepsis intra-abdomen
(apendisitis, penyakit radang usus), sepsis umum, dan kolangitis disertai dengan obstruksi saluran
biliaris seperti pada batu empedu, pada penyakit radang usus, setelah prosedur kasai, dan pada kista
koledokus. Kemudian penyebaran sistemik dari infeksi intra-abdomen atau penyebaran ke sekitarnya
(yang biasanya menghasilkan abses besar) dan infeksi kriprogenik saluran biliaris.
Kata kunci: Abses Hati, Vena Porta, Multiple

Abstract
Liver abscess is a disease that can be found in patients imunosupresis . Liver abscess
consists of amebik liver abscess ( AHA ) and pyogenic liver abscess ( AHP ) .Entamoeba hystolytica is
a major cause amoebic abscess in the liver and dysentery amoebic liver abscess can be single or
multiple , multiple abscesses that are typically found in smaller sizes .Amuba can come from
gastroinstetial through a vein porta..Abses pyogenic liver can come from several points , such as
portal circulation in patients with puleflebitis or intra -abdominal sepsis ( appendicitis , inflammatory
bowel disease ) , general sepsis , and cholangitis accompanied by bile duct obstruction such as
gallstones , inflammatory bowel disease , after kasai procedure , and the choledochal cyst . Then the
systemic spread of intra -abdominal infection or the spread to surrounding areas ( which usually
results in a large abscess ) and biliary tract infection kriprogenik .
Keywords : Liver abscess , Vena Porta , Multiple

1
Pendahuluan

Abses hati masih merupakan masalah kesehatan dan sosial pada beberapa negara
berkembang. Prevalensi yang tinggi sangat erat hubungannya dengan sanitasi yang jelek,
status ekonomi yang rendah, serta gizi yang buruk. Meningkatnya arus urbanisasi
menyebabkan bertambahnya kasus abses hati di daerah perkotaan. Di negara yang sedang
berkembang abses hati amebik lebih sering didapatkan secara endemik dibanding dengan
abses hepar piogenik. Hati adalah organ yang paling sering untuk terjadinya abses. Dari suatu
studi di Amerika didapatkan 13% abses hati merupakan abses soliter, sedangkan abses lobus
kiri hanya 10% yang merupakan abses yang soliter, hal ini dapat terjadi dari penyebaran
hematogen maupun secara langsung dari tempat terjadinya infeksi didalam rongga
peritoneum.

Anamnesis

Selanjutnya yang perlu kita lakukan adalah anamnesis. Anammnesis dilakukan untuk
menanyakan hal-hal yang bersifat spesifik guna menegakkan diagnosis. Tentu yang kita
tanyakan antara lain nama, umur, tempat tanggal lahir, alamat, keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat minum obat, riwayat keluarga.

Dari anamnesis tersebut didapatkan pada pasien nyeri perut kanan atas sejak 1 hari smrs,
terutama sisi kanan bawah dada, nyeri memburuk saat tidur terlentang, berkurang saat kaki
ditekuk atau membungkuk. Setelah dilakukan anamnesis kemudian dilanjutkan dengan
pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik pasien biasa didapatkan demam tapi tidak begitu tinggi, kurva
suhu bisa intremitten atau remiten. Lebih dari 90% didapatkan hepatomegali yang teraba
nyeri tekan. Hati akan membesar kearah kaudal atau kranial dan mungkin mendesak kearah
perut atau ruang interkostal. Pada perkusi diatas daerah hepar akan terasa nyeri. 1 Konsistensi
biasanya lunak, tetapi bisa pula agak keras seperti pada keganasan. Abses yang besar tampak
sebagai masa yang membenjol di daerah dada kanan bawah. Kurang dari 10% abses terletak
di lobus kiri yang teraba nyeri di epigastrum.

Ikterus jarang terjadi, kalau ada biasanya ringan. Bila ikterus hebat biasanya abses
yang besar atau multipel, atau dekat porta hepatik. Pada pemeriksaan toraks didaerah kanan

2
bawah mungkin didapatkan adanya efusi pleura atau friction rub dari pleura yang
disebabkan iritasi pleura. 1

Gambar klinik abses hati amebik mempunyai spektrum yang luas dan sangat
bervariasi, hal ini disebabkan lokasi abses, perjalanan penyakit dan penyulit yang terjadi.
Pada satu penderita gambaran bisa berubah setiap saat. Dikenal gambaran klinik klasik dan
tidak klasik.

Pada gambaran klinik klasik didapatkan penderita mengeluh demam dan nyeri perut
kanan atas atau dada kanan bawah, dan didapatkan hepatomegali yang nyeri. Gambar klasik
didapatkan pada 54-70% kasus.Pada gambar klinik tidak klasik ditemukan pada penderita ini
gambaran klinik klasik seperti diatas tidak ada. Ini disebabkan letak abses pada bagian hati
yang tertentu memberikan manifestasi klinik yang menutupi gambaran yang klasik.

Gambaran klinik yang tidak klasik dapat berupa benjolan didalam perut, seperti bukan
kelainan hati misalnya diduga empiema kandung empedu atau tumor pankreas. Gambaran
klinik lainnya dapat berupa :

1 Gejala renal
Adanya keluhan nyeri pinggang kanan dan ditemukan masa yang diduga ginjal kanan.
Hal ini disebabkan letak abses di bagian posteroinferior lobus kanan hati.
2 Ikterus obstruktif.
Didapatkan pada 0,7% kasus, disebabkan abses terletak didekat porta hepatis.
3 Kolitis akut
Manifestasi klinik kolitis akut sangat menonjol, menutupi gambaran klasik absesnya
sendiri.
4 Gejala kardiak
Ruptur abses ke rongga perikardium memberikan gambaran klinik efusi perikardial.
5 Gejala Pleuropulmonal
Penyulit yang berupa empiema toraks atau abses paru menutupi gambaran klasik abses
hatinya.
6 Abdomen akut.
Didapatkan bila abses hati mengalami perforasi ke dalam rongga peritoneum, terjadi
distensi perut yang nyeri disertai bising usus yang berkurang.
7 Gambaran abses yang tersembunyi.
Terdapat hepatomegali yang tidak jelas nyeri, ditemukan pada 1.5%.

3
8 Demam yang tidak diketahui penyebabnya.
Secara klinik sering dikacaukan dengan tifus abdominalis atau malaria. Biasanya
ditemukan pada abses yang terletak disentral dan yang dalam hati. Ditemukan pada 3,6%
kasus.
Hasil Pemeriksaan Fisik antara lain TB: 174 cm, BB 60 kg, TD: 100/60 mm/Hg, FN:
86x/menit, Suhu: 37,5 0C, FP: 19x/menit, nyeri tekan abdomen kanan atas (+), Murphy sign
(+).

Pemeriksaan Penunjang

Kelainan hematologik, faal hati dan fraksi protein tidak mempunyai peran yang besar
dalam diganostik dan tidak ada satupun pemeriksaan tersebut yang patognomonik untuk
abses hati amebik.Ditemukan leukositosis, biasanya antara 13000 sampai 16000, bila disertai
infeksi sekunder biasanya diatas 20000 permm. Sebagian besar penderita menunjukkan
peninggian LED. Kelainan faal hati jarang ditemukan, bila ada sering tidak mencolok dan
akan kembali normal dengan penyembuhan abses.

Pemeriksaan serologik sangat membantu dalam menegakkan diagnosis dengan


sensitivitas 91-93% dan spesifitas 94-99%. Pemeriksaan serologik positif berarti sedang atau
pernah terjadi amebiasis invasif. Di daerah endemik amebiasis, seseorang tanpa sedang
menderita amebiasis invasif sering memberikan reaksi serologik positif akibat antibodi yang
terbentuk pada infeksi sebelumnya. Oleh karena itu pemeriksaan kwantitatif lebih bernilai
dalam diagnostik. Titer diatas 1/512 (psoitif kuat) secara IHA menyokong adanya abses
amebik. Sebaliknya abses stadium awal bisa memberikan serologik negatif.

Pemeriksaan parasit E.histolytica dilakukan pada isi abses atau cairan aspirasi
lainnya, biopsi abses, tinja atau biopsi kolonoskopi/sigmoidoskopi dengan hasil positif
ditemukan pada kurang dari 1/3 penderita.

Pemeriksaan Radiologi

Pada sinar tembus toraks tampak diafragma kanan meninggi dengan gerakan terbatas
dan mungkin ada efusi pleural. Pada foto toraks bisa didapatkan pula kelainan lain seperti
corakan bronkovakuler paru kanan bawah bertambah, infiltrat, atelektasis, garis adesi tegak
lurus dari diafragma ke paru-paru. Abses paling sering dibagian superanterior hepar sehingga
tampak ada kubah dibagian anteromedial diafragma kanan.

4
Abses di lobus kiri memberikan gambaran deformitas berbentuk bulan sabit di daerah
curvatura minor pada foto memakai bubur barium. Secara angiografik abses tampak sebagai
daerah avaskuler dengan pembuluh disekelilingnya yang berdistorsi dan hipervaskularisasi.

Pemeriksaan Ultrasonografi

Cara pemeriksaan ini non invasif, murah mudah dengan sensitivitas kira-kira 90%.
Cara ini digunakan rutin untuk diagnostik, penuntun aspirasi dan pemanatuan hasil terapi.
Dengan USG dapat dibedakan lesi padat dan kistik, dan dapat dievaluasi sifat cairan abses.
Hal ini merupakan kelebihan USG dibandingkan dengan sidik hati memakai radioisotop.
Hasil positif palsu kira-kira 5% misalnya pada kista, tumor dengan nekrosis sentral, hematom
atau abses piogen. Abses ameba dengan infeksi sekunder bisa memberikan hasil negatif
palsu. Gambaran USG yang sangat mencurigakan abses hati amebik ialah:

a Lesi hipoekoik pada gain normal maupun ditinggikan dan pada gain tinggi jelas tampak
eko halus homogen tersebar rata.

b Lesi berbentuk bulat oval, pada abses hepar tampak lobulasi, tidak berdinding, terletak dekat
permukaan hati.

c Terdapat peninggian eko pada bagian distal abses.

Gambaran USG yang khas dan lengkap seperti kriteria diatas hanya ditemukan yaitu pada
37,8% kasus.

Hasil pemeriksaan penunjangHb: 11 g/dL, leukosit: 7400/uL, trombosit: 354.000/uL,


USG:SOL hipoekoik, inhomogen, berbatas tegas denga ukuran: 5,7 cm x 6,4 cm.

Diagnosis Banding

Abses Hati et causa Piogenik

Riwayat abses hati piogenik dengan prognosisnya yang buruk telah lama dikenal
yaitu sejak zaman Hippocrates (460SM-370SM) dimana abses hati yang letal sudah dapat
dibedakan dari penyakit hati kistik yang jarang menimbulkan kelainan klinik. Manifestasi
sistematik biasanya lebih berat daripada abses hati amebik. Demam merupakan keluhan
paling utama dengan tipe remiten, infermiten atau febris kontinu disertasi dengan menggigil. 2,
3

5
Hepatoma

Pada permulaannya penyakit ini berjalan perlahan, dan banyak tanpa keluhan. Lebih
dari 75% tidak memberikan gejala-gejala khas. Ada penderita yang sudah ada kanker yang
besar sampai 10 cm pun tidak merasakan apa-apa. Keluhan utama yang sering adalah keluhan
sakit perut atau rasa penuh ataupun ada rasa bengkak di perut kanan atas dan nafsu makan
berkurang, berat badan menurun, dan rasa lemas. Keluhan lain terjadinya perut membesar
karena ascites (penimbunan cairan dalam rongga perut), mual, tidak bisa tidur, nyeri otot,
berak hitam, demam, bengkak kaki, kuning, muntah, gatal, muntah darah, perdarahan dari
dubur, dan lain-lain

Diagnosis Kerja

Abses Hati Amoebik

Abses hati amebik adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi
Entamoeba histolytica yang bersumber dari intestinal yang ditandai dengan adanya proses
supurasi dengan pembentukan pus yang terdiri dari jaringan hati nekrotik, sel-sel inflamasi
atau sel-sel darah dalam parenkim hati.

Etiologi

Entamoba histolytica masih tetap merupakan salah satu parasit protozoa yang paling
penting bagi manusia. Amebiasis ditemukan secara endemi di banyak negara tropik seperti
Afrika, Amerika Latin dan Amerika Utara bagian selatan.2

Abses hati amebik merupakan komplikasi ekstra intestinal yang paling sering terjadi
sesudah infeksi E.histolytica yaitu pada 1-25% (rata-rata 8,1%) penderita dengan amebiasis
intestinalis klinis. E.histolytica di dalam feses di dalam feses dapat ditemukan dalam 2 bentuk
yaitu bentuk vegetatif atau trofozoit dan bentuk kista yang bisa bertahan hidup diluar tubuh
manusia.

Kista dewasa berukuran 10-20 mikron resisten terhadap suasana kering dan suasana
asam. Bentuk trofozoit ada yang berukuran kecil (yatiu 10-20 mikron) dan berukuran besar
(20-60 mikron). Bentuk trofozoit ini akan mati dalam suasana kering atau asam. Trofozoit
besar sangat aktif bergerak, mampu memangsa eritrosit, mengandung protease yaitu
hialuronidase dan mukopolisakaridase yang mampu mengakibatkan destruksi jaringan.

6
Epidemiologi

Abses hati lebih sering terjadi pada pria dibandingkan dengan wanita, dan
berhubungan dengan sanitasi yang jelek,, status ekonomi rendah, dan gizi yang buruk. Pada
Negara Negara berkembang, abses hati amebic (AHA) didapatkan secara endemic dan lebih
sering dibandingkan dengan abses hati piogenik (AHP).3, 4

Patofisiologi

E. histolytica masuk ke dalam tubuh manusia melalui kista yang tertelan. Dikarenakan
sifatnya yang reisten terhadap asam dan lingkungan, kista yang keluar dari tubuh melalui
feses, dapat menempel di daun tanaman, di air, dan tanah sehingga apabila higienitas
seseorang kurang baik, maka kontak dengan hal-hal tersebut dapat menjadi sarana masuknya
kista ke dalam tubuh.

Kista kemudian masuk ke dalam tubuh hingga menuju usus besar. Kista berkembang
menjadi trofozaoit yang pada awalnya hidup sebagai komensal. Trofozoit kemudian
membentuk koloni dan melepaskan protease yang menyebabkan ulserasi. Faktor penyebab
berubahnya sifat trofozoit ini kemungkinan adalah kerentanan pejamu (host) yakni
kehamilan, malnutrisi, penyakit keganasan, penggunaan imunosupresan, bahkan konsumsi
alkohol jangka panjang; faktor virulensi ameba dan faktor lingkungan.4

Selanjutnya, kerusakan sawar intestinal akibat lisisnya sel epitel mukosa usus dan sel-
sel inflamatorik mengakibatkan trofozoit dapat masuk melalui vena-vena kolon seperti venula
mesentrica yang merupakan cabang vena porta hepatica. Selanjutnya, lewat aliran vena
tersebut trofozoit dapat mencapai parenkim hati. Parasit ini di hati mengakibatkan akumulasi
netrofil periportal yang disertai nekrosis dan infiltrasi granulomatosa.

Pada awalnya terbentuk mikroabses yang kemudian membesar dan terbentuk jaringan
nekrotik. Bagian nekrotik ini kemudian dikelilingi kapsul tipis seperti jaringan fibrosa.
Amebiasis hati ini dapat terjadi berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun setelah terjadinya
amebic intestinal dan dapat terjadi tanpa didahului oleh riwayat disentri amebiasis
sebelumnya.Abses lebih sering terjadi di lobus kanan hati dibandingkan di lobus kirnya. Hal
ini sesuai dengan aliran vena porta di lobus kanan yang lebih dominan berasala dari vena
mesentrica superior, sementara lobus kiri lebih banyak menerima aliran dari vena
splanchnicus.

7
Manifestasi Klinik

Gejala dapat timbul secara mendadak (bentuk akut), atau secara perlahan-lahan
(bentuk kronik). Dapat timbul bersamaan dengan stadium akut dari amebiasis intestinal atau
berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah keluhan intestinal sembuh. Pada bentuk
akut, gejalanya lebih nyata dan biasanya timbul dalam masa kurang dari 3 minggu. Keluhan
yang sering diajukan yaitu rasa nyeri di perut kanan atas. Rasa nyeri terasa seperti tertusuk
tusuk dan panas, demikian nyerinya sampai ke perut kanan.2, 4

Dapat juga timbul rasa nyeri di dada kanan bawah, yang mungkin disebabkan karena
iritasi pada pleura diafragmatika. Pada akhirnya dapat timbul tanda tanda pleuritis. Rasa
nyeri pleuropulmonal lebih sering timbul pada abses hepatis jika dibandingkan dengan
hepatitis. Rasa nyeri tersebut dapat menjalar ke punggung atau skapula kanan. Pada saat
timbul rasa nyeri di dada dapat timbul batuk batuk. Keadaan serupa ini timbul pada waktu
terjadinya perforasi abses hepatis ke paru paru. Sebagian penderita mengeluh diare. Hal
seperti itu memperkuat diagnosis yang dibuat.

Gejala demam merupakan tanda yang paling sering ditemukan pada abses hepar.
Gejala yang non spesifik seperti menggigil, anoreksia, mual dan muntah, perasaan lemah
badan dan penurunan berat badan merupakan keluhan yang biasa didapatkan. Lebih dari 90
% didapatkan hepatomegali yang teraba nyeri tekan. Hati akan membesar kearah kaudal atau
kranial dan mungkin mendesak kearah perut atau ruang interkostal. Pada perkusi diatas
daerah hepar akan terasa nyeri.

Konsistensi biasanya kistik, tetapi bisa pula agak keras seperti pada keganasan. Pada
tempat abses teraba lembek dan nyeri tekan. Dibagian yang ditekan dengan satu jari terasa
nyeri, berarti tempat tersebutlah tempatnya abses. Rasa nyeri tekan dengan satu jari mudah
diketahui terutama bila letaknya di interkostal bawah lateral. Ini menunjukkan tanda Ludwig
positif dan merupakan tanda khas abses hepatis. Abses yang besar tampak sebagai massa
yang membenjol didaerah dada kanan bawah. Batas paru-paru hepar meninggi. Pada kurang
dari 10 % abses terletak di lobus kiri yang sering kali terlihat seperti massa yang teraba nyeri
di daerah epigastrium.

8
Komplikasi

1 Infeksi Sumber

Merupakan komplikasi paling sering, terjadi 10-20% kasus.

2 Ruptur atau penjalaran langsung

Rongga atau organ yang terkena tergantung pada letak abses, misalnya abses di lobus kiri
mudah pecah ke perikardium dan intraperitonium. Perforasi paling sering ke
pleuropulmonal (10-20%), kemudian ke rongga intraperitoneum (6-9%) selanjutnya
perikardium (0,01%) dan organ-organ lain seperti kulit dan ginjal.

3 Komplikasi vaskuler

Ruptur ke dalam vena porta, saluran empedu atau traktus gastrointestinalis jarang terjadi.

4 Parasitemia, amebiasis serebral

E.histolytica bisa masuk aliran darah sistemik dan menyangkut di organ lain misalnya
otak yang akan memberikan gambaran klinik dari lesi fokal intra kranial.

Penatalaksanaan

Medikamentosa

Pada prinsipnya pengobatan medikamentosa terdiri dari pemberian amebisid jaringan


untuk mengobati kelainan di hatinya, disusul amebisid intestinal untuk pemberantasan parasit
E.histolytica di dalam usus sehingga dicegah kambuhnya abses hati. Perlu diperhatikan
pemberian amebisid yang adekwat untuk mencegah timbulnya resistensi parasit.

Sebagai amebisid mentronidazol saat ini merupakan pilihan pertama dengan dosis
3x750 mg/hari selama 10 hari. Sebagai pilihan kedua adalah kombinasi emetin-hidroklorida
atau dehidroemetin, dengan klorokuin. Baik emetin maupun dihidroemetin merupakan
amebisid jaringan yang sangat kuat, didapatkan dalam kadar tinggi di hati, jantung dan organ
lain.5

Obat ini tidak bisa sebagai amebisid intestinal, kurang sering dipakai oleh karena efek
sampingnya, biasanya baru digunakan pada keadaan yang berat. Obat ini toksik terhadap otot
jantung dan uterus karena itu tidak boleh diberikan pada penderita penyakit jantung (kecuali
perikarditis amebik) dan wanita hamil. Dosis yang diberikan 1 mg emetin/KgBB selama 7-

9
10 hari atau 1,5 mg dehidroemetin/KgBB selama 10 hari intramuskuler. Dehidroemetin
kurang toksik dibanding dengan emetin.

Amebisid jaringan yang lain ialah klorokuin yang mempunyai nilai kuratif sama
dengan emetin hanya pemberian membutuhkan waktu lama. Kadar yang tinggi didapat pada
hati, paru dan ginjal. Efek samping sesudah pemakaian lama ialah retinopati. Dosis yang
diberikan 600mg klorokuinbasa, lalu 6 jam kemudian 300 mg dan selanjutnya 2x150 mg/hari
selama 28 hari, ada pula yang memberikan klorokuin 1 gram/hari selama 2 hari, diteruskan
500 mg/hari sampai 21 hari.

Sebagai amebisid intestinal bisa dipakai diloksanid folat 3x500 mg/hari selama 10
hari atau diiodohidroksikuin 3x600 mg/hari selama 21 hari atau klefamid 3x500 mg/hari
selama 10 hari.

Non medika Mentosa


Tindakan aspirasi terapeutik.
Indikasi:

1 Abses yang dikhawatirkan akan pecah.

2 respon terhadap terapi medikamentosa setelah 5 hari tidak ada.

3 abses di lobus kiri karena rongga abses disini mudah pecah ke rongga perikardium
atau peritonium.

Yang paling mudah dan aman, aspirasi dilakukan dengan tuntunan USG. Bila sarana
USG tidak tersedia dapat dikerjakan aspirasi secara membuta pada daerah hati atau toraks
bawah yang paling menonjol atau daerah yang paling menonjol atau daerah yang paling nyeri
pada palpasi.

Tindakan pembedahan

Pembedahan dilakukan bila:

1 Abses disertai komplikasi infeksi sekunder.

2 Abses yang jelas menonjol ke dinding abdomen atau ruang interkostal

3 bila terapi medikamentosa dan aspirasi tidak berhasil

4 ruptur abses ke dalam rongga intra peritoneal/pleural/perikardial.

10
Tindakan bisa berupa drainase baik tertutup maupun terbuka, atau tindakan reseksi
misalnya lobektomi.

Prognosis

Faktor yang mempengaruhi prognosis

a Virulensi parasit.

b Status imunitas dan keadaan nutrisi penderita.

c Usia penderita, lebih buruk pada usia tua.

d Cara timbulnya prognosis lebih buruk.

e Letak dan jumlah abses, prognosis lebih buruk bila abses di lobus kiri atau multipel

f Stadium penyakit dan komplikasi.

Bila terapi adekwat, resolusi abses akan sempurna tetapi imunitas tidak permanen dan
dapat terjadi lagi re-infeksi.

Pencegahan

Karena penularannya melalui peroral, maka upaya pencegahan ditujukan dengan


menganjurkan memasak makanan dan minuman dengan baik. Selain itu menjaga kebersihan
agar lingkungan terbebas dari lalat dan lipas serta tikus, dan diupayakan agar system
pembuangan tinja dan limbah rumah tidak tercemari sumber air minum atau sumur. Selain itu
hendaknya berhati hati pada waktu bekerja menangani hewan coba (terutama primata) di
laboratorium. Khusus penderita carrier amubiasis, harus dilakukan upaya menemukannya,
agar dapat diobati sampai sembuh, sehinga tidak menjadi sumber infeksi amubiasi bagi
masyarakat sekitar.

Kesimpulan

Abses hati amebik adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi
Entamoeba histolytica yang bersumber dari intestinal yang ditandai dengan adanya proses
supurasi dengan pembentukan pus yang terdiri dari jaringan hati nekrotik, sel-sel inflamasi
atau sel-sel darah dalam parenkim hati.

11
Daftar Pustaka

1. Bates. Buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan. Ed 8. Jakarta. EGC.
2012. Hal 339 53.
2. Soewondo, E.S. Amebiasis. In Aru W. Sudoyo et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam FKUI Jilid III Edisi IV. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2007. Hal. 1810-1814
3. Ndraha S. Bahan ajar gastroenterohepatologi. Jakarta. Biro publikasi fakultas
kedokteran ukrida. 2013. Hal
4. Julius. Abses hati. Dalam: Sulaiman A. AkbarN, Lesmana LA, Noer MS. Buku
ajar ilmu penyakit. Ed 1. Jakarta. Jayabadi. 2007. Hal 487-92
5. Katzung, B. G. Farmakologi Dasar dan Klinik Ed 8 Buku 3. Jakarta: Salemba
Medika. 2004. Hal. 243-247

12

Anda mungkin juga menyukai